Tuesday, February 15, 2011
Merayakan Maulid di Teluk Kumbar
Friday, February 11, 2011
Merenung
Thursday, February 10, 2011
Ada Apa dengan Ada?
Ada itu hadir dalam banyak hal, memang. Kita ada karena berpikir, berbelanja dan memamerkan diri di cafe, mall, dan panggung. Ada itu kadang tidak ada. Coba lihat, tidak jarang kita melihat orang yang merenung di pinggir jalan, di tengah keramaian? Bagaimana kita mengatakan bahwa ia ada, sementara jiwanya entah ada di mana?
Mengada itu memang rumit, tetapi ia mudah diraih jika kita mau menyatukan jiwa dan raga kita selaras. Keadaan ini bisa diraih jika tubuh kita sehat dan akal kita kuat. Keduanya harus berjalin kelindan, jika tidak, boleh jadi pikiran kita seluas samudera, namun jika minda itu disangga oleh tubuh renta, alahai, alamat kita telah menunda kematian yang sesunguhnya.
Tuesday, February 08, 2011
Nomor 16
Nomor 16 di kaos itu adalah tanggal lahir si kecil. Sebenarnya, saya juga memesan kaos dengan namanya dan bernomor 1, tetapi ukurannya cocok untuk sang ibu. Kaos dan nomor adalah penanda tentang kehendak kebersamaan dan pembedaan sekaligus. Meskipun kami berkaos merah yang sama, namun nomor yang ditempelkan dibedakan agar mudah untuk mengenal si pemakai. Hidup juga begitu, kita hakikatnya bersama-sama mewujudkan mimpi, namun perannya tak sama.
Malah, sebagaimana pertandingan persahabatan di atas, pekerja bersama mahasiswa Indonesia dan staf Universitas Sains Malaysia mungkin setengah mati untuk mengalahkan satu sama lain, namun dalam kehidupan nyata, musuh abadi itu bersemayam di dada kita. Wasitnya yang memimpin pertandingan adalah staf kampus, yang kami saling mengenal secara rupa sebab seringkali terserempak di stadion ketika kami sama-sama berlari di trek.
Reformasi Gagal?
Ini hanya sekelumit. Jauh di segenap penjuru, kekerasan telah muncul dalam banyak wajah, baik fisik maupun simbolik. Aturan mati. Pemimpin tak punya hati. Khalayak suka mendengki. Adakah kita akan kembali lagi ke zaman ketika orang nomor satu di negeri ini bertangan besi menyumpal mulut kita? Ini jelas bukan pilihan yang baik.
Sekarang, kita harus memeriksa kembali kebebasan, buah aksi mahasiswa dan rakyat menumbangkan tirani. Tapi, pada waktu yang sama, tanggung jawab harus juga ditimbangkan, agar kita tak terpuruk, tunduk pada hukum rimba.
(Sumber gambar: Kompas, 6 Februari 2011)
Berkaca dari Tulisan
Ia tak perlu mengikuti riuh-rendah kemasyhuran sastra wangi dan populer. Baginya, sastra adalah wujud dari kehendak yang paling murni, yang tak bisa diturunkan menjadi kata-kata yang tak dipikirkan, dirasakan dan direnungkan. Di luar kegiatan sastranya, saya melihat keteguhan untuk senantiasa menekuri hidup secara sederhana, dengan tidak memegang telepon genggam dan tidak memiliki alamat surat elektronik (email). Ia hanya bisa dihubungi melalui talian telepon.
Keberhasilan beliau mengambil semangat Nyanyian Angsa dari sajak Rendra sempat menimbulkan pertikaian. Ia pun membelanya dengan menulis satu buku khusus, Nyanyi Sunyi dan Sarjana Nasi Dingin.
Sunday, February 06, 2011
Obrolan di Siang Hari
Siang yang terik membuat warga kampus mencari tempat berteduh. Tentu banyak kantin untuk mengelak panas, tapi saya memilih Anjung Semarak. Coba lihat atap yang terbuat dari kaca itu! Ada air mengalir tak henti-hati. Sementara, di ujung sana Taman Buku terbuka bagi siapa saja untuk menekuri dunia pengetahuan.
Pertemuan dengan teman baik, Sri Murniati, asal Jakarta, Al-Mustaqeem al Radhi asal Kuala Lumpur dan Yatno Ladiqi asal Surabaya menyempurnakan rasa teduh itu. Secara kebetulan, Mas Ray, asal Medan turut bergabung memeriahkan suasana menjelang sore itu. Obrolan pun memecah kebekuan, seraya mencomot banyak isu dan tema. Setiap orang mencetuskan gagasan, yang lain pun menanggapi. Perbincangan itu membuat saya belajar mendengar (listening), yang kata Willard Spiegelman dalam Seven Pleasures: Essays on Ordinary Happiness mendengarkan itu mendatangkan kebahagiaan.
Minuman itu mengandung es, sementara bolpoin adalah hadiah dari penginapan dan buku itu merupakan pemberiaan dua kawan baik, sebagaimana tertulis di pojok kiri bawah. Tak hanya buku itu, Mustaqeem juga memberi buku berjudul Liberalisme: Esei-Esei Terpilih F.A. Hayek. Tapi, apakah percakapan akan juga menyodorkan hal-hal berat sebagaimana dibuku? Mungkin, tapi bahasanya mungkin lebih cair. Saya rasa mengerutkan dahi di siang hari hanya akan menambah muka kita kusut. Lelucon dan humor pun bermunculan.
Siapa pun yang datang ke kantin itu akan merasakan suasana nyaman. Di sana, kita bisa berlama-lama karena tidak hanya menyemai pertemanan, tetapi juga menikmati suasana kampus yang riang. Pengunjung berdatangan dan tak satu pun di antara mereka menunjukkan wajah kusut dan muram . Satu hal lagi, harga minuman tak mahal, meskipun pelayanan sangat memuaskan. Dalam seminggu itu, saya sudah dua kali mereguk udara di kantin itu. Kerinduan pun muncul lagi. Mungkinkah ini lahir karena saya akan pulang? Ah, hidup itu memang selalu begitu, kita merasa kehilangan setelah kita hendak meninggalkan.
Wednesday, February 02, 2011
Tukang Sayur
Mengapa mereka tak mau membeli banyak barang dagangan mereka? Mungkin saya perlu menanyakan hal ini pada ibu-ibu yang sering mendapatkan sayur-mayur dari lori itu. Menurut saya, harga tempe sebesar RM1 sama dengan Pasar Malam Tun Sardon. Sayangnya, barang ini tak ditemukan di TESCO. Bisa jadi, pembeli tak mendapatkan poin dari nilai pembelian sehingga mereka tak perlu mengeluar uang banyak untuk mendapatkan barang. Atau, ibu-ibu tak nyaman memilih barang hanya dalam hitungan menit, berbeda dengan di pasaraya, mereka bisa bebas memilih dan menelisi kualitas barang.
Tin-tin-tin, bunyi klakson itu adalah sebagian bunyi yang akrab di telinga kami. Penjual itu bertaruh dengan pemodal besar. Mungkin kelebihan, para pembeli bisa bersua dengan pemilik, berbeda ketika mereka mendapatkan barang di pasaraya TESCO, yang pemiliknya orang Yahudi itu. Masalahnya, apakah semudah ini kita menerakan hal ihwal kepemilikan sebuah perusahaan, sementara batas-batas itu mencari karena saham dan pekerja mengandaikan keanekaragaman. Sebagaimana tukang sayur itu, hubungan niaga apa pun netral.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Pemurnian
Jati diri seringkali dikaitkan dengan darah keturunan. Padahal, secara genetik, kita mungkin tak sepenuhnya berasal dari satu ras. Namun, po...
-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
-
Semalam takbir berkumandang. Hari ini, kami bersama ibu, saudara, dan warga menunaikan salat Idulfitri di masjid Langgundhi. Setelah pelanta...
-
Saya membawa buku Philosophy for Dummies untuk coba mengenalkan anak pada filsafat. Biyya tampak bersemangat tatkala pertama kali mendapatka...