Makalah Difusi Pendidikan New
Makalah Difusi Pendidikan New
Makalah Difusi Pendidikan New
Disusun Oleh:
Muhammad Sirojuddin
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ..................................................................................... 19
B. Saran ............................................................................................... 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
b. Colley (1961):
- Belum menyadari
- Menyadari
- Memahami
- Mempercayai
- Mengambil tindakan
c. Rogers (1962):
- Menyadari
- Menaruh perhatian
- Menilai
- Mencoba
- Menerima (Adoption)
d. Robertson (1971):
- Persepsi tentang masalah
- Menyadari
- Memahami
- Menyikapi
- Mengesahkan
- Mencoba
- Menerima
- Disonansi
e. Rogers & Shoemakers (1971)
4
f. Klonglan & Coward (1970):
5
2. Beberapa Model Proses Inovasi Yang Berorientasi pada
Organisasi, antara lain:
a. Milo (1971):
- Konseptualisasi
- Tentatif adopsi
- Penerimaan Sumber
- Implementasi
- Institusionalisasi
b. Shepard (1967):
- Penemuan ide
- Adopsi
- Implementasi
c. Hage & Aiken (1970):
- Evaluasi
- Inisiasi
- Implementasi
- Routinisasi
d. Wilson (1966):
- Konsepsi perubahan
- Pengusulan perubahan
- Adopsi dan Implementasi
6
e. Rogers (1983)
7
- Langkah pembentukan sikap terhadap inovasi
2) Tahap Implementasi
8
organisasi merasa bahwa dalam organisasinya ada sesuatu yang
ketinggalan. Kemudian merubah hasil yang diharapkan, maka
terjadi sejenjangan penampilan.
9
formal. Jika terjadi perbedaan antara sikap individu terhadap inovasi
dengan perubahan tingkah laku yang diharapkan oleh pimpinan
organisasi, maka terjadi disonansi inovasi. Ada dua macam
disonansi yaitu penerimaan disonan dan penolak disonan.
10
1/2 kali daripada jika persediaan sumber bahan rendah. Jadi untuk
melancarkan proses inovasi, perlu mempertimbangkan berbagai
variabel yang dapat meningkatkan motivasi serta tersedianya
sumber bahan pelaksanaan (resources).
11
b. Langkah kelanjutan pembinaan penerapan inovasi
12
Agar kita dapat lebih memahami tentang perlunya perubahan
pendidikan atau kebutuhan adanya inovasi pendidikan dapat kita gali dari
tiga hal yang sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan di sekolah, yaitu:
(1) kegiatan belajar mengajar, (2) faktor internal dan eksternal, dan (3)
sistem pendidikan (pengelolaan dan pengawasan).
13
b. Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan kegiatan yang
terisolasi. Pada waktu guru mengajar dia tidak mendapatkan
balikan dari teman sejawatnya. Kegiatan guru di kelas
merupakan kegiatan yang terisolasi dari kegiatan kelompok. Apa
yang dilakukan guru di kelas tanpa diketahui oleh guru yang lain.
Dengan demikian maka sukar untuk mendapatkan kritik untuk
pengembangan profesinya. Ia menganggap bahwa yang
dilakukan sudah merupakan cara yang terbaik.
c. Berkaitan dengan kenyataan di atas tersebut, maka sanagat
minimal bantuan teman sejawat untuk memeberikan bantuan
saran atau kritik guna peningkatan kemampuan profesionalnya.
Apa yang dilakukan guru di kelas seolah-olah sudah merupakan
hak mutlak tanggungjawabnya, orang lain tidak boleh ikut
campur tangan. Padahal apa yang dilakukan mungkin masih
banyak kekurangannya.
d. Belum ada kriteria yang baku tentang bagaimana pengelolaan
kegiatan belajar mengajar yang efektif. Dan memang untuk
membuat kriteria keefektifan proses belajar mengajar sukar
ditentukan karena sangat banyak variabel yang ikut menentukan
keberhasilan kegiatan belajar siswa. Usaha untuk membuat
kriteria tersebut sudah dilakukan misalnya dengan digunakannya
APKG (Alat Penilai Komptensi Guru).
e. Dalam melaksanakan tugas mengelola kegiatan belajar
mengajar, guru menghadapi sejumlah siswa yang berbeda satu
dengan yang lain baik mengenai kondisi fisik, mental
intelektual, sifat, minat, dan latar belakang sosial ekonominya.
Guru tidak mungkin dapat melayani siswa dengan
memperhatikan perbedaan individual satu dengan yang lain,
dalam jam-jam pelajaran yang sudah diatur dengan jadual dan
dalam waktu yang sangat terbatas.
14
f. Berdasarkan data adanya perbedaan individual siswa, tentunya
lebih tepat jika pengelolaan kegiatan belajar mengajar dilakukan
dengan cara yang sangat fleksibel, tetapi kenyataannya justru
guru dituntut untuk mencapai perubahan tingkah laku yang sama
sesuai dengan ketentuan yang telah dirumuskan. Jadi anak yang
berbeda harus diarahkan menjadi sama. Jika guru tidak dapat
mengatasi masalah ini dapat menimbulkan anggapan diragukan
kualitas profesionalnya.
g. Guru juga menghadapi tantangan dalam uasaha untuk
meningkatkan kemampuan profesionalnya, yaitu tanpa adanya
keseimbangan antara kemampuan dan wewenangnya mengatur
beban tugas yang harus dilakukan, serta tanpa bantuan dari
lembaga dan tanpa adanya insentif yang menunjang
kegiatannya. Ada kemauan guru untuk meningkatkan
kemampuan profesionalnya, mungkin dengan cara belajar
sendiri atau mengikuti kuliah di perguruan tinggi, tetapi tugas
yang harus dilakukan masih terasa berat, jumlah muridnya
dalam satu kelas 50 orang, masih ditambah tugas administratif,
ditambah lagi harus melakukan kegiatan untuk menambah
penghasilan karena gaji pas-pasan, dan masih banyak lagi faktor
yang lain. Jadi program pertumbuhan jabatan atau peningkatan
profesi guru mengalami hambatan.
h. Guru dalam melaksanakan tugas mengelola kegiatan belajar
mengajar mengalami kesulitab untuk menentukan pilihan mana
yang diutamakan karena adanya berbagai macam tuntutan. Dari
satu segi meminta agar guru mengutamakan keterampilan proses
belajar, tetapi dari sudut lain dia dituntut harus menyelesaikan
sajian materi kurikulum yang harus diselesaikan sesuai dengan
batas waktu yang telah ditentukan, karena menjadi bahan ujian
negara/nasional.
15
Dari data tersebut menunjukkan bagaimana uniknya kegiatan belajar
mengajar, yang memungkinkan timbulnya peluang untuk munculnya
pendapat bahwa profesional guru diragukan bahkan ada yang mengatakan
bahwa jabatan guru itu ”semi profesional” , karena jika p rofesional yang
penuh tentu akan memberi peluang pada anggotanya untuk: (a) menguasai
kemampuan profesional yang ditunjukkan dalam penampilan, (b) memasuki
anggota profesi dan penilaian terhadap penampilan profesinya, diawasi oleh
kelompok profesi, (c) ketentuan untuk berbuat profesional, ditentukan
bersama antar sesama anggota profesi. (Zaltman, Florio, Sikoski, 1977).
16
peranan dalam menunjang kelancaran proses inovasi pendidikan, baik
ia sebagai penunjang secara moral membantu dan mendorong kegiatan
siswa untuk melakukan kegiatan belajar sesuai dengan yang diharapkan
sekolah, maupun sebagai penunjang pengadaan dana.
17
Dalam kaitan dengan adanya berbagai macam aturan dari
pemerintah tersebut maka timbul permasalahan sejauh mana batas
kewenangan guru untuk mengambil kebijakan dalam melakukan
tugasnya dalam rangka menyesuaikan dengan kondisi dan situasi
setempat. Demikian pula sejauh mana kesempatan yang diberikan
kepada guru untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya guna
menghadpi tantangan kemajuan jaman. Dampak dari keterbatasan
kesempatan meningkatkan kemampuan profesional serta keterbatasan
kewenangan mengambil kebijakan dalam melaksanakan tugas bagi
guru, dapat menyebabkan timbulnya siklus otoritas yang negatif. Siklus
otoritas yang negatif bagi guru yang dikemukakan oleh Florio (1973)
yang dikutip oleh Zaltman (1977) adalah guru memiliki keterbatasan
kewenangan dan kemampuan profesional, menyebabkan tidak mampu
untuk mengambil kebijakan dalam melaksanakan tugasnya untuk
menghadapi tantanagan kemajuan jaman. Rasa ketidakmampuan
menimbulkan frustasi dan bersikap apatis terhadap tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya. Sikap apatis dan rasa frustasi mengurangi rasa
tanggung jawab dan rasa ikut terlibat (komitmen) dalam pelaksanaan
tugas. Dampak dari sikap apatis, kurang semangat berpartisaipsi dan
kurang rasa tanggung jawab dalam pelaksanaan tugas, menyebabkan
tmapak dari luar sebagai guru yang kurang mampu atau tidak
profesional. Dengan adanya tanda-tanda bahwa guru kurang mampu
melaksanakan tugas maka mengurangi keprcayaan atasan terhadap
guru. Dengan adanya ras kurang percaya menyebabkan timbulnya
kecurigaan atau tidak jelasan kewenangan dan kemampuan yang
dimiliki oleh guru. Karena atasan mengaanggap tidak memperoleh
kejelasan tentang tanggung jawab pengguanaan wewenang serta
kemampuan profesional yang dimiliki guru, maka dibatasi pemberian
wewenang dan kesempatan mengembangkan kemampuannya.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
20