Antimon
Antimon
Antimon
NPM : 1717011051
Kelas :B
Mengetahui
Dosen Pengajar
1
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................. 1
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 2
DAFTAR TABEL............................................................................................................... 3
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... 4
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 5
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 6
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 6
1.1 Identifikasi Masalah .................................................................................................. 7
1.2 Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 7
1.3 Manfaat Penulisan ..................................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 8
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................... 10
3.1 Alat dan Bahan........................................................................................................ 10
3.2 Metode Percobaan ................................................................................................... 10
a. Pemisahan dengan Penukar Anion .................................................................... 10
b. Pemisahan dengan Ekstraksi Pelarut................................................................. 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 13
4.1 Hasil-hasil Percobaan.............................................................................................. 13
a. Pemisahan dengan Penukar Ion ........................................................................ 13
b. Pemisahan dengan Ekstraksi Pelarut................................................................. 13
c. Kegunaan Antimon dalam Kehidupan Sehari-hari ........................................... 17
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................ 18
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 18
5.2 Saran ....................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 19
2
DAFTAR TABEL
Tabel 1A. Distribusi Antimon dalam Hekson dan 5% EDTA dalam air ......................... 14
Tabel 1B. Distribusi Antimon dalam Hekson dan 5% Asam Tartrat ............................... 14
Tabel 2A. Distribusi Raksa dalam Hekson dan Larutan 5% EDTA dalam air ................ 14
Tabel 2B. Distribusi Raksa dalam Hekson dan Larutan 5% Asam Tartrat ..................... 15
3
DAFTAR GAMBAR
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Novalisa putri
5
BAB 1 PENDAHULUAN
6
pekerjaan ini diusahakan mencari suatu penentuan yang menggunakan asas
analisa pengaktifan. Pada umumnya analisa pengaktifan dapat dilakukan
secara merusak atau tidak merusak
1). Pada cora tak merusak zat yang hcndak dianalisa disinari dalam reaktor
dengan netron dan zat-zat yang telah radioaktif kemudian dicacah dengan
menggunakan pencacah gama. Cara ini tentunya sangat menguntungkan dan
mempercepat analisa, tetapi tidak selalu dapat dilakukan. Kesulitan pada cara
ini umumnya berkisar pada perlunya ada alat-alat khusus, seperti pencacah
sintilasi bersalur ganda, atau karena spektrum gama zat yang diselidiki saling
mengganggu sehingga tidak dapat diuraikan kedalam spektrum masing-
masing unsur. Dalam hal seperti ini, biasanya ditempuh cara analisa merusak,
yakni dengan jalan mengadakan pemisahan-pemisahan kimia pada zat yang
telah disinari, sebelumnya diadakan pencacahan.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Logam antimoni stabil pada kondisi biasa dan tidak mudah terserang air atau
udara (Herbst et al.1985). Logam antimoni juga merupakan konduktor panas dan
listrik yang buruk (Weast 1988). Antimoni diposisikan selepas hidrogen dalam
seri elektrokimia dan karena itu tidak akan menggantikan ion hidrogen dalam
asam encer (dilute acids). Logam ini juga tidak terpengaruh dengan suhu dingin
dan asam encer (Windholz 1983). Antimoni kation yang sederhana (Sb+3 dan
Sb+5) tidak terjadi dalam larutan, tetapi yang ditemukan adalah bentuk yang
dihidrolisa (Sb(OH)6). Spesies dominan dalam kisaran pH yang sering ada di
lingkungan alam adalah Sb(OH)3, bagi golongan antimony trivalent dan Sb(OH)6
untuk antimony pentavalent (Bodek et al. 1988). Dalam lingkungan pengoksidasi
(oxidizing environments), Sb(OH)6 adalah spesies yang dominan untuk pH yang
lebih besar dari 3, sedangkan Sb(OH)3 dominan dalam kondisi yang mengurangi.
Konsentrasi antimoni terlalu rendah di dalam air alami untuk Sb2O3 atau Sb2O5
mengendap. Trioksida antimoni adalah dimorfik, ada sebagai bentuk kubik,
senarmontite (Sb2O3) dan bentuk orthorombik, valentinite.
Trioksida antimoni adalah amfoterik; larut dalam basa, hidroklorik dan beberapa
asam organik, tetapi tidak dalam asam sulfurik dan nitric yang encer (Cotton dan
Wilkinson, 1966).
8
Antimoni membentuk ion kompleks dengan asam organik dan inorganik, yang
paling sering dikenali adalah tartrate. Dengan adanya sulphur, kompleks stabil
seperti Sb2S4-2 dapat terbentuk (Bodek et al. 1988).
Stibine, SbH3 adalah senyawa gas antimony di mana antimoni berada dalam
kedudukan valensi -3. Ini dibentuk oleh karena aksi asam terhadap logam
antimoni, atau alloy antimony, pengurangan senyawa antimoni atau elektrolisis
larutan asam atau basa dimana antimoni terdapat pada katoda. Demikian, terdapat
bahaya kemungkinan stibine akan dibebaskan dari baterai. Stibine akan perlahan
terurai menjadi antimon logam dan hidrogen. Ia dengan mudah dan kadang secara
kasar, akan teroksidasi oleh udara untuk membentuk trioksida antimoni dan air
(Freedman et al. 1978).
9
BAB III METODE PENELITIAN
Sedangkan bahan yang digunakan antara lain AS203, HgCI2 (J. T. Boker
Chemical Co. tingkat pereaksi analitik, yang kemudian dimurnikan lagi secara
penyubliman). HCI, HN03 dan NaOH (E. Merck kemurnian pereaksi analitik).
Penukar anion Dowex 1 x 8 (J.T. Baker Chemical Co.). Sb203 (J. T. Baker
Chemical Co., "extra pure"). Hekson, t.d. 112_114 dan n = 1,3971 (sintesa lab.
Organik, bag. Kimia I.T.B.). Asam tartrat dan EDTA (E. Merck). HBr (May &
Baker Ltd.).
10
Elusi arsen dengan jalan mengalirkan HCI 3N melalui kolom. Eluen yang
keluar ditampung dalam fraksi-fraksi yang volumenya kurang lebih 2 ml,
dan cacah keaktifannya pada 0,56 Mev untuk As. Teruskan elusi sampai
tidak ada lagi arsen yang keluar.
Ganti larutan HCI 3N yang dipakai dengan larutan NaN03 1N. Prosedur
ini di maksudkan untuk mengganti kondisi resin dari keadaan chlorida
menjadi nitrat. Menurut Buchanon don Faris,antimon tidak tertahan oleh
resin pada kondisi nitrat. Karena pada percobaan ternyata bahwa
pengaliran NaN03 1N tidak dapat mengeluarkan antimon, maka di coba
prosedur Iain.
Ulangi kembali pembuatan campuran As*CI3, Hg*CI2 don Sb*CI3 tetapi
kali ini dalam larutan HN03 1N. (Cara pembuatan larutan lihat diatas).
Siapkan kolom penukar anion yang diberi kondisi HN03 4N. Alirkan
larutan di atas kedalam kolom yang telah disiapkan. Seharusnya arsen dan
antimon keluar sedangkan raksa tertahan. Ternyata bahwa antimon keluar
sedikit-sedikit, hingga tidak memungkinkan pemisahan secara baik dari
raksa. Berdasarkan kesulitan-kesulitan yang ditemukan diatas, maka dicari
pemisahan secara ekstraksi pelarut sebagai diuraikan dibawah ini.
11
5N HBr dengan jalan mengencerkan HBr pekat (6N). Kocok hekson dan
HBr yang telah diencerkan yang masing-masing volumenya sama.
Ambil 0,1 ml larutan bromida dari masing-masing logam. Tiap 0,1 ml
larutan ini dicampurkan kedalam 10 ml larutan_larutan HBr 1N, 2N
dstnya, dalam corong pisah. Masukkan dalam masing-masing corong 10
ml hekson yang telah dijenuhkan dengan HBr yang bersesuaian kemudian
kocok 0-2 menit. Diamkan sebentar, dan pisahkan lapisan pelarut yang
terbentuk. Dari tiap lapisan diambil 0,1 ml untuk dicacah.
Selanjutnya 2 ml dari tiap lapisan yang mengandung hekson dikocok
kembali dengan 2 ml larutan Na_tartrat 5% dan EDTA 5%. Lapisan-
lapisan cairan yang terbentuk kemudian dipisahkan, dan 0,1 ml dari tiap
lapisan diambil untuk dicacah.
12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Antimon yang telah masuk kedalam hekson dapat ditarik kembali secara
kwantitatif oleh larutan asam tartrat 5% dan EDTA 5%. Hal ini dapat
dilihat dari hasil pencacahan sebagai tertera pada table la dan lb.
13
Tabel 1A. Distribusi Antimon dalam Hekson dan 5% EDTA dalam air
Fraksi hekson yang telah Keaktipan dalam fraksi Keaktifan dalam fraksi
dikocok dengan Hbr air dengan 5% EDTA Hekson
Fraksi hekson yang telah Keaktipan dalam fraksi air Keaktifan dalam fraksi
dikocok dengan Hbr dengan 5% Asam Tartrat Hekson
1N 5634 c.t.m. 81 c.t.m.
2N 5607 c.t.m. 88 c.t.m.
3N 6394 c.t.m. 44 c.t.m.
4N 5799 c.t.m 54 c.t.m.
5N 6543 c.t.m 84 c.t.m.
Berlainan dengan antimon, maka raksa dapat ditarik kembali sebagian oleh larutan
5% EDTA dalam air, sedangkan larutan asam tartrat sama sekal i tak dapat menarik
raksa dari hekson. (lihat Tabel 2a dan 2b).
Tabel 2A. Distribusi Raksa dalam Hekson dan Larutan 5% EDTA dalam air
Fraksi hekson yang telah Keaktipan dalam fraksi air Keaktifan dalam fraksi
dikocok dengan Hbr dengan 5% EDTA Hekson
1N 877 c.t.m. 432c.t.m.
2N 1267 c.t.m. 1329 c.t.m.
3N 804 c.t.m. 1528 c.t.m.
14
Tabel 2B. Distribusi Raksa dalam Hekson dan Larutan 5% Asam Tartrat
Fraksi hekson yang telah Keaktipan dalam fraksi air Keaktifan dalam fraksi
dikocok dengan Hbr dengan 5% Asam Tartrat Hekson
1N o c.t.m. 7184 c.t.m.
Hekson mempunyai kelarutan yang sangat besar pada HBr 6N. Oleh karena itu
ekstraksi dengan hekson sukar dilakukan dalam suasana HBr 6N. Hekson yang
telah digunakan mengekstraksikan Hg dan Sb pada HBr diatas 3N jika dikocok
dengan larutan EDTA akan menghasilkan endapan, yang akan mengganggu
pekerjaan pemisahan ini.
15
Gambar 1. Unsur Antimon
16
c. Kegunaan Antimon dalam Kehidupan Sehari-hari
Penggunaan antimon utama adalah paduan timbal – terutama untuk
penggunaan baterai menambahkan kekerasan dan kehalusan akhir.
Semakin tinggi proporsi antimon dalam paduan, semakin keras dan rapuh.
Paduan yang dibuat dengan antimoni berkembang pada pendinginan,
mempertahankan detail cetakan yang lebih halus. Oleh karena itu, paduan
antimon digunakan untuk membuat tipografi untuk pencetakan yang jelas
dan tajam.
Logam Babbit, yang digunakan untuk bantalan mesin, adalah paduan
timbal, timah, tembaga dan antimon. Logam ini keras tapi licin dan sangat
ideal untuk digunakan sebagai bantalan. Antimon digunakan dalam
industri semikonduktor sebagai dopan tipe-n untuk silikon. Antimon
trioksida digunakan sebagai penghambat api pada perekat, plastik, karet
dan tekstil.
Antimon digunakan di teknologi semikonduktor untuk membuat detektor
inframerah, dioda dan peralatan Hall-effect. Ia dapat meningkatkan
kekerasan dan kekuatan timbal. Baterai, logam anti friksi, senjata ringan
dan tracer bullets (peluru penjejak), pembungkus kabel, dan produk-
produk minor lainnya menggunakan sebagian besar antimon yang
diproduksi. Senyawa-senyawa yang mengambil setengah lainnya adalah
oksida, sulfida, natrium antimonat, dan antimon tetraklorida. Mereka
digunakan untuk membuat senyawa tahan api, enamel cat keramik, gelas
dan pot.
17
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan diatas terlihat bahwa pemisahan dengan penukar anion
mengalami kesulitan. Salah satu kemungkinan sumber kesulitan ialah
perbedaan sifat resapan Sb (III) dan Sb (V). Menurut Krauss dan Nelson daya
resap resin terhadap Sb sangat di_ pengaruhi oleh muatan. Sb (III) pada pH
rendah teresap kuat sedang Sb (V) sebal iknya tidak teresep, tepi pada pH
tinggi sangat kuet teradsorpsi. Selain itu Hg mudah sekali tereduksi sehingga
ada kemungkinen Hg 2+ menjadi Hg. Hal ini masih perlu diselidiki Iebih
lanjut. Pede pemisahan dengan ekstraksi pelarut ternyata terjadi pemisahan.
Arsen masuk kedalam fraksi air, sedangkan raksa dan antimon bersatu dalam
fraksi hekson. Kedua unsur terakhir dapat dipisahkan Iebih lanjut dengan
menarik Sb (III) kembali dengan menggunakan larutan asam tartrat 5%.
5.2 Saran
Menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang
makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak dan lebih jelas
yang tentunya dapat dipertanggungjawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.
Semoga dengan makalah ini dapat menjadi bahan pengetahuan yang berguna
untuk kedepannya.
18
DAFTAR PUSTAKA
2. KOCH, R.C., Activation Analysis Handbook, Academic Press New York and
London 1960.
4. KRAUSS, K.A. dan NELSON, F., Spec. Tech. Publ. No.195, Am. Soc. for
Testing Materials 1958.
6. BUCHANAN, R.F. don FARIS J.P., Adsorption of the Elements from Nitric
Acid by Anion Exchonge, I.A.E.A. Copenhagen Conference, 1960.
19