Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Komunikasi Terapeutik Pada Anak (Kel 1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA ANAK

Disusun oleh
Kelompok I

1. IMANUEL RATO NONO 2120001


2. OLIVIA FILOMENA SIWI 2120002
3. ESTILIA DUA HALE 2120003
4. FITRIYANTI ABDJUL 2120004
5. YUSTINA MARIANA N 2120005

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR 2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
Konsep Promosi Kesehatan. Makalah ini di buat untuk memenuhi salah satu tugas
matakuliahKomunitas.
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari
beberapa pihak untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini sehingga berhasil, terutama
kepada dosen pembimbing.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan
buku pegangan dan ilmu yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya menbangun demi kepentingan makalah penulis di masa mendatang.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga dengan adannya makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada pembaca pada umumnya dan khususnya pada penulis sendiri
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Komunikasi pada anak merupakan suatu proses penyampaian dan transfer informasi
yang melibatkan anak, baik sebagai pengirim pesan maupun penerima pesan. Dalam proses ini
melibatkan usaha-usaha untuk mengelompokkan, memilih dan mengirimkan lambang- lambang
sedemikian rupa yang dapat membantu seorang pendengar atau penerima berita mengamati dan
menyusun kembali dalam pikirannya arti dan makna yang terkandung dalam pikiran
komunikator.
Pada anak, komunikasi yang terjadi mempunyai perbedaan bila dibandingkan dengan
yang terjadi pada usia bayi, balita,remaja, maupun orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh
karakteristik khusus yang dimiliki anak tersebut sesuai dengan usia dan perkembangannya.
Komunikasi pada anak sangat penting karena pada proses tersebut mereka dapat saling
mengekspresikan perasaan dan pikiran, sehingga dapat diketahui oleh orang lain. Disamping itu
dengan berkomunikasi anak - anak dapat bersosialisasi dengan lingkungannya .
Pada anak -anak yang dirawat dirumah sakit karena banyaknya permasalahan yang
dialaminya baik yang berhubungan dengan sakitnya maupun karena ketakutan dan
kecemasannya terhadap situasi maupun prosedur tindakan , sering komunikasi menjadi
terganggu. Anak menjadi lebih pendiam ataupun tidak berkomunikasi. Keadaan ini apabila
dibiarkan akan dapat memberikan efek yang kurang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan
disamping proses penyembuhan penyakitnya.
Perawat yang mempunyai banyak waktu dengan pasien , diharapkan dapat memulai
menciptakan komunikasi yang efektif. Keterlibatan perawat dalam berkomunikasi sangat penting
karena dengan demikian perawat mendapat informasi dan dapat membina rasa percaya anak pada
perawat serta membantu anak agar dapat mengekspresikan perasaannya sehingga dapat dicari
solusinya. Sehubungan dengan itu perawat dituntut untuk memiliki kemampuan komunikasi
dalam memberikan askep pada anak, menguasai teknik-teknik komunikasi yang cocok bagi anak
sesuai dengan perkembangannya.

1.2  Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan masalah sebgai berikut :
1. Apakah pengertian komunikasi terapeutik pada anak?
2. Apakah tujuan komunikasi terapeutik pada anak?
3. Apakah prinsip dasar komunikasi terapeutik pada anak?
4. Bagaimanakah teknik komunikasi terapeutik pada anak?
5. Bagaimanakah karakteristik Helper yang memfasilitasi tumbuhnya hubungan terapeutik
pada anak?
6. Bagaimanakah teknik yang kurang tepat dilakukan dalam komunikasi terapeutik pada
anak?

1.3  Tujuan
Adapun tujuan yang penulisan makalah ini, antara lain :
1. Siswa dapat mengetahui pengertian komunikasi terapeutik pada anak.
2. Siswa dapat mengetahui tujuan komunikasi terapeutik pada anak.
3. Siswa dapat mengetahui prinsip dasar komunikasi terapeutik pada anak.
4. Siswa dapat menerapkan teknik komunikasi terapeutik pada anak.
5. Siswa dapat mengetahui karakteristik Helper yang memfasilitasi tumbuhnya hubungan
terapeutik pada anak.
6. Siswa dapat mengetahui dan menghindari teknik yang kurang tepat dilakukan dalam
komunikasi terapeutik pada anak.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik pada Anak


Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan secara sadar,bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik pada anak adalah
komunikasi yang dilakukan antara perawat dan klien (anak), yang direncanakan secara sadar ,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan anak.
Komunikasi dengan anak berdasarkan usia tumbuh kembang, antara lain :
1. Usia Bayi (0-1 tahun)
Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan melalui
gerakan-gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat komunikasi yang efektif, di
samping itu komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara non verbal.
Perkembangan komunikasi pada bayi dapat dimulai dengan kemampuan bayi
untuk melihat sesuatu yang menarik, ketika bayi digerakkan maka bayi akan
berespons untuk mengeluarkan suara-suara bayi. Perkembangan komunikasi pada
bayi tersebut dapat dimulai pada usia minggu ke delapan dimana bayi sudah
mampu untuk melihat objek atau cahaya, kemudian pada minggu kedua belas
sudah mulai melakukan tersenyum. Pada usia ke enam belas bayi sudah mulai
menolehkan kepala pada suara yang asing bagi dirinya. Pada pertengahan tahun
pertama bayi sudah mulai mengucapkan kata-kata awal seperti ba-ba, da-da, dan
lain-lain. Pada bulan ke sepuluh bayi sudah bereaksi terhadap panggilan terhadap
namanya, mampu melihat beberapa gambar yang terdapat dalam buku. Pada akhir
tahun pertama bayi sudah mampu mengucapkan kata-kata yang spesifik antara
dua atau tiga kata. Selain melakukan komunikasi seperti di atas terdapat cara
komunikasi yang efektif pada bayi yakni dengan cara menggunakan komunikasi
non verbal dengan tehnik sentuhan seperti mengusap, menggendong, memangku,
dan lain-lain

2. Usia Todler dan Pra Sekolah (1-2,5 tahun, 2,5-5 tahun)


Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan perkembangan
bahasa anak dengan kemampuan anak sudah mampu memahami kurang lebih
sepuluh kata, pada tahun ke dua sudah mampu 200-300 kata dan masih terdengan
kata-kata ulangan.
Pada anak usia ini khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu menguasai
sembilan ratus kata dan banyak kata-kata yang digunakan seperti mengapa, apa,
kapan dan sebagainya. Komunikasi pada usia tersebut sifatnya sangat egosentris,
rasa ingin tahunya sangat tinggi, inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasanya mulai
meningkat, mudah merasa kecewa dan rasa bersalah karena tuntutan tinggi, setiap
komunikasi harus berpusat pada dirinya, takut terhadap ketidaktahuan dan perlu
diingat bahwa pada usia ini anak masih belum fasih dalam berbicara (Behrman,
1996).
Pada usia ini cara berkomunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan memberi
tahu apa yang terjadi pada dirinya, memberi kesempatan pada mereka untuk
menyentuh alat pemeriksaan yang akan digunakan, menggunakan nada suara,
bicara lambat, jika tidak dijawab harus diulang lebih jelas dengan pengarahan
yang sederhana, hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti kata-kata
“jawab dong”, mengalihkan aktivitas saat komunikasi, memberikan mainan saat
komunikasi dengan maksud anak mudah diajak komunikasi dimana kita dalam
berkomunikasi dengan anak sebaiknya mengatur jarak, adanya kesadaran diri
dimana kita harus menghindari konfrontasi langsung, duduk yang terlalu dekat
dan berhadapan. Secara non verbal kita selalu memberi dorongan penerimaan dan
persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak,
bersalaman dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan perasaan cemas,
menggambar, menulis atau bercerita dalam menggali perasaan dan fikiran anak si
saat melakukan komunikasi.

3. Usia Sekolah (5-11 tahun)


Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan kemampuan
anak mencetak, menggambar, membuat huruf atau tulisan yang besar dan apa
yang dilaksanakan oleh anak mencerminkan pikiran anak dan kemampuan anak
membaca disini sudah muncul, pada usia ke delapan anak sudah mampu membaca
dan sudah mulai berfikir tentang kehidupan.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap masih
memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu menggunakan kata-kata
sederhana yang spesifik, menjelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada
anak atau sesuatu yang tidak diketahui, pada usia ini keingintahuan pada aspek
fungsional dan prosedural dari objek tertentu sangat tinggi. Maka jelaskan arti,
fungsi dan prosedurnya, maksud dan tujuan dari sesuatu yang ditanyakn secara
jelas dan jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat anak tidak
mampu berkomunikasi secara efektif.

