Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Showing posts with label Warung Jawa. Show all posts
Showing posts with label Warung Jawa. Show all posts

Saturday, May 16, 2009

Makan Pecel di Warung Jawa


Dua orang ini adalah kawan baik, satu dari Bandung dan yang sebelahnya berasal dari Trengganu Malaysia. Siang itu, kami makan siang di sebuah warung Jawa yang sangat terkenal di kalangan mahasiswa asal Indonesia yang belajar di Universitas Sains Malaysia dan juga disukai oleh orang lokal. Malah, saya pernah mengalami keterkejutan karena pada satu waktu pengunjung warung makan ini adalah warga Malaysia, termasuk keturunan Tionghoa, tak satu pun kursi itu diduduki oleh teman-teman dari Indonesia.

Di sana, kami berbincang banyak hal, dari politik hingga budaya. Tentu, obrolan seperti ini bersifat spontan. Tidak jarang dalam percakapan timbul kelucuan. Mungkin dalam keadaan santai seperti ini kita mudah memahami orang lain karena mereka tak lagi dikerangkeng formalitas, serba santai. Celetukan kadang membuat lebih mudah pendengar memahami orang lain dan ini acapkali keluar dalam kesempatan duduk semeja mengasup makanan. Hal-hal yang tidak disampaikan di ruang resmi bisa nyelonong begitu saja. Sementara teman Melayu saya lebih memilih diam jika berkait dengan politik.

Pada waktu itu, saya juga pergi bersama Pak Stenly dan Mas Donny, asal Aceh, yang sebelumnya telah berjanji makan bareng. Hal lain yang menarik dari kunjungan ini adalah kedekatan kami dengan pemilik warung, Pak Darmo. Bagi kami, beliau adalah gudang informasi. Mungkin, sebagai orang yang banyak menerima kedatangan pelbagai latarbelakang pengunjung, beliau menyerap banyak percakapan sehingga sering menghadirkan sesuatu yang baru. Tadi, malah, dengan serta merta lelaki asal Lamongan ini menyatakan pendapatnya bahwa wanita tidak perlu menjadi orang nomor satu di Republik kita itu. Menarik, bukan? Atas informasi ini, Pak Stenly menukas apakah di Jawa keberterimaan pada pemimpin perempuan masih rendah? Aha, ini memerlukan survei. Anda mau membantu?

Saturday, June 14, 2008

Warung Jawa di Kampung Malaysia

Tadi siang, saya memaksa diri untuk bangun dari tidur siang. Kelelahan yang mendera membuat saya mengurungkan hasrat bertandang ke ruangan komputer kampus. Saya melewati kampus setelah mengantarkan kawan karib, Fauzi Hussein, ke jalan besar. Lalu, saya menyusuri jalan menuju kamar teman karib lain yang menitipkan kunci. Di sana, saya merebahkan diri sebelum akhirnya lelap. Mungkin karena kecil, ruangan itu tak nyaman.

Jam 11.30-an, Mas Ayi menelepon menanyakan makan di mana? Lalu, saya menjawabanya di Pecel Lele, sebutan warung Jawa yang menjual aneka makanan Indonesia. Dengan mata masih redup, saya pun melanjutkan tidur. Jam 12.13 saya bangun dan menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Duh, air itu mampu hilangkan wajah lelah karena pagi tadi nonton bola piala Eropa.

Di bawah pohon tempat parkir, saya berhenti sejenak untuk mengirimkan sms ke Mas Ayi bahwa saya akan segera berangkat ke lokasi. Dia pun membalas sebentar lagi berangkat. Angin sepoi siang terik itu seakan membelai wajah dan merasakan belaiannya yang menentramkan. Dengan langkah masih terseok, saya menghidupan motor dan membelah siang dengan deru mesinnya yang mulai 'kasar', maklum motor tua. Di sana, saya malah berjumpa dengan Faris dan Jerry yang juga menunggu makan siang.

Selalu saja, makan bareng di sana mendatangkan keriangan, karena Mas Ayi bersama Wulan menambah marak suasana. Di tengah obrolan kami, Iyan mengirim sms ke Mas Ayi untuk memberi tahu saya bahwa dia memerlukan sebuah tulisan tentang budaya kekerasan untuk tabloidnya. Ya, saya tahu, dia mempunyai nomor telepon lama saya, Digi, dan sekarang sekarang pindah ke Maxis. Saya pun mengiyakan. Seketika, saya membayangkan ingin membaca Akar Kekerasan oleh Erich Fromm yang diterbitkan Pustaka Pelajar Yogyakarta. Sayangnya, buku ini saya tidak bawa, tetapi untung edisi bahasa Inggerisnya ada di perpustakaan kampus.

Pemurnian

Jati diri seringkali dikaitkan dengan darah keturunan. Padahal, secara genetik, kita mungkin tak sepenuhnya berasal dari satu ras. Namun, po...