Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Inovasi Pendidikan Kelompok 5

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Manusia dengan akalnya telah dapat menunjukkan kelebihan anugrah
Tuhan dengan kemampuannya menciptakan berbagai macam sarana yang dapat
digunakan untuk menguasai, memanfaatkan dan mengembangkan lingkungannya
untuk kemajuan dan kesejahteraan hidupnya.
Pada mulanya ada tiga hal yang menjadi dasar kebangkitan kemajuan
kehidupan umat manusia yaitu diciptakannya bahasa tulis kira-kira lima atau
enam ribu tahun yang lalu, disusul dengan kemampuan mengoperasikan hitungan
sederhana kira-kira seribu tahun kemudian dan diciptakannya mesin cetak sekitar
lima ratus tahun yang lalu.
Dengan bahasa tulis kita mampu merekam (mencatat) berbagai macam
informasi secara permanen serta mampu mengirimkan pesan dengan menerobos
keterbatasan ruang dan waktu. Dengan operasi hitung kita dapat mengolah data
kuantitatif yang akurat. Dengan mesin cetak kita dapat menyalin dan
memperbanyak bahan tulisan dengan cara cepat dan rapi serta menyebar
luaskannya ke generasi berikutnya.
Perkembangan zaman berikutnya kemajuan teknologi semakin cepat
seperti photografi, photocopy, cinemaphotografi, telegrafi, telephon, radio
komunikasi, radar, dan berbagai macam digital computer elektronik. Teknologi ini
berkembang ke berbagai bidang kehidupan seperti di toko, di sekolah, perguruan
tinggi, kantor bahkan ke rumah tangga.
Hasil kemajuan teknologi memang dapat didayagunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup manusia, tetapi kemajuan dan perubahan ini
terkadang banyak orang yang masih belum mau menerima apalagi
melaksanakannya. Bahkan banyak pula yang menyadari bahwa sesuatu yang baru
itu bermanfaat baginya, tetapi belum juga mau menerima dan mau menggunakan
atau menerapkannya.
Dari permasalahan ini ternyata memang ada jarak antara mengetahui dan
mau menerapkannya serta menggunakan atau menerapkan ide yang baru tersebut.

1
Maka dalam proses penyebaran inovasi timbul masalah yakni bagaimana cara
untuk mempercepat diterimanya suatu inovasi oleh masyarakat (sasaran
penyebaran inovasi). Untuk memecahkan masalah tersebut maka difusi inovasi
menarik perhatian para ahli pengembangan masyarakat dan dipelajari secara
mendalam.
B.  Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan difusi inovasi?
2. Apa saja unsur-unsur difusi inovasi?
3. Apakah yang dimaksud dengan desiminasi inovasi?
4. Apa saja strategi difusi inovasi?
5. Apa saja hambatan-hambatan dalam difusi inovasi?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu pengertian difusi inovasi.
2. Untuk mengetahui apa saja unsur-unsur difusi inovasi.
3. Untuk mengetahui apa itu desiminasi inovasi.
4. Untuk mengetahui apa saja strategi difusi inovasi.
5. Untuk mengetahui apa saja hambatan-hambatan dalam difusi inovasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Difusi Inovasi

Teori Difusi Inovasi pada dasarnya menjelaskan proses bagaimana suatu


inovasi disampaikan (dikomunikasikan) melalui saluran-saluran tertentu
sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Hal tersebut
sejalan dengan pengertian difusi dari Rogers (1961), yaitu “as the process by
which an innovation is communicated through certain channels over time among
the members of a social system”.

Difusi adalah proses komunikasi inovasi antara warga masyarakat


(anggota sistem sosial), dengan menggunakan saluran tertentu dan dalam waktu
tertentu. Komunikasi dalam definisi ini di tekankan dalam arti, terjadinya saling
tukar informasi (hubungan timbal balik), antar beberapa individu baik secara
memusat (konvergen) maupun memencar (divergen), yang berlangsung secara
spontan.1

Konsep diffusion sering kali digunakan secara sinonim dengan konsep


dissemination, tetapi di sini diberikan konotasi yang berbeda satu dengan lain.
Definisi diffusion menurut Roger (1962) adalah “penyebaran suatu ide baru dari
sumber invention-nya kepada pemakai atau penyerap yang terakhir”. Kalau istilah
diffusion adalah netral dan betulbetul memaksudkan penyebaran suatu
pembaharuan, dissemination digunakan di sini untuk menunjukkan suatu pola
difusi yang terencana, yang di dalamnya beberapa biro (agency) mengambil
langkah-langkah khusus untuk menjamin agar suatu pembaharuan akan mencapai
jumlah pengadopsi (penyerapan pembaharuan) paling banyak (Wijaya, 1992:12).2

Pada prinsipnya, difusi adalah jenis komunikasi khusus yang berkaitan


dengan penyebaran pesanpesan sebagai ide baru. Lebih jauh dijelaskan bahwa
difusi adalah bentuk komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan
1
Kristiawan, Siriyandi dkk, Inovasi Pendidikan, Purwosari:WP WADE GROUP,2018, Cetakan
Pertama, hlm 15-16
2
Syarifudiin, Asrul dkk, Inovasi Pendidikan (Suatu Analisis Terhadap Kebijakan Baru Pendidikan),
Medan:PERDANA PUBLISHING, 2012, Cetakan Pertama, hl 32

3
penyebaran pesanpesan yang berupa gagasan baru, atau dalam istilah Rogers
(1961), difusi menyangkut “which is the spread of a new idea from its source of
invention or creation to its ultimate users or adopters.”3

Menurut Roger (1962) ada beberapa ciri suatu pembaharuan yang relevan
untuk diterima, yaitu:

1) Secara relatif lebih menguntungkan daripada praktik atau kebiasaan yang


sudah ada.
2) Sepadan dengan nilai-nilai yang ada dan pengalaman potensi adopsi masa
lalu.
3) Tidak terlalu rumit.
4) Disesuaikan dengan daya serap adopter, atau dapat didemonstrasikan pada
suatu basis tertentu.
5) Adopter-adopter awal (early adopter), bila dibandingkan dengan adopter-
adoprter yang mengikuti kemudian (late adoption), tampaknya lebih muda
usia, menampilkan fungsi yang lebih terspesialisasi, merespons terhadap
sumber-sumber informasi yang lebih impersonal, berani dalam
mengemukakan opini.
6) Secara relatif pengaruh personal diri orang-orang terkemuka lebih kuat
bagi yang mengikuti kemudian.4
Rogers mengemukakan ada 4 elemen pokok difusi inovasi, yaitu sebagai
berikut
1. Inovasi
Inovasi ialah suatu ide, barang, kejadian, metode, yang diamati sebagai
suatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang, baik itu berupa hasil
invensi atau diskoveri, yang diadakan untuk mencapai tujuan tertentu. Mulai
tahun 1970 para ahli yang mempelajari difusi mulai memperhatikan adanya “re-
invention” yaitu inovasi yang diubah atau dimodifikasi oleh para pemakai dalam
proses penerimaan dan penerapannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa suatu inovasi

3
Rusdiana, Konsep Inovasi Pendidikan, Bandung:CV.PUSTAKA SETIA,2014, Cetakan Pertama, hlm
61
4
Syarifudiin, Asrul dkk, Inovasi Pendidikan (Suatu Analisis Terhadap Kebijakan Baru Pendidikan),
Medan:PERDANA PUBLISHING, 2012, Cetakan Pertama, hl 32

4
dalam proses difusi terbuka kemungkinan terjadinya perubahan (re-invention),
dan para penerima inovasi bukan berperan secara pasif hanya sekedar menerima
apa yang diberikan.
2. Komunikasi dengan Saluran Tertentu
Seperti telah kita ketahui bahwa komunikasi dalam pembi-caraan difusi
inovasi ini, diartikan sebagai proses pertukaran informasi antar anggota sistem
sosial (warga masyarakat), sehingga terjadi saling pengertian antara satu dengan
yang lain. Inti dari pengertian difusi ialah terjadinya komunikasi (per-tukaran
informasi) tentang sesuatu hal yang baru (inovasi). Kegiatan komunikasi dalam
proses difusi mencakup hal-hal a) suatu inovasi; b) individu atau kelompok yang
telah menge-tahui dan berpengalaman dengan inovasi; c) individu atau kelompok
yang lain yang belum mengenal inovasi; d) saluran komunikasi yang
menggabungkan antara kedua pihak tersebut.
3. Waktu
Waktu adalah elemen yang penting dalam proses difusi, karena waktu
merupakan aspek utama dalam proses komunikasi. Waktu tidak nyata berdiri
sendiri terlepas dari suatu kejadian, tetapi waktu merupakan aspek dari suatu
kegiatan. Peranan dimensi waktu dalam proses difusi terdapat pada tiga hal
sebagai berikut.
a. Proses keputusan inovasi ialah proses sejak seseorang mengetahui inovasi
pertama kali sampai ia memutuskan untuk menerima atau menolak
inovasi.
b. Kepekaan seseorang terhadap inovasi. Tidak semua orang dalam suatu
system social (masyarakat) menerima inovasi dalam waktu yang sama.
Kepekaan inovasi ditandai dengan lebih dahulunya seseorang menerima
inovasi daripada yang lain, dalam suatu system social (masyarakat).
Berdasarkan kepekaan terhadap inovasi atau terdahulunya dan terlam-
batnya menerima inovasi, dapat dikatagorikan menjadi 5 macam katagori
penerima inovasi dalam suatu sistem sosial tertentu yaitu 1) innovator, 2)
pemula, 3) mayoritas awal, 4) mayoritas akhir, 5) terlambat (tertinggal).
c. Kecepatan penerimaan inovasi. Dimensi waktu yang ketiga dalam proses
difusi inovasi ialah kecepatan penerimaan inovasi. Yang dimaksud dengan

5
kecepatan penerimaan inovasi ialah kecepatan relative diterimanya inovasi
oleh warga masyarakat (anggota sistem sosial). Orang yang menerima
inovasi dalam tiap periode waktu tertentu (misalnya tahun, atau bulan),
mereka itu adalah inovator. Kecepatan inovasi biasanya diukur
berdasarkan lamanya waktu yang diperlukan untuk mencapai prosentase
tertentu dari jumlah warga masyarakat yang telah menerima inovasi.
4. Sistem sosial
Sistem sosial ialah hubungan (interaksi) antar individu atau unit dengan
bekerja sama untuk memecahkan masalah guna mencapai tujuan tertentu.
Anggota sistem sosial dapat individu, kelompok-kelompok informal, organisasi,
dan sub sistem yang lain. Proses difusi melibatkan hubungan antar individu dalam
sistem sosial, maka jelaslah bahwa individu akan terpengaruh oleh sistem sosial
dalam menghadapi suatu inovasi. Berbeda sistem sosial akan berbeda pula proses
difusi inovasi, walaupun mungkin dikenalkan dan diberi fasilitas dengan cara dan
perlengkapan yang sama.
Tujuan utama dari difusi inovasi adalah diadopsinya suatu inovasi (ilmu
pengetahuan, tekhnologi, bidang pengembangan masyarakat) oleh anggota sistem
sosial tertentu. Sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi
sampai kepada masyarakat.

B. Unsur-Unsur Difusi

Unsur-unsur difusi inovasi dapat diklasifikasikan dalam empat kelompok,


yaitu:

a) Inovasi adalah suatu upaya memperkenalkan ide, barang, kejadian,


metode, yang diamati sebagai suatu yang baru bagi seseorang /sekelompok
orang untuk mencapai tujuan.
Substansi inovasi terdiri dari komponen berikut :
1. Komponen ide, seperti perubahan dalam cara medidik. Contohnya
penerapan konsep Cara Balajar Siswa Aktif (CBSA).
2. Komponen obyek, yaitu strategi belajar mengajar yang dapat
mendukung usaha untuk mempertinggi derajat keaktifan
siswa/mahasiswa.

6
b) Saluran Komunikasi adalah alat/wahana penyampai pesan dari seorang
individu ke individu lain.
Jalur komunikasi, dalam hal ini untuk menyebarkan inovasi ada 3 macam
bentuk komunikasi :
1. Interpersonal, komunikasi yang berlangsung antar pribadi yang
mempunyai kesamaan, disebut komunikasi homophilik, sedangkan
komunikasi yang berlangsung antar pribadi yang berbeda, disebut
komunikasi hetrophilik.
2. Formal, yaitu komunikasi yang berlangsung antar lembaga.
3. Komunikasi massal.
c) Jangka waktu
Waktu merupakan salah satu unsur penting dalam proses difusi.
Dimensi waktu dalam proses difusi berpengaruh dalam hal, yaitu:
1) Proses keputusan inovasi
2) Keinovatifan individu
3) Kecepatan adopsi suatu inovasi
d) Target populasi, yaitu berkenaan dengan situasi dan kondisi kebutuhan.

Individu yang memiliki kemampuan informal untuk mempengaruhi sikap


atau perilaku individu lain terhadap proses keputusan inovasi, peran opinion
leaders ini lebih bersifat non formal.

Difusi merupakan bagian dari perubahan sosial, istilah difusi tidak terlepas
dari kata inovasi. Karena tujuan utama proses difusi adalah diadopsinya suatu
inovasi oleh anggota sistem sosial tertentu. Anggota sistem sosial dapat berupa
individu, kelompok informal, organisasi dan atau sub sistem.

Difusi merupakan suatu proses pengkomunikasian inovasi melalui suatu


saluran dalam suatu rentang waktu di antara anggota suatu sistem sosial, termasuk
sistem pendidikan. Difusi inovasi dimaknakan sebagai penyebarluasan gagasan
inovasi melalui suatu proses komunikasi tertentu yang dilakukan menggunakan

7
saluran tertentu dalam suatu rentang waktu tertentu di antara anggota sistem sosial
masyarakat.5

C. Pengertian Diseminasi Difusi Inovasi

Diseminasi (Bahasa Inggris: Dissemination) adalah suatu kegiatan yang


ditujukan kepada kelompok target atau individu agar mereka memperoleh
informasi, timbul kesadaran, menerima, dan akhirnya memanfaatkan informasi
tersebut.

Diseminasi merupakan tindak inovasi yang disusun dan disebarkannya


berdasarkan sebuah perencanaan yang matang dengan pandangan jauh ke depan
baik melalui diskusi atau forum lainnnya yang sengaja diprogramkan, sehingga
terdapat kesepakatan untuk melaksanakan inovasi. Diseminasi adalah proses
penyebaran inovasi yang direncanakan, diarahkan, dan dikelola. Hal ini berbeda
dengan difusi yang merupakan alur komunikasi spontan. Sehingga terjadi saling
tukar informasi dan akhirnya terjadi kesamaan pendapat antara tentang inovasi
tersebut. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan bentuk
diseminasi, karena sebarannya berdasarkan sebuah perencanaan dengan
pandangan jauh ke depan. Di dalam pelaksanaannya pun, tidak sembarang
kegiatan dapat dilakukan, namun benar-benar berdasarkan sebuah program yang
terarah dan terencana secara matang.6

Perubahan dan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang


cepat dan dinamika sosial dan politik akan mempengaruhi pilihan strategi
komunikasi dan diseminasi informasi publik. Hal ini menjadi tantangan sekaligus
catatan bagi pejabat publik dan humas pemerintah untuk menyesuaikan diri
dengan perkembangan dan perubahan tersebut.

Secara umum pola komunikasi di masa mendatang relatif tidak berubah.


Komunikasi linier, sebagai basis, tetap digunakan. Namun, proses atau

5
Barbara B. Seels, Rita C. Richey, Teknologi Pembelajaran, Jakarta: Unit Percetakan Universitas
Negeri Jakarta, 1994, hlm 70-71
6
Kristiawan, Siriyandi dkk, Inovasi Pendidikan, Purwosari:WP WADE GROUP,2018, Cetakan
Pertama, hlm 17-18

8
pendekatan komunikasi transaksional (yang bersifat diskusi interaktif, kooperatif,
egaliter, resiprokal) akan makin berkembang dan menjadi kebutuhan.

Fenomena ini bisa kita lihat, misalnya, acara-acara talkshow yang


menghadirkan narasumber dan melibatkan pendengar, tetap menjadi pilihan.
Hanya saja, media perlu berupaya agar mereka yang selama ini ‘diam’ menjadi
‘mau bersuara’ dan menghindari narasumber yang “itu lagi, itu lagi” karena akan
membuat audiens cepat bosan.

D. Strategi Difusi Inovasi dalam Pendidikan

Beberapa strategi pembaharuan untuk dipertimbangkan dalam rangka


mencapai rangka tujuan pembaharuan.

1. Strategi Empiris Rasional

Asumsi dasar dalam strategi ini adalah bahwa manusia mampu


menggunakan akalnya dan akan bertindak dengan cara-cara yang rasional. Oleh
karena itu, tugas inovasi yang utama adalah mendemonstrasikan pembaharuan
tertentu melalui metode terbaik yang valid akan lebih memungkinkan
pengadapsiannya bagi reseiver.

Dalam pertimbangan strategi ini adalah seperti yang diketengahkan oleh


Bennc, dan Chin, yaitu:

1) Pemahaman dasar reseiver terhadap pembaharuan riset dan persebaran


pengetahuan melalui pendidikan umum
Asumsi dasarnya ialah bahwa pembaharuan besar kemungkinannya
akan terjadi melalui perbuatan orang-orang yang itu akan
memperbaharuinya segera setelah pemahaman dasar mereka berubah.
2) Pemilihan dan Penempatan Personal
Strategi khusus dalam memilih personal untuk suatu tugas tertentu
dapat dilakukan dengan penataran yang ilmiah melalui testing dan bakat
personal. Personal terpilih yang ditempatkan pada tempatnya akan
menjamin kelancaran proses dengan hasil pembahasan.

9
3) Analisis Sistem
Strategi ini adalah suatu strategi yang mendasarkan diri pada
ilmunya brhavioral sebagai sistem analis. Pendekatan ini menganggap
pembaharuan harus dipandang sebagai leater. Dalam pendekatan semua
bawaan (features), input, output dianalisis. Pendekatan tersebut didasarkan
atas equilibrium model yang mengubah suatu sistem dari beberapa sistem
yang kurang menjadi suatu sistem yang “harmonis”.
4) Riset terapan dan sistem-sistem mata rantai untuk difusi hasil-hasil riset
Strategi ini mendasarkan diri pada riset terapan denagn penelitian
dasar pada suatu pihak dan dengan orang-orang yang sedang bekerja dan
berpraktek pada pihak lain.
5) Pemikiran kaum tropis sebagai suatu strategi perubahan
Pendekatan ini lahir dari studi tentang masa depan pendidikan
seperti studi’Eropa tahun 2000”. Pada dasarnya pendekatan ini beralaskan
pengetahuan masa sekarang, berusaha untuk ‘meramal’ masa depan.
Dengan kata lain, masa depan akan didasarkan atas trens dan tendensi
yang dapat diobservasi.
2. Strategi Normatif-Reedukatif

Strategi ini didasarkan atas tulisan-tulisan Sigmund Freud, John Dewey,


Kurt Lewin,dan lain-lain. Dalam hal ini yang menjadi pusat kepentingan ialah
persoalan mengenai bagaimana klien memahami permasalahannya. Masalah
pembaharuan bukan perkara mengisi (suplying) informasi teknis yang memadai,
tetapi lebih merupakan perkara perubahan (changing) sikap, skill, nilai-nilai, dan
hubungan-hubungan manusia. Pembaharuan sikap justru sama perlunya dengan
perubahan produk-produk. Menerima sistem nilai klien berarti mengurangi
manipulasi dari luar.

Dalam strategi normatif-reedukatif, seorang agen mengubah bekerja


bersama-sama klienya. Dia mendasarkan pekerjaannya atas ilmu-ilmu behavioral,
dan tugasnya yang utama adalah mengindentifikasi dan mengerek ke luar serta
mempertimbangkan sikap, nilai dan opini yang perlu bagi klien itu. Sesuai sengan
ajaran ini, agen pengubahan mencoba menghindarkan manipulasi dari kliennya

10
dengan jalan menggerek ke luar nilai dari klienitu, bersama-sama dengan nilai-
nilai yang dimilikinya, dan dengan jalan bekerja melalui konflik-konflik nilai
secara spesifik.

Strategi-strategi normatif-reedukatif yang didasarkan atas suatu


pemahaman idealistis akan amat memuaskan manusia denagn suatu asumsi
optimistik akan kemungkinan-kemungkinan (possibelitas) bagi perubahan yang
penuh arti yang dimulai oleh individu dan melalui individu.

3. Strategi Kebijakan Administratif

Tentang pendekatan ini Bennis, Benne dan Chi mengatakan : “pendekatan


kebijakan administratif bukanlah penggunaan kekuasaan dalam pengertian
pengaruh oleh satu orang atas orang lain atau oleh satu kelompok atas kelompok
lain, yang membedakan keluarga strategi ini dari strategi-strategi yang sudah
didiskusikan. Kekuasaan dalam pemahaman ini merupakan suatu bahan dari
seluruh tindakan manusia. Mereka cenderung melihat perbedaan strategi-stratei
dalam unsur-unsur kekuasaan tempat strategi-strategi perubahan itu tergantung,
dan cara-cara kekuasaan dibentuk dan dipakai dalam proses pengubahan.

4. Strategi Gabungan Politik Administratif

Strategi ini memandang bahwa pendekatan yang spesifik terhadap


pembaharuan tidak dapat digambarkan hanya saja ditekankan kepada strategi
empiris rasional, normatif reedukatif, kebijakan administratif, tetapi sedikit
cenderung sebagai yang dipengaruhi oleh ketiga strategi itu (strategi gabungan).7

E. Hambatan-Hambatan dalam Difusi Inovasi

Dalam implementasi difusi inovasi dalam organisasi terkadang sering


mendapati beberapa hambatan yang berkaitan dengan difusi inovasi. Pengalaman
menunjukkan bahwa hampir setiap individu atau organisasi memiliki semacam
mekanisme penerimaan dan penolakan terhadap perubahan. Jika terdapat pihak
yang berupaya mengadakan sebuah perubahan, penolakan atau hambatan akan

7
Wibowo, Sigit, Difusi Dan Inovasi Pembelajaran Bahan Kajian Perkuliahan, Jakarta:UIA, 2011,
hlm 89-92

11
sering ditemui. Orang-orang tertentu dari dalam ataupun dari luar sistem
organisasi akan tidak menyukai, melakukan sesuatu yang berlawanan, melakukan
sabotase atau mencoba mencegah upaya untuk mengubah praktek yang berlaku.

Penolakan ini mungkin ditunjukkan secara terbuka dan aktif atau secara
tersembunyi dan pasif. Alasan mengapa ada yang ingin menolak perubahan
walaupun kenyataannya praktek yang ada sudah kurang relevan, membosankan,
sehingga dibutuhkan sebuah inovasi. Fenomena ini sering disebut sebagai
penolakan terhadap perubahan. Banyak upaya telah dilakukan untuk
menggambarkan, mengkategorisasikan dan menjelaskan fenomena penolakan ini.8

Rogers (2003) menjelaskan faktor-faktor hambatan yang mempengaruhi


secara alami alami/aturan dari proses difusi inovasi, yaitu:9

a. Knowledge of innovation and reinvention yaitu seberapa jauh kesadaran


organisasi terhadap inovasi dan persepsinya tentang karakteristik mereka
yang menonjol. Faktor pengetahuan ini dipengaruhi oleh sebagian oleh
karakteristik personil-personil dalam organisasi.
b. External accountability adalah tingkatan di mana suatu organisasi
tergantung atau bertanggungjawab kepada lingkungannya.
c. Lack resources adalah sumberdaya yang tidak siap digunakan pada
maksud/tujuan yang lain.
d. Organizational structure adalah susunan dari komponen – komponen dan
subsistem – subsistem di dalam suatu sistem.

Dalam konteks difusi inovasi dalam organisasi terdapat beberapa


hambatan yaitu:

1. Hambatan psikologis
Hambatan ini ditemukan apabila kondisi psikologis individu dalam
organisasi menjadi faktor penolakan. Hambatan psikologis telah dan masih
merupakan kerangka kunci untuk memahami apa yang terjadi apabila

8
Rusydi Ananda, dkk, Inovasi Pendidikan, Medan : CV. Widya Puspita, 2017, Cetakan Pertama,
hlm 72
9
Ibid,hlm 72-75

12
individu dan sistem melakukan penolakan terhadap suatu upaya
perubahan.
Jenis hambatan ini dengan memilih satu faktor sebagai suatu
contoh yaitu dimensi kepercayaan, keamanan, dan kenyamanan versus
ketidakpercayaan, ketidakamanan, dan ketidaknyamanan. Faktor-faktor ini
sebagai unsur inovasi yang sangat penting. Faktor-faktor psikologis
lainnya yang dapat mengakibatkan penolakan terhadap inovasi baru adalah
rasa enggan karena merasa sudah cukup dengan keadaan yang ada, tidak
mau repot, atau ketidaktahuan tentang masalah yang terdapat dalam
organisasi.
Di dalam suatu sistem sosial, organisasi atau kelompok akan ada
individu yang pengalaman masa lalunya tidak positif akan mempengaruhi
kemampuan dan keberaniannya untuk menghadapi perubahan dalam
pekerjaannya. Jika sebuah inovasi berimplikasi berkurangnya kontrol
(misalnya diperkenalkannya model pimpinan tim atau kemandirian
masing-masing bagian), maka pemimpin itu biasanya akan memandang
perubahan itu sebagai negatif dan mengancam. Perubahan itu
dirasakannya sebagai kemerosotan, bukan perbaikan.
2. Hambatan praktis
Hambatan praktis adalah faktor-faktor penolakan yang lebih
bersifat fisik. Faktor-faktor tersebut adalah waktu, sumber daya dan
sistem. Faktor-faktor ini adalah faktor-faktor yang sering ditunjukkan
untuk mencegah atau memperlambat perubahan dalam organisasi dan
sistem sosial. Program pusat pelatihan sangat menekankan aspekaspek
bidang ini. Ini mungkin mengindikasikan adanya perhatian khusus pada
keahlian praktis dan metode-metode yang mempunyai kegunaan praktis
yang langsung. Oleh karena itu, inovasi dalam bidang ini dapat
menimbulkan penolakan yang terkait dengan hal-hal yang bersifat praktis.
Artinya, semakin praktis sifat suatu bidang, akan semakin mudah
individu dalam organisasi meminta penjelasan tentang penolakan praktis.
Di pihak lain, dapat diasumsikan bahwa hambatan praktis yang
sesungguhnya itu telah dialami oleh banyak individu dalam kegiatan

13
sehari-hari, yang menghambat perkembangan dan pembaruan praktek.
Tidak cukupnya sumber daya ekonomi, teknis dan material sering
disebutkan.
Dalam hal mengimplementasikan perubahan, faktor waktu sering
kurang diperhitungkan. Segala sesuatu memerlukan waktu. Oleh karena
itu, sangat penting untuk mengalokasikan banyak waktu apabila membuat
perencanaan inovasi. Pengalaman menunjukkan bahwa masalah yang tidak
diharapkan, yang mungkin tidak dapat diperkirakan pada tahap
perencanaan, kemungkinan akan terjadi.
Masalah pada bidang keahlian dan sumber daya ekonomi sebagai
contoh tentang hambatan praktis. Dalam perencanaan dan implementasi
inovasi, tingkat pengetahuan dan jumlah dana yang tersedia harus
dipertimbangkan. Ini berlaku terutama jika sesuatu yang sangat berbeda
dari praktek di masa lalu akan dilaksanakan, dengan kata lain jika ada
perbedaan yang besar antara yang lama dengan yang baru.
Dalam kasus seperti di atas, tambahan sumber daya dalam bentuk
keahlian dan keuangan dibutuhkan. Pengalaman telah menunjukkan bahwa
dana sangat dibutuhkan, khususnya pada awal dan selama masa
penyebarluasan gagasan inovasi. Ini mungkin terkait dengan kenyataan
bahwa bantuan dari luar, peralatan baru, realokasi, buku teks dan lain-lain
diperlukan selama fase awal.
Sumber dana yang dialokasikan untuk perubahan sering kali tidak
disediakan dari anggaran tahunan. Media informasi dan tindak lanjutnya
sering dibutuhkan selama fase penyebarluasan gagasan inovasi. Dalam
kaitan ini penting untuk dikemukakan bahwa dana saja tidak cukup untuk
melakukan perbaikan dalam praktek di organisasi.
Sumber daya keahlian seperti pengetahuan dan keterampilan
individu dalam organisasi yang dilibatkan dalam upaya inovasi ini
merupakan faktor yang sama pentingnya. Dengan kata lain, jarang sekali
dapat memilih antara satu jenis sumber atau jenis sumber lainnya,
melainkan memerlukan semua jenis sumber itu. Jelaslah bahwa kurangnya
sumber tertentu dapat dengan mudah menjadi hambatan.

