Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Kelompok 7 Inovasi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

KELOMPOK 7

MAKALAH DIFUSI DAN DESIMINASI INOVASI

NAMA :

MUH. FIQRI. SAPUTRA(10120200045)

SURDI PABBE (1012020055)

PAIZ AZBAR (1012020047)

SAMPUL
DAFTAR ISI...................................................................................................

KATA PENGANTAR....................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................

A. LATAR BELAKANG..................................................................
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................
C. TUJUAN MASALAH..................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................

INDIVIDUALITAS.............................................................................

A. DIFUSI DESIMINASI DAN INOVASI.....................................


B. PROSES KEPUTUSAN INOVASI............................................
C. PROSES INOVASI PENDIDIKAN ..........................................

BAB III PENUTUP.........................................................................................

A. KESIMPULAN ...........................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nicocolo Machiavelli berkata: “Tiada pekerjaan yang lebih susah
merencanakannya, lebih meragukan keberhasilannya, lebih berbahaya dalm
mengelolanya, daripada menciptakan suatu pembaharuan. apabila lawan
telah merencanakan untuk menyerang inovator dengan mengarahkan
kemarahan pasukannya sedangkan yang lain hanya bertahan dengan
kemalasan, maka inovator beserta kelompoknya seperti dalam keadaan
terancam. (The Prince (1513) dikutip Rogers, 1983).
Pernyataan Machiavelli tesebut menunjuk kan betapa berat tugas inovasi
dan betapa sukarnya menyebarkan inovasi. Banyak orang mengetahui dan
memahami sesuatu yang baru tetapi belum mau menerima apa lagi
melaksanakannya. Bahkan banyak pula yang menyadari bahwa suatu yang
baru itu bermanfaat baginya, tetapi belum juga mau menerima dan
menggunakan atau menerapkannya. Contohnya untuk mengefektifkan
proses belajar mengajar para guru diminta membuat persiapan mengajar
dengan menggunakan model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Tapi teryata juga belum semua guru yang telah tau dan dapat
membuat persiapan mengajar dengan cara baru itu mau menggunakannya
dalam kegiatan mengajar sehari-hari.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang akan di bahas
yaitu:
1. Apakah pengertian difusi dan diseminasi inovasi?
2. Apakah pengertian-pengertian proses keputusa inovasi?
3. Apakah pengertian proses inovasi pendidikan?

C. Tujuan masalah
Adapun tujuan dari penulisan ini yaitu:
1. Mengetahui pengertian difusi dan diseminasi inovasi.
2. Mengetahui pengertian-pengertian proses keputusan inovasi.
3. Mengetahui pengertian proses inovasi pendidikan.

D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini dengan kajian pustaka. Yakni dengan
mengkaji buku-buku atau reverensi yang relevan sesuai dengan topik-topik
yang dibahas.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Difusi dan Desiminasi Inovasi
1. Pengertian Difusi dan Desiminasi Inovasi

Difusi ialah proses komunikasi inovasi antara warga masyarakat (anggota


sistem sosial), dengan menggunakan saluran tertentu dan dalam waktu
tertentu. Jadi Difusi dapat merupakan salah satu tipe komunikasi yakni
komunikasi yang mempunyai ciri poko, pesan yang dikomunikasikan adalah
hal yang baru (inovasi). Diseminasi adalah peroses penyebaran inovasi yang
direncanakan, diarahkan, dan dikelola.

