Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Tugas Komkep

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KELOMPOK

MENGENAI

MENGHADIRKAN DIRI SECARA TERAPEUTIK DAN DIMENSI RESPON SERTA


DIMENSI TINDAKAN

DOSEN PEMBIMBING

Ns. AMELIA SUSANTI, M.Kep

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 6:

1. SELVI RADIATUL MARDIAH (1710105068)


2. SHONIA PUJI ANDIKA (1710105069)
3. SINTA GUSMI DAHLIA (1710105070)
4. SRI RAHMI AMERISA (1710105071)
5. UMMIYATI LATIFA (1710105073)
6. VINDIA GUSTI VINANDA (1710105074)
7. WINDA RAHMAT ARMANDA (1710105075)
8. WIROSEVEL (1710105076)
9. YOLANDA DWI PUTRI (1710105077)
10. MUHAMMAD AL CHA PIKI (1710105098)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG


TAHUN AJARAN 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Menghadirkan Diri Secara Terapeutik Dan Dimensi Respon Serta Dimensi
Tindakan”..Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas dari Dosen
Mata Kuliah Komunikasi dalam Keperawatan.
Makalah ini ditulis berdasarkan berbagai sumber yang berkaitan dengan materi
Menghadirkan Diri Secara Terapeutik Dan Dimensi Respon Serta Dimensi Tindakan,serta
infomasi dari berbagai media yang berhubungan dengan Menghadirkan Diri Secara
Terapeutik Dan Dimensi Respon Serta Dimensi Tindakan. Tak lupa penulis sampaikan terima
kasih kepada Dosen mata kuliah Komunikasi dalam Keperawatan, atas bimbingan dan
arahan dalam penulisan makalah ini, dan juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah
memberikan masukan dan pandangan, sehingga dapat terselesaikannya makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan mengenai Komunikasi
dalam Keperawatan, terutama materi mengenai Menghadirkan Diri Secara Terapeutik Dan
Dimensi Respon Serta Dimensi Tindakan. Sehingga saat berkomunikasi, kita dapat
meminimalisir kesalah pahaman yang akan terjadi. Penulis berharap, pembaca untuk dapat
memberikan pandangan dan wawasan agar makalah ini menjadi lebih sempurna.
Akhir kata, penulis mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat
banyak kesalahan.

Padang, 15 Oktober 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................................
B. Tujuan Penulisan ....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Menghadirkan Diri Secara Terapeutik ....................................................................
B. Kehadiran Fisik .......................................................................................................
C. Kehadiran Psikologis .............................................................................................
1. Dimensi Respon .................................................................................................
2. Dimensi Tindakan ..............................................................................................
D. Tabel Dimensi Respon dan Tindakan yang Terapeutik dalam
Hubungan Perawat- Klien .......................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

ii
1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan
mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal,
memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan
citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit, tetapi yang paling penting adalah
mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap sesama manusia
(Nurhasanah.N, 2009).

Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat klien yang
bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien yang mempengaruhi perilaku pasien.
Hubungan perawat klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan pengalaman
dengan menggunakan berbagai tekhnik komunikasi agar perilaku klien berubah ke arah
positif seoptimal mungkin. Untuk melaksanakan komunikasi terapeutik yang efektif perawat
harus mempunyai keterampilan yang cukup dan memahami tentang dirinya (Stuart&
Sundeen, 1998).

Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien sangat dipengaruhi oleh
hubungan perawat-klien. Bila perawat tidak memperhatikan hal ini maka hubungan perawat-
klien tersebut bukanlah hubungan yang memberikan dampak terapeutik yang akhirnya
mempercepat proses kesembuhan tetapi lebih kepada hubungan sosial. Perawat yang
menguasai tehnik “ Komunikasi Terapeutik “ akan lebih efektif dalam mencapai tujuan
asuhan keperawatan. Dampak selanjutnya adalah memberikan Kepuasan Profesional dalam
pelayanan keperawatan dan akan meningkatkan citra profesi serta rumah sakit
(Nurhasanah.N, 2009).

B. Tujuan Penulisan

Agar mahasiswa mengetahui dan memahami bagaimana cara menghadirkan diri secara
terapeutik serta dapat mengaplikasikan Dimensi Respon an Dimensi Tindakan dalam
praktik Keperawatan baik di Ruang lingkup Rumah Sakit maupun di lingkungan
Masyarakat.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Menghadirkan Diri Secara Terapeutik

Menghadirkan diri berarti perawat hadir secara utuh ( fisik dan psikologis) pada waktu
berkomunikasi dengan klien. Perawat tidak cukup hanya mengetahui teknik komunikasi dan
isi komunikasi, tetapi yang sangat penting adalah sikap atau penampilan dalam
berkomunikasi (Nurhasanah.N, 2009).

B. Kehadiran Fisik

Haber (1982) mengidentifikasi lima cara menghadiri diri secara fisik, yaitu :

1. Berhadapan

Artinya “ saya bersemangat membantu anda”, “ saya peduli pada anda”, “saya siap
untuk anda” (Haber, 1982).

2. Mempertahankan kontak mata

Kontak mata pada level yang sama berarti menghargai klien dan menyatakan keinginan
untuk tetap berkomunikasi (Haber, 1982).

3. Membungkuk kearah klien

Posisi ini menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau mendengar sesuatu (Haber,
1982).

4. Mempertahankan sikap terbuka

Tidak melipat kaki atau tangan, menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi


(Haber, 1982).

5. Tetap relaks

Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam memberi
respon pada klien. Menciptakan lingkungan yang relaks dan menjaga privasi klien dan

1
rasa nyaman dapat membantu klien untuk membuka diri, serta menghindari transfer
feeling (Haber, 1982).

Selain hal-hal di atas, sikap terapeutik juga dapat teridentifikasi melalui perilaku non
verbal. Stuart dan sundeen (1998) mengatakan ada lima kategori komunikasi non verbal,
yaitu:

1. Isyarat Vokal

Yaitu isyarat paralingustik termasuk semua kualitas bicara non verbal. Misalnya
tekanan suara, kualitas suara, tertawa, irama dan kecepatan bicara (Stuart& Sundeen,
1998).

2. Isyarat tindakan

Yaitu semua gerakan tubuh termasuk ekspresi wajah dan sikap tubuh (Stuart&
Sundeen, 1998).

3. Isyarat objek

Yaitu objek yang digunakan secara sengaja atau tidak sengaja oleh seseorang seperti
pakaian dan benda pribadi lainnya (Stuart& Sundeen, 1998).

4. Ruang memberikan isyarat tentang kedekatan hubungan antara dua orang. Hal ini
didasarkan pada norma-norma sosial budaya yang dimiliki (Stuart& Sundeen, 1998).

5. Sentuhan

Yaitu fisik antara dua orang dan merupakan komunikasi non verbal yang paling
personal. Respon seseorang terhadap tindakan ini sangat dipengaruhi oleh tatanan dan
latar belakang budaya, jenis hubungan, jenis kelamin, usia dan harapan (Stuart&
Sundeen, 1998).

C. Kehadiran Psikologis

Kehadiran Psikologis dapat dibagi dalam dua dimensi, yaitu Dimensi Respon dan Dimensi
Tindakan (Nurhasanah.N, 2009).

1. Dimensi Respon

Terdiri dari:

2
a. Ikhlas

Perawat menyatakan melalui keterbukaan, kejujuran, ketulusan dan


berperan aktif dalam berhubungan dengan klien berespon tulus dan
tidak berpura-pura dapat mengekspresikan perasaan yang sebenarnya
dan spontan (Nurhasanah.N, 2009).

b. Menghargai

Perawat juga harus mampu menghargai klien dengan menerima klien


apa adanya. Tidak menghakimi dan tidak mengejek maupun menghina
klien. Menghargai dapat dikomunikasikan melalui duduk diam bersama
klien yang menangis, minta maaf atas hal yang tidak disukai klien
(Nurhasanah.N, 2009).

c. Empati

Adalah kesadaran yang objektif akan pikiran dan perasaan orang lain
(Wiseman, 1996). Empati merupakan kemampuan untuk masuk dalam
kehidupan klien agar dapat merasakan pikiran dan perasaannya.
Perawat memandang permasalahan melalui kacamata klien, merasakan
melalui perasaan klien dan kemudian mengidentifikasi masalah klien
serta membantu klien mengatasi masalah tersebut. Kebalikan empati
adalah simpati, yaitu kesadaran atau perasaan seseorang untuk mengerti
dan merasakan perasaan, pikiran dan tingkah laku orang lain dengan
melibatkan emosi (Nurhasanah.N, 2009).

Ada empat karakteristik perawat yang mampu bersikap empati


(Wiseman, 1996), yaitu:

1. Kemampuan melihat permasalahan dari kaca mata klien.

2. Tidak bersikap menghakimi, enyalahkan atau menghina.

3. Kemampuan untuk mengerti perasaan orang lain.

4.Kemampuan mengkomunikasikan pengertiannya terhadap


permasalahan klien.

3
Wheeler dan Wolberg yang dikutip oleh Stuart Sundeen (1998)
menjadi dua tipe empati, yaitu:

1. Empati Dasar (Basic Empaty)

Merupakan respon alamiah dari seseorang untuk mengerti orang


lain. Contoh: ketika ada anak kecil menangis, secara spontan
seseorang akan bertanya, “ada apa Nak?” sambil mengusap kepala
anak (Nurhasanah.N, 2009).

2. Empati terlatih (Trained Empaty/ Professional Empaty)

Merupakan kemampuan berempati yang diperoleh setelah melalui


training dalam rangka menolong orang lain. Perawat yang telah
belajar komunikasi terapeutik atau yang telah memperoleh
pelatihan tentang empati tentu akan mampu berempati secara tepat
(Nurhasanah.N, 2009).

Tahapan dalam empati, yaitu:

1. Membersihkan pikiran yang tidak berguna

2. Mendengarkan

3. Mengkonsentrasikan pesan verbal dan non verbal klien

4. Pikirkan : “Orang ini ingin saya mendengar apa darinya ?”

5. Menyampaikan respon empatik

6. Pengecekan perasaan klien : “Itukah yang anda rasakan ?”

d. Konkrit

Perawat menggunakan terminologi yang spesifik bukan abstrak. Perlu


untuk menghindari keraguan dan ketidakjelasan. Perawat menggunakan
terminologi yang spesifik dan bukan abstrak pada saat mendiskusikan
dengan klien mengenai perasaan, pengalaman, dan tingkah lakunya.
Yang spesifik dan bukan abstrak pada saat mendiskusikan dengan klien

4
mengenai perasaan, pengalaman, dan tindak lakunya (Nurhasanah.N,
2009).

Kegunaannya adalah:

1. mempertahankan respon perawat terhadap perasaan klien

2. memberi penjelasan yang akurat oleh perawat

3. mendorong klien memikirkan masalah yang spesifik.

D. Dimensi Tindakan

a. Konfrontasi

Merupakan ekspresi perasaan perawat tentang perilaku yang tidak sesuai. Carkhoff
(dikutip oleh Stuart G.W, 1998) mengidentifikasi tiga kategori konfrontasi, yaitu:

1. Ketidaksesuaian antara konsep diri klien ( ekspresi klien tentang dirinya) dan ideal
diri klien (keinginan klien).

2. Ketidaksesuaian antara ekspresi verbal dan perilaku klien.

3. Ketidaksesuaian antara pengalaman klien dengan pengalaman perawat.

Konfrontasi berguna untuk meningkatkan kesadaran klien akan kesesuaian perasaan,


sikap, kepercayaan dan perilaku yang ditampilkan.

Faktor yang harus diperhatikan sebelum melakukan konfrontasi menurut Stuart dan
Laraia (2001) adalah :

a. Tingkat hubungan saling percaya


b. Waktu
c. Tingkat stress klien
d. Kekuatan mekanisme pertahanan diri klien
e. Pengamatan klien tentang perlunya jarak atau kedekatan
f. Tingkat kemarahan klien dan tingkat toleransi klien untuk
mendengarkan persepsi orang lain.
Cara melakukan konfrontasi adalah sebagai berikut :

a. Clarify : Membuat sesuatu lebih jelas untuk dimengerti

5
b. Articulate : Dengan mengekspresikan opini diri sendiri dengan kata-kata yang
jelas.
c. Reques (permintaan)
d. Encourage : memberikan support, harapa, kepercayaan.
Contoh :

Rumah kost anda sangat berantakan. Teman sekamar anda meletakkan baju
sembarangan, buku-buku sering berserakan di lantai, meskipun teman anda
biasanya membersihkankamar setiap 2 minggu sekali dia kembali pada
kebiasaannya diatas. Anda meras tidak nyaman dan bahkan ragu-ragu untuk
mengundang teman anda datang ketempat kost anda.
Bagaimana anda seharusnya melakukan konfrontasi terhadap teman kamu?
Beberapa pendapat:
“Kamu telah meletakkan baju di atas tempat tidur, dan semua buku-bukumu
berserakan di lantai”. (clarify)
“Saya merasa tidak nyaman dikarenakan kamu membuat kamar kita jadi
berantakan tidak karuan” (Articulate)
“Saya lebih suka kamu menyimpan barang pribadimu di tempatmu atau di
lemari” (Request)
“Dengan jalan itu akan terdapat jalan yang luas untuk kita di kamar ini dan
saya akan merasa bebas untuk mengundang teman tanpa merasa khawatir
karena kamar kita berantakan” (Encourage).

b. Kesegeraan

Berfokus pada interaksi dan hubungan perawat dengan klien saat ini. Perawat sensitif
terhadap perasaan klien dan berkeinginan membantu dengan segera (Nurhasanah.N,
2009). Ketidaksegeraan tindakan perawat berkaitan dengan beberapa hal:

1. perawat kurang peka terhadap apa yang diungkapkan klien.

2. perawat berfokus pada dirinya sendiri

3. perawat tidak mempunyai pengetahuan atau pengalaman untuk memecahkan


masalah klien (Stuart, G.W, 1998).

6
Berespon dengan kesegeraan berarti berespon pada apa yang terjadi antara perawat
dan klien saat itu dan di tempat itu. Karena dimensi ini mungkin melibatkan perasaan
dari klien terhadap perawat, kesegeraan ini dapat menjadi suatu hal yang sulit untuk
dicapai.

Contoh :

Pasien : “Staf disini tidak peduli pada kliennya, mereka menangani kita seperti
anak-anak dan buka orang dewasa”.

Perawat : “Saya heran mengapa anda merasa bahwa kami tidak memperdulikan
atau mungkin kami yang tidak mengerti pendapatmu?”.

c. Keterbukaan

Merupakan salah satu hal yang penting untuk membangun hubungan saling percaya.
Pada keterbukaan, perawat memberikan informasi tentang dirinya , ideal dirinya,
perasaanya, sikap dan nilainya. Perawat membuka diri tentang pengalaman yang
berguna untuk terapi klien. Tukar pengalaman ini memberi keuntungan pada klien
untuk mendukung kerja sama dan memberi dukungan (Nurhasanah.N, 2009).

d. Eotional Chatarsis

Emosional katarsis terjadi jika klien diminta bicara tentang hal yang sangat
mengganggu dirinya. Ketakutan, perasaan dan pengalaman dibuka dan menjadi topik
diskusi antara perawat dengan klien. Perawat harus dapat mengkaji kesiapan klien
mendiskusikan masalahnya. Jika klien mengalami kesukaran mengekspresikan
perasaannya jika berada pada situasi klien (Nurhasanah.N, 2009).

Pemaksaan emosional katarsis yang dilakukan akan menyebabkan klien akan menjadi
panik dimana klien bertahan dan tidak mempunyai alternative mekanisme koping yang
cukup. Di sini perlu pengkajian dan kesiapan klien untuk mendiskusikan masalahnya.
Jika klien sulit mengungkapkan perasaannya, perawat perlu membantu
mengekspresikan perasaan klien. Misalnya dengan cara : “hal itu membuatmu merasa
bagaimana? ”

Contoh dialog :

Contoh Emosional katarsis

7
Perawat : Bagaimana perasaan kamu saat suamimu memukul dan membentak?

Klien : Dia memang orang yg pemarah, mungkin salah saya yang mau menikah
dengannya

Pasien : Sepertinya ibu membela tindakannya pd ibu. Saya takjub dgn apa yg ibu
rasakan saat itu.

Klien : Yah…begitu

Pasien : Tahukah ibu, hal itu mungkin membuat saya marah jika hal tsb menimpa saya

Klien : Sebenarnya saya juga marah, tapi mau bagaimana lagi..Saya sudah lama muak
dengan semua ini..Andai dia tahu betapa tersiksanya saya.

e. Bermain Peran

Adalah melakukan peran pada situasi tertentu. Hal ini berguna untuk meningkatkan
kesadaran dalam hubungan antar manusia dan memperdalam kemampuannya untuk
melihat situasi dari pandangan orang lain, juga memperkenankan klien untuk
mencobakan situasi yang baru dalam lingkungan yang aman (Nurhasanah.N, 2009).

E. Tabel Dimensi Respon dan Tindakan yang Terapeutik dalam Hubungan Perawat-
Klien

DIMENSI KARAKTERISTIK
RESPON
1. Ikhlas  Perawat terbuka, jujur, realitas dan
dapat dipercaya.
2. Menghargai (Respect)  Menerima klien, mempercayai
bahwa klien mempunyai
kemampuan memecahkan masalah
dengan bantuan.
 Menghargai klien tanpa syarat.
3. Empati  Memandang klien melalui
pandangan kita sendiri (internal).
 Peka terhadap perasaan klien saat
ini.

8
 Dapat mengidentifikasi masalah
klien dan memberi alternatif
pemecahan pada klien sesuai
dengan ilmu dan pengalaman
perawat tanpa mengganggu
integritas diri perawat.
4. Konkrit  Menggunakan terminologi spesifik,
bukan yang abstrak dalam
mendiskusikan perasaan,
pengalaman dan perilaku.
TINDAKAN
1. Konfrontasi  Perawat mengekspresikan
kesenjangan perilaku klien untuk
meningkatkan kesadaran dirinya.

2. Segera  Memberi respon segera pada hal


yang terjadi sekarang dan di tempat
ini.

 Terjadi pada waktu interaksi dan


dipakai untuk mempelajari fungsi
klien dalam hubungan
interpersonal.

3. Keterbukaan Perawat  Perawat mengemukakan informasi


tentang dirinya, ide, perasaan, nilai
dan sikapnya untuk mendukung
kerja sama dengan klien.

4. Emosional Katarsis  Mendorong klien bicara tentang hal


yang mencemaskan, perasaan takut,
pengalaman dan kecemasan
didiskusikan dengan terbuka.

9
5. Bermain Peran  Bermain peran tentang situasi
tertentu untuk meningkatkan
kesadaran dalam hubungan
interaksi dan kemampuan melihat
situasi dari pandangan yang
berbeda.

 Klien belajar perilaku baru pada


situasi yang aman.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesadaran diri perawat merupaka dasar utama dalam membina hubungan terapeutik
dengan klien. Sikap fisik dan psikologis yang diuraikan melalui nonverbal, dimensi respon
dan dimensi tindakan perlu dipelajari dan dipakai dalam prkatek keperawatan. Kepuasan
klien akan asuhan keperawatan banyak dpengaruhi oleh sikap perawat dalam berkomunikasi.
Integrasi sikap yang terapeutik dalam berkomunikasi dalam setiap tindakan keperawatan
merupakan keharusan untuk asuhan yang berkualitas (Nurhasanah.N, 2009).

Kehadiran fisik merupakan perhatian yang diberikan melalui penampilan tubuh.


Namun, keberadaan tubuh dapat juga membingungkan, bahkan mengubah pesan yang
disampaikan menjadi sebaliknya. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
menghadirkan diri secara terapeutik, yaitu: berhadapan; mempertahankan kontak
mata;membungkuk kearah klien; mempertahankan sikap terbuka serta tetap relaks.

Dimensi respon mencakup sifat yang harus ada pada perawat, yaitu: Ikhlas,
menghargai, empati,dan konkrit. Sedangkan pada dimensi tindakan terdapat beberapa
tindakan yang seharusnya atau wajib ada pada diri perawat, yaitu: Konfrontasi; kesegeraan;
keterbukaan, emotional chatarsis dan bermain peran.

11
DAFTAR PUSTAKA

Nurhasanah.N. Ilmu Komunikasi DALAM Kontes Keperawatan untuk Mahasiswa


Keperawatan. Jakarta: TIM, 2009

Stuart.G.W & Sundeen.S.J (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Alih bahasa: Achir Yani S.
Hamid. Ed ke-3. Jakarta, EGC

Stuart, GW, Laraia, M.T., 2001, Principle and Practice of Pshychiatric Nursing, ed 7, Mosby,
Philadelpia

Haber, 1982. Comprehensive Psychiatric Nurshing, Library of Congress Cataloging in


Publication Data

12

Anda mungkin juga menyukai