Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Showing posts with label Alqur'an. Show all posts
Showing posts with label Alqur'an. Show all posts

Sunday, February 12, 2012

Zilal al-Qur'an

Mungkin kamera yang tak didukung oleh kuasa pixel, gambar di atas buram. Namun, kita masih bisa membaca Kata Pengantar Keluarga Qutb. Pendahuluan ini adalah persetujuan dari keluarga pemikir Muslim ternama, Sayyid Qutb yang menulis tafsir terkenal Fi Zilal al-Qur'an. Karya ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Malaysia. Saya menemukannya di rak Masjid Kampus UUM. Mari membaca tafsir, karena di sana ruang kita untuk menemukan pesan Tuhan yang sejati. Satu hal lagi, kita berusaha untuk tidak berpikir atomistik, di mana pesan saya ayat dipahami tanpa mencoba mengaitkan secara keseluruhan dengan ayat lain, yang menceritakan hal serupa atau berkait dengan medan semantik yang sama. Al-Qur'an itu suci, mari jadikan ia tanda yang menenangkan hati, bukan untuk menebar benci.

Tuesday, August 10, 2010

Membaca al-Qur'an Bersama



Membaca al-Qur'an bersama di masjid kampus mungkin tak sama dengan apa yang diandaikan oleh Susan Kennel Harrison, Kandidat Doktor di Toronto School of Theology, Koran Tempo, 10 Agustus 2010, dalam artikelnya berjudul "Membaca Kitab Suci Bersama", yang melibatkan pelbagai penganut agama, Kristen, Yahudi dan Muslim. Namun, sama saja, mereka sejatinya sedang menyemai iman dalam lingkaran kecil, sementara para sarjana acapkali ingin membandingkan dengan kelompok di luar dirinya. Tak perlu merasa lebih dari yang lain.

Di dalam gambar di atas, mereka sedang mengurai mengapa kita rugi jika tak mengingat Alqur'an. Sang ustaz, Mohd Yasir Yusuf, dengan lugas memaparkan ayat-ayat yang menjelaskan tema itu. Jauh dari sekadar menguras tenaga menggunakan analisis ilmiah, pertemuan semacam ini menautkan mahasiswa dengan sesama rekan, para pekerja migran dan tentu merawat kebersamaan yang acapkali tersandera oleh kepentingan sesaat. Sebagai tambahan, seorang lelaki berambut keriting dan memakai baju koko putih adalah Rizki yang baru sampai ke kampus untuk melanjutkan jenjang master dalam bidang film. Ia tak perlu waktu lama untuk segera larut dalam kegiatan mahasiswa.

Tentu, hal serupa dituntut pada mahasiswa lain agar meluangkan waktu, duduk bersama, mencari makna dari huruf-huruf yang diterakan dalam kitab suci. Tak seperti kumpulan para sarjana yang berdiskusi dengan sengit, mereka datang untuk mendengar dan mendapatkan kesempatan untuk bertanya. Nah, inilah potret sesungguhnya dari sebagian besar umat Muslim di Indonesia. Sayangnya, para intelektualnya tak sempat menyaring apa yang harus disampaikan pada mereka. Alih-alih menentramkan, pendapatnya acapkali membuat banyak orang awam bingung dan dirundung keraguan. Bisa jadi hal ini terjadi karena media secara tidak sadar mewartakan isu kontroversial, yang sepatutnya berpusar pada segelintir orang. Apa lacur, dunia maya membuat informasi tak bisa dihalang untuk diasup oleh siapa saja. Salah siapa?

Pemurnian

Jati diri seringkali dikaitkan dengan darah keturunan. Padahal, secara genetik, kita mungkin tak sepenuhnya berasal dari satu ras. Namun, po...