Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Showing posts with label Flat. Show all posts
Showing posts with label Flat. Show all posts

Wednesday, February 02, 2011

Tukang Sayur

Tukang sayur itu menggunakan lori (truck) untuk menjual dagangannya. Ia hadir setiap hari pada jam 10-11. Sebelum mendatangi flat kami, penjual itu naik ke atas, blok flat sebelah. Lalu, beberapa menit kemudian, ia pun menghampiri blok 330 seraya mengitari flat dan membunyikan klakson. Saya sering membeli tempe dan daun bawang. Sekali-kali ayam dan bawang putih. Tak banyak yang saya beli, termasuk pembeli lain. Mungkin, mereka akan berbelanja banyak di pasaraya, yang tak jauh dari rumah kami. Benarkah harga keperluan sehari-hari di lori itu lebih mahal dibandingkan dengan penjual sayur keliling? Ya, tapi selisihnya tak banyak.

Mengapa mereka tak mau membeli banyak barang dagangan mereka? Mungkin saya perlu menanyakan hal ini pada ibu-ibu yang sering mendapatkan sayur-mayur dari lori itu. Menurut saya, harga tempe sebesar RM1 sama dengan Pasar Malam Tun Sardon. Sayangnya, barang ini tak ditemukan di TESCO. Bisa jadi, pembeli tak mendapatkan poin dari nilai pembelian sehingga mereka tak perlu mengeluar uang banyak untuk mendapatkan barang. Atau, ibu-ibu tak nyaman memilih barang hanya dalam hitungan menit, berbeda dengan di pasaraya, mereka bisa bebas memilih dan menelisi kualitas barang.

Tin-tin-tin, bunyi klakson itu adalah sebagian bunyi yang akrab di telinga kami. Penjual itu bertaruh dengan pemodal besar. Mungkin kelebihan, para pembeli bisa bersua dengan pemilik, berbeda ketika mereka mendapatkan barang di pasaraya TESCO, yang pemiliknya orang Yahudi itu. Masalahnya, apakah semudah ini kita menerakan hal ihwal kepemilikan sebuah perusahaan, sementara batas-batas itu mencari karena saham dan pekerja mengandaikan keanekaragaman. Sebagaimana tukang sayur itu, hubungan niaga apa pun netral.

Sunday, May 10, 2009

Surau Kami setelah Pertemuan

Sudah memasuki minggu ke-3 setelah pembentukan pengurus baru (di sana disebut ahli jawatan kuasa), surau kami mengalami sedikit perubahan. Zakri, sekretaris, lebih kerap mengumandangkan azan, sehingga tak hanya terdengar di waktu Maghrib, Isya dan Subuh. Meskipun belum banyak yang hadir, namun gagasan untuk memakmurkan surau kami menggembirakan jamaah. Apatah lagi, Departemen Agama setempat bersedia untuk menggelontorkan bantuan dana untuk pengembangan fisik telah memantik pengurus baru untuk mengancang melaksanakan shalat tarawih pada bulan Ramadhan yang akan datang.

Ya, sejak tahuan 2003, kepengurusan surat flat kami mandek. Perlu 6 tahun untuk hidup kembali dan ternyata pengurus masih menyisakan saldo. Bendahara lama ditunjuk kembali untuk mengisi posisi pengurus keuangan. Saya sendiri bersedia hanya sebagai anggota biasa, karena satu-satunya warga asing yang turut menjadi bagian pengurus. Musyawarah pada waktu itu berjalan lancar dan masing-masing lebih mengedepankan pertimbangan kebersamaan. Meski sebelumnya saya mendengar salah seorang warga keberatan, namun pembentukan pengurus tetap berlangsung.

Saya juga mengusulkan untuk menghidupkan surau dengan penyelenggaraan pengajian al-Qur'an untuk anak-anak. Ternyata sesepuh surau itu menyambut baik dan akan membawa usulan ini pada musyawarah ke-dua, pada tanggal 24 Juni. Tentu dengan sosialisasi lebih awal, pengurus surau akan lebih siap untuk mendata anak-anak yang akan diminta turut serta dalam kegiatan ini. Diharapkan dengan aktivitas ini, surau itu tak lagi lengang di waktu sore dan anak-anak warga flat akan menemukan dunianya yang tak lagi melulu terbekap di rumah memelototi film kartun.

Pemurnian

Jati diri seringkali dikaitkan dengan darah keturunan. Padahal, secara genetik, kita mungkin tak sepenuhnya berasal dari satu ras. Namun, po...