Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Showing posts with label WS Rendra. Show all posts
Showing posts with label WS Rendra. Show all posts

Sunday, August 15, 2010

Fatimah Busu

Wanita berkerudung putih adalah Dr Fatimah Busu. Beliau penulis novel terkenal Salam Maria: Inilah Maria Zaitun dan Tuhan Kekasihnya. Ada aura kesederhanaan yang terpancar dari wajahnya. Novelis ini juga memberikan kesaksian tentang Si Burung Merak.

Pak Samad & Putu


Dua penyair hebat sedang tersenyum.

Friday, August 13, 2010

Panitia Malam WS Rendra


Panitia Malam Baca Puisi WS Rendra dan mahasiswa Indonesia yang sedang berpose setelah acara pembacaan puisi si Burung Merak usai. Oh ya, lelaki berbaju hitam dan berambut gondrong itu adalah Lim Swee Tin, pendeklamasi yang turut merayakan almarhum di Dewan Budaya Universiti Sains Malaysia. Sungguh seronok malam itu!

Friday, July 30, 2010

Menunggu


Dika dan Fajar menunggu Ibu Irzani untuk meminta izin meminjam peralatan musik angklung dalam persembahan menyambut wisuda kampus. Sementara saya akan membincangkan pagelaran WS Rendra di Dewan Budaya dengan kepala bagian Penerangan, Sosial dan Budaya Konsulat Jenderal RI Pulau Pinang. Sambil menunggu, kami pun menikmati acara METRO TV yang kebetulan mengulas kasus penyerangan warga terhadap komunitas Ahmadiyah. Diskusi pun hangat. Bagaimana aparat terusir dari lokasi karena dilempari batu oleh pelaku unjuk rasa. Inikah matinya negara itu?

Friday, July 16, 2010

Mengenang WS Rendra

Dunia Deklamasi Puisi Melayu telah meletakkan tokoh W.S. Rendra sebagai seorang legenda Melayu yang menghantarkan bingkisan zaman tentang kemanusiaan Melayu dan perkembangan politik Melayu Nusantara ke persada dunai antarabangsa. Tokoh penyair terkenal dunia melayu dan dramawan tersohor – W.S. Rendra (Indonesia) telah kembali ke rahmatullah pada 6 Ogos 2009 yang lalu. Allahyarham meninggalkan kita lapangan sasar Puisi Melayu tentang kemanusiaan sejagat memerangi kezaliman dan mengembalikan harga diri rakyat marhen dan hak-hak kemanusiaan.


Buku-buku hasil puisi dan dramanya banyak diterbitkan dan diikuti pembaca dari pelbagai kalangan masyarakat. Kehilangan beliau amat dirasakan dan segala kerja seni sastera yang ditinggalkannya itu perlu kita hayati dan membicarakannya dalam suatu forum atau diskusi keilmuan.


Tujuan


Sebagai penyemarakkan Seni Deklamasi Puisi dan Drama Melayu yang merentasi batas sempadan Nusantara yang luas dan bagi menghubungkan silaturahmi yang sedia terjalin di antara rumpun negara sesaudara (Indonesia dan Malaysia) sejak lama, maka acara penyatuan rumpun Melayu ini ditautkan kembali sebagai suatu wadah.


Rendra merupakan penyair besar Melayu Nusantara selepas penyair Amir Hamzah dan Chairil Anwar yang menyuarakan tentang kemanusiaan sejagat. Memperingati ketokohan beliau sebagai idola penyair yang berkarisma.


Menjejaki dan mempelajari segala gagasan fikiran Rendra dan renungan melalui puisi-puisinya tentang rakyat kelas bawah dan corak pemerintahan yang menindas rakyat dan ketidakadilan perlu dibicarakan dan dicari pendekatannya.


Mencari pendekatan penghayatan kesenimanan Rendra yang terkenal dengan penampilan membacakan puisi-puisinya dengan suaranya yang lantang seharusnya dijadikan tauladan. Segala hasil karya puisi-puisi dan drama-dramanya dikaji dan diteliti serta dihayati untuk dipelajari oleh khalayak terutama generasi baru dan mengeratkan hubungan Malaysia. [Diambil dari proposal atau kertas kerja Persatuan Karyawan Pulau Pinang]

Pemurnian

Jati diri seringkali dikaitkan dengan darah keturunan. Padahal, secara genetik, kita mungkin tak sepenuhnya berasal dari satu ras. Namun, po...