Politik (Sumber: Surat Kabar KOMPAS)
Jumat, 19 September 2008 | 02:03 WIB
Oleh Ahmad Sahidah
Tun Mahathir Mohamad berniat masuk kembali ke pangkuan UMNO setelah mundur tiga bulan yang lalu. Meskipun demikian, pengesahan kembalinya mantan orang nomor satu ini menunggu persetujuan majelis tertinggi partai, Abdullah Badawi. Celakanya, mantan perdana menteri ini masih menganggap penggantinya sebagai biang kemerosotan partai dan harus diturunkan.
Seperti biasa, Pak Lah mungkin tidak akan bereaksi secara langsung. Pemimpin yang dijuluki ”Mr Clean dan Mr Nice Guy” ini lebih memilih diam dan tidak meladeni manuver mantan bosnya. Kalaupun ada respons, biasanya datang dari orang-orang dekatnya. Kita tunggu saja. Hanya sekali suami Jeanne Abdulah ini membalas kritik mantan bosnya itu. Malah, ketika ditanya wartawan dalam jumpa pers, sang perdana menteri (PM) tidak akan memberi keputusan seorang diri karena ini adalah hak majelis tertinggi UMNO (TV 3, 11/9/2008).
Harus diakui suara Mahathir di sana tidak lagi bisa dinikmati oleh khalayak Malaysia sendiri. Media tidak lagi memberikan tempat istimewa. Kalaupun dimuat oleh media mainstream (di sana disebut arus perdana), pernyataannya telah disunting sedemikian rupa. Apatah lagi televisi, yang sepenuhnya berada di bawah kekuasaan pemerintah, menutup pintu. Hanya pada acara nonpolitik Mahathir bisa nangkring di layar kaca.
Ironi ”Little Soekarno”
Pada tahun 2006, beliau diundang ke Kampus Universitas Sains Malaysia tempat saya belajar untuk memberikan ceramah umum di hadapan sivitas akademika. Dengan retorika yang memesonakan, perdana menteri ke-4 ini memukau para hadirin yang hadir karena kepiawaiannya menyampaikan gagasan tentang tugas mahasiswa terhadap negara. Hampir dua jam beliau berdiri untuk mengulas keberhasilannya sebagai mantan orang nomor satu di tanah Melayu tanpa jeda.
Sebagai pemimpin, Mahathir berwajah janus, sosok baik dan buruk. Kebaikannya tentu bisa dilihat dari keberhasilan pembangunan dan pewarisan cetak biru masa depan Malaysia, tetapi di atas kesuksesan ini banyak korban berjatuhan. Belum lagi pemberangusan kebebasan yang didukung oleh undang-undang sehingga membuat dia lebih leluasa untuk memuluskan keinginannya.
Secara pribadi, saya mengakui pesona Mahathir sebagai seorang yang pernah memimpin sebuah negara dan mengantarkannya pada kemakmuran dan bahkan menjadi penyelamat ketika krisis moneter mendera 1997. Meskipun demikian, beliau juga mempunyai ”sisi gelap” dalam menjalankan pemerintahannya, tetapi fakta ini tidak diketahui publik karena informasi disaring oleh kaki tangannya. Kim Quek dalam Ke Mana Malaysia? Tampil ke Reformasi Anwar atau Kekalkan Mahathirisme (2006) mencatat dengan baik sisi buruk pemimpin yang dijuluki ”Little Soekarno” ini.
Menyoal pertarungan elite
Jika Mahathir menganggap kerja Badawi hanya menghabiskan uang rakyat dan melabelkan pemimpin oposisi Malaysia, Anwar Ibrahim, sebagai pemimpi di siang bolong, karena hasratnya menjadi PM, ini tak lebih dari taktik untuk menarik perhatian setelah kesempatan untuk tampil di media makin berkurang. Mahathir tampaknya tetap bernafsu untuk menjadi sosok yang diperhitungkan. Ada yang melihat tindak-tanduk beliau disengaja untuk mengawal perjalanan politik anaknya, Mukhris Mahathir.
Saya heran mengapa Mahathir berkata demikian karena justru pada masa kepemimpiannya beliau banyak menggunakan uang perusahaan minyak Petronas untuk membiayai proyek-proyek raksasa yang dijalankan oleh para kroninya, seperti menara kembar Petronas, Sirkuit F1 Sepang, dan Bandara KLIA (Kuala Lumpur International Airport). Begitu banyak uang dihamburkan untuk memenuhi selera jemawanya untuk membangun proyek mega dan dana ini banyak dikeruk dari Petronas tanpa dipertanggungjawabkan kepada parlemen dan kabinet.
Mungkin benar bahwa Anwar Ibrahim sebagai pemimpi, tetapi kehadirannya lebih menggigit karena di tangannya segepok bukti tentang penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh Mahathir. Lebih-lebih lagi, tokoh reformasi ini berani mengungkapkannya kepada khalayak, termasuk isu paling akhir video pengacara Lingam yang mempertontonkan bobroknya kepemimpinan mantan bosnya ini.
Sebenarnya, kritisisme Mahathir ini diduga untuk mengawal para kroninya agar tidak menghilang dari pusaran kekuasaan dalam mendapat kontrak proyek. Memang, Pak Lah masih berbaik hati untuk tidak menyingkirkan para kroni Mahathir dalam menikmati kue pembangunan. Apalagi, orang- orang dekat Mahathir masih banyak yang menduduki kedudukan penting, baik di parlemen maupun pemerintahan.
Bagaimanapun, kehadiran Tun Mahathir adalah sangat penting untuk menjadi anjing penjaga (watch dog) bagi UMNO sendiri. Sementara bagi oposisi (di sana disebut pembangkang), kritisisme ini bisa dimanfaatkan sebagai pembenaran bagi sikap kritis mereka terhadap segala perilaku pejabat elite dan kebijakan pemerintah. Dengan demikian, keterbukaan semacam ini akan menjadi keseimbangan kehidupan politik baru ke depan setelah sebelumnya pihak berkuasa bertindak otoriter atas nama stabilitas dan keamanan. Selamat datang demokrasi sejati!
Ahmad Sahidah Kandidat Doktor Departemen Filsafat dan Peradaban Universitas Sains Malaysia
Showing posts with label Malaysia. Show all posts
Showing posts with label Malaysia. Show all posts
Sunday, September 21, 2008
Thursday, August 07, 2008
Rapat dengan Mahasiswa Asing
Inilah untuk kedua kalinya, saya mengikuti rapat klub mahasiswa pascasarjana Fakultas Ilmu Humaniora. Karena peserta musyawarah berasal dari pelbagai negara dunia, kami banyak menggunakan bahasa Inggeris. Pertemuan ini akan membahas dua program, yaitu Pertemuan Umum Tahunan klub dan rencana menyelenggarakan Workshop penulisan tesis dan disertasi untuk mahasiswa baru tingkat master dan PhD.
Dr Suhaimi Abdul Aziz, wakil dekan dan sekaligus penasehat klub kami, selalu setia menemani pengurus dan anggota membincangkan banyak hal berkaitan dengan pengembangan akademik dan kegiatan rekreatif mahasiswa. Kehadiran Pak Ardi, mahasiswa PhD Geografi dan Pak Nasir, PhD Sastera, menghidupkan rapat ini karena keduanya fasih berbahasa Inggeris. Hanya seorang mahasiswi, Mariam dari Iran, yang menghadiri pertemuan ini.
Hanya memerlukan satu jam, rapat itu usai. Saya sendiri bertugas untuk menangani pembuatan T-Shirt yang bertuliskan acara piknik ke Batu Ferringi setelah Annual General Meeting. Pak Ardi diminta untuk mendesain kaos tersebut agar tampak catchy, seperti dikatakan oleh Dr Suhaimi.
Setelah rapat, saya pun pulang ke rumah. Sesampai di sana, kawan karib Melayu saya, Encik Zailani menelepon untuk minum sore di restoran Istimewa. Saya dan isteri pun datang ke warung tempat mahasiswa sering nongkrong karena dilengkapi fasilitas wireless (di Malaysia disebut tanpa wayar).
Dr Suhaimi Abdul Aziz, wakil dekan dan sekaligus penasehat klub kami, selalu setia menemani pengurus dan anggota membincangkan banyak hal berkaitan dengan pengembangan akademik dan kegiatan rekreatif mahasiswa. Kehadiran Pak Ardi, mahasiswa PhD Geografi dan Pak Nasir, PhD Sastera, menghidupkan rapat ini karena keduanya fasih berbahasa Inggeris. Hanya seorang mahasiswi, Mariam dari Iran, yang menghadiri pertemuan ini.
Hanya memerlukan satu jam, rapat itu usai. Saya sendiri bertugas untuk menangani pembuatan T-Shirt yang bertuliskan acara piknik ke Batu Ferringi setelah Annual General Meeting. Pak Ardi diminta untuk mendesain kaos tersebut agar tampak catchy, seperti dikatakan oleh Dr Suhaimi.
Setelah rapat, saya pun pulang ke rumah. Sesampai di sana, kawan karib Melayu saya, Encik Zailani menelepon untuk minum sore di restoran Istimewa. Saya dan isteri pun datang ke warung tempat mahasiswa sering nongkrong karena dilengkapi fasilitas wireless (di Malaysia disebut tanpa wayar).
Monday, March 03, 2008
Malaysia, Islam dan Sejarah Sulabtern
Namun, apakah para sarjananya sekarang hanya menyodorkan Naquib yang telah beranjak tua? Buku terakhir beliau bertajuk Pandangan Ringkas Peri Ilmu dan Pandangan Ilmu (Malaysia: Penerbit USM, 2007) sebenarnya merupakan pengulangan pemikiran beliau yang berserak di dalam berbagai buku sebelumnya. Boleh dikatakan jika kita ingin memahami diskursus kesarjanaan Muslim Malaysia cukup merujuk kepada karya setebal 76 halaman ini. Lalu, jika kita ingin membaca lebih jauh dua karya fenomenal tentang pandangan dunia Islam bisa ditelusuri di dalam dua karyanya Prolegomena dan Islam and Secularism. Tentu saja, karya Wan Mohd Nor Wan Daud The Educational Philosophy and Practice of Syed Naquib al-Attas: An Exposition of Original Concept of Islamization (Kuala Lumpur: ISTAC, 1998) merupakan sebuah penjelasan yang lengkap tentang latar belakang pemikiran pendiri ISTAC ini (International Institute of Islamic Thought and Civilization).
Di luar pemikiran Islam arus utama di atas, ada sebagian pemikir Muslim yang berada di seberang Naquib yang menolak Barat. Kehadiran mereka acapkali dianggap duri dalam daging di Malaysia. Tak jarang, mereka juga disebut golongan Islam liberal yang menggoyahkan sendi-sendi keislaman Melayu karena menggugat kembali prinsip-prinsip yang sudah mapan. Menurut sayap progresif ini, Islam tidak hanya dibekap di dalam perdebatan hitam putih, melainkan perlu dibawa ke dalam diskursus yang lebih luas. Pandangan semacam ini bisa dilihat dalam The Other Malaysia: Writing on Malaysia's Subaltern Historynya Farish A Noor (Kuala Lumpur: Silverfishbooks, 2002).
Di dalam karya Farish, kita akan menemukan ragam tema yang berkaitan dengan kehidupan Malaysia secara menyeluruh dan sudut pandang yang lebih berani berhadapan dengan keyakinan sarjana Muslim arus utama. Ia memang tidak membicarakan secara khusus tema-tema Islam seperti dilakukan oleh Naquib, tetapi buku tersebut ingin melihat Malaysia dari beragam perspektif, sejarah masa lalau, tokoh subaltern, partai oposisi, dan etika publik.
Dengan menggeser perdebatan wacana Islam ke arena lebih luas, kita akan menemukan kekayaan pandangan para sarjananya tentang dinamika intelektual yang mengharu biru di tengah khalayak. Memang, tak terelakkan pandangan Farish A Noor banyak mendapatkan perlawanan dari segala penjuru karena dianggap sebagai ide yang menyesatkan. Tampak, dua kubu ini terus mewarnai hiruk pikuk perkelahian pemaknaan hingga kini.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Pemurnian
Jati diri seringkali dikaitkan dengan darah keturunan. Padahal, secara genetik, kita mungkin tak sepenuhnya berasal dari satu ras. Namun, po...
-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
-
Semalam takbir berkumandang. Hari ini, kami bersama ibu, saudara, dan warga menunaikan salat Idulfitri di masjid Langgundhi. Setelah pelanta...
-
Saya membawa buku Philosophy for Dummies untuk coba mengenalkan anak pada filsafat. Biyya tampak bersemangat tatkala pertama kali mendapatka...