2. Elemen Difusi Inovasi


Rogers mengemukakan ada 3 elemen pokok difusi inovasi, yaitu: (1) inovasi,
(2) komunikasi dengan saliran tertentu dan (3) waktu.
a. Inovasi
Inovasi ialah suatu ide, barang, kejadian, metode, yang diamati sebagai suatu
yang baru bagi seseorang atu kelompok orang, baik berupa hasil invensi atau
diskoveri yang diadakan untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Komunikasi dengan saluran tertentu
Komunikasi dalam difusi inovasi diartiakn sebagai proses pertukaran
informasi antara anggota sistem sosial, sehingga terjadi saling pengertian
antara satu dengan yang lain. Kegiatan komunikasi dalam proses difusi
mencakup hal-hal sebagai berikut: (1) suatu inovasi, (2) individu atau
kelompok yang telah mengetahui dan berpengalaman dengan inovasi,(3)
individu atau kelompok yang lain yang belum mengenal inovasi. (4) saluran
komunikasi yang menggabungkan antara kedua pihak tersebut.
Komunikasi akan lebih efektif jika dua orang yang berkomunikasi itu
memiliki kesamaan seperti: asal daerah, bahasa, kepercayaan, tingkat
pendidikan, dan sebagainya.
c. Waktu
Waktu adalah elemen yang penting dalam proses difusi, karena waktu
merupakan aspek utama dalam proses komunikasi.
Peranan dimensi waktu dalam proses difusi terdapat pada tiga hal sebagai
berikut: (1) proses keputusan inovasi, (2) kepekaan seseorang terhadap
inovasi, dan (3) kecepatan menerima inovasi.
1. Proses keputusan inovasi ialah proses sejak seseorang mengetahui
inovasi pertamakali sampai ia memutuskan untuk menerima atau menolak
inovasi.
2. Kepekaan seseorang terhadap inovasi. Tidak semua orang dalam suatu
sistem sosial menerima inovasi dalam waktu yang sama. Mereka menerima
inovasi dari urutan waktu, artinya ada yang dahulu ada yang kemudian.
3. Kecepatan masyarakat. Kecepatan inovasi ialah kecepatan relatif
diterimanya inovasi oleh warga masyarakat. Kecepatan inovasi biasanya di
ukur berdasarkan lamanya waktu yang diperlukan untuk mencapai
presentase tertentu dari jumblah waktu masyarakat yang telah menerima
inovasi. Oleh karena itu pengukuran inovasi cendrung diukur dengan
berdasarkan tinjauan penerimaan inovasi oleh keseluruhan warga
masyarakat bukan penerima inovasi secara individual.
B. Proses Keputusan Inovasi
1. Pengertian Proses Keputusan Inovasi
Proses keputusan inovasi ialah proses yang melalui (dialami) individu (unit
pengambilan keputusan yang lain), mulai dari pertama tahu dadanya
inovasi, kemudian dilanjutkan dengan keputusan setuju terhadap inovasi,
penetapan keputusan menerima atau menolak inovasi, implementasi inovasi,
dan konfermasi terhadap keputusan inovasi yang telah diambilnya. Proses
keputusan inovasi bukan kegiatan yang dapat berlangsung seketika, tetapi
merupakan serangkaian kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu
yang tertentu, sehingga individu atau organisasi dapat menilai gagasan yang
baru itu sebagai bahan pertimbangan untukselanjutnya akan menolak atau
menerima inovasi dan menerapkannya.
2. Model Proses Keputusan Inovasi
Menurut rogers, proses keputusan inovasi terdiri dari 5 tahap, yaitu:
a. tahap pengetahuan
b. tahap bujukan
c. tahap keputusan
d. tahap implementasi dan
e. tahap kompirmasi.
1. Tahap Pengetahuan (Knowledge)
Proses keputusan inovasi dimulai dengan tahap pengetahuan yaitu tahap
pada saat seseorang menyadari adanya suatu inovasi dan ingin tahu bagai
mana fungsi inovasi tersebut. Pengertian menyadari dalam hal ini bukan
memahami tetapi membuka diri untuk mengetahui inovasi. Seseorang
menyadari atau membuka diri terhadap suatu inovasi tentu dilakukan
secara sktif dan fasip.
2. Tahap Bujukan (persuation)
Pada tahap persuasi dari proses keputusan inovasi, seseorang membentuk
sikap atau menyenangi terhadap inovasi. Dalam tahap persuasi ini lebih
banyak keaktifan mental yang memegang peran. Seseorang akan berusaha
mengetahui lebih banyak tentang inovasi dan menafsirkan informasi yang
diterimanya.pada tahap ini berlangsung seleksi informasi disesuaikan
dengan kondisi dan sifat pribadinya. Di sinilah peranan karakteristik inovasi
dalam mempengaruhi proses keputusan inovasi. Dalam tahap persuasi ini
juga sangat penting peran kemampuan untuk mengantisipasi kemungkinan
penerapan inovasi di masa datang.
3. Tahap keputusan (decision)
Tahap keputusan dari proses inovasi, berlangsung jika seseorang melakukan
kegiatan yang mengarah untuk menetapkan menerima atu menolak inovasi.
Sering terjadi seseorang akan menerima inovasi setelah ia mencoba lebih
dahulu. Bahkan jika mungkin mencoba sebagai kecil dahulu baru kemudian
dilanjutkan secara keseluruhan jika sudah terbukti berhasil sesuai dengan
yang diharapkan. Perlu diperhatiakn bahwa dalam kenyataannya pada
setiap tahap dalam proses keputusan inovasi dapat terjadi penolakan inovasi.
Misalnya penolakan dapat terjadi pada awal tahap pengetahuan, dapat juga
terjadi pada tahap persuasi. Mungkin juga terjadi setelah komfirmasi, dan
sebagainya. Ada dua penolakan inovasi yaitu:
a. Penolakan aktif artinya: penolakan inovasi setelah melalui proses
mempertimbangkan untuk menerima inovasi atau mungkin sudah mencoba
lebih dulu, tetapi keputusan akhir menolak inovasi, dan
b. Penolakan pasif artinya: penolakan inovasi dengan tampa
pertimbangan sama sekali.

4. Tahap Implementasi (implementasion)


Tahap implementasi dari proses keputusan inovasi terjadi apabila seseorang
menerapkan inovasi. Keputusan penerima gagasan atau ide baru dibuktikan
dalam praktek. Pada umumnya implimentasi tentu mengikuti hasil
keputusan inovasi. Tetapi dapat juga terjadi karena sesuatu hal memutuskan
menerima inovasi tidak diikuti implementasi.
5. Tahap konfirmasi (confirmation)
Dalam tahap konfirmasi ini seseorang mencari penguatan terhadap
keputusan yang telah diambilnya, dan ia dapat menarik kembali
keputusannya jika memang diperoleh informasi yang bertentangan dengan
informasi semula. Tahap konfirmasi ini sebenarnya berlangsung secara
berkelanjutan sejak terjadi keputusan menerima atau menolak inovasi yang
berlangsung dalam waktu yang tidak terbatas. Terjadi nya perubahan
tingkah laku seseorang antara lain disebabkan karena terjadinya
ketidakseimbangan internal.
3. Tipe Keputusan Inovasi
Inovasi dapat diterima atau ditolak seseorang (individu) sebagai anggota
sistem sosial, atau oleh keseluruhan anggota sistem sosial, yang menentukan
untuk menerima inovasi berdasarkan keputusan bersama atau berdasarkan
paksaan (kekuasaan). Dengan dasar kenyataan tersebut maka dapat
dibedakan adanya beberapa tipe keputusan inovasi.
a. Keputusan inovasi opsional, yaitu pemilihan menerima atau menolak
inovasi, berdasarkan keputusan yang ditentukan oleh individu (seseorang)
secara mandiri tanpa tergantung atau terpengaruh dorongan anggota sistem
sosial yang lain.
b. Keputusan inovasi kolektif ialah pemilih untuk menerima atau menolak
inovasi, berdasarkan keputusan yang dibuat secara bersama-sama
berdasarkan kesepakatan antara anggota sistem sosial.
c. Keputusan inovasi otoritas, ialah pemilihan untuk menerima atau
menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang dibuat oleh seseorang atau
kelompok orang yang mempunyai kedudukan, status,wewenang, atau
kemampuan yang lebih tinggi daripada anggota yang lain dalam suatu sistem
sosial.
Kegiatan tipe keputusan inovasi tersebutmerupakan rintangan (continuum)
dari keputusan opsional (individu dengan penuh tanggungj awab secara
mandiri mengambil keputusan), dilanjutkan dengan keputusan
kolektif(individu memperoleh sebagai wewenang untuk mengambil
keputusan), dan yang terakhir keputusan otoritas (individu sama sekali tidak
mempunyai hak untuk ikut mengambil keputusan.
d. Keputusan inovasi kotingensi (contingent) yaitu pemilihan menerima
atau menolak suatu inovasi, baru dapat dilakukan hanya setelah ada
keputusan inovasi yang mendahuluinya. Misalnya disebuah perguruan tinggi
seorang dosen tidak mungkin untuk memutuskan secara opsional untuk
memakai komputer sebelum didahului keputusan oleh pipinan fakultasnya
untuk melengkapi peralatan fakultas dengan komputer.