4. Usia Remaja (11-18 tahun)


Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan kemampuan
berdiskusi atau berdebat dan sudah mulai berpikir secara konseptual, sudah mulai
menunjukkan perasaan malu, pada anak usia sering kali merenung kehidupan
tentang masa depan yang direfleksikan dalam komunikasi. Pada usia ini pola pikir
sudah mulai menunjukkan ke arah yang lebih positif, terjadi konseptualisasi
mengingat masa ini adalah masa peralihan anak menjadi dewasa.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah berdiskusi atau curah
pendapat pada teman sebaya, hindari beberapa pertanyaan yang dapat
menimbulkan rasa malu dan jaga kerahasiaan dalam komunikasi mengingat awal
terwujudnya kepercayaan anak dan merupakan masa transisi dalam bersikap
dewasa.

2.2    Tujuan Komunikasi Terapeutik pada Anak


Adapun tujuan yang diharapkan dalam melakukan komunikasi terapeutik pada anak adalah :
1) Membantu anak untuk memperjelas dan mengurangi beban
perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada
bila klien percaya pada hal- hal yang diperlukan.
2) Mengurangi keraguan , membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya.
3) Mempengaruhi orang lain , lingkungan fisik dan dirinya sendiri.

2.3 Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik pada Anak


Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers, seperti :
1) Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati,memahami dirinya
sendiri serta nilai yang dianut.
2) Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima percaya,dan menghargai.
3) Perawat harus memahami dan menghayati nilai yang dianut oleh klien
4) Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan klien baik fisik maupun mental.
5) Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan klien bebas berkembang tanpa
rasa takut.
6) Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan klien memiliki motivasi untuk
mengubah dirinya baik sikap,tingkah lakunya sehingga tumbuh makin matang dan dapat
memecahkan masalah - masalah yang dihadapi.
7) Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui dan
mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan ,maupun frustasi.
8) Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan konsistensinya.
9) Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya simpati
bukan tindakan yang terapeutik.
10) Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar hubungan komunikasi terapeutik.
11) Mampu berperan sebagai role model.
12) Disarankan untuk mengekspresikan perasaan bila di anggap mengganggu.
13) Altruisme, mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara manusiawi.
14) Berpegang pada etika.
15) Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap diri sendiri atas
tindakan yang dilakukan dan tanggungjawab terhadap orang lain.

2.4 Teknik-teknik Komunikasi Terapeutik pada Anak


Seperti yang sudah dijelaskan pasien anak merupakan individu yang unik, dalam
melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien anak dibutuhkan teknik khusus agar hubungan
yang dijalankan dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan tumbuh kembang anak.

2.4.1. Teknik Verbal

1. Melalui orang lain atau pihak ketiga


Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam menumbuhkan kepercayaan
diri anak, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi dengan melibatkan orang
tua secara langsung yang sedang berada di samping anak. Selain itu dapat digunakan cara
dengan memberikan komentar tentang mainan, baju yang sedang dipakainya serta hal
lainnya, dengan catatan tidak langsung pada pokok pembicaraan.
2. Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah diterima,
mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan
hendaknya sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, yang dapat diekspresikan
melalui tulisan maupun gambar.
3. Memfasilitasi
Memfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini ekspresi anak atau
respon anak terhadap pesan dapat diterima. Dalam memfasilitasi kita harus mampu
mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi anak harus diberikan respons
terhadap pesan yang disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh perhatian dan
jangan merefleksikan ungkapan negatif yang menunjukkan kesan yang jelek pada anak.
4. Biblioterapi
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan,
dengan menceritakan isi buku atau majalah yang sesuai dengan pesan yang akan
disampaikan kepada anak.
5. Meminta untuk menyebutkan keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan meminta anak untuk
menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak dan
keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran anak pada saat itu.
6. Pilihan pro dan kontra
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan atau mengetahui
perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pasa situasi yang menunjukkan pilihan
yang positif dan negatif sesuai dengan pendapat anak.
7. Penggunaan skala
Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit
pada anak seperti penggunaan perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan
menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.
2.4.2. Teknik Non Verbal
Teknik komunikasi non verbal dapat digunakan pada anak- anak seperti :
a) Menulis
Menulis adalah suatu alternatif pendekatan komunikasi bagi anak, remaja muda dan
pra remaja. Untuk memulai suatu percakapan perawat dapat memeriksa/ menyelidiki
tentang tulisan dan mungkin juga meminta untuk membaca beberapa bagian. Dengan
menulis anak-anak lebih riil dan nyata.
b) Menggambar
Menggambar adalah salah satu bentuk komunikasi yang berharga melalui
pengamatan gambar. Dasar asumsi dalam menginterpretasi gambar adalah bahwa
anak- anak mengungkapakan tentang dirinya. Untuk mengevaluasi sebuah gambar
utamakan/fokuskan pada unsur-unsur sebagai berikut :
 Ukuran dari bentuk badan individu, ini mengekspresikan orang penting
 Urutan bentuk gambar, mengekspresikan prioritas kepentingan
 Posisi anak terhadap anggota keluarga lainnya, mengekspresikan perasaan
anak terhadap status dalam keluaraga atau ikatan keluarga
 Bagian adanya hapusan, bayangan atau gambar silang, mengekspresikan
ambivalen/ pertentangan, keprihatinan atau kecemasan pada hal- hal tertentu.

