Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Showing posts with label Falsafah dan Etika. Show all posts
Showing posts with label Falsafah dan Etika. Show all posts

Tuesday, August 02, 2016

Utilitarianisme

Etika utilitarian memungkinkan pembenaran tindakan yang membawa manfaat pada sebanyak mungkin orang dan merugikan segelintir. Tak pelak, penggusuran sejumlah kepala keluarga oleh pemerintah DKI untuk membangun tanggul di bantaran sungai bisa diterima secara etis.

Ahok menegaskan bahwa ia lebih baik membunuh 2000 orang untuk menyelamatkan 10 juta warga ibu kota. Tentu, ini pernyataan yang paling terang benderang tetang tesis utiliaranisme. Namun, diksi yang dipilih oleh orang nomor satu Jakarta ini membuat bulu roma berdiri. Meskipun ia bisa ditafsikran sebagai kiasan, namun kekasaran ini akan menghilangkan pesan yang sebenarnya bisa dihadirkan dengan lema lain.

kalau kita rujuk pada The Handbook of Ethical Theory oleh David Copp, ed., (2006) bahwa an act consequentialist who took this view would recommend that we decide what to do by considering which of our actions would be the best consequences (hlm. 23). Jadi, pihak berkuasa sejatinya mempunyai banyak pilihan tindakan dan mereka harus memilih yang terbaik. Lalu, adakah pertimbangan etika konsekuensialis bisa dijadikan landasan lebih jauh bila pilihan kita antara Ahok dan Risma dalam pemilihan gubernur yang akan datang? 

Thursday, March 08, 2012

Ke manakah Buku Anda Disumbangkan?

Sebagai pengajar Falsafah dan Etika atau Sains Pemikiran dan Etika, saya merasa bangga karena mahasiswa akhirnya menyumbangkan buku teks pada perpustakaan. Menurut saya, secara deontologikal, manusia melakukan kebaikan karena pelbagai alasan yang mulia. Bagaimana dengan Anda? Haruskah kita memegang teguh prinsip teleologikal, di mana kita berbuat baik karena kita mendapatkan hasil dari apa yang kita lakukan? Apakah prinsip pertama, yang juga kadang dikenal sebagai duty (kewajiban) atau Theory of God Cammand, masih mendapatkan tempat di tengah-tengah masyarakat yang cenderung merayakan hedonisme?

Tentu, penyumbang buku itu tidak dikenal oleh pengunjung perpustakaan. Meskipun, ada sebagian yang menuliskan nama di buku yang disumbangkan, namun bukankah kadang pembaca tidak mengenalnya? Selain itu, ternyata ada banyak nama-nama penyumbang dari Eropa dan Amerika yang juga mengisi rak-rak buku Perpustakaan Sultanah Bahiyah Universitas Utara Malaysia. Selain juga ada tokoh lokal tertentu yang begitu banyak mendermakan koleksi pribadinya, sehingga perpustakaan membuat ruangan khusus untuk memelihara warisan tersebut dan meletakkan nama yang bersangkutan di atas pintu masuk.

Apa pun, sumbangan itu hanya untuk kebaikan, tanpa harus dibebani apakah nama kita akan diingat atau diberikan penghargaan oleh lembaga tertentu. Seperti kata Nabi, ketika tangan kanan kita memberi, tangan kiri kita tak perlu tahu. Apakah kita telah melakukannya, Sahabat? Namun, kalau pun kita tidak menyumbang buku, dengan membacanya kita sebenarnya kita telah berbuat kebaikan yang sama. Bagaimanapun, saya telah melakukan yang terakhir ini. Anda, bagaimana?

Pemurnian

Jati diri seringkali dikaitkan dengan darah keturunan. Padahal, secara genetik, kita mungkin tak sepenuhnya berasal dari satu ras. Namun, po...