C. Proses Inovasi Pendidikan


1. Pengertian Proses Inovasi Pendidikan
Prosas inovasi pendidikan adalah serangkai aktivitas yang dilakukan oleh
individu atau organisasi, mulai sadar tahu adanya inovasi sampai
menerapkan (implementasi) inovasi pendidikan.
2. Beberapa Model Proses Inovasi Pendidikan
Dalam mempelajari proses inovasi para ahli mencoba mengidentifikasi
kegiatan apasaja yang dilakukan individu selama proses itu berlangsung
serta perubahan apa yang terjadi dalam proses inovasi, maka hasilnya
diketemukan pentahapan proses inovasi sebagai berikut:
Beberapa Model proses Inovasi yang berorientasi pada individual, antara
lain:
a. Lavidge & Steiner (1991)
b. Colley (1961)
c. Rogers (1962)
d. Robertson (1971)
e. Rogers & Shoemakers (1971)
f. Zaltman & Brooker (1971)
Beberapa Model Proses Inovasi yang Berorientasi pada Organisasi antara
lain:
a. Milo (1971)
b. Shepard (1967)
c. Hage & Aiken (1970)
d. Wilson (1966)
e. Rogers (1983)
f. Zaltman, Duncan & Holbek (1973)
Zaltman dan kawan-kawan membagi proses inovasi dalam organisasi
menjadi dua tahap yaitu tahap permulaan (initiation stage) dan tahap
implementasi (implementasion stage). Tiap tahap dibagi menjadi beberapa
langkah (sub stage).
a. Tahap permulaan (initiation stage)
1) Langkah pengetahuan dan kesadaran
2) Langkah pembentukan sikap terhadap inovasi
3) Langkah pengambilan keputusan
b. Tahap Implementasi (implementasion stage)
Pada langkah ini kegiatan yang dilakukan oleh para anggota organisasi ialah
menggunakan inovasi atau menerapkan inovasi. Ada dua langkah yang
dilakukan yaitu:
1) Langkah awal (permulaan) implementasi
2) Langkah kelanjutan pembinaan penerapan inovasi

