Inovasi Pendidikan Kelompok 5
Inovasi Pendidikan Kelompok 5
Inovasi Pendidikan Kelompok 5
PENDAHULUAN
1
Maka dalam proses penyebaran inovasi timbul masalah yakni bagaimana cara
untuk mempercepat diterimanya suatu inovasi oleh masyarakat (sasaran
penyebaran inovasi). Untuk memecahkan masalah tersebut maka difusi inovasi
menarik perhatian para ahli pengembangan masyarakat dan dipelajari secara
mendalam.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan difusi inovasi?
2. Apa saja unsur-unsur difusi inovasi?
3. Apakah yang dimaksud dengan desiminasi inovasi?
4. Apa saja strategi difusi inovasi?
5. Apa saja hambatan-hambatan dalam difusi inovasi?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu pengertian difusi inovasi.
2. Untuk mengetahui apa saja unsur-unsur difusi inovasi.
3. Untuk mengetahui apa itu desiminasi inovasi.
4. Untuk mengetahui apa saja strategi difusi inovasi.
5. Untuk mengetahui apa saja hambatan-hambatan dalam difusi inovasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
penyebaran pesanpesan yang berupa gagasan baru, atau dalam istilah Rogers
(1961), difusi menyangkut “which is the spread of a new idea from its source of
invention or creation to its ultimate users or adopters.”3
Menurut Roger (1962) ada beberapa ciri suatu pembaharuan yang relevan
untuk diterima, yaitu:
3
Rusdiana, Konsep Inovasi Pendidikan, Bandung:CV.PUSTAKA SETIA,2014, Cetakan Pertama, hlm
61
4
Syarifudiin, Asrul dkk, Inovasi Pendidikan (Suatu Analisis Terhadap Kebijakan Baru Pendidikan),
Medan:PERDANA PUBLISHING, 2012, Cetakan Pertama, hl 32
4
dalam proses difusi terbuka kemungkinan terjadinya perubahan (re-invention),
dan para penerima inovasi bukan berperan secara pasif hanya sekedar menerima
apa yang diberikan.
2. Komunikasi dengan Saluran Tertentu
Seperti telah kita ketahui bahwa komunikasi dalam pembi-caraan difusi
inovasi ini, diartikan sebagai proses pertukaran informasi antar anggota sistem
sosial (warga masyarakat), sehingga terjadi saling pengertian antara satu dengan
yang lain. Inti dari pengertian difusi ialah terjadinya komunikasi (per-tukaran
informasi) tentang sesuatu hal yang baru (inovasi). Kegiatan komunikasi dalam
proses difusi mencakup hal-hal a) suatu inovasi; b) individu atau kelompok yang
telah menge-tahui dan berpengalaman dengan inovasi; c) individu atau kelompok
yang lain yang belum mengenal inovasi; d) saluran komunikasi yang
menggabungkan antara kedua pihak tersebut.
3. Waktu
Waktu adalah elemen yang penting dalam proses difusi, karena waktu
merupakan aspek utama dalam proses komunikasi. Waktu tidak nyata berdiri
sendiri terlepas dari suatu kejadian, tetapi waktu merupakan aspek dari suatu
kegiatan. Peranan dimensi waktu dalam proses difusi terdapat pada tiga hal
sebagai berikut.
a. Proses keputusan inovasi ialah proses sejak seseorang mengetahui inovasi
pertama kali sampai ia memutuskan untuk menerima atau menolak
inovasi.
b. Kepekaan seseorang terhadap inovasi. Tidak semua orang dalam suatu
system social (masyarakat) menerima inovasi dalam waktu yang sama.
Kepekaan inovasi ditandai dengan lebih dahulunya seseorang menerima
inovasi daripada yang lain, dalam suatu system social (masyarakat).
Berdasarkan kepekaan terhadap inovasi atau terdahulunya dan terlam-
batnya menerima inovasi, dapat dikatagorikan menjadi 5 macam katagori
penerima inovasi dalam suatu sistem sosial tertentu yaitu 1) innovator, 2)
pemula, 3) mayoritas awal, 4) mayoritas akhir, 5) terlambat (tertinggal).
c. Kecepatan penerimaan inovasi. Dimensi waktu yang ketiga dalam proses
difusi inovasi ialah kecepatan penerimaan inovasi. Yang dimaksud dengan
5
kecepatan penerimaan inovasi ialah kecepatan relative diterimanya inovasi
oleh warga masyarakat (anggota sistem sosial). Orang yang menerima
inovasi dalam tiap periode waktu tertentu (misalnya tahun, atau bulan),
mereka itu adalah inovator. Kecepatan inovasi biasanya diukur
berdasarkan lamanya waktu yang diperlukan untuk mencapai prosentase
tertentu dari jumlah warga masyarakat yang telah menerima inovasi.
