Middle Range 2
Middle Range 2
Middle Range 2
PENDAHULUAN
Pelayanan keperawatan merupakan bagian penting dalam pelayanan kesehatan yang bersifat
komprehensif meliputi biopsikososiokultural dan spiritual yang ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat, baik dalam keadaan sehat maupun sakit dengan pendekatan proses
keperawatan. Pelayanan keperawatan yang berkualitas didukung oleh pengembangan teori dan model
konseptual keperawatan. Perlu diyakini bahwa penerapan suatu teori keperawatan dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan akan berdampak pada peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Pelayanan
keperawatan sebagai pelayanan profesional akan berkembang bila didukung oleh teori dan model
keperawatan serta pengembangan riset keperawatan dan diimplementasikan di dalam praktek
keperawatan.
Asuhan keperawatan merupakan pendekatan ilmiah dan rasional dalam menyelesaikan masalah
keperawatan yang ada, dengan pendekatan yang dilakukan tersebut bentuk penyelesaian masalah
keperawatan dapat terarah dan terencana dengan baik, dimana dalam asuhan keperawatan terdapat
beberapa tahap yaitu pengkajian, penegakkan diagnosa, perencanaan, implimentasi tindakan, dan
evaluasi.
Profesi keperawatan mengenal empat tingkatan teori, yang terdiri dari meta theory, grand theory,
middle range theory, dan practice theory. Teori-teori tersebut diklasifikasikan berdasarkan tingkat
keabstrakannya, dimulai dari meta theory sebagai yang paling abstrak, hingga practice theory sebagai
yang lebih konkrit. Level ke empat dari teori tersebut (metatheory) adalah teori dengan level tertinggi
dan dijelaskan dengan prefix “meta”, yang berarti “perubahan pada posisi”, “diluar”, pada level
tertinggi, atau “melebihi” dan merujuk pada body of knowledge tentang body of knowledge atau
tentang suatu bidang pembelajaran seperti metamatematika (Krippendorf 1986 dalam Sell dan
Kalofissudis, 2004). Model konseptual keperawatan dikembangkan oleh para ahli keperawatan dengan
harapan dapat menjadi kerangka berpikir perawat, sehingga perawat perlu memahami konsep ini
sebagai kerangka konsep dalam memberikan askep dalam praktek keperawatan.
Teori Middle Range yang merupakan level kedua dari teori keperawatan akan dibahas lebih jauh dalam
makalah ini.
1.2 Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan konsep middle range theory dan beberapa teori
didalamnya yang dikembangkan oleh beberapa tokoh keperawatan.
1.3 Sistematika Penulisan
Pengelompokan Teori
BAB 2
TINJAUAN TEORI
Middle range theories dapat didefinisikan sebagai serangkaian ide/ gagasan yang saling berhubungan
dan berfokus pada suatu dimensi terbatas yaitu pada realitas keperawatan (Smith dan Liehr, 2008).
Teori-teori ini terdiri dari beberapa konsep yang saling berhubungan dan dapat digambarkan dalam
suatu model. Middle range theories dapat dikembangakan pada tatanan praktek dan riset untuk
menyediakan pedoman dalam praktik dan riset/penelitian yang berbasis pada disiplin ilmu keperawatan.
Dalam lingkup dan tingkatan abstrak, middle range theory cukup spesifik untuk memberikan petunjuk
riset dan praktik, cukup umum pada populasi klinik dan mencakup fenomena yang sama. Sebagai
petunjuk riset dan praktek, middle range theory lebih banyak digunakan dari pada grand theory,
dan dapat diuji dalam pemikiran empiris.
Teori Middle-Range memiliki hubungan yang lebih kuat dengan penelitian dan praktik. Hubungan
antara penelitian dan praktik menurut Merton (1968), menunjukkan bahwa Teori Mid-Range amat
penting dalam disiplin praktik, selain itu Walker and Avant (1995) mempertahankan bahwa mid-range
theories menyeimbangkan kespesifikannya dengan konsep secara normal yang nampak dalam grand
teori.
Mid-range teori memberikan manfaat bagi perawat, mudah diaplikasikan dalam praktik dan cukup
abstrak secara ilmiah.Teori Middle Range, tingkat keabstrakannya pada level pertengahan, inklusif,
diorganisasi dalam lingkup terbatas, memiliki sejumlah variabel terbatas, dapat diuji secara langsung.
Kramer (1995) mengatakan bahwa mid-range theory sesuai dengan lingkup fenomena yang relatif luas
tetapi tidak mencakup keseluruhan fenomena yang ada dan merupakan masalah pada disiplin ilmu.
Bila dibandingkan dengan grand teori, middle range theory ini lebih konkrit. Merton (1968) yang
berberperan dalam pengembangan middle range theory, mendefinisikan teori ini sebagai sesuatu yang
minor tetapi penting dalam penelitian dan pengembangan suatu teori.
Sependapat dengan Merton, beberapa penulis keperawatan mengemukakan middle range theory jika
dibandingkan dengan grand theory:
Berikut adalah beberapa contoh middle range theory yang diturunkan dari grand theory:
2.3 Pengelompokan Teori
Berdasarkan pengelompokkannya Middle Range Theory dikelompokkan oleh beberapa penyusun buku
menurut:
a.
6. Inklusif
10. Dapat dikembangkan secara deduktif, retroduktif. Lebih sering secara induktif menggunakan studi
kualitatif
11. Mudah diaplikasikan ke dalam praktik, dan bagian yang abstrak merupakan hal ilmiah yang menarik
2. Mudah diterapkan
Liehr & Smith (1999) menjelaskan bahwa perkembangan middle range theory bersumber pada proses
intelektual yang meliputi:
Beberapa teori keperawatan yang sudah berkembang, telah dikombinasikan dengan teori dari disiplin
ilmu lain untuk membentuk middle range theory. Sebagian besar Middle range theory bersumber pada
penemuan dari penelitian yang telah terpublikasi.
2.6 Penggunaan middle range theory
Middle range theory telah digunakan dalam bidang praktik dan penelitian. Teori ini mampu
menstimulasi dan mengembangkan pemikiran rasional dari penelitian.serta membimbing dalam
pemilihan variable dan pertanyaan penelitian.(Lenz,1998.p.26) Middle range Teori dapat membantu
praktik dengan memfasilitasi pemahaman terhadap perilaku klien dan memungknkan untuk
menjelaskan beberapa efektifitas dari intervensi.
Review terhadap beberapa penelitian yang dipublikasikan mengungkapkan penggunaan Middle Range
Teori dalam penelitian keperawatan masih cukup luas. Dan sebagian besar Middle Range Teori berasal
dari disiplin ilmu lain.Hal ini sangat jelas ketika kita membandingkan seberapa sering Middle Range Teori
dan Grand Teori dikutip dalam literatur penelitian keperawatan. Dari 173 penelitian, yangdiidentifikasi
menggunakan teori adalah 79 (45%). Dan dari 79 penelitian tersebut diidentifikasi hanya 25 penelitian
yang benar-benar menggunakan teori keperawatan dan 54 lainnya menggunakan mengadopsi dari
disiplin ilmu lainnya dan kebanyakan dari ilmu psikologi.
Identifikasi middle Range Teori telah cukup jelas.Disisi lain ,Chenitz, seorang penulis utama dari Entry
into a Nursing Home as Status Passage,memasukan teori ini ke dalam praktikal teori ini., sedangkan yang
lainnya memasukkan kedalam middle range teori. Dalam analisis dasar Middle Range Teori “ Pertanyaan
tentang Middle Range teori bukanlah merupakan sesuatu pernyataan hitam dan putih namun memiliki
definisi yang jelas. Middle Range Teori mengandung nilai abstrak, tidak terlalu luas namun juga tidak
terlalu sempit, tetapi berada pada kondisi dipertengahan.Untuk mencegah salah penafsiran dalam
pemahaman terhadap teori, para penemu teori harus memberikan Identitas Teori terhadap
komponen konsep dalam teori tersebut.
Ketidakakuratan dari middle range teori hanya salah satu dari sekian banyak kritik terhadap teori ini.
Selain hal tersebut, ketidakjelasan definisi middle range teori telah dikritisi untuk
membedakannya dengan Grand Teori,karena mampu untuk diuji meggunakan ide postif –logis.
1. Ramona T. Mercer
Ramona T. Mercer mengembangkan Salah satu model konseptualkeperawatan yang mendasari
keperawatan meternitas yaitu Maternal Role Attainment-Becoming a Mother. Fokus utama dari teori ini
adalah gambaran proses pencapaian peran ibu dan proses menjadi seorang ibu dengan berbagai asumsi
yang mendasarinya. Model ini juga menjadi pedoman bagi perawat dalam melakukan pengkajian pada
bayi dan lingkungannya, digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan bayi, memberikan bantuan
terhadap bayi dengan pendidikan dan dukungan, memberikan pelayanan pada bayi yang tidak mampu
untuk melakukan perawatan secara mandiri dan mampu berinteraksi dengan lingkungannya.
Konsep teori Mercer ini dapat diaplikasikan dalam perawatan bayi baru lahir terutama pada kondisi
psikososial dan emosional bayi baru lahir masih sering terabaikan. Model konseptual Mercer
memandang bahwa sifat bayi berdampak pada identitas peran ibu. Respon perkembangan bayi baru
lahir yang berinteraksi dengan perkembangan identitas peran ibu dapat diamati dari pola perilaku bayi.
Model pencapaian peran maternal yang dikemukakan oleh Mercer dengan menggunakan konsep
Bronfenbrenner’s (1979) memperlihatkan bagaimana lingkungan berpengaruh terhadap pencapaian
peran ibu (dapat dilihat gambar di bawah).
Keperawatan
Mercer (2004) mengemukakan bahwa keperawatan adalah profesi yang dinamis dengan tiga fokus
utama yaitu promosi kesehatan, mencegah kesakitan dan menyediakan layanan keperawatan bagi yang
memerlukan untuk mendapatkan kesehatan yang optimal serta penelitian untuk memperkaya dasar
pengetahuan bagi pelayanan keperawatan. Pengkajian selanjutnya pada klien dan lingkungan, perawat
mengidentifikasi tujuan klien, menyediakan layanan pada klien yang meliputi dukungan, pendidikan dan
pelayanan keperawatan pada klien yang tidak mampu merawat dirinya sendiri.
Manusia
Mercer tidak mendefinisikan secara spesifik mengenai konsep manusia namun mengarah pada diri dan
inti diri. Mercer memandang diri sebagai bagian dari peran yang dimainkan. Wanita sebagai individu
dapat berperan menjadi orang tua jika telah melalui mother-infant dyad. Inti dari manusia tersusun dari
konteks budaya dan dapat mendefinisikan dan membentuk situasi. Konsep kepercayaan diri dan harga
diri sebagai manusia terpisah dari interaksi dengan bayinya dan ayah dari bayinya atau orang lain yang
berarti saling mempengaruhi.
Kesehatan
Mercer mendefinisikan status kesehatan dari orang tua sebagai persepsi kesehatan mereka yang lalu,
kesehatan saat ini, harapan tentang kesehatan, resiko terhadap penyakit, kekhawatirkan dan perhatian
tentang kesehatan, orientasi pada penyakit dan penyembuhannya, status kesehatan bayi baru lahir
dengan tingkat kehadiran penyakit dan status kesehatan bayi oleh orang tua pada kesehatan secara
menyeluruh. Kesehatan dipandang sebagai keinginan yang ditunjukkan untuk bayi. Mercer
mengemukakan bahwa stress suatu proses yang memerlukan perhatian penting selama perawatan
persalinan dan proses kelahiran.
Lingkungan
Definisi lingkungan yang dikemukakan oleh Mercer diadaptasi dari definisiBronfenbrenner’s tentang
ekologi lingkungan dan berdasarkan teori awalnya. Mercer menjelaskan tentang perkembangan tidak
dapat menjadi bagian dari lingkungan, terdapat akomodasi mutual antara perkembangan individu dan
perubahan sifat dengan segera. Stress dan dukungan sosial dalam lingkungan mempengaruhi untuk
mencapai peran maternal dan paternal serta perkembangan anak.
Maternal Role Attainmen yang dikemukakan oleh Mercer merupakan sekumpulan siklus mikrosistem,
mesosistem dan makrosistem. Model ini dikembangkan oleh Mercer sejalan pengertian yang
dikemukakan Bronfenbrenner’s,yaitu :
a. Mikrosistem adalah lingkungan segera dimana peran pencapaian ibu terjadi. Komponen
mikrosistem ini antara lain fungsi keluarga, hubungan ibu-ayah, dukungan sosial, status ekonomi,
kepercayaan keluarga dan stressor bayi baru lahir yang dipandang sebagai individu yang melekat dalam
sistem keluarga. Mercer (1990) mengungkapkan bahwa keluarga dipandang sebagai sistem semi
tertutup yang memelihara batasan dan pengawasan yang lebih antar perubahan sengan sistem keluarga
dan sistem lainnya.
Makrosistem terdiri atas sosial, politik. Lingkungan pelayanan kesehatan dan kebijakan sistem kesehatan
yang berdampak pada pencapaian peran ibu.
Maternal Role Attainment adalah proses yang mengikuti 4 (empat) tahap penguasaan peran, yaitu :
1. Antisipatori : tahapan antisipatori dimulai selama kehamilan mencakup data sosial, psikologi,
penyesuaian selama hamil, harapan ibu terhadap peran, belajar untuk berperan, hubungan dengan janin
dalam uterus dan mulai memainkan peran.
2. Formal : tahapan ini dimuai dari kelahiran bayi yang mencakup proses pembelajaran dan
pengambilan peran menjadi ibu. Peran perilaku menjadi petunjuk formal, harapan konseptual yang lain
dalam sistem sosial ibu.
3. Informal : merupakan tahap dimulainya perkembangan ibu dengan jalan atau cara khusus yang
berhubungan dengan peran yang tidak terbawa dari sistem sosial. Wanita membuat peran barunya
dalam keberadaan kehidupannya yang berdasarkan pengalaman masa lalu dan tujuan ke depan.
4. Personal atau identitas peran yang terjadi adalah internalisasi wanita terhadap perannya.
Pengalaman wanita yang dirasakan harmonis, percaya diri, kemampuan dalam menampilkan perannya
dan pencapaian peran ibu.
Tahapan pencapaian peran ibu ini berkaitan dan sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi
baru lahir Respon perkembangan bayi sebagai respon terhadap perkembangan peran ibu adalah:
c. Model Revisi pada tahun 2003, Mercer merevisi model maternal role attainment menjadi a becoming
mother.
Pada model ini ditempatkan interaksi antara ibu, bayi dan ayah sebagai sentral interaksi yang tinggal
dalam satu lingkungan (dapat dilihat dalam gambar di bawah).
Dalam model ini dijelaskan variabel lingkungan keluarga dan teman meliputi dukungan sosial, nilai dari
keluarga, budaya, fungsi keluarga dan stressor. Lingkungan komunitas meliputi perawatan sehari-hari,
tempat kerja, sekolah, rumah sakit, fasilitas rekreasi dan pusat kebudayaan. Lingkungan yang lebih besar
dipengaruhi oleh hukum yang berhubungan dengan perempuan dan anak-anak, termasuk ilmu tentang
bayi baru lahir, kesehatan reproduksi, budaya terapan dan program perawatan kesehatan nasional.
d. Kelemahan Teori
Teori Mercer sangat aplikatif jika ditujukan untuk mengkaji kondisi yang berkaitan dengan pencapaian
peran namun teori ini belum aplikatif dalam menggali data yang berhubungan dengan kebutuhan dasar
terutama pemenuhan kebutuhan fisik. Oleh karena itu penerapan konsep Mercer perlu dimodifikasi
dengan teori lain untuk melengkapi kekurangannya.
2. Katharine Kolcaba
Kolcaba mengembangkan Teori Kenyamanan melalui tiga jenis pemikiran logis antara lain :
1. Induksi
Induksi terjadi ketika penyamarataan dibangun dari suatu kejadian yang diamati secara spesifik. Di mana
perawat dengan sungguh-sungguh melakukan praktek dan dengan sungguh-sungguh menerapkan
keperawatan sebagai disiplin, sehingga mereka menjadi terbiasa dengan konsep Implisit atau eksplisit,
terminologi, dalil, dan asumsi pendukung praktek mereka. Ketika perawat lulus sekolah, mereka
mungkin diminta untuk menjelaskan diagram prakteknya, yang mana tugas tersebut sangatlah mudah.
2. Deduksi
Deduksi adalah suatu format dari pemikiran logis di mana kesimpulan spesifik berasal dari prinsip atau
pendapat yang lebih umum; prosesnya dari yang umum ke yang spesifik. Langkah mengurangi
pengembangan teori mengakibatkan teori kenyamanan dapat dihubungkan dengan konsep lain untuk
menghasilkan suatu teori. Kerja dari tiga ahli teori keperawatan diperlukan untuk mendefinisikan
kenyamanan. Oleh karena itu Kolcaba lebih dulu melihat di tempat lain untuk bekerja secara bersama
untuk menyatukan kebutuhan seperti keringanan, ketentraman dan hal yang penting. Apa yang
dibutuhkan, dia merealisir suatu yang abstrak dan kerangka konseptual umum yang sama dengan
kenyamanan dan berisi dalam jumlah banyak yang bersifat abstrak.
3. Retroduksi
Retroduksi adalah suatu format pemikiran untuk memulai ide. Bermanfaat untuk memilih suatu
fenomena yang dapat dikembangkan lebih lanjut dan diuji. Pemikiran jenis ini diterapkan di (dalam)
bidang di mana tersedia sedikit teori. Seperti pada kasus hasil riset, di mana saat ini memusat pada
pengumpulan database besar untuk mengukur hasil dan berhubungan pada pengeluaran untuk jenis
keperawatan, medis, institusi, atau protokol masyarakat. Penambahan suatu kerangka teori
keperawatan untuk riset hasil akan meningkatkan area penelitian keperawatan karena praktek dasar
teori memungkinkan perawat untuk mendisain intervensi yang sama dan selaras dengan hasil yang
diinginkan.
Teori Comfort dari Kolcaba ini menekankan pada beberapa konsep utama beserta definisinya, antara
lain :
Kolcaba mendefinisikan kebutuhan pelayanan kesehatan sebagai suatu kebutuhan akan kenyamanan,
yang dihasilkan dari situasi pelayanan kesehatan yang stressful, yang tidak dapat dipenuhi oleh penerima
support system tradisional. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan fisik, psikospiritual, sosial dan lingkungan,
yang kesemuanya membutuhkan monitoring, laporan verbal maupun non verbal, serta kebutuhan yang
berhubungan dengan parameter patofisiologis, membutuhkan edukasi dan dukungan serta kebutuhan
akan konseling financial dan intervensi.
2. Comfort
Comfort merupakan sebuah konsep yang mempunyai hubungan yang kuat dalam
keperawatan. Comfort diartikan sebagai suatu keadaan yang dialami oleh penerima yang
dapat didefinisikan sebagai suatu pengalaman yang immediate yang menjadi sebuah kekuatan
melalui kebutuhan akan keringanan (relief), ketenangan (ease), and (transcedence) yang dapat
terpenuhi dalam empat kontex pengalaman yang meliputi aspek fisik, psikospiritual, sosial dan
lingkungan.
Beberapa tipe Comfort didefinisikan sebagai berikut:
a. Relief, suatu keadaan dimana seorang penerima (recipient) memiliki pemenuhan kebutuhan yang
spesifik
Kolcaba, (2003) kemudian menderivasi konteks diatas menjadi beberapa hal berikut :
b. Psikospiritual, berkenaan dengan kesadaran internal diri, yang meliputi harga diri, konsep diri,
sexualitas, makna kehidupan hingga hubungan terhadap kebutuhan lebih tinggi.
3. Comfort Measures
Tindakan kenyamanan diartikan sebagai suatu intervensi keperawatan yang didesain untuk memenuhi
kebutuhan kenyamanan yang spesifik dibutuhkan oleh penerima jasa, seperti fisiologis, sosial, financial,
psikologis, spiritual, lingkungan, dan intervensi fisik.
4. Enhanced Comfort
Sebuah outcome yang langsung diharapkan pada pelayanan keperawatan, mengacu pada teori comfort
ini.
5. Intervening variables
Didefinisikan sebagai kekuatan yang berinteraksi sehingga mempengaruhi persepsi resipien dari comfort
secara keseluruhan. Variable ini meliputi pengalaman masa lalu, usia, sikap, status emosional, support
system, prognosis, financial, dan keseluruhan elemen dalam pengalaman si resipien.
Merupakan sebuah kategori yang luas dari outcome berikutnya yang berhubungan dengan pencarian
kesehatan yang didefinisikan oleh resipien saat konsultasi dengan perawat. HSBs ini dapat berasal dari
eksternal (aktivitas yang terkait dengan kesehatan), internal (penyembuhan, fungsi imun,dll.)
7. Institusional integrity
Didefinisikan sebagai nilai nilai, stabilitas financial, dan keseluruhan dari organisasi pelayanan kesehatan
pada area local, regional, dan nasional. Pada sistem rumah sakit, definisi institusi diartikan sebagai
pelayanan kesehatan umum, agensi home care, dll.
Teori kenyamanan yang dikembangkan dalam artikel oleh Kolcaba mudah dimengerti dan dipahami,
selain itu teori ini kembali kepada keperawatan dasar dan misi/tujuan keperawatan tradisional yaitu
kenyamanan.
Teori ini melibatkan semua aspek (holistik) yang meliputi fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial
kultural. Namun untuk menilai semua aspek tersebut dibutuhkan komitmen tinggi dan kemampuan
perawat yang trampil dalam hal melakukan asuhan keperawatan berfokus kenyamanan (pengkajian
hingga evaluasi), yang di dalamnya dibutuhkan teknik problem solving yang tepat.
1. Vulnerability
Kesadaran seseorang akan adanya kematian, Konsep vulnerable meningkatkan kesadaran akan situasi
mendekati kematian termasuk di dalamnya adalah keadaan gawat seperti disabilitas, penyakit kronik,
kelahiran, dan pengasuhan.
2. Self-Transcendence
Transendensi diri berarti suatu gerak melampaui apa yang telah dicapai, suatu gerak dari yang kurang
baik menjadi baik dan dari yang baik menjadi lebih baik.
Menurut Pamela G Reed, Self Transcendence didefiniskan sebagai pengembangan konsep diri dibatasi
secara mulitidimensi yaitu :
Inwardly (batiniah) : melakukan refleksi introspeksi diri terhadap pengalaman- pengalaman yang
telah dialami.
Temporally (duniawi) : menggunakan pengalaman masa lalu sebagai pelajaran untuk mencapai
tujuan masa depan.
3. Well-Being
Didefiniskan sebagai perasaan sehat secara menyeluruh baik fisik, psikologis, sosial, budaya dan spiritual
yang menunjukkan suatu kesejahteraan dan keadan yang baik.
4. Moderating-Mediating Factors
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses transendensi diri yang berkontribusi terhadap kondisi yang
baik, misalnya : usia, jenis kelamin, kemamapuan kognitif, pengalaman hidup, persepsi spiritual,
lingkungan sosial, dan riwayat masa lalu.
5. Point of Intervention
Tindakan keperawatan secara langsung berfokus pada sumber-sumber yang berasal dari dalam diri
seseorang terhadap transendensi diri
Tindakan yang berfokus pada beberapa faktor personal dan kontekstual yang mempengaruhi
hubungan antara transendensi diri dan vulnerabel ; hubungan antar transendensi diri dan keadaan
baik/sehat.
Asumsi Mayor
1) Health
Sehat, didefinisikan secara mutlak sebagai proses kehidupan dari dua hal yaitu pengalaman negatif dan
positif, dimana individu menciptakan lingkungan dan nilai-nilai unik yang mendukung kesejahteraan
(well- being).
2) Nursing
Peran keperawatan adalah untuk mendampingi orang-orang (persons) melalui proses interpersonal dan
manajemen terapeutik pada lingkungannya dengan membutuhkan keterampilan untuk mendukung
kesehatan (health) dan kesejahteraan (well-being).
3) Person
Person dipahami sebagai perkembangan masa kehidupannya dalam berinteraksi dengan orang lain dan
perubahan lingkungan yang kompleks yang dapat berkontribusi secara positif dan negative terhadap
kesehatan dan keadaan baik.
4) Environment
Keluarga, jaringan sosial, lingkungan fisik dan komunitas adalah lingkungan yang secara signifikan
berkontribusi pada proses kesehatan dimana perawat mempengaruhinya dengan mengatur interaksi
yang terapeutik antara individu dan aktivitas keperawatan.
Pernyataan Teoritis
3) Faktor-faktor personal dan eksternal bisa mempengaruhi hubungan antaravulnerability dengan self
transcendence dan antara self transcendence dan well-being.
+ -
+ -
+ Factor-faktor personal
danKontextual yang berhubungan dengan
secara media atau hubungan moderate
Terdapat 3 dalil yang berkembang menggunakan tiga konsep dasar tersebut, antara lain :
1) Dalil Pertama, self transcendence merupakan kehebatan seseorang saat menghadapi akhir dari
kehidupan dibanding ia tidak mengalaminya, atau dengan pengalaman-pengalaman lain yang
meningkatkan kesadaran akan kematian.
2) Dalil yang kedua yaitu batasan-batasan konseptual yang dihubungkan dengan kesejahteraan (well-
being), yang secara fluktuasi akan mempengaruhi secara positif atau negatif well being sepanjang masa
kehidupan.
Contoh : Peningkatan penampilan dan perilaku self transcendence diharapkan berkaitan secara positif
dengan kesehatan mental sebagai indicator well-being seseorang, sedang pengaruh negative seperti
ketidakmamapuan untuk mencapai atau menerima orang lain (berteman) akan mengarah pada depresi
sebagai indicator kesehatan mental.
Dalil yang ketiga adalah proses person dengan lingkungan, yang berfungsi sebagai korelasi, moderator,
atau mediator yang menghubungkan antara vulnerable, transendensi diri dan keadaan sejahtera (well
being).
4. Carolyn L Wiener
Hidup disituasikan dalam konteks biografi,konsepsi diri berakar pada kondisi fisik dan diformulasikan
berdasarkan kemampuan menerima untuk membentuk kebiasaan atau aktifitas yang diharapkan dalam
mencapai tujuan dari aturan yang berbeda.Interaksi dengan orang lain adalah pengaruh utama (major
influence) untuk membentuk suatu konsep diri. Sebagai ragam peran perilaku,seseorang memonotor
reaksi orang lain dan merasakan dirinya merupakan bagian yang terintegrasi dari proses yang
dibentuk/dihasilkan.
Identity : Pembentukan diri sendiri yang memberikan waktu utnuk menyatukan multtipel aspek
dari diri dan situasi didalam tubuh kita.
Pengalaman tentang sakit selalu ditempatkan alam konteks biografi oleh karena itu kondisi sakit adalah
pengalaman yang masih berlanjut.Domain dari kondisi sakit adalah berhubungan dengan ketidakpastian
bervariasi dalam dominasi di lintasan penyakit (table 30.1) melalui aliran dinamis dari persepsi tentang
diri dan interaksi dengan orang lain. Aktifitas dari hidup dan kehidupan seseorang dalam kondisi sakit
merupakan bentuk kerja .Lingkungan dari kerja termasuk individu dan yang lainnya dengan semua
interaksi,termasuk keluarga dan pelayanan kesehatan. Semua komponen yang berperan tersebut
disebut total organisasi. Seorang yang sakit (pasien) merupakan pekerja utama namun semua pekerjaan
yang diambil didalamnya dipengaruhi oleh total organisasi.
Tipe pekerjaan yang diorganisasikan meliputi 4 line dari lintasan kerja yang dibentuk oleh pasien
dan keluarganya :
1. Illness related work : diagnostic, manajemen gejala,regimen perawatan dan pencegahan krisis
2. Everyday life work :Aktifitas sehari, kegiatan rumah tangga, mempertahankan suatu
kemampuan kerja, hubungan yang berkesinambungan dan rekreasi.
Keseimbangan dalam tipe kerja adalah responsive dan dinamis,fluktuatif seiring waktu,situasi,persepsi
dan beberapa variasi player dalam total organisasi dalam rangka mengatasi masalah ketidakseimbangan.
Semua itu saling mempengaruhi tipe kerja membentuk tekanan yang ditandai dengan bagian yang
paling dominan dari tipe kerja.Diseluruh lintasan.Ingatlah, meskipun konteks biografi bersumber dari
tubuh,perubahan tubuh melalui perjalanan penyakit dan penanganannya,kapasitas untuk membentuk
kepastian tipe kerja mengharuskan satu identitas telah terbentuk.
Itulah yang membuat strategi mempengaruhi pembentukan diri termasuk dipantau respon lain terhadap
strategi ketika mereka mencoba untuk mengatur kehidupan seseorang yang menderita penyakit.
Uncertain Body : Perubahan -Guncangan jiwa (kegagalan tubuh) Ambigu dalam membaca tanda
Berhubungan dengan tubuh
penyakitnya dan -Konsepsi dari pembentukan
penanganan berfokus pada tubuh(cara penggunaannya) datang Perhatian terhadap sekeliling:
satu kemampuan untuk dengan perubahan status tubuh saat
ini dan harapan berubah bagaimana -Apa yang akan terjadi terhadap
membentuk aktifitas tubuh
biasa,melibatkan melakukan di masa depan.
penampilan,fungsi fisiologis -Membahayakan resistensi
dan respon terhadap tubuh
pengobatan
-Keberhasilan dan resiko
pengobatan
-Mencari dan memperkuat perbandingan -Membandingkan diri dengan orang lain yang
kondisinya lebih buruk untuk meyakinkan diri baha
tidak akan menjadi lebih buruk.
Mencari tempat yang aman untuk melepaskan -Mengemukakan tempat dimana,atau siapa
orangnya, emosi yang sesungguhnya dan perasaan
harus bisa diekspresikan dengan suasana yang
mendukung
Fokus dalam konteks sosial untuk bekerja dan hubungan sosial mempengaruhi kehidupan seseorang
dalam teori Illness Trajectori berdasarkan seminal kerja dari Corbin dan Strauss(1988).Sebagai pekerj
sentral,aksi diambil oleh seseorang yang mengatur dampak dari seorang yang sakit,termasuk
Biografi(Concept of self) dan sosiologi ( interaksi dengan orang lain).Dari perspektif ini mengatur
gangguan yang muncul (Koping ketidakpastian) mempengaruhi beberapa pemain yang berperan dalam
organisasi sebaik kondisi sosial. Adanya kompleksitas termasuk interaksi multi konteks dan dengan
pengalaman pemain yang berperan dalam trajectory Illnes, koping merupakan proses yang sangat
bervariasi dan dinamis.
Secara alami hal ini diantisipasi bahwa lintasan kehidupan pada seseorang dengan kanker
memiliki fase yang bisa dilihat atau tingkatan yang mungkin diidentifikasi oleh pergeseran
utama,keluhan yang dilaporkan,tantangan dan aktifitas.Hal ini secara rasional dilihat dari data kualitatif
tiga point selama pengobatan kemoterapi.
Konsep penulis ketidak pastian dengan kehilangan control menjelaskan sebagai masalah utama dalam
kondisi sakit kanker(Wiener dan Dodd.1993 hal.18). Asersi teorinya adalah merefleksikan lebih jauh
dalam mengidentifikasi core sosial-psikologi proses kehidupan dari penderita kanker mentoleransi
ketidakpastian yang berkaitan dengan penyakit.Faktor yang mempengaruhi derajat ekspresi
ketidakpastian oleh pasien dan keluarga berdasarkan teori kerangka kerja dari total organisasi dan
kondisi eksternal sosial termasuk dukungan alami keluarga, sumber keuangan dan kualitas bantuan dari
petugas kesehatan.
Logical Form
Bentuk logis utama yang menghasilkan teori dasar adalah induktif. Membaca anlisis dari interview
untuk mengidentifikasi proses utama yang menyatukan pernyataan teori : toleransi ketidakastian.
Sistematik koding proses yang digunakan untuk melakukan kesepakatan dengan penyakit dan
konsekuensinya dan kemudian memberi wawasan karena diuji dalam pengembangan teori dan ditulis
untuk pengembangan pemahaman dari Trajectory Illnes untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.
Pentingnya teori Illnes Trajectory untuk keperawatan praktis dikembangkan dalam kerangka kerja untuk
memahami bagaimana pasien kanker mampu bertoleransi terhadap kondisi ketidakpastian yang
memunculkan seuatu kehilangan control.Identifikasi tipe ketidakpastian khususnya dapat digunakan
untuk strategi pasien onkologi untuk memanage hidupnya secara normal dan sebisa mungkin bangkit
dari ketidakpastian akibat diagnose kanker. Kesadaran atas kondisi ini berhubungan dengan managemen
strategi untuk pasien dan keluarga yang sedang mendapat pengobatan kemoterapi.
Cheryl adalah seorang profesor di University of Connecticut . Beliau telah menerima berbagai
penghargaan seperti Eastern Nursing Research Society's Distinguished Researcher Award, the
Distinguished Alumna Award from Yale University and the Connecticut Nurses' Association's Diamond
Jubilee Award untuk kontribusinya pada penelitian keperawatan.
Selama 20 tahun terakhir Cheryl telah memfokuskan penelitiannya pada upaya pengembangan program
penelitian pada mood postpartum dan gangguan kecemasan. Beliau telah meneliti secara ekstensif
menggunakan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan temuan dari beberapa penelitian
kualitatif nya, Cheryl telah mengembangkan Skala Skrining Depresi Postpartum/ Postpartum Depression
Screening Scale (PDSS) yang diterbitkan oleh Western Psychological Services.
Beliau juga salah seorang penulis produktif yang telah menerbitkan lebih dari 100 artikel jurnal tentang
beberapa topik seperti depresi postpartum, trauma lahir, PTSD/ posttraumatic stress disorder karena
melahirkan, fenomenologi, grounded theory, meta-analisis, pengembangan instrumen, meta-sintesis, dan
analisis naratif. Saat ini upaya penelitian Cheryl difokuskan pada (1) dampak trauma lahir pada
menyusui, (2) efek DHA pada depresi postpartum, dan (3) penilaian psikometri dari Postpartum
Depression Screening Scale melalui administrasi telepon.
Depresi Postpartum adalah gangguan mood yang secara historis sering diabaikan dalam perawatan
kesehatan, membiarkan ibu menderita dalam ketakutan, kebingungan, dan keheningan. Jika hal ini tidak
terdiagnosa, dapat mempengaruhi hubungan ibu-bayi dan menyebabkan masalah emosional jangka
panjang bagi anak. Teori ini membedakan depresi postpartum dari gangguan mood dan kecemasan
postpartum lainnya dan aspek-aspek depresi postpartum: gejala, prevalensi, faktor risiko, intervensi, dan
efek pada hubungan dan perkembangan anak. Juga dibahas tentang Instrumen yang tersedia yang
digunakan untuk skrining depresi postpartum. Cheryl menegaskan bahwa depresi merupakan hasil dari
kombinasi stres fisiologis, psikologis, dan lingkungan dan bahwa gejala bervariasi dan kemungkinan akan
muncul beberapa gejala.
Cheryl memperkenalkan NURSE program untuk menangani depresi postpartum. NURSE program ini
meliputi 5 aspek perawatan yang diperlukan untuk menyembuhkan depresi postpartum, yaitu:
Understanding (pemahaman)
Spirituality (spiritualitas)
Exercise (latihan)
Masing-masing aspek didiskusikan secara terpisah dan dikolaborasikan dengan ibu yg bersangkutan.
Mereka seringkali hanya bisa berfokus pada satu atau dua aspek dalam satu waktu, namun program ini
harus diselesaikan dalam setiap tahap penyembuhan mereka.
Teori Keraguan terhadap penyakit/ Uncertainty in Illness Theory oleh Merle Helaine Mishel.
Mishel memiliki gelar master dalam keperawatan jiwa dan PhD dalam psikologi sosial. Dia dikenal
karena penelitiannya tentang keraguan dan manajemen dalam penyakit kronis dan mengancam jiwa. Dia
memiliki keahlian dalam respon psikososial untuk pasien kanker dan penyakit kronis serta intervensi
untuk mengelola keraguan. Dia juga mengembangkan instrumen yang digunakan di seluruh dunia
tentang keraguan terhadap penyakit yaitu Uncertainty in Illness Scale—Community Form(MUIS-C).
Penelitian Mishel di bidang pengajaran pasien kanker untuk mengadvokasi perawatan mereka sendiri
telah mendapatkan pengakuan nasional. Dia juga mempelajari apa yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan perawatan kesehatan yang diterima pasien kanker tanpa meningkatkan biaya pada sistem
yang sudah terbebani. Dia bekerja padapasien kanker prostat dan kanker payudara.
Teori ini menjelaskan bahwa keraguan dapat mempengaruhi kemampuan pasien untuk beradaptasi pada
suatu penyakit. Keraguan dalam hal ini diartikan sebagai “ketidakmampuan pasien untuk menentukan
makna kejadian suatu penyakit dan kemungkinan memprediksi secara akurat akibat yang ditimbulkan
oleh penyakit tersebut”.
Konsep keraguan terhadap penyakit yang berlaku untuk penyakit akut dan kronis telah dijelaskan dalam
literatur sebagai stressor kognitif, rasa kehilangan kontrol, dan persepsi keraguan bahwa terjadi
perubahan keadaan dari waktu ke waktu. Keraguan terhadap penyakit berhubungan dengan
penyesuaian yang buruk, dan sering perlu dinilai sebagai ancaman yang memiliki efek merusak. Dalam
populasi sakit, keraguan terhadap penyakit terkait dengan kepekaan yang meningkat terhadap nyeri dan
toleransi yang menurun terhadap rangsangan nyeri. Keraguan terhadap penyakit juga terkait dengan
koping maladaptif, distress psikologis yang lebih tinggi, dan penurunan kualitas hidup. Literatur mengenai
keraguan terhadap penyakit dalam kaitannya dengan nyeri agak terbatas tetapi jelas menunjukkan
potensi dampak negatif terhadap persepsi dan penyesuaian terhadap nyeri.
Mishel menyatakan keraguan pada awalnya merupakan tingkatan netral kognitif yang mewakili
ketidakmampuan pasien dengan kondisi kronis atau yang mengancam jiwa untuk mengintepretasi
kejadian yang terkait dengan penyakit dan bahwa intervensi keperawatan harus membantu pasien
beradaptasi dan mengatasi keraguan ini secara produktif, mengintegrasikannya ke dalam kehidupan
mereka dan meningkatkan kualitas hidup. Keraguan masing-masing pasien harus dipahami sebagai
karakteristik masalah dari pengalaman penyakit individu terlepas dari sifat akut atau kronis berbagai
penyakit.
7. Phil Barker
Tidal model adalah sebuah model pemulihan untuk promosi kesehatan mental yang dikembangkan oleh
Profesor Phil Barker, Poppy Buchanan-Barker dan rekan-rekan mereka. Tidal model berfokus pada
proses perubahan yang ada pada semua orang. Model ini berusaha untuk mengungkapkan arti dari
pengalaman seseorang, menekankan pentingnya suara mereka sendiri dan kebijaksanaan melalui
kekuatan metafora. Ini bertujuan untuk memberdayakan seseorang untuk memimpin pemulihannya
sendiri bukannya diarahkan oleh para profesional.
Filosofi yang mendasari model ini awalnya terinspirasi oleh penelitian selama lima tahun tentang apa
yang dibutuhkan untuk perawatan kesehatan jiwa yang dilakukan oleh Prof. Dr. Chris Barker dan
Stevenson di Universitas Newcastle , Inggris. Sejak tahun 2000, model ini telah dipraktekkan di Inggris
dan luar negeri.
Karena karyanya di bidang ini, Phil Barker sering disebut sebagai teoris kontemporer yang menonjol
dalam keperawatan kesehatan jiwa.
b. pengakuan atas kekuatan sumberdaya, daripada berfokus pada masalah, kekurangan atau
kelemahan
f. keutamaan mengejar elegan dengan cara sederhana yang mungkin harus dicari
Agar praktisi dapat memulai proses keterlibatan menggunakan Tidal model, hal-hal yang perlu
diperhatikan:
c. bahwa pada akhirnya, orang tahu apa yang terbaik untuk mereka
d. bahwa orang memiliki semua sumber daya yang mereka butuhkan untuk memulai
perjalanan pemulihan
e. bahwa orang tersebut adalah guru dan tenaga penolong/praktisi adalah muridnya
f. bahwa tenaga penolong/praktisi harus kreatif dan mempunyai rasa ingin tahu dalam mempelajari
apa yang perlu dilakukan untuk membantu seseorang
Proses keterlibatan dengan orang yang dalam masalah dan kesusahan terjadi dalam tiga domain atau
dimensi. Dengan Tidal model, praktisi mengeksplorasi dimensi-dimensi tersebut untuk sadar akan situasi
di saat ini dan menentukan apa yang harusnya terjadi sekarang.
a. Domain diri (self domain) adalah di mana orang merasakan pengalaman mereka. Ada penekanan
untuk membuat orang merasa lebih aman dan praktisi membantu mengembangkan “rencana
keamanan” atau security plan untuk mengurangi ancaman terhadapnya atau orang lain di sekitarnya.
b. Domain dunia (world domain) di mana orang berpegang pada kisah mereka. Praktisi Tidal model
menggunakan cara khusus untuk mengeksplorasi cerita ini bersama-sama, mengungkapkan makna yang
tersembunyi, menggali sumber daya yang ada, dan untuk mengidentifikasi apa yang perlu dilakukan
untuk membantu pemulihan.
c. Domain lainnya (others domain) menggambarkan berbagai hubungan yang dimiliki seseorang di
masa lalu, masa sekarang dan masa depan, tidak hanya praktisi Tidal model tetapi juga anggota lain dari
tim perawatan kesehatan dan sosial, teman, keluarga dan pendukung lainnya.
Kekuatan metafora
Tidal model menggunakan metafora atau filosofi air dan menjelaskan bagaimana orang-orang dalam
kesusahanatau distress bisa menjadi rapuh secara emosional , fisikdan spiritual. Filosofi ini memandang
pengalaman sehat dan sakit seperti zat cair, bukan sebuah fenomena yang stabil, dan kehidupan
sebagai sebuah perjalanan yang dilakukan di lautan pengalaman. Filosofi ini menyatakan bahwa
kesehatan jiwa, faktor yang terkait dengan krisis kejiwaan, bisa beragam serta kumulatif. Dengan
berprinsip pada filosofi ini, perawat atau tenaga penolong lainnya akan mendapatkan pemahaman yang
lebih tentang situasi yang saat itu sedang dihadapi seseorang dan perlunya suatu perubahan. Dengan
ini, praktisi atau tenaga penolong, seiring berjalannya waktu, akan dibimbing untuk merawat atau
mengasuh seseorang mulai dari awal perjalanan mereka hingga terdampar, tenggelam atau sebaliknya
dicampakkan oleh permasalahan hidup mereka. Eksplorasi kemudian dapat dilakukan untuk mengetahui
apa yang sebenarnya menyebabkan badai dan apa yang perlu dilakukan segera untuk dapat berlayar
lagi.
Nilai Tidal model dapat diringkas menjadi sepuluh komitmen yang perlu diperhatikan:
Menunjukkan ketertarikan dan rasa ingin tahu tentang cerita orang tersebut.
Menempatkan diri dalam cerita tersebut dan belajar serta mengambil hikmah dari cerita orang
yang anda bantu (klien).
Pada dasarnya setiap orang memiliki sikap bijaksana dalam menghadapi setiap pengalaman
hidupnya. Praktisi atau tenaga penolong mempunyai tugas untuk membantunya mengungkapkan
kebijaksanaan tersebut yang akan membantu dalam proses pemulihannya.
Cerita seseorang berisi informasi yang berharga untuk mengetahui sumberdaya mana yang dapat
digunakan untuk membantu proses pemulihan dan mana yang tidak dapat digunakan.
Praktisi atau tenaga penolong bersama-sama dengan klien membangun sebuah apresiasi dan
menentukan langkah apa yang harus dilakukan "sekarang" karena langkah awal merupakan langkah
yang penting.
Tidak ada yang lebih berharga daripada waktu yang dihabiskan praktisi dan klien bersama-sama.
Pertanyaan yang harus ditanyakan bukan “Berapa banyak waktu yang masih kita punya?” melainkan
"Bagaimana kita menggunakan waktu yang ada saat ini?".
10. Know that change is constant (ketahuilah bahwa perubahan adalah konstan)
1. Fokus terapeutik yang utama dalam kesehatan jiwa ialah dalam komunitas.
Manusia hidup di “lautan pengalaman” dan krisis kejiwaan hanyalah satu dari sekian banyak hal
yang dapat “menenggalamkan” mereka. Tujuan keperawatan atau asuhan kesehatan jiwa ialah untuk
mengembalikan mereka ke “lautan pengalaman” tersebut sehingga mereka dapat melanjutkan perjalanan
hidup mereka.
Manusia akan terus berubah, namun kadang mereka tidak menyadarinya. Salah satu tujuan utama
intervensi yang dilakukan ialah untuk membantu klien membangun kesadaran bahwa sekecil apapun
perubahan itu akan membawa dampak yang besar bagi hidupnya.
Perawat membantu klien untuk mengidentifikasi bagaimana ia dapat lebih berperan ddalam hidupnya
dan mengontrol hidupnya serta pengalaman yang didapatnya.
4. Perawat dan klien adalah satu, tidak dapat dipisahkan seperti penari dalam sebuah tarian.
8. Kristen Swanson
Asal teori Swanson dapat ditemukan dalam wawancara yang dilakukannya pada wanita yang mengalami
keguguran, orangtua yang memiliki anak di unit perawatan intensif, dan ibu yang secara sosial berisiko
dan telah melalui system untuk menerima berbagai macam bentuk perawatan kesehatan (Potter et al.
2005).
Melalui wawancara ini, Swanson mampu memahami ruang lingkup caring secara keseluruhan dan pada
saat yang sama menguraikan dimensi spesifik dari apa yang diperlukan seorang perawat untuk merawat
pasien. Salah satu hal paling penting yang memberikan kontribusi pada teori keperawatan dalam hal ini,
yaitu argumen bahwa pasien seharusnya tidak hanya dilihat sebagai individu yang terpisah, melainkan
sebagai manusia seutuhnya, yang saat ia menulis "berada di tengah-tengah dan yang menjadi keutuhan
dibuat nyata dalam pikiran, perasaan dan perilaku "(Swanson, 1993). Hal yang menarik tentang
pengertian pasien ini adalah bahwa Swanson selalu menempatkan peran perawat dalam
proses becoming tersebut. Jadi dalam aspek kesehatan becoming tersebut, perawat tidak hanya menjadi
dispenser pengobatan medis, tetapi juga merupakan mitra dalam membantu pasien lebih dekat dengan
tujuannya (well-being).
Tingkat dan ruang lingkup teori memerlukan segala sesuatu baik hubungan antara pasien dan perawat,
maupun keseluruhan hubungan antara profesi keperawatan dan masyarakat. Hal ini karena konsep
Swanson tentang “person” tergantung pada tingkat analisis dan disposisi yang sedang dilakukan perawat
dalam merawat pasien. Dalam beberapa kasus, "person" dapat diartikan hanya satu orang saja yaitu
pasien, sementara dalam kasus lain bisa diartikan juga anggota keluarga yang secara langsung sangat
erat terlibat. Menurut Swanson, yang lain bahkan bisa menjadi konsep dan ideal yang harus
diperjuangkan perawat, termasuk hak asasi manusia, akses ke perawatan kesehatan, dan keadilan
sosial.
Asumsi Teori
Asumsi dasar dari teori ini ditemukan dalam gagasan Konsep Mayor dan Definisi
1. Caring
Caring adalah cara mengasihi orang lain dengan adanya komitmen dan tanggungjawab terhadap orang
tersebut (Swanson,1991).
2. Knowing
Knowing dalam hal ini dimaksudkan memahami arti sebuah peristiwa yang terjadi dalam hidup orang lain,
menghindari asumsi-asumsi, berfokus pada orang yang dirawat / pasien, mengkaji, serta melibatkan
orang yang memberi asuhan dan orang yang diberi asuhan dalam proses “knowing” atau pengenalan
(Swanson,1991).
3. Being with
Dalam hal ini dimaksudkan mendukung orang lain secara emosional termasuk keberadaannya untuk
orang lain dan berbagi kesedihan dengan orang tersebut (Swanson,1991).
4. Doing for
Yang dimaksud adalah melakukan sesuatu demi kepentingan orang lain termasuk memenuhi kebutuhan,
kenyamanan, dan melindungi orang tersebut (Swanson,1991).
5. Enabling
Yaitu memfasilitasi orang lain untuk melalui masa-masa transisi dalam hidupnya dan melewati setiap
peristiwa hidupnya dengan berfokus pada peristiwa tersebut, mendukungnya, memberi penjelasan,
memvalidasi apa yang dirasakan, menemukan alternatif penyelesaian, dan memberikan feedback /
umpan balik (Swanson,1991).
6. Maintaining belief
Yaitu menumbuhkan keyakinan seseorang dalam melalui setiap peristiwa hidup dan masa-masa transisi
dalam hidupnya serta menghadapi masa depan dengan penuh keyakinan, meyakini kemampuan orang
lain, menumbuhkan sikap optimis, membantu menemukan arti atau mengambil hikmah dari setiap
peristiwa, dan selalu ada untuk orang lain dalam situasi apa pun.
caring yang dijelaskan Swanson. Menurut Swanson, caring adalah proses multifaset yang terus ada
dalam dinamika hubungan pasien-perawat. Ada yang melihat proses ini sebagai hubungan yang linear,
namun juga harus dianggap sebagai hubungan siklik, dan proses yang terjadi harus selalu diperbarui
karena peran perawat untuk membantu klien mencapai kesehatan dan kesejahteraan.
Secara umum, proses yang terjadi sebagai berikut, pertama perawat membantu klien mempertahankan
keyakinannya, yang berarti bahwa perawat mendorong pasien dan membantu untuk memperkuat
harapan mereka mengatasi kesulitan saat ini. Hal ini sangat penting terutama dalam kasus di mana
pasien menghadapi penyakit yang mengancam nyawa seperti kanker, atau peristiwa yang sangat
traumatis seperti keguguran (Swanson & Wojnar, 2004).
Sebagai pelengkap dan langkah berikutnya dalam proses untuk mempertahankan keyakinan, adalah
"knowing". Dalam proses “knowing”, perawat berusaha untuk memahami apa arti situasi yang terjadi
saat ini bagi pasien, hal ini muncul dalam bentuk latihan sebagai seorang perawat, yang menciptakan
seseorang dengan rasa tertentu bagaimana kondisi fisik dan psikologis dapat mempengaruhi seseorang
secara keseluruhan. Dengan mengetahui apa yang dialami pasien, perawat kemudian dapat melanjutkan
proses "do for", ada untuk memberikan tindakan terapi dan intervensi bagi pasien. Proses “do for”,
diikuti dengan proses "enabling" yang memungkinkan pasien untuk mencapai kesehatan dan
kesejahteraannya.
9. SHIRLY M. MOORE
Akhir Hidup Damai (EOL). Teori ini adalah informasi oleh sejumlah kerangka teoritis. Hal ini didasarkan
terutama pada model klasik Donabedians struktur, proses dan hasil (Ruland & Moore, 1998) yang
sebagian, dikembangkan dari teori besar pengaruh systems. Dalam teori EOL, pengaturan struktur
adalah sistem keluarga (pasien sakit parah dan semua orang lain yang signifikan) yang menerima
perawatan dari profesional pada unit rumah sakit perawatan akut.
(5) mengalami kedekatan kepada orang lain yang signifikan dan mereka yangpeduli.
Teori EOL damai didasarkan pada bukti empiris yang berasal dari keduapengalaman
langsung dari perawat ahli dan mengkaji secara menyeluruh literaturmenangani beberapa
komponen teori. Para standart perawatan terdiri dari praktekterbaik berdasarkan bukti penelitian yang
diturunkan di bidang nyeri, kenyamanangizi manajemen, dan teori preskriptif relaxation.
Ruland dan Moore (1998) mengidentifikasi enam pernyataan teoritis untuk teori mereka sebagai
berikut:
1. Monitoring dan mengelola rasa sakit dan menerapkan intervensi farmakologis dan
nonpharmacologic kontribusi dari pengalaman pasien tidak sakit.
3. Termasuk yang lain pasien dan signifikan dalam pengambilan keputusan tentang perawatan
pasien, memperlakukan pasien dengan martabat, empati dan rasa hormat dan menjadi perhatian
terhadap pasien menyatakan kebutuhan, keinginan, dan preferensi berkontribusi dengan pengalaman
pasien martabat dan rasa hormat.
6. Pengalaman pasien tidak sakit, kenyamanan, martabat, dan rasa hormat yang damai, kedekatan
dengan orang lain yang signifikan atau orang-orang yang peduli berkontribusi sampai akhir hidup damai.
Konsep atau pemetaan analisis dapat digunakan untuk menentukan jika beberapa kriteria proses yang
berhubungan dengan tiga konsep (nyeri, kenyamanan, damai). Misalnya :
1. Kreteria proses dan konsep nyeri (monitoring dan mengelola rasa sakit dan menerapkan intervensi
farmakologis dan non phramlocological)
3. proses perdamaian kriteria (pemantauan dan pasien yang memenuhi kebutuhan obat anti
ansietas).
4. Intervensi nonpharmacological (misalnya musik, humor, atau relaksasi) yang berfungsi untuk
distrac pasien sekarat yang berguna untuk menghilangkan nyeri, kecemasan, dan ketidaknyamanan fisik
secara umum. Revisi ini juga akan berfungsi untuk menghubungkan Teori EOL Damai untuk berbagai
teori tengah Baik dan Moore (1996).
Para NCRCS ( The Nursing Consurtium For Research on Chronic Sorrow ) berdasarkan berbagai Middle
Range Theory kesedihan Cronic pada dua sumber utama. Karya Olshansky pada tahun 1962 dikutip
sebagai dasar dari konsep asli kesedihan kronis (Eakes, Burke & Hainsworth, 1998). Lazarus dan
Folksmans (1984) model stres dan adaptasi membentuk dasar bagi konseptualisasi tentang bagaimana
orang mengatasi kesedihan kronis.
Konsep kesedihan kronis berasal karya Olshansky Tahun 1962 (Lindgren, Burke, Hainsworth, & Eakes,
1992). Para ahli teori NCRCS mengutip pengamatan Olshanskys, orang tua mengalami kesedihan
berulang dan kesedihan kronis panjang. Konsep aslinya digambarkan secara luas sebagai deskripsi
sederhana reaksi psikologis untuk situasi tragis "(Lindgren et al, 1992).
Selama 1980 peneliti lain mulai meneliti pengalaman orang tua dari anak-anak baik secara fisik atau
cacat mental. Karya ini divalidasi kesedihan yang berulang dan sifat tidak pernah berakhir duka yang
dialami oleh orang tua. Sebelumnya untuk pekerjaan ini, duka dikonseptualisasikan sebagai proses yang
menyelesaikan dari waktu ke waktu dan jika belum terselesaikan, kesedihan yang abnormal menurut
Bowlby dan Lindemans (Lindgren et al, 1992). Berbeda dengan konseptualisasi terikat waktu, yang
melekat dalam konsep kesedihan kronis adalah bahwa kesedihan berulang merupakan pengalaman
normal, menurut Wikler, Wasow, dan Hatfiled (Lindgren et al, 1992). Burke dalam studinya anak-anak
dengan spina bifida, kesedihan kronis didefinisikan sebagai kesedihan luas yang bersifat permanen,
periodik dan progresif di alam '(hainsworth, Eakes, Burke 1994).
NCRCS tidak membatasi teori mereka adanya kesedihan kronis tetapi berusaha untuk memeriksa respon
terhadap duka. Mereka memasukkan Lazarus dan Folksmans 1984 bekerja pada stres dan adaptasi
sebagai dasar untuk metode manajemen yang efektif yang dijelaskan dalam model mereka (Eakes et al,
1998) Kesenjangan ditemui dan respon untuk kembali kesedihan merangsang mekanisme koping
individu. Ada kategori mengatasi gaya atau manajemen. Strategi koping internal meliputi tindakan -
berorientasi kognitif penilaian kembali dan perilaku interpersonal. Dengan demikian berbagai Middle
Range Theory kesedihan kronis diperpanjang dasar teoritis kesedihan kronis dalam situasi tertentu
tetapi juga tanggapan berupaya untuk fenomena tersebut.
Kesedihan kronis adalah kesenjangan yang sedang berlangsung yang dihasilkan dari kerugian ditandai
dengan pervasif dan permanen. Gejala kesedihan berulang secara periodik dan gejala ini berpotensi
progresif.
Kerugian
Kerugian terjadi sebagai akibat dari kesenjangan antara situasi ideal dan nyata atau pengalaman.
Misalnya ada seorang anak yang sempurna dan seorang anak dengan kondisi kronis yang berbeda dari
ideal itu.
Pemicu Kejadian
Situasi pemicu kejadian , keadaan dan kondisi yang menonjolkan perbedaan atau kehilangan berulang
dan memulai atau memperburuk perasaan berduka.
Metode manajemen
Metode manajemen sarana yang berhubungan dengan individu kesedihan kronis. Ini mungkin internal
(strategi koping pribadi) atau eksternal (praktisi perawatan kesehatan atau orang lain yang intervensi)
Manajemen yang tidak efektif
Efektif manajemen hasil dari strategi yang meningkatkan ketidaknyamanan individu atau meningkatkan
perasaan kesedihan kronis.
Manajemen Efektif
Efektif manajemen hasil dari strategi yang mengarah pada peningkatan kenyamanan individu yang
terkena.
BAB III
ANALISA KELOMPOK
Berdasarkan uraian yang telah dibahas pada tinjauan teori, Middle Range teori adalah suatu
pengembangan teori pada tingkat yang lebih kongkret daripada Grand Teori,karena pada Grand teori
lebih berfokus pada fenomena pusat dari disiplin ilmu seperti individu sebagai sistem adaptif, defisit
perawatan diri,kesatuan manusia, atau menjadi manusia. Grand Teori yang kerangkanya terdiri
dari konsep-konsep dan pernyataan relasional yang menjelaskan fenomena abstrak.Sedangkan Midle
Range Theory diorganisasi dalam lingkup terbatas, memiliki sejumlah varibel terbatas, dapat diuji secara
langsung. Teori Middle-Range memiliki hubungan yang lebih kuat dengan penelitian dan praktik.
Hubungan antara penelitian dan praktik menurut Merton (1968), menunjukkan bahwa Teori Mid-Range
amat penting dalam disiplin praktik.
Pengembangan Middle Range Theory bisa bersumber dari Grand Teori,atau dapat pula bersumber dari
hasil penelitian klinis langsung, hal ini dapat kita lihat dari pernyataan beberapa ahli. Mungkin ada
hubungan yang eksplisit antara beberapa grand teori dan middle range teori. Sebagai contoh, (middle
range teori) Reed (1991) transendensi-diri dan (1988) teori Barrett kekuasaan secara langsung terkait
dengan Ilmu Rogers dari Kesatuan Manusia. Teori Midle range lainnya mungkin tidak memilikihubungan
langsung dengan grand teori. Dalam hal ini,asumsi-asumsi filosofis yang mendasari middle range
teori dapat berada pada tingkat paradigma, bukan dari Grand Teori. Namun demikian, hubungan ini
penting untuk menetapkan validitas sebagai teori.
Jika kita bandingkan dengan filosofi teori dan Grand teori,middle range teori dapat digunakan
langsung dalam tatanan praktik, karena memiliki variable yang spesifik misalnya kita ambil contoh dari
Teori Trajectory Illness dari Wiener dan Dodd, teori ini lahir dari bentuk studi kualitatif yang dilakukan
pada khusus penderita kanker,kemudian juga teori Cheryl T.Beck yang mengkhususkan teori pada
tatanan praktik yang diaplikasikan pada Post Partum Depresion.
Midle range teori adalah bagian dari struktur disiplin ilmu keperawatan.Teori ini menjelaskan
fenomena spesifik yang terkait dengan praktek keperawatan. Kajian analisis teori transendensi-
diri menjelaskan bagaimana penuaan atau mendorongkerentanan manusia melampaui batas-batas
untuk diri intrapribadi fokus pada maknakehidupan, interpersonal pada koneksi dengan orang lain
dan lingkungan, temporaluntuk mengintegrasikan masa lalu, sekarang, dan masa depan,
dan transpersonally untuk terhubung dengan dimensi di luar fisik realitas. Transendensi-diri ini terkait
dengankesejahteraan atau penyembuhan, salah satu dari diidentifi kasi fokus dari
disiplinkeperawatan. Teori ini telah diuji dalam penelitian dan digunakan untuk memandu praktik
keperawatan. Dengan ekspansi Middle Range Teori memperkaya disiplin ilmukeperawatan.
Dari beberapa ciri yang dimiliki Middle Range Teori ada beberapa aspek yang menjadi catatan penting
yaitu posisi Middle Range Teori berada pada lingkaran tengah, semi konsep semi praktis. Dapat
dilakukan ditarik keatas mendekati tatanan konsep dapat pula ditarik kebawah lebih mendekati praktik
klinik, tergantungan penggunaan konsep-konsep dan aplikasinya. Hal ini dapat kita lihat pada beberapa
cirri yang diungkapkan oleh beberapa ahli yang menyatakan Middle Range Teori dipengaruhi oleh
penggunaannya yang mampu diaplikasikan dalam berbagai situasi, masih memiliki suatu unsur abstrak
,namun lebih mudah diaplikasikan ke dalam praktik dibandingkan dengan Grand Teori.
DAFTAR PUSTAKA
Beck, Cheryl Tatano.2006. Postpartum mood and anxiety disorders : a clinician’s guide. Sudbury: Jones
and Bartlett Publishers
Kim, Hesook Suzie & Kollak, Ingrid. 2006. Nursing Theories, Conceptual & Philosophical Foundations.
Second edition. New York: Springer Publishing Company.
Kolcaba. 1997. Comfort Theory and Practice. www.thecomfortline.com. Diunduh tanggal 30 September
2011, jam 21.10
Meleis, Afaf Ibrahim. 2010.Transitionstheory: middle-range and situation specific theories in nursing
research and practice. New York: SpringerPublishingCompany.
Parker,Marilyn E. & Smith, Marlaine Cappelli. 2010. Nursing theories and nursing practice. 3rd ed.
Philadelphia: F. A. Davis Company.
Peterson,Sandra J. & Bredow, Timothy S.2009. Middle Range Theories, Application to Nursing
Research. Second edition. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.
Sieloff, Christina Leibold and Frey, Maureen A. 2007. Middle Range Theory Development Using King’s
Conceptual System. New York: Springer Publishing Company .
Smith,Mary Jane & Liehr, Patricia R. 2008. Middle range theory for nursing. 2nd ed. New York: Springer
Publishing Company.
Tomey, Alligood. 2006. Nursing Theorist and Their Work. Sixth edition. Toronto: The CV Mosby Company
St. Louis