c) Gerakan gambar keluarga


Menggambarkan suatu kelompok, berpengaruh pada perasaan anak-anak dan respon
emosi, dia akan menggambarkan pikirannya tentang dirinya dan anggota keluarga
yang lainnya. Gambar kelompok yang paling berharga bagi anak adalah gambar
keluarga.
d) Sosiogram
Menggambar tak perlu dibatasi bagi anak- anak, dan jenis gambar yang berguna bagi
anak- anak seusia 5 tahun adalah sosiogram (gambar ruang kehidupan) atau
lingkungan keluarga. Menggambar suatu lingkaran adalah untuk melambangkan
orang-orang yang hampir mirip dalam kehidupan anak, dan gambar bundaran-
bundaran didekat lingkaran menunjukkan keakraban/ kedekatan.
e) Menggambar bersama dalam keluarga
Salah satu teknik yang berguna dan dapat diterapkan pada anak- anak adalah
menggambar bersama dalam keluarga. Menggambar bersama dalam keluarga
merupakan satu alat yang berguna untuk mengungkapkan dinamika dan hubungan
keluarga.
f) Bermain
Bermain merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk berhubungan dengan
anak. Dengan bermain dapat dikumpulkan petunjuk mengenai tumbuh kembang fisik,
intelektual dan sosial. Terapeutik play sering digunakan untuk mengurangi trauma
akibat sakit atau masuk rumah sakit atau untuk mempersiapkan anak sebelum
dilakukan prosedur medis/ perawatan.
Diatas telah dijelaskan beberapa teknik komunikasi terapeutik pada umumnya, sedangkan
cara yang perlu diterapkan saat melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien anak, antara
lain : (Mundakir, 2005 : 153-154)
a. Nada suara, diharapkan perawat dapat berbicara dengan nada suara yang
b. rendah dan lambat. Agar pasien anak jauh lebih mengerti apa yang ditanyakan
oleh perawat.
c. Mengalihkan aktivitas, pasien anak yang terkadang hiperaktif lebih
d. menyukai aktivitas yang ia sukai, sehingga perawat perlu membuat jadwal yang
bergantian antara aktivitas yang pasien anak sukai dengan aktivitas terapi atau
medis.
e. Jarak interaksi, diharapkan perawat dapat mempertahankan jarak yang
f. aman saat berinteraksi dengan pasien anak.
g. Kontak mata, diharapkan perawat dapat mengurangi kontak mata saat
h. mendapat respon dari pasien anak yang kurang baik, dan kembali melakukan
kontak mata saat kira-kira pasien anak sudah dapat mengontrol perilakunya.
i. Sentuhan, jangan pernah menyentuh anak tanpa izin dari si anak.

Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan dengan
anak,melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan mengambil berbagai data yang
terdapat pada diri anak yang selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah keperawatan atau
tindakan keperawatan.