4. Sistem sosial
Sistem sosial ialah hubungan (interaksi) antar individu atau unit dengan
bekerja sama untuk memecahkan masalah guna mencapai tujuan tertentu.
Anggota sistem sosial dapat individu, kelompok-kelompok informal, organisasi,
dan sub sistem yang lain. Proses difusi melibatkan hubungan antar individu dalam
sistem sosial, maka jelaslah bahwa individu akan terpengaruh oleh sistem sosial
dalam menghadapi suatu inovasi. Berbeda sistem sosial akan berbeda pula proses
difusi inovasi, walaupun mungkin dikenalkan dan diberi fasilitas dengan cara dan
perlengkapan yang sama.
Tujuan utama dari difusi inovasi adalah diadopsinya suatu inovasi (ilmu
pengetahuan, tekhnologi, bidang pengembangan masyarakat) oleh anggota sistem
sosial tertentu. Sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi
sampai kepada masyarakat.
B. Unsur-Unsur Difusi
6
b) Saluran Komunikasi adalah alat/wahana penyampai pesan dari seorang
individu ke individu lain.
Jalur komunikasi, dalam hal ini untuk menyebarkan inovasi ada 3 macam
bentuk komunikasi :
1. Interpersonal, komunikasi yang berlangsung antar pribadi yang
mempunyai kesamaan, disebut komunikasi homophilik, sedangkan
komunikasi yang berlangsung antar pribadi yang berbeda, disebut
komunikasi hetrophilik.
2. Formal, yaitu komunikasi yang berlangsung antar lembaga.
3. Komunikasi massal.
c) Jangka waktu
Waktu merupakan salah satu unsur penting dalam proses difusi.
Dimensi waktu dalam proses difusi berpengaruh dalam hal, yaitu:
1) Proses keputusan inovasi
2) Keinovatifan individu
3) Kecepatan adopsi suatu inovasi
d) Target populasi, yaitu berkenaan dengan situasi dan kondisi kebutuhan.
Difusi merupakan bagian dari perubahan sosial, istilah difusi tidak terlepas
dari kata inovasi. Karena tujuan utama proses difusi adalah diadopsinya suatu
inovasi oleh anggota sistem sosial tertentu. Anggota sistem sosial dapat berupa
individu, kelompok informal, organisasi dan atau sub sistem.
7
saluran tertentu dalam suatu rentang waktu tertentu di antara anggota sistem sosial
masyarakat.5
5
Barbara B. Seels, Rita C. Richey, Teknologi Pembelajaran, Jakarta: Unit Percetakan Universitas
Negeri Jakarta, 1994, hlm 70-71
6
Kristiawan, Siriyandi dkk, Inovasi Pendidikan, Purwosari:WP WADE GROUP,2018, Cetakan
Pertama, hlm 17-18
8
pendekatan komunikasi transaksional (yang bersifat diskusi interaktif, kooperatif,
egaliter, resiprokal) akan makin berkembang dan menjadi kebutuhan.
9
3) Analisis Sistem
Strategi ini adalah suatu strategi yang mendasarkan diri pada
ilmunya brhavioral sebagai sistem analis. Pendekatan ini menganggap
pembaharuan harus dipandang sebagai leater. Dalam pendekatan semua
bawaan (features), input, output dianalisis. Pendekatan tersebut didasarkan
atas equilibrium model yang mengubah suatu sistem dari beberapa sistem
yang kurang menjadi suatu sistem yang “harmonis”.
4) Riset terapan dan sistem-sistem mata rantai untuk difusi hasil-hasil riset
Strategi ini mendasarkan diri pada riset terapan denagn penelitian
dasar pada suatu pihak dan dengan orang-orang yang sedang bekerja dan
berpraktek pada pihak lain.
5) Pemikiran kaum tropis sebagai suatu strategi perubahan
Pendekatan ini lahir dari studi tentang masa depan pendidikan
seperti studi’Eropa tahun 2000”. Pada dasarnya pendekatan ini beralaskan
pengetahuan masa sekarang, berusaha untuk ‘meramal’ masa depan.
Dengan kata lain, masa depan akan didasarkan atas trens dan tendensi
yang dapat diobservasi.
