Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Antimon

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Makalah : Stibium / Antimon

Nama : Novalisa putri

NPM : 1717011051

Kelas :B

Bandar Lampung, 15 April 2018

Mengetahui

Dosen Pengajar

Dr. Yuli Ambarwati, S.Si., M.Si


NIP.197407172008122003

1
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................. 1
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 2
DAFTAR TABEL............................................................................................................... 3
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... 4
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 5
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 6
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 6
1.1 Identifikasi Masalah .................................................................................................. 7
1.2 Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 7
1.3 Manfaat Penulisan ..................................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 8
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................... 10
3.1 Alat dan Bahan........................................................................................................ 10
3.2 Metode Percobaan ................................................................................................... 10
a. Pemisahan dengan Penukar Anion .................................................................... 10
b. Pemisahan dengan Ekstraksi Pelarut................................................................. 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 13
4.1 Hasil-hasil Percobaan.............................................................................................. 13
a. Pemisahan dengan Penukar Ion ........................................................................ 13
b. Pemisahan dengan Ekstraksi Pelarut................................................................. 13
c. Kegunaan Antimon dalam Kehidupan Sehari-hari ........................................... 17
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................ 18
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 18
5.2 Saran ....................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 19

2
DAFTAR TABEL

Tabel 1A. Distribusi Antimon dalam Hekson dan 5% EDTA dalam air ......................... 14
Tabel 1B. Distribusi Antimon dalam Hekson dan 5% Asam Tartrat ............................... 14
Tabel 2A. Distribusi Raksa dalam Hekson dan Larutan 5% EDTA dalam air ................ 14
Tabel 2B. Distribusi Raksa dalam Hekson dan Larutan 5% Asam Tartrat ..................... 15

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Unsur Antimon .................................................................................... 16


Gambar 2. Bijih Antimon...................................................................................... 16
Gambar 3. Logam Antimon .................................................................................. 16

4
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 13 April 2018


Penyusun

Novalisa putri

5
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada 1789 Antoine Lavoisier mengelompokan 33 unsur kimia.Pengelompokan


unsur tersebut berdasarka sifat kimianya. Unsur-unsur kimia di bagi menjadi
empat kelompok. Yaitu gas, tanah, logam dan non logam. Pengelompokan ini
masih terlalu umum karena ternyata dalam kelompok unsur logam masih
terdapat berbagai unsur yang memiliki sifat berbeda.Unsur gas yang di
kelompokan oleh Lavoisier adalah cahaya, kalor, oksigen,azote (nitrogen) dan
hidrogen. Unsur-unsur yang tergolong logam adalah sulfur,fosfor, karbon,
asam klorida, asam flourida dan asam borak. Adapun unsur-unsur logam
adalah antimon, perak, arsenik, bismuth. Kobalt, tembaga, timah,
nesi,mangan, raksa, molibdenum, nikel, emas, platina, tobel, tungsten, dan
seng. Adapunyang tergolong unsur tanah adalah kapur, magnesium oksida,
barium oksida,aluminium oksida, dan silikon oksida.Unsur pada golongan VA
adalah Nitrogen(N), dimana bentuk diatomik darinitrogen adalah unsur yang
paling utama dari udara. Unsur-unsur yang lain adalah termasuk Fosfor
(P),Arsen(As),Antimon(Sb),Bismut(Bi). Unsur-unsur golongan ini
menunjukkan bahwa semua komponen-komponen dari unsur ini mempunyai 5
elektron pada kulit terluarnya, 2 elektron terletak di subkulit s dan 3 terletak di
subkulit p. Oleh karena itu mereka kekurangan 3 elektron di kulit terluarnya.

Antimon merupakan unsur dengan warna putih keperakan, berbentuk kristal


padat yang rapuh. Daya hantar listrik (konduktivitas) dan panasnya lemah. Zat
inimenyublim (menguap dari fasa padat) pada suhu rendah. Sebagai sebuah
metaloid,antimon menyerupai logam dari penampilan fisiknya tetapi secara
kimia ia bereaksi berbeda dari logam sejati.
Unsur_unsur rakso, arsen don antimon semuanya merupakan unsur yang
sangat beracun dan karena itu sering perlu ditentukan secara kwalitatif dan
kwantitatif dalam jumlah yang sangat kecil. Cara-cara pemisahan
konvensional yang biasa pada umumnya memakan sangat banyak waktu dan
prosedurnya seri ng sangat rumit. Berdasarkan hal tersebut maka dalam

6
pekerjaan ini diusahakan mencari suatu penentuan yang menggunakan asas
analisa pengaktifan. Pada umumnya analisa pengaktifan dapat dilakukan
secara merusak atau tidak merusak
1). Pada cora tak merusak zat yang hcndak dianalisa disinari dalam reaktor
dengan netron dan zat-zat yang telah radioaktif kemudian dicacah dengan
menggunakan pencacah gama. Cara ini tentunya sangat menguntungkan dan
mempercepat analisa, tetapi tidak selalu dapat dilakukan. Kesulitan pada cara
ini umumnya berkisar pada perlunya ada alat-alat khusus, seperti pencacah
sintilasi bersalur ganda, atau karena spektrum gama zat yang diselidiki saling
mengganggu sehingga tidak dapat diuraikan kedalam spektrum masing-
masing unsur. Dalam hal seperti ini, biasanya ditempuh cara analisa merusak,
yakni dengan jalan mengadakan pemisahan-pemisahan kimia pada zat yang
telah disinari, sebelumnya diadakan pencacahan.

1.1 Identifikasi Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan antimony


2. Bagaimana peran antimony dalam kehidupan manusia

1.2 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian antimony


2. Mempelajari pemisahan radiokimia Terhadap unsur-unsur raksa,antimony
dan arsen

1.3 Manfaat Penulisan

1. Sebagai tambahan informasi bagi mahasiswa tentang unsur antimony


2. Memberi pemahaman mengenai antimony dalam penerapannya di bidang
kimia

7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Antimoni metalik adalah satu-satunya allotropic antimoni yang stabil dalam


kondisi normal. Terdapat dua allotropes yang tidak stabil: bentuk amorf kuning
dan hitam (Herbs et al. 1985). Metalik antimoni merupakan logam yang cukup
keras, tetapi sangat rapuh (Herbs et al. 1985) dan kadang-kadang ditemukan
dalam bentuk tidak terkombinasi di alam (Carapella 1978). Satu isotop radioaktif,
Sb125, adalah hasil produk fission yang dilepaskan pada ledakan nuklir atau pada
nuclear fuel reprocessing plant dan memiliki waktu paruh (half-life) 2,7 tahun
(Weast, 1988).

Logam antimoni stabil pada kondisi biasa dan tidak mudah terserang air atau
udara (Herbst et al.1985). Logam antimoni juga merupakan konduktor panas dan
listrik yang buruk (Weast 1988). Antimoni diposisikan selepas hidrogen dalam
seri elektrokimia dan karena itu tidak akan menggantikan ion hidrogen dalam
asam encer (dilute acids). Logam ini juga tidak terpengaruh dengan suhu dingin
dan asam encer (Windholz 1983). Antimoni kation yang sederhana (Sb+3 dan
Sb+5) tidak terjadi dalam larutan, tetapi yang ditemukan adalah bentuk yang
dihidrolisa (Sb(OH)6). Spesies dominan dalam kisaran pH yang sering ada di
lingkungan alam adalah Sb(OH)3, bagi golongan antimony trivalent dan Sb(OH)6
untuk antimony pentavalent (Bodek et al. 1988). Dalam lingkungan pengoksidasi
(oxidizing environments), Sb(OH)6 adalah spesies yang dominan untuk pH yang
lebih besar dari 3, sedangkan Sb(OH)3 dominan dalam kondisi yang mengurangi.
Konsentrasi antimoni terlalu rendah di dalam air alami untuk Sb2O3 atau Sb2O5
mengendap. Trioksida antimoni adalah dimorfik, ada sebagai bentuk kubik,
senarmontite (Sb2O3) dan bentuk orthorombik, valentinite.
Trioksida antimoni adalah amfoterik; larut dalam basa, hidroklorik dan beberapa
asam organik, tetapi tidak dalam asam sulfurik dan nitric yang encer (Cotton dan
Wilkinson, 1966).

8
Antimoni membentuk ion kompleks dengan asam organik dan inorganik, yang
paling sering dikenali adalah tartrate. Dengan adanya sulphur, kompleks stabil
seperti Sb2S4-2 dapat terbentuk (Bodek et al. 1988).

Stibine, SbH3 adalah senyawa gas antimony di mana antimoni berada dalam
kedudukan valensi -3. Ini dibentuk oleh karena aksi asam terhadap logam
antimoni, atau alloy antimony, pengurangan senyawa antimoni atau elektrolisis
larutan asam atau basa dimana antimoni terdapat pada katoda. Demikian, terdapat
bahaya kemungkinan stibine akan dibebaskan dari baterai. Stibine akan perlahan
terurai menjadi antimon logam dan hidrogen. Ia dengan mudah dan kadang secara
kasar, akan teroksidasi oleh udara untuk membentuk trioksida antimoni dan air
(Freedman et al. 1978).

9
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan Reactor Triga Mark dan corong pisah

Sedangkan bahan yang digunakan antara lain AS203, HgCI2 (J. T. Boker
Chemical Co. tingkat pereaksi analitik, yang kemudian dimurnikan lagi secara
penyubliman). HCI, HN03 dan NaOH (E. Merck kemurnian pereaksi analitik).
Penukar anion Dowex 1 x 8 (J.T. Baker Chemical Co.). Sb203 (J. T. Baker
Chemical Co., "extra pure"). Hekson, t.d. 112_114 dan n = 1,3971 (sintesa lab.
Organik, bag. Kimia I.T.B.). Asam tartrat dan EDTA (E. Merck). HBr (May &
Baker Ltd.).

3.2 Metode Percobaan

a. Pemisahan dengan Penukar Anion

50-100 mg masing_masing AS203, Sb203 dan HgCI2 yang telah


dimurnikan di sinari selama kurang lebih 2 jam pada fluks netron sebesar
1,8 x 1012n.cm-2• det-1 di dalam reaktor TRIGA MARK. Unsur-unsur yang
telah disinari selanjutnya ditandai dengan *. Larutan As203 dalam 5 ml
NaOH 1N, netralkan kemudian dengan HCI. Sb203 dilarutkan dalam HCI
6N dan HgCI2 dilarutkan dalam air. Kemudian siapkan kolom penukar ion
Dowex 1 x 8, dan beri kondisi 8_9 N. (Cara menyiapkan sama dengan
yang diuraikan dalam "Analisa pengaktipan netron untuk Se dan Te.
Buat campuran As*CI3, Hg*CI2 dan Sb*CI3 dalam HCI 9N. Hal ini
dilakukan dengan jalan mencampur masing-masing 100 A dari larutan
yang telah disiapkan, dan kemudian mencampurkannya kedalam larutan
HCI 9N. Larutan campuran yang telah di buat kemudian dialirkan kedalam
penukar anion yang telah disiapkan, dengan menjaga agar permukaan resin
tidak pernah kering, dan aliran secara tetap.
Setelah semua larutan campuran habis dialirkan, maka kedalam kolom
dialirkan lagi HCI 8_9 N dengan kecepatan sama seperti sebelumnya.
Jumlah asam yang dialirkan kurng lebih 4-5 kali volum penukar anion. Ini
dimaksