Tugas Komkep
Tugas Komkep
Tugas Komkep
MENGENAI
DOSEN PEMBIMBING
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 6:
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Menghadirkan Diri Secara Terapeutik Dan Dimensi Respon Serta Dimensi
Tindakan”..Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas dari Dosen
Mata Kuliah Komunikasi dalam Keperawatan.
Makalah ini ditulis berdasarkan berbagai sumber yang berkaitan dengan materi
Menghadirkan Diri Secara Terapeutik Dan Dimensi Respon Serta Dimensi Tindakan,serta
infomasi dari berbagai media yang berhubungan dengan Menghadirkan Diri Secara
Terapeutik Dan Dimensi Respon Serta Dimensi Tindakan. Tak lupa penulis sampaikan terima
kasih kepada Dosen mata kuliah Komunikasi dalam Keperawatan, atas bimbingan dan
arahan dalam penulisan makalah ini, dan juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah
memberikan masukan dan pandangan, sehingga dapat terselesaikannya makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan mengenai Komunikasi
dalam Keperawatan, terutama materi mengenai Menghadirkan Diri Secara Terapeutik Dan
Dimensi Respon Serta Dimensi Tindakan. Sehingga saat berkomunikasi, kita dapat
meminimalisir kesalah pahaman yang akan terjadi. Penulis berharap, pembaca untuk dapat
memberikan pandangan dan wawasan agar makalah ini menjadi lebih sempurna.
Akhir kata, penulis mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat
banyak kesalahan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan
mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal,
memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan
citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit, tetapi yang paling penting adalah
mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap sesama manusia
(Nurhasanah.N, 2009).
Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat klien yang
bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien yang mempengaruhi perilaku pasien.
Hubungan perawat klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan pengalaman
dengan menggunakan berbagai tekhnik komunikasi agar perilaku klien berubah ke arah
positif seoptimal mungkin. Untuk melaksanakan komunikasi terapeutik yang efektif perawat
harus mempunyai keterampilan yang cukup dan memahami tentang dirinya (Stuart&
Sundeen, 1998).
Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien sangat dipengaruhi oleh
hubungan perawat-klien. Bila perawat tidak memperhatikan hal ini maka hubungan perawat-
klien tersebut bukanlah hubungan yang memberikan dampak terapeutik yang akhirnya
mempercepat proses kesembuhan tetapi lebih kepada hubungan sosial. Perawat yang
menguasai tehnik “ Komunikasi Terapeutik “ akan lebih efektif dalam mencapai tujuan
asuhan keperawatan. Dampak selanjutnya adalah memberikan Kepuasan Profesional dalam
pelayanan keperawatan dan akan meningkatkan citra profesi serta rumah sakit
(Nurhasanah.N, 2009).
B. Tujuan Penulisan
Agar mahasiswa mengetahui dan memahami bagaimana cara menghadirkan diri secara
terapeutik serta dapat mengaplikasikan Dimensi Respon an Dimensi Tindakan dalam
praktik Keperawatan baik di Ruang lingkup Rumah Sakit maupun di lingkungan
Masyarakat.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Menghadirkan diri berarti perawat hadir secara utuh ( fisik dan psikologis) pada waktu
berkomunikasi dengan klien. Perawat tidak cukup hanya mengetahui teknik komunikasi dan
isi komunikasi, tetapi yang sangat penting adalah sikap atau penampilan dalam
berkomunikasi (Nurhasanah.N, 2009).
B. Kehadiran Fisik
Haber (1982) mengidentifikasi lima cara menghadiri diri secara fisik, yaitu :
1. Berhadapan
Artinya “ saya bersemangat membantu anda”, “ saya peduli pada anda”, “saya siap
untuk anda” (Haber, 1982).
Kontak mata pada level yang sama berarti menghargai klien dan menyatakan keinginan
untuk tetap berkomunikasi (Haber, 1982).
Posisi ini menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau mendengar sesuatu (Haber,
1982).
5. Tetap relaks
Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam memberi
respon pada klien. Menciptakan lingkungan yang relaks dan menjaga privasi klien dan
1
rasa nyaman dapat membantu klien untuk membuka diri, serta menghindari transfer
feeling (Haber, 1982).
Selain hal-hal di atas, sikap terapeutik juga dapat teridentifikasi melalui perilaku non
verbal. Stuart dan sundeen (1998) mengatakan ada lima kategori komunikasi non verbal,
yaitu:
1. Isyarat Vokal
Yaitu isyarat paralingustik termasuk semua kualitas bicara non verbal. Misalnya
tekanan suara, kualitas suara, tertawa, irama dan kecepatan bicara (Stuart& Sundeen,
1998).
2. Isyarat tindakan
Yaitu semua gerakan tubuh termasuk ekspresi wajah dan sikap tubuh (Stuart&
Sundeen, 1998).
3. Isyarat objek
Yaitu objek yang digunakan secara sengaja atau tidak sengaja oleh seseorang seperti
pakaian dan benda pribadi lainnya (Stuart& Sundeen, 1998).
4. Ruang memberikan isyarat tentang kedekatan hubungan antara dua orang. Hal ini
didasarkan pada norma-norma sosial budaya yang dimiliki (Stuart& Sundeen, 1998).
5. Sentuhan
Yaitu fisik antara dua orang dan merupakan komunikasi non verbal yang paling
personal. Respon seseorang terhadap tindakan ini sangat dipengaruhi oleh tatanan dan
latar belakang budaya, jenis hubungan, jenis kelamin, usia dan harapan (Stuart&
Sundeen, 1998).
C. Kehadiran Psikologis
Kehadiran Psikologis dapat dibagi dalam dua dimensi, yaitu Dimensi Respon dan Dimensi
Tindakan (Nurhasanah.N, 2009).
1. Dimensi Respon
Terdiri dari:
2
a. Ikhlas
b. Menghargai
c. Empati
Adalah kesadaran yang objektif akan pikiran dan perasaan orang lain
(Wiseman, 1996). Empati merupakan kemampuan untuk masuk dalam
kehidupan klien agar dapat merasakan pikiran dan perasaannya.
Perawat memandang permasalahan melalui kacamata klien, merasakan
melalui perasaan klien dan kemudian mengidentifikasi masalah klien
serta membantu klien mengatasi masalah tersebut. Kebalikan empati
adalah simpati, yaitu kesadaran atau perasaan seseorang untuk mengerti
dan merasakan perasaan, pikiran dan tingkah laku orang lain dengan
melibatkan emosi (Nurhasanah.N, 2009).
3
Wheeler dan Wolberg yang dikutip oleh Stuart Sundeen (1998)
menjadi dua tipe empati, yaitu:
2. Mendengarkan
d. Konkrit
4
mengenai perasaan, pengalaman, dan tindak lakunya (Nurhasanah.N,
2009).
Kegunaannya adalah:
D. Dimensi Tindakan
a. Konfrontasi
Merupakan ekspresi perasaan perawat tentang perilaku yang tidak sesuai. Carkhoff
(dikutip oleh Stuart G.W, 1998) mengidentifikasi tiga kategori konfrontasi, yaitu:
1. Ketidaksesuaian antara konsep diri klien ( ekspresi klien tentang dirinya) dan ideal
diri klien (keinginan klien).
Faktor yang harus diperhatikan sebelum melakukan konfrontasi menurut Stuart dan
Laraia (2001) adalah :
5
b. Articulate : Dengan mengekspresikan opini diri sendiri dengan kata-kata yang
jelas.
c. Reques (permintaan)
d. Encourage : memberikan support, harapa, kepercayaan.
Contoh :
Rumah kost anda sangat berantakan. Teman sekamar anda meletakkan baju
sembarangan, buku-buku sering berserakan di lantai, meskipun teman anda
biasanya membersihkankamar setiap 2 minggu sekali dia kembali pada
kebiasaannya diatas. Anda meras tidak nyaman dan bahkan ragu-ragu untuk
mengundang teman anda datang ketempat kost anda.
Bagaimana anda seharusnya melakukan konfrontasi terhadap teman kamu?
Beberapa pendapat:
“Kamu telah meletakkan baju di atas tempat tidur, dan semua buku-bukumu
berserakan di lantai”. (clarify)
“Saya merasa tidak nyaman dikarenakan kamu membuat kamar kita jadi
berantakan tidak karuan” (Articulate)
“Saya lebih suka kamu menyimpan barang pribadimu di tempatmu atau di
lemari” (Request)
“Dengan jalan itu akan terdapat jalan yang luas untuk kita di kamar ini dan
saya akan merasa bebas untuk mengundang teman tanpa merasa khawatir
karena kamar kita berantakan” (Encourage).
b. Kesegeraan
Berfokus pada interaksi dan hubungan perawat dengan klien saat ini. Perawat sensitif
terhadap perasaan klien dan berkeinginan membantu dengan segera (Nurhasanah.N,
2009). Ketidaksegeraan tindakan perawat berkaitan dengan beberapa hal:
6
Berespon dengan kesegeraan berarti berespon pada apa yang terjadi antara perawat
dan klien saat itu dan di tempat itu. Karena dimensi ini mungkin melibatkan perasaan
dari klien terhadap perawat, kesegeraan ini dapat menjadi suatu hal yang sulit untuk
dicapai.
Contoh :
Pasien : “Staf disini tidak peduli pada kliennya, mereka menangani kita seperti
anak-anak dan buka orang dewasa”.
Perawat : “Saya heran mengapa anda merasa bahwa kami tidak memperdulikan
atau mungkin kami yang tidak mengerti pendapatmu?”.
c. Keterbukaan
Merupakan salah satu hal yang penting untuk membangun hubungan saling percaya.
Pada keterbukaan, perawat memberikan informasi tentang dirinya , ideal dirinya,
perasaanya, sikap dan nilainya. Perawat membuka diri tentang pengalaman yang
berguna untuk terapi klien. Tukar pengalaman ini memberi keuntungan pada klien
untuk mendukung kerja sama dan memberi dukungan (Nurhasanah.N, 2009).
d. Eotional Chatarsis
Emosional katarsis terjadi jika klien diminta bicara tentang hal yang sangat
mengganggu dirinya. Ketakutan, perasaan dan pengalaman dibuka dan menjadi topik
diskusi antara perawat dengan klien. Perawat harus dapat mengkaji kesiapan klien
mendiskusikan masalahnya. Jika klien mengalami kesukaran mengekspresikan
perasaannya jika berada pada situasi klien (Nurhasanah.N, 2009).
Pemaksaan emosional katarsis yang dilakukan akan menyebabkan klien akan menjadi
panik dimana klien bertahan dan tidak mempunyai alternative mekanisme koping yang
cukup. Di sini perlu pengkajian dan kesiapan klien untuk mendiskusikan masalahnya.
Jika klien sulit mengungkapkan perasaannya, perawat perlu membantu
mengekspresikan perasaan klien. Misalnya dengan cara : “hal itu membuatmu merasa
bagaimana? ”
Contoh dialog :
7
Perawat : Bagaimana perasaan kamu saat suamimu memukul dan membentak?
Klien : Dia memang orang yg pemarah, mungkin salah saya yang mau menikah
dengannya
Pasien : Sepertinya ibu membela tindakannya pd ibu. Saya takjub dgn apa yg ibu
rasakan saat itu.
Klien : Yah…begitu
Pasien : Tahukah ibu, hal itu mungkin membuat saya marah jika hal tsb menimpa saya
Klien : Sebenarnya saya juga marah, tapi mau bagaimana lagi..Saya sudah lama muak
dengan semua ini..Andai dia tahu betapa tersiksanya saya.
e. Bermain Peran
Adalah melakukan peran pada situasi tertentu. Hal ini berguna untuk meningkatkan
kesadaran dalam hubungan antar manusia dan memperdalam kemampuannya untuk
melihat situasi dari pandangan orang lain, juga memperkenankan klien untuk
mencobakan situasi yang baru dalam lingkungan yang aman (Nurhasanah.N, 2009).
E. Tabel Dimensi Respon dan Tindakan yang Terapeutik dalam Hubungan Perawat-
Klien
DIMENSI KARAKTERISTIK
RESPON
1. Ikhlas Perawat terbuka, jujur, realitas dan
dapat dipercaya.
2. Menghargai (Respect) Menerima klien, mempercayai
bahwa klien mempunyai
kemampuan memecahkan masalah
dengan bantuan.
Menghargai klien tanpa syarat.
3. Empati Memandang klien melalui
pandangan kita sendiri (internal).
Peka terhadap perasaan klien saat
ini.
8
Dapat mengidentifikasi masalah
klien dan memberi alternatif
pemecahan pada klien sesuai
dengan ilmu dan pengalaman
perawat tanpa mengganggu
integritas diri perawat.
4. Konkrit Menggunakan terminologi spesifik,
bukan yang abstrak dalam
mendiskusikan perasaan,
pengalaman dan perilaku.
TINDAKAN
1. Konfrontasi Perawat mengekspresikan
kesenjangan perilaku klien untuk
meningkatkan kesadaran dirinya.
9
5. Bermain Peran Bermain peran tentang situasi
tertentu untuk meningkatkan
kesadaran dalam hubungan
interaksi dan kemampuan melihat
situasi dari pandangan yang
berbeda.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesadaran diri perawat merupaka dasar utama dalam membina hubungan terapeutik
dengan klien. Sikap fisik dan psikologis yang diuraikan melalui nonverbal, dimensi respon
dan dimensi tindakan perlu dipelajari dan dipakai dalam prkatek keperawatan. Kepuasan
klien akan asuhan keperawatan banyak dpengaruhi oleh sikap perawat dalam berkomunikasi.
Integrasi sikap yang terapeutik dalam berkomunikasi dalam setiap tindakan keperawatan
merupakan keharusan untuk asuhan yang berkualitas (Nurhasanah.N, 2009).
Dimensi respon mencakup sifat yang harus ada pada perawat, yaitu: Ikhlas,
menghargai, empati,dan konkrit. Sedangkan pada dimensi tindakan terdapat beberapa
tindakan yang seharusnya atau wajib ada pada diri perawat, yaitu: Konfrontasi; kesegeraan;
keterbukaan, emotional chatarsis dan bermain peran.
11
DAFTAR PUSTAKA
Stuart.G.W & Sundeen.S.J (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Alih bahasa: Achir Yani S.
Hamid. Ed ke-3. Jakarta, EGC
Stuart, GW, Laraia, M.T., 2001, Principle and Practice of Pshychiatric Nursing, ed 7, Mosby,
Philadelpia
12