Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Showing posts with label Pulau Pinang. Show all posts
Showing posts with label Pulau Pinang. Show all posts

Friday, January 14, 2011

Warung Padang

Di kedai bertuliskan International Hotel, warung makan Padang bertapak. Kami sesekali makan siang di sana. Namun pagi itu, ketika gambar itu diambil, saya sedang mengasup sarapan roti canai telur dan segelas es milo bersama kawan baik, Mas Ayi. Masih segar di ingatan, ketika saya, Ibu Irzani, pegawai konsulat, menjamu Pak Putu Wijaya, dramawan terkenal, di warung tersebut, diiringi hujan deras. Pilihan menunya banyak dan mengundang selera.

Sunday, December 05, 2010

Ilir-Ilir di Pulau Mutiara



Merasakan lagu Sunan Bonang di Pulau Pinang, saya membayangkan Sang Wali hidup kembali, membelai ubun-ubun. Lagu ini dibawakan oleh adik-adik dari grup nasyid Jakarta. Dalam rangkaian acara di atas, ada persembahan lain, seperti tarian zapin, barzanji dan dangdut. Wow, semua berada dalam satu panggung. Mereka menanti giliran untuk tampil. Seperti hidup ini, kita hanya menunggu giliran, apa pun. Kalau tidak dapat di sini, paling tidak kita masih bisa berharap di tempat lain.

Saturday, June 19, 2010

Rapid yang Menyeronokkan


Sambil duduk, saya mengambil gambar Bas Rapid Penang. Bersama calon penumpang lain, saya bersama Ibunya Nabiyya menunggu bus jurusan Sungai Dua (USM) bernomor 301. Tak lama, angkutan umum yang ditunggu pun datang. Duh, gembiranya. Ternyata, banyak orang yang menunggu dan kami pun tertib masuk melalui pintu depan. Dengan RM 4, saya memperoleh dua karcis, 2268 dan 2269, dan si kecil tak perlu membayar. Angin pendingin udara (air conditioner) menyergap, menerjang udara panas yang sempat hinggap di tubuh. Sepanjang jalan, mata ini menikmati lalu-lalang orang, perumahan, pertokoan, dan yang paling menyenangkan adalah pepohonan yang berdiri kokoh di pinggir jalan. Mereka seakan-akan menyangga jalan agar tidak oleng dilalui kendaraan berbadan besar.

Sebenarnya, bus ini mempunyai fasilitas wifi, namun tak seorangpun menaruh laptop di haribaan untuk berselancar. Rasanya asyik membuka internet di kendaraan umum, mungkin pada masa yang akan datang kami pun ingin mencobanya. Toh, laluan bus itu telah akrab, jadi tak perlu lagi dipelototi, meski hingga sekarang saya pun masih bingung jika berjalan sendirian dengan sepeda motor melewati laluan USM-Komtar, pusat kota. Meski untuk kesekian kalinya melawat mall pusat kota, saya tak begitu hapal seluk-beluknya, berbeda dengan Mall Bukit Jambul, pusat perbelanjaan pertama yang dikunjungi ketika sampai di Pulau Mutiara.

Nah, seronoknya, di status facebook isteri bertuliskan sudah terkabulkan! Lalu, komentar pun muncul? Apa? Nabiyya naik bus Rapid Penang. Jika kegembiraan itu bisa muncul sesederhana naik angkutan umum, lalu haruskan kita memaksa diri untuk menggapai kenikmatan lain yang masih belum di tangan? Tidak. Kata orang Arab, panjang angan-angan (tul al-amal) tak baik bagi kesehatan. Berbeda dengan kemauan keras untuk mengumpulkan duit agar bisa membeli pesawat jet pribadi, kalaupun tidak kesampaian, paling tidak uangnya terkumpul untuk hidup dan membeli tiket bus Rapid sekali lagi. Insyaallah, kami pun akan menggunakan bus Rapid untuk pergi ke sana. Dengan angkutan umum, kita telah mengurangi penggunaan 68 mobil, seperti tertera di badan bus. Dengan kata lain, kita telah menyelamatkan bumi dari asap kendaraan.

Pemurnian

Jati diri seringkali dikaitkan dengan darah keturunan. Padahal, secara genetik, kita mungkin tak sepenuhnya berasal dari satu ras. Namun, po...