2. Strategi Normatif-Reedukatif
10
dengan jalan menggerek ke luar nilai dari klienitu, bersama-sama dengan nilai-
nilai yang dimilikinya, dan dengan jalan bekerja melalui konflik-konflik nilai
secara spesifik.
7
Wibowo, Sigit, Difusi Dan Inovasi Pembelajaran Bahan Kajian Perkuliahan, Jakarta:UIA, 2011,
hlm 89-92
11
sering ditemui. Orang-orang tertentu dari dalam ataupun dari luar sistem
organisasi akan tidak menyukai, melakukan sesuatu yang berlawanan, melakukan
sabotase atau mencoba mencegah upaya untuk mengubah praktek yang berlaku.
Penolakan ini mungkin ditunjukkan secara terbuka dan aktif atau secara
tersembunyi dan pasif. Alasan mengapa ada yang ingin menolak perubahan
walaupun kenyataannya praktek yang ada sudah kurang relevan, membosankan,
sehingga dibutuhkan sebuah inovasi. Fenomena ini sering disebut sebagai
penolakan terhadap perubahan. Banyak upaya telah dilakukan untuk
menggambarkan, mengkategorisasikan dan menjelaskan fenomena penolakan ini.8
1. Hambatan psikologis
Hambatan ini ditemukan apabila kondisi psikologis individu dalam
organisasi menjadi faktor penolakan. Hambatan psikologis telah dan masih
merupakan kerangka kunci untuk memahami apa yang terjadi apabila
8
Rusydi Ananda, dkk, Inovasi Pendidikan, Medan : CV. Widya Puspita, 2017, Cetakan Pertama,
hlm 72
9
Ibid,hlm 72-75
12
individu dan sistem melakukan penolakan terhadap suatu upaya
perubahan.
Jenis hambatan ini dengan memilih satu faktor sebagai suatu
contoh yaitu dimensi kepercayaan, keamanan, dan kenyamanan versus
ketidakpercayaan, ketidakamanan, dan ketidaknyamanan. Faktor-faktor ini
sebagai unsur inovasi yang sangat penting. Faktor-faktor psikologis
lainnya yang dapat mengakibatkan penolakan terhadap inovasi baru adalah
rasa enggan karena merasa sudah cukup dengan keadaan yang ada, tidak
mau repot, atau ketidaktahuan tentang masalah yang terdapat dalam
organisasi.
Di dalam suatu sistem sosial, organisasi atau kelompok akan ada
individu yang pengalaman masa lalunya tidak positif akan mempengaruhi
kemampuan dan keberaniannya untuk menghadapi perubahan dalam
pekerjaannya. Jika sebuah inovasi berimplikasi berkurangnya kontrol
(misalnya diperkenalkannya model pimpinan tim atau kemandirian
masing-masing bagian), maka pemimpin itu biasanya akan memandang
perubahan itu sebagai negatif dan mengancam. Perubahan itu
dirasakannya sebagai kemerosotan, bukan perbaikan.
2. Hambatan praktis
Hambatan praktis adalah faktor-faktor penolakan yang lebih
bersifat fisik. Faktor-faktor tersebut adalah waktu, sumber daya dan
sistem. Faktor-faktor ini adalah faktor-faktor yang sering ditunjukkan
untuk mencegah atau memperlambat perubahan dalam organisasi dan
sistem sosial. Program pusat pelatihan sangat menekankan aspekaspek
bidang ini. Ini mungkin mengindikasikan adanya perhatian khusus pada
keahlian praktis dan metode-metode yang mempunyai kegunaan praktis
yang langsung. Oleh karena itu, inovasi dalam bidang ini dapat
menimbulkan penolakan yang terkait dengan hal-hal yang bersifat praktis.
Artinya, semakin praktis sifat suatu bidang, akan semakin mudah
individu dalam organisasi meminta penjelasan tentang penolakan praktis.
Di pihak lain, dapat diasumsikan bahwa hambatan praktis yang
sesungguhnya itu telah dialami oleh banyak individu dalam kegiatan
13
sehari-hari, yang menghambat perkembangan dan pembaruan praktek.
Tidak cukupnya sumber daya ekonomi, teknis dan material sering
disebutkan.
Dalam hal mengimplementasikan perubahan, faktor waktu sering
kurang diperhitungkan. Segala sesuatu memerlukan waktu. Oleh karena
itu, sangat penting untuk mengalokasikan banyak waktu apabila membuat
perencanaan inovasi. Pengalaman menunjukkan bahwa masalah yang tidak
diharapkan, yang mungkin tidak dapat diperkirakan pada tahap
perencanaan, kemungkinan akan terjadi.
