Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Showing posts with label Isu Lingkungan. Show all posts
Showing posts with label Isu Lingkungan. Show all posts

Tuesday, December 20, 2011

Merawat Lingkungan Kita

Hampir setiap kali membeli kue-muih di sebelah warung minuman ini, saya akan memesan secawan kopi panas di kedai yang menempelkan ajakan untuk katakan ya pada Eco-Pack. Styrofoam tentu tidak baik, karena penggunaan bahan ini dalam waktu yang lama memungkinkan pengguna terpapar penyakit kanker. Elok, kampanye seperti ini dilakukan agar masyarakat luas tidak menanggung penderitaan yang disebabkan wadah yang tak aman untuk makanan. Masalahnya, apakah kesadaran ini telah dimiliki oleh khalayak secara keseluruhan?

Apa yang harus dilakukan? Tentu, selain kampanye, pihak berkuasa, di mana pun, memastikan agar warung makanan tidak lagi menggunakan bahan di atas. Kebenaran itu tidak hanya terkait dengan proposisi, tetapi juga otoritas yang memahami kebenaran untuk mewujudkan ide menjadi tindakan. Mungkin, pemaksaan tak bisa dilakukan, karena sejatinya dalam hierarki etika Lawrence Kohlberg, kesadaran adalah wujud dari budi pekerti tertinggi, bukan karena takut pada hukuman atau undang-undang.

Kampus tentu memang peranan penting untuk menyadarkan orang ramai bahwa apa yang telah diterimajadi sebagai keumuman sebenarnya menyimpan bahaya. Untuk itu, penyadaran dan penguatkuasaan (pemberdayaan) oleh pihak berkuasa harus serta-merta digerakkan. Kita harus melihat situasi dalam hal sebegini. Jika tidak, kita akan tunduk pada pemodal yang hanya ingin mengaut keuntungan.

Monday, October 17, 2011

Hak Hidup Rumput


Rumput ini baru saja bernapas lega. Ia memerlukan waktu untuk terus tumbuh dan menutupi tanah yang masih terlihat. Biarkan tanaman itu terus mekar! Hati-hati, jangan sampai kita mengakhiri hidupnya.

Tuesday, April 13, 2010

Citra Luaran

Dalam kotak di atas terdapat beberapa jajanan pasar, kue tradisional, atau apa pun namanya. Ia dibuat dari bahan lokal, seperti pisang, beras ketan, dan gula. Biasanya, kalau kita membeli jajanan seperti ini, penjual hanya membungkusnya dengan plastik, kresek. Namun, setelah memakai kotak yang bagus, nilai jualnya meninggi. Ia bisa hadir di sebuah pertemuan resmi dan tuan rumah tampak lebih percaya diri. Lagi pula, air kemasan gelas juga disertakan untuk menghemat ruang dan pekerjaan. Petugas hanya sekali singgah di depan meja. Urusan selesai.

Lalu, apa kemudian usai? Tidak. Citra yang ingin ditampilkan itu harus dibayar mahal. Selain mengeluarkan biaya untuk membeli bungkus, kita juga harus menggunakan kertas sekali pakai. Beda misalnya jika kita menggunakan piring untuk wadah kue, kita telah mengurangi penggunaan bungkus dari bubur kayu itu. Apa lacur, kita selalu bergegas, ingin mudah dan tak mau susah. Jadi, kegagalan kita merawat lingkungan hakikatnya kehendak ingin tampil keren. Apa begitu?

Sebelumnya, kami juga mendapatkan perlakuan yang sama. Pihak universitas, tempat silaturahmi berlangsung, juga menyuguhkan hidangan dan menu yang sama. Meski penyedia kue berbeda, namun bungkusnya menunjukkan citra yang sama, elegan. Tampaknya, prilaku untuk membungkus sesuatu itu merupakan tuntutan pasar. Kata ahli pemasaran, bungkus itu penting. Namun jika harus mengorbankan keseimbangan alam, apakah hal ini harus dipertahankan? Tidak.

Pemurnian

Jati diri seringkali dikaitkan dengan darah keturunan. Padahal, secara genetik, kita mungkin tak sepenuhnya berasal dari satu ras. Namun, po...