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses inovasi pendidikan


Lembaga pendidikan formal seperti sekolah adalah suatu sub sistem dari
sistem sosial. Motivasi yang mendorong perlunya diadakan inovasi
pendidikan jika dilacak biasanya bersumber pada dua hal:
a. Kemauan sekolah (lembaga pendidikan) untuk mengadakan respon
terhadap tantangan kebutuhan masyarakat, dan
b. Adanya usaha untuk menggunakan sekolah (lembaga pendidikan)
untuk memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Antara lembaga
pendidikan dan sistim sosial terjadi hubungan yang erat dan saling
mempengaruhi. Tenaga pendidikan akan merasa tidak puas jika bekerja
tidak menggunakan kemapuan inteleknya, sehingga perlu adanya
penyesuayan dengan lapangan pekerjaan. Dengan demikian akan selalu
terjadi perubahan yang bersifat dinamis, yang disebabkan adanya hubungan
interaktif antara lembaga pendidikan dan masyarakat.
a. Faktor kegiatan belajar mengajar
Yang menjadi kunci keberhasilan dalam pengelolaan kegiatan belajar
mengajar ialah kemampuan guru sebagai tenaga profesional. Guru sebagai
tenaga yang telah dipandang memiliki keahlian tertentu dalm bidang
pendidikan, diserahi tugas dan wewenang untuk mengelola kegiatan belajar
mengajar agar dapat mencapai tujuan tertentu, yaitu terjadinya perubahan
tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan tujuan
institusional yang telah dirumuskan.
Sebagai alasan mengapa orang memandang tugas guru dal mengajar
mengandung banyak kelemahan tersebut, antara lain dikemukakan antara
bahwa:
1) Keberhasilan tugas guru dalm mengelola kegiaatan belajar mengajar
sangat ditentukan oleh hubungan interversonal antar guru dengan siswa.
Dengan demikian maka keberhasilan pelaksanaan tugas tersebut, juga
sangat ditentukan oleh pribadi guru dan siswa.
2) Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakn kegiatan yang terisolasi.
Pada waktu guru mengajar dia tidak mendapakan belikan dari teman
sejawatnya.
3) Berkaitan dengan kenyataan diatas tersebut, maka angat minimal
bantuan sejawat untuk memberikan bantuan sarana untuk kritik guna
meningkatkan kemampuan profesionalnya.
4) Belum ada kriteria yang baku tentang bagaimana pengelola kegiatan
belajar mengajar yang efektif.
5) Dalm melaksanakan tugas mengelola kegiatan belajar mengajar, guru
menghadapi sejumblah siswa yang bebbeda satu dengan yang lain baik
mengenai kondisi fisik, mental intlektual, sipat,minat, dan latar belakang
sosial ekonominya.
6) Berdasarkan data adanya perbedaan individual siswa, tentunya lebih
tepat jika pengelolaan kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan cara
yang sangat fleksibel, tetapi kenyataannya justru guru dituntut untuk
mencapai perubahan tingkah laku yang sama sesuai dengan ketentuan yang
telah dirumuskan.
7) Guru juga menghadapi tantangan dalam usaha untuk meningkatkan
kemanpuan profesionalnya, yaitu tampa adanya keseimbangan antara
kemampuan dan wewenangnya mengatur beban tugas yang harus
dilakukan, serta tampa bantuan dari lembaga dan tanpa adanya i8nsentif
yang menunjang kegiatannya.
b. Faktor Internal dan Eksternal
Faktor internal yang mempengaruhi pelaksanaan pendidikan dan dengan
sendirinya juga inovasi pendidikan adalah siswa.
Faktor ekternal yang mempunyai pengaruh dalam peroses inovasi
pendidikan adalah orang tua.
c. Sistem Pendidikan (Pengelolaan dan Pengawasan)
Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah diatur dengan aturan yang
dibuat pemerintah.
Dalm kaitan dengan adanya berbagai macam aturan dan pemerinyah
tersebut maka timbull pemersalaha sejauh mana batas kewenangan guru
untuk mengambil kebijakan dalam melakukan tugasnya dalam rangka
menyesuaikan dengan kondisi dan situasi setempat.
Demikian pula kesempatan yang diberikan kepada guru untuk
meningkatkan kemampuan profesionalnya. Dampak dari keterbatasan
kewenangan mengambil kebijakan dalam melaksanakan tugas bagi buru,
timbulnya siklus otoritas yang negatif bagi guru yang dikemukakan oleh
florio (1973) yang dikutip oleh zaltman (1977) adalah guru memiliki
keterbatasan kewenangan dan kemampuan profesional, menyebabkan tidak
mampu untuk mengambil kebijakan dalam melaksanakan tugasnya untuk
menghadapi tantangan kemajuan jaman.
Rasa ketidakmampuan menimbulkan frustasi dan bersikap apatis terhadap
tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Dampak dari sikap apatis, kurang
semangat berpartisipasi dan rasa kurang bertanggung jawab dalam
pelaksanaan tugas.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada hakikatnya yang menjadi sasaran menerima dan menerapkan inovasi
adalah individu atau pribadi sebagai anggota sistem sosial (warga
masyarakat). Dengan memahami proses difusi pendidikan, karena pada
dasarnya pelaksana pendidikan beserta komponen-komponen adalah suatu
organisasi.
Proses keputusan inovasi ialah proses yang dilalui (dialami) individu (unit
pengambil keputusan yang lain), mulai dari pertama tahu adanya inovasi,
kemudian dilanjutkan dengan keputusan setuju terhadap inovasi, penetapan
keputusan menerima atau menolak inovasi, implimentasi inovasi, dan
komfirmasi terhadap keputusan inovasi yang telah diambilnya.
Pada hakekatnya yang menjadi sasaran yang menerima dan menerapkan
inovasi adaalah individu atau pribadi sebagai anggota sistem sosial (warga
masyarakat) . maka demikian pemahaman tentang proses inovasi
pendidikan yang berorentasi pada individu tetap merupakan dasaar untuk
memahami proses inovasi dalam organisasi.
B. Saran
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada kita
terutama para calon guru. Diharapkan pada teman-teman para calon guru
untuk memberikan kritik maupu saran yang sifatnya membangun guna
perbaikan makalah kami kedepannya.
Daftar Pustaka
Djam’an Satori, Udin Syefudin Sa’ud. 2007. Modul Inovasi Pendidikan
Dasar.
Bandung: Program Magister Pendidikan Dasar SPS. UPI.Bandung.
Roger M & Shoemaker F. Floyd. (1971). Communication of
innovation.
Nem
York: The Free Press A Division of Macmillan Publishing Co.Inc.
Everett M. Rogers.(1983). Diffusion of Innovation. New York:The
Free Press.

Anda mungkin juga menyukai