Masalah pada bidang keahlian dan sumber daya ekonomi sebagai
contoh tentang hambatan praktis. Dalam perencanaan dan implementasi
inovasi, tingkat pengetahuan dan jumlah dana yang tersedia harus
dipertimbangkan. Ini berlaku terutama jika sesuatu yang sangat berbeda
dari praktek di masa lalu akan dilaksanakan, dengan kata lain jika ada
perbedaan yang besar antara yang lama dengan yang baru.
Dalam kasus seperti di atas, tambahan sumber daya dalam bentuk
keahlian dan keuangan dibutuhkan. Pengalaman telah menunjukkan bahwa
dana sangat dibutuhkan, khususnya pada awal dan selama masa
penyebarluasan gagasan inovasi. Ini mungkin terkait dengan kenyataan
bahwa bantuan dari luar, peralatan baru, realokasi, buku teks dan lain-lain
diperlukan selama fase awal.
Sumber dana yang dialokasikan untuk perubahan sering kali tidak
disediakan dari anggaran tahunan. Media informasi dan tindak lanjutnya
sering dibutuhkan selama fase penyebarluasan gagasan inovasi. Dalam
kaitan ini penting untuk dikemukakan bahwa dana saja tidak cukup untuk
melakukan perbaikan dalam praktek di organisasi.
Sumber daya keahlian seperti pengetahuan dan keterampilan
individu dalam organisasi yang dilibatkan dalam upaya inovasi ini
merupakan faktor yang sama pentingnya. Dengan kata lain, jarang sekali
dapat memilih antara satu jenis sumber atau jenis sumber lainnya,
melainkan memerlukan semua jenis sumber itu. Jelaslah bahwa kurangnya
sumber tertentu dapat dengan mudah menjadi hambatan.
14
3. Hambatan Nilai
Hambatan nilai melibatkan kenyataan bahwa suatu inovasi
mungkin selaras dengan nilai-nilai, norma-norma dan tradisi-tradisi yang
dianut organisasi tertentu, tetapi mungkin bertentangan dengan nilai-nilai
yang dianut sejumlah organisasi lain. Jika inovasi berlawanan dengan
nilai-nilai sebagian individu dalam organisasi, maka bentrokan nilai akan
terjadi dan penolakan terhadap inovasi-pun akan muncul.
Berbicara tentang penolakan terhadap perubahan atau terhadap
nilai-nilai dan pendapat yang berbeda, dalam banyak kasus itu tergantung
pada definisi yang digunakan. Banyak inovator telah mengalami konflik
yang jelas dengan orang lain, tetapi setelah dieksplorasi lebih jauh,
ternyata ditemukan adanya kesepakatan dan aliansi dapat dibentuk.
Pengalaman ini dapat dijelaskan dengan kenyataan bahwa sering kali
orang dapat setuju mengenai sumber daya yang dipergunakan. Kadang-
kadang hal ini terjadi tanpa memandang nilai-nilai. Dengan demikian
kesepakatan atau ketidaksepakatan di permukaan mudah terjadi dalam
kaitannya dengan aliansi. Sering kali aliansi itu terbukti sangat penting
bagi implementasi inovasi.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1) Difusi adalah proses komunikasi inovasi antara warga masyarakat
(anggota sistem sosial), dengan menggunakan saluran tertentu dan dalam
waktu tertentu.
2) Unsur-unsur difusi inovasi dapat diklasifikasikan dalam empat
kelompok,yaitu inovasi, saluran komunikasi, jangka waktu dan target
populasi
3) Diseminasi merupakan tindak inovasi yang disusun dan disebarkannya
berdasarkan sebuah perencanaan yang matang dengan pandangan jauh ke
depan baik melalui diskusi atau forum lainnnya yang sengaja
diprogramkan, sehingga terdapat kesepakatan untuk melaksanakan
inovasi.
4) Beberapa strategi pembaharuan untuk dipertimbangkan dalam rangka
mencapai rangka tujuan pembaharuan, yaitu Strategi Empiris Rasional,
Strategi Normatif-Reedukatif, Strategi Kebijakan Administratif, dan
Strategi Gabungan Politik Administratif.
5) Dalam konteks difusi inovasi dalam organisasi terdapat beberapa
hambatan, yaitu hambatan psikologis, hambatan praktis dan hambatan
nilai
16
DAFTAR PUSTAKA
Ananda, Rusydi dkk. (2017). Inovasi Pendidikan. Medan : CV. Widya Puspita.
17