14
3. Hambatan Nilai
Hambatan nilai melibatkan kenyataan bahwa suatu inovasi
mungkin selaras dengan nilai-nilai, norma-norma dan tradisi-tradisi yang
dianut organisasi tertentu, tetapi mungkin bertentangan dengan nilai-nilai
yang dianut sejumlah organisasi lain. Jika inovasi berlawanan dengan
nilai-nilai sebagian individu dalam organisasi, maka bentrokan nilai akan
terjadi dan penolakan terhadap inovasi-pun akan muncul.
Berbicara tentang penolakan terhadap perubahan atau terhadap
nilai-nilai dan pendapat yang berbeda, dalam banyak kasus itu tergantung
pada definisi yang digunakan. Banyak inovator telah mengalami konflik
yang jelas dengan orang lain, tetapi setelah dieksplorasi lebih jauh,
ternyata ditemukan adanya kesepakatan dan aliansi dapat dibentuk.
Pengalaman ini dapat dijelaskan dengan kenyataan bahwa sering kali
orang dapat setuju mengenai sumber daya yang dipergunakan. Kadang-
kadang hal ini terjadi tanpa memandang nilai-nilai. Dengan demikian
kesepakatan atau ketidaksepakatan di permukaan mudah terjadi dalam
kaitannya dengan aliansi. Sering kali aliansi itu terbukti sangat penting
bagi implementasi inovasi.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1) Difusi adalah proses komunikasi inovasi antara warga masyarakat
(anggota sistem sosial), dengan menggunakan saluran tertentu dan dalam
waktu tertentu.
2) Unsur-unsur difusi inovasi dapat diklasifikasikan dalam empat
kelompok,yaitu inovasi, saluran komunikasi, jangka waktu dan target
populasi
3) Diseminasi merupakan tindak inovasi yang disusun dan disebarkannya
berdasarkan sebuah perencanaan yang matang dengan pandangan jauh ke
depan baik melalui diskusi atau forum lainnnya yang sengaja
diprogramkan, sehingga terdapat kesepakatan untuk melaksanakan
inovasi.
4) Beberapa strategi pembaharuan untuk dipertimbangkan dalam rangka
mencapai rangka tujuan pembaharuan, yaitu Strategi Empiris Rasional,
Strategi Normatif-Reedukatif, Strategi Kebijakan Administratif, dan
Strategi Gabungan Politik Administratif.
5) Dalam konteks difusi inovasi dalam organisasi terdapat beberapa
hambatan, yaitu hambatan psikologis, hambatan praktis dan hambatan
nilai

16
DAFTAR PUSTAKA

Ananda, Rusydi dkk. (2017). Inovasi Pendidikan. Medan : CV. Widya Puspita.

Barbara B. Seels, Rita C. Richey. (1994). Teknologi Pembelajaran. Jakarta: Unit


Percetakan Universitas Negeri Jakarta.
Kristiawan, Siriyandi dkk. (2018). Inovasi Pendidikan. Purwosari : WP WADE
GROUP.
Rusdiana. (2014). Konsep Inovasi Pendidikan. Bandung : CV PUSTAKA SETIA.
Syarifudiin, Asrul dkk. (2012). Inovasi Pendidikan (Suatu Analisis Terhadap
Kebijakan Baru Pendidikan). Medan : PERDANA PUBLISHING.
Wibowo, Sigit. (2011). Difusi Dan Inovasi Pembelajaran Bahan Kajian
Perkuliahan. Jakarta : UIA.

17

Anda mungkin juga menyukai