2.5 Karakteristik Helper yang Memfasilitasi Tumbuhnya Hubungan Terapeutik pada


Anak
Menurut Roger dalam Stuart G.W (1998), ada beberapa karakteristik seorang helper
(perawat) yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik, yaitu:
1. Kejujuran
Kejujuran sangat penting, karena tanpa adanya kejujuran mustahil bisa terbina hubungan
saling percaya. Seseorang akan menaruh rasa percaya pada lawan bicara yang terbuka
dan mempunyai respons yang tidak dibuat-buat, sebaliknya ia akan berhati-hati pada
lawan bicara yang terlalu halus sehingga sering menyembunyikan isi hatinya yang
sebenarnya dengan kata-kata atau sikapnya yang tidak jujur (Rahmat, J.,1996 dalam
Suryani,2005).). Sangat penting bagi perawat untuk menjaga kejujuran saat
berkomunikasi dengan klien, karena apabila hal tersebut tidak dilakukan maka klien akan
menarik diri, merasa dibohongi, membenci perawat atau bisa juga berpura-pura patuh
terhadap perawat.
2. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif
Dalam berkomunikasi dengan klien, perawat sebaiknya menggunakan kata-kata yang
mudah dipahami oleh klien dan tidak menggunakan kalimat yang berbelit-belit.
Komunikasi nonverbal perawat harus cukup ekspresif dan sesuai dengan verbalnya
karena ketidaksesuaian akan menimbulkan kebingungan bagi klien.
3. Bersikap positif
Bersikap positif terhadap apa saja yang dikatakan dan disampaikan lewat komunikasi
nonverbal sangat penting baik dalam membina hubungan saling percaya maupun dalam
membuat rencana tindakan bersama klien. Bersikap positif ditunjukkan dengan bersikap
hangat, penuh perhatian dan penghargaan terhadap klien. Untuk mencapai kehangatan
dan ketulusan dalam hubungan yang terapeutik tidak memerlukan kedekatan yang kuat
atau ikatan tertentu diantara perawat dan klien akan tetapi penciptaan suasana yang dapat
membuat klien merasa aman dan diterima dalam mengungkapkan perasaan dan
pikirannya (Burnard,P dan Morrison P,1991 dalam Suryani,2005).
4. Bersikap positif
Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan, karena dengan sikap ini
perawat akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan klien seperti yang
dirasakan dan dipikirkan klien (Brammer,1993 dalam Suryani,2005). Dengan bersikap
empati perawat dapat memberikan alternative pemecahan masalah karena perawat tidak
hanya merasakan permasalahan klien tetapi juga tidak berlarut-larut dalam perasaaan
tersebut dan turut berupaya mencari penyelesaian masalah secara objektif.
5. Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berorientasi pada klien (Taylor,
Lilis dan Le Mone, 1993), oleh karenaya perawat harus mampu untuk melihat
permasalahan yang sedang dihadapi klien dari sudut pandang klien. Untuk mampu
melakukan hal ini perawat harus memahami dan memiliki kemampuan mendengarkan
dengan aktif dan penuh perhatian. Mendengarkan dengan penuh perhatian berarti
mengabsorpsi isi dari komunikasi (kata-kata dan perasaan) tanpa melakukan seleksi.
Pendengar (perawat) tidak sekedar mendengarkan dan menyampaikan respon yang di
inginkan oleh pembicara (klien), tetapi berfokus pada kebutuhan pembicara.
Mendengarkan dengan penuh perhatian menunjukkan sikap caring sehingga memotivasi
klien untuk berbicara atau menyampaikan perasaannya.
6. Menerima klien apa adanya
Seorang helper yang efektif memiliki kemampuan untuk menerima klien apa adanya. Jika
seseorang merasa diterima maka dia akan merasa aman dalam menjalin hubungan
interpersonal (Sullivan, 1971 dalam Antai Ontong, 1995 dalam Suryani, 2005). Nilai
yang diyakini atau diterapkan oleh perawat terhadap dirinya tidak dapat diterapkan pada
klien, apabila hal ini terjadi maka perawat tidak menunjukkan sikap menerima klien apa
adanya.
7. Sensitif terhadap perasaan klien
Seorang perawat harus mampu mengenali perasaan klien untuk dapat menciptakan
hubungan terapeutik yang baik dan efektif dengan klien. Dengan bersikap sensitive
terhadap perasaan klien perawat dapat terhindar dari berkata atau melakukan hal-hal yang
menyinggung privasi ataupun perasaan klien.
8. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri
Perawat harus mampu memandang dan menghargai klien sebagai individu yang ada pada
saat ini, bukan atas masa lalunya, demikian pula terhadap dirinya sendiri.
2.6. Teknik Yang Kurang Tepat Dilakukan Dalam Komunikasi Terapeutik Pada Anak
Hal- hal yang kurang berkenan dilakukan dalam komunikasi terapeutik pada anak, seperti
a. Mengabaikan keterangan anak
Saat melakukan komunikasi pada anak seorang perawat hendaknya selalu mendengarkan
segala keluh kesah yang disampaikan anak, hindari sikap acuh tak acuh. Dengan
demikian diharapkan seorang perawat mampu mengetahui permasalahan yang
sebenarnya dialami oleh anak.
b. Besikap emosional
Dalam melakukan komunikasi terapeutik pada anak bersikaplah tenang dan sabar dalam
mendengarkan segala keterangan yang disampaikan anak. Hindari bersikap emosional
karena seorang anak akan enggan untuk menyampaikan masalahnya.
c. Pembicaraan satu arah
Hindari pembicaraan satu arah saat melakukan komunikasi terapeutik pada anak karena
hal itu akan menyebabkan anak menjadi pendiam, mintalah umpan balik atas apa yang
dibicarakan. Dengan memberikan kesempatan pada anak untuk ikut berbicara, itu akan
membuat anak menjadi lebih terbuka kepada kita.
d. Hindari pertanyaan yang bertubi-tubi
Saat berkomunikasi pada anak hindarilah pertanyaan yang bertubi- tubi karena hal itu
akan membuat anak menjadi bosan dan enggan untuk diajak berkomunikasi pada tahap
selanjutnya. Bila anak tidak menjawab pertanyaan yang diajukan, ulangilah dengan
pertanyaan lain sehingga mendapatkan respon.
e. Menyudutkan anak
Hindarilah sikap yang dapat menyudutkan anak karena hal itu akan membuat anak
kurang mendapatkan kepercayaan. Terimalah kondisi anak apa adanya. Apapun yang
terjadi berusalah terus ada di pihak anak dengan selalu mendengarkan segala keluh kesah
anak sehingga ia menganggap kita sebagai temannya.

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari penjelasan diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa :
1) Komunikasi terapeutik pada anak adalah komunikasi yang dilakukan antara perawat dan
klien (anak), yang direncanakan secara sadar , bertujuan dan kegiatannya dipusatkan
untuk kesembuhan anak.
2) Tujuan yang diharapkan dalam melakukan komunikasi terapeutik pada anak adalah
membantu klien untuk memperjelas dan mengurangi beban
perasaan dan pikiran, mengurangi keraguan , membantu dalam hal mengambil tindakan
yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya, mempengaruhi orang lain ,
lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
3) Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers, diantaranya seperti
berpegang pada etika, komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima
percaya,dan menghargai, perawat harus memahami dan menghayati nilai yang dianut
oleh klien, perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan klien baik fisik maupun
mental.
4) Cara komunikasi terapeutik yang perawat lakukan saat menghadapi pasien anak seperti
posisi badan, jarak interaksi, kontak mata, nada suara saat berbicara, sentuhan, dan
pengalihan aktivitas dapat membuat pasien anak merasa nyaman dan aman akan
keberadaan perawat.
5) Terdapat teknik komunikasi terapeutik secara verbal yaitu teknik orang ketiga , teknik
bercerita, teknik Biblotherapy, tiga permintaan, rating game, dan Neuro Linguistic
Programming. Sedangkan untuk teknik komunikasi terapeutik secara nonverbal seperti
teknik menulis, teknik menggambar, teknik bermain.
6) Beberapa karakteristik seorang helper (perawat) yang dapat memfasilitasi tumbuhnya
hubungan yang terapeutik, diantaranya seperti kejujuran, tidak membingungkan dan
cukup ekspresif, bersikap positif, empati bukan simpati, mampu melihat permasalahan
dari kacamata klien.

3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa bisa memahami dan mengerti tentang komunikasi teraprutik pada
anak dan teknik- teknik yang digunakan. Serta diharapkan mahasiswa bisa mendapatkan
tambahan ilmu pengetahuan dari makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai