Pem. BHS Arab 1 Fixs
Pem. BHS Arab 1 Fixs
Pem. BHS Arab 1 Fixs
MAKALAH
Dosen Pengampu
Disusun oleh :
FEBRUARI 2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, atas anugerah hidup dan kesehatan, serta petunjuk-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini tepat waktu.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I
A. LATAR BELAKANG...........................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................5
C. TUJUAN MASALAH..........................................................................5
BAB II
BAB III
A. KESIMPULAN....................................................................................
B. SARAN.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
3
A. Latar Belakang
4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Pembelajaran Bahasa Arab ?
2. Bagaimana Metode Dalam Pembelajaran Bahasa Arab ?
3. Bagaimana Media Apa Yang Digunakan Dalam Pemebelajaran
Bahasa Arab ?
C. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan Pengertian Pembelajaran Bahasa
2. Menjelaskan Metode Dalam Pembelajaran Bahasa Arab ?
3. Menjelaskan Media Yang Digunakan Dalam Pemebelajaran Bahasa
Arab ?
5
BAB II
PEMBAHASAN
1
Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,2011), 32.
2
Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, (Surabaya: Pustaka Pelajar, 2003), 27
6
Metode ( al thariqah ) adalah langkah-langkah umum
tentang penerapan teori-teori yang ada pada pendekatan
tertentu.3 Menurut Azhar Arsyad, metode adalah rencana
menyeluruh yang berkenaan dengan penyajian materi bahasa
secara teratur, tidak ada satu bagian yang bertentangan dengan
yang lain dan semuanya berdasarkan atas approach yang telah
dipilih.4 Selain itu metode dapat didefinisikan sebagai seperangkat
cara yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan ilmu atau
transfer ilmu kepada anakdidiknya yang berlangsung dalam proses
belajar dan mengajar atau proses pembelajaran.5 Adapun metode
pembelajaran adalah suatu model dan cara yang dapat dilakukan
untuk menggelar aktivitas belajar-mengajar agar berjalan dengan
baik.6
Ada lima prinsip dasar dalam pengajaran bahasa Arab
asing, yaitu prinsip prioritas dalam proses penyajian, prinsip
koreksitas dan umpan balik, prinsip bertahap, prinsip penghayatan,
serta korelasi dan isi:
1. Prinsip prioritas
Dalam pembelajaran Bahasa Arab, ada prinsipprinsip
prioritas dalam penyampaian materi pengajaran, yaitu; pertama,
mengajarkan, mendengarkan, dan bercakap sebelum menulis.
Kedua, mengakarkan kalimat sebelum mengajarkan kata.
Ketiga, menggunakan kata-kata yang lebih akrab dengan
kehidupan sehari-hari sebelum mengajarkan bahasa sesuai
dengan penutur Bahasa Arab.
Mendengar dan berbicara terlebih dahulu daripada menulis.
3
Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011) hlm. 168
4
Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, (Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2010)
hlm,19
5
Ulin Nuha, Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab, (Jogjakarta:DIVA Press, 2012)
hlm. 157
6
Heri Rahyubi, Teori-teori Belajar dan Aplikasi Pembeljaran Motorik, hlm. 236
7
Prinsip ini berangkat dari asumsi bahwa pengajaran
bahasa yang baik adalah pengajaran yang sesuai dengan
perkembangan bahasa yang alami pada manusia2, yaitu setiap
anak akan mengawali perkembangan bahasanya dari
mendengar dan memperhatikan kemudian menirukan.
8
3. Perbedaan persepsi tentang bagaimana seseorang memperoleh
kemahiran bahasa.
9
hal sebagai berikut : Pertama, tujuan Pembelajaran bahasa arab
tampaknya pada aspek budaya/ilmu, terutama nahwu dan ilmu
sharaf. Kedua, kemampuan ilmu nahwu dianggap sebagai syarat
mutlak sebagai alat untuk memahami teks/kata bahasa Arab klasik
yang tidak memakai harakat, dan tanda baca lainnya. Ketiga,
bidang tersebut merupakan tradisi turun temurun, sehingga
kemampuan di bidang itu memberikan “rasa percaya diri (gengsi)
tersendiri di kalangan mereka”.
10
metode kaidah dan terjemah melihat bahasa secara preskriptif,
dengan demikian kebenaran bahasa brpedoman pada petunjuk
tertulis, yaitu aturan-aturan gramatikal yang ditulis oleh ahli
bahasa, bukan menurut ukuran guru.
b) Metode Langsung
Metode ini berasumsi bahwa belajar bahasa asing sama
dengan belajar bahasa ibu, yakni penggunaan bahasa secara
langsung dan intensif dalam komunikasi.7 Selain itu, metode ini
juga didasarkan atas asumsi yang brsumber dari hasil-hasil
kajian psikologi asosiatif. Berdasarkan kedua asumsi tersebut,
pengajaran bahasa khususnya pengajaran kata dan kalimat
harus dihubungkan langsung dengan benda, sampl atau
gambarnya, atau melalui peragaan, permainan peran dan lain
sebagainya.8 Metode ini mempunyai tujuan agar para pelajar
mampu berkomunikasi dengan bahasa asing yang dipelajarinya
seperti pemilik bahasa ini.metode ini dinamakan metode
langsung, sebab guru langsung menggunakan bahasa asing
(bahasa Arab) yang sedang diajarkan selama pelajaran,
sedangkan bahasa murid tidak boleh digunakannya. 9
c) Metode Audiolingual (Sam’iyyah Syafahiyyah)
Metode ini lebih populer diterapkan karena sebab
kepentingan perang. Dalam sejarah Perang Dunia II, Amerika
memerlukan personil tentara yang mahir berbahasa asing untuk
kepentingan ekspansinya. Oleh karena itu, metode ini dikenal
juga dengan army method. Bahasa yang dipelajari lebih
dicurahkan pada perhatian dalam pelafalan kata, tubian (drills)
berkali-kali secara intensif. Mirip dengan metode sebelumnya,
tubian (drill) inilah yang menjadi tehnik dasar dalam
7
Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab,,, hlm. 176-177
8
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, ( Malang: Misykat, 2012 ) hlm.
47
9
Wa Muna, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab: Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Teras,
2011) hlm. 85
11
pembelajaran. Hanya saja konsentrasi tujuan lebih pada
penguasaan keterampilan mendengar dan berbicara. Istilah
audio-lingualisme pertama-tama dikemukakan oleh Prof.
Nelson Brooks pada tahun 1964. Metode ini dinyatakan
sebagai metode yang paling efektif dan efisien dalam
pembelajaran bahasa asing dan mengklaim sebagai metode
yang telah mengubah pengajaran bahasa dari hanya sebuah kiat
ke sebuah ilmu. Audio-Lingual Method (ALM) merupakan
hasil kombinasi pandangan dan prinsip-prinsip Linguistik
Struktural, Analisis Kontrastif, pendekatan Aural-Oral, dan
psikologi Behavioristik. Dasar pemikiran ALM mengenai
bahasa, pengajaran, dan pembelajaran bahasa adalah sebagai
berikut:
12
d. Makna kata-kata yang dimiliki oleh penutur asli dapat dipelajari
hanya dalam konteks bahasa dan kebudayaan dan tidak berdiri
sendiri.
13
menggunakan sistem bahasa secara efektif dan benar.
Kelancaran menggunakan bahasa yang acceptable menjadi
tujuan utama yang ingin di capai. Dalam pembelajaran bahasa
Arab dengan pendekatan komunikatif, penguasaan makna
(nosi/fikrah) sangat penting, sehingga isi pelajaran disajikan
dalam konteks. Sementara struktur bahasa diajarkan
terintegrasi dalam pengejaran keterampilan berbahasa Arabnya.
Kemampuan yang diharapkan tidak hanya keterampilan
berbahasa, tetapi juga unsure-unsur kebahasaannya, seperti
sharf dan nahwu. Bahan pelajaran berupa dialog, pengalaman
peserta didik, latihan ungkapan, namun tubian tidak diberikan
hanya bila dianggap perlu. Sedangkan bahasa Ibu dan
terjemahan bisa digunakan sekali-kali.
14
Dalam membentuk gambaran mental (mental image)
dihubungkan dengan benda, diagram, gambar dan chart.
b. Kosa kata dikeompokkan ke dalam ungkapan-unngkapan
pendek yang berhubungan dengan suatu masalah dan
merupakan satu pelajaran; Beberapa pelajaran dilumpulkan
dalam satu bab sehingga kumpulan dari beberapa bab akan
membentuk satu seri.
c. Pembelajaran diajarkan secara lisan, kemudian sebagian
diajarkan berdasarkan materi ari buku
d. Bahasa Murid (bahasa ibu) dapat digunakan dengan jarana
e. Pengajaran mengarang baru diajarkan setelah diberikan
beberapa pengantar pelajaran terlebih dahulu
f. Gramtika di ajarkan pada tahap awal kemudian membaca.10
4. Al-Tariqah Al-Sautiyah (Phonetic Method)
5. Al-Tariqah al-Tabi’iyah
Metode ini merupakan kelanjutan dari tariqog sikulujiyah
dan tariqoh samitah yang juga melarang menggunakan bahasa
ibu dalam pembelajarannya karena berprinsip bahwa seorang
anak kecil akan mampu belajar suatu bahasa Asing jika ia
menggunakan metode yang sama ketika ia belajar bahasa
10
Juwairiyah Dahlan, Metode Belajar, (Surabaya : Penerbit al-Ikhlas), hal. 112
11
Ibid., hal. 112-113
15
sendiri.12 Dalam mengaplikasikan metode ini dalam
pembelajaran bahasa biasanya banyak menggunakan pola
drama pasif (pantonim), latihan meniri dan Tanya jawab. Kosa
kata yang diberikan adalah kosa kata yang berhubungan dengan
kegiatan sehari-hari dengan senantiasa memperhatikan pola
susunan percakapan yang digunakannya.
6. Tariqat al-Qira’ah (The Reading Method)
12
Mahmud Kamil al-Naqoh, Ta’lim al-Lughoh al-‘Arobiyah, (Makkah al-Mukarromah, Jami’ah
Umm alQuro), hal. 77
13
Juwairiyah Dahlan, Metode Belajar …, hal. 113
14
Mahmud Kamil al-Naqoh, Ta’lim Lughoh al-Arobiyah …, hal. 84
15
‘Aishah Musa al-Said, Asalib wa Mabadi’ fi Tadris al-Lughoh, ter (Riyad :
Matabi’ Jami’ah al-Malik al-Sa’ud, 1997), hal. 37.
16
dengar sebelumnya.16 Metode ini senantiasa berpijak pada
prinsip pembelajaran bahasa sebagai berikut :
16
Mahmud Kamil al-Naqoh, Ta’lim al-Lughoh al-‘Arobiyah …, hal. 88
17
Ibid., hal. 89
18
Ibid., hal. 108
17
b. Tariqah al-Madkhal al-Wadzifiy
19
Ibid., hal.89
18
Sehinga media pembelajaran merupakan alat atau bahan
yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar, serta untuk
menyapaikan informasi kepada audien agar audien cepat
menerima informasi tersebut.
2. Fungsi dan Kegunaan Media Pembelajaran
Kehadiran media pembelajaran sebagai media antara guru
sebagai pengirim informasi dan penerima informasi harus
komunikatif, khususnya untuk obyek secara visualisasi.
Adapun fungsi media pembelajaran yaitu:
a. Media pembelajaran dapat mengatasi
keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para
peserta didik.
b. Membangkitkan motivasi belajar.
c. Mengulang apa yang telah terjadi.
d. Menyediakan stimulus belajar.
e. Mengaktifkan respon peserta didik.
f. Memberikan timbal balik segera.
g. Mengaktifkan respon peserta didik
19
Istima’ adalah proses menerima sekumpulan fitur
bunyi yang terkandung dalam kosakata atau kalimat yang
memiliki makna terkait dengan kata sebelumnya, dalam
sebuah topik tertentu. Istima’ meskipun di kalangan tertentu
hanya dipahami sebatas “dengar (hearing). Akan lebih
tepat, kalau istima’ lebih diarahkan pada “menyimak
(auding) dengan tidak lepas konteks. Contohnya seperti
radio, alat perekam pita magnetik atau kaset, Film, TV,
VCD dan lainnya.
b. Media pembelajaran kalam
Kalam merupakan keterampilan dasar yang menjadi
bagian penting dalam Pembelajaran bajasa kedua.
Keterampilan ini tergolong sebagai maharat
istintajiyyah(productive skill). Sebab ia menuntut adanya
peran aktif peserta didik agar dapat berkomunikasi secara
lisan (syafahiyyah) dengan pihak atau komunitas yang lain.
Aspek keterampilan ini malah seakan paling dominan di
antara keterampialn-keterampilan berbahasa yang lain
setelah istima’. Sementara media yang bisa digunakan
dalam pembelajaran kalam yaitu poster, gambar dan
lainnya.22
c. Media pembelajaran kitabah
Kitabah (menulis) merupakan keterampilan
berbahasa yang rumit, karenanya keterampilan ini harus
diurutkan setelah periode pelajaran yang menekankan pada
bunyi(marhalah shawtiyyah). Marhalah tersebut lebih
terfokus pada aspek menyimak dan bicara.Kitabah sering
difahami hanya sebatas mengkopi (naskh) dan
mengeja (tahajju’ah), namun kitabah sebenarnya juga
mencakup beragam proses kognitif untuk mengungkap apa
yang diinginkan seseorang. Dengan demikian keterampilan
22
Ulin Nuha, Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab, (Jogyakarta: DIVA
Press, 2012), Hlm 271-273.
20
ini merupakan latihan mengatur ide-ide dan pengetahuan
lalu menyampaikan dalam bentuk simbol-simbol huruf.
Akan tetapi bagaimana pelajaran kitabah itu sebenarnya
adalah tergantung pada bagaimana pula situasi dan kondisi
belajar atau peserta didiknya.
Adapun media pembelajaran yang dapat
dimanfaatkan untuk pembelajaran keterampilan menulis
yaitu:
1) Kaset rekaman
2) Teka-teki silang
3) Kartu
4) Foto dan gambar
5) Internet
6) Permainan.
d. Media pembelajaran qira’ah
Membaca (qira’ah) merupakan keterampilan
menangkap makna dalam simbol-simbol bunyi tertulis yang
terorganisir menurut sistem tertentu. Alat indera
penglihatan (mata) sangat memiliki peran penting dalam
proses tersebut. Namun qira’ah (membaca) bukanlah
sekedar proses kerja dari indra mata dan alat ujar saja.
Tetapi ia juga merupakan aktivitas aqliyah, meliputi: pola
berpikir, menganalisis, menilai, problem-solving, dsb.
Adapun media pembelajaran yang dapat
dimanfaatkan untuk pembelajaran keterampilan membaca
yaitu:
1) Laboratorium baca
2) Slide
3) Internet
4) Dan lainnya.23
23
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Press, 2011),Hlm 47 -48.
21
22
23
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pembelajaran Bahasa Arab adalah kegiatan mengajar yang
dilakukan oleh guru untuk mengajarkan Bahasa Arab kepada peserta didik
untuk mencapai tujuan pembelajaran pembelajaran yaitu pembelajaran
bahasa asing.
Metode pembelajaran adalah suatu model dan cara yang dapat
dilakukan untuk menggelar aktivitas belajar-mengajar agar berjalan
dengan baik.
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan
peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada
diri peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Hermawan Acep, 201. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,
Arsyad Azhar, 2003. Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya. Surabaya: Pustaka Pelajar,
Nuha Ulin, 2012. Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab. Jogjakarta:DIVA Press.
24
Heri Rahyubi, Teori-teori Belajar dan Aplikasi Pembeljaran Motorik
Muna Wa, 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Teras.
Dahlan Juwairiyah, Metode Belajar, Surabaya : Penerbit al-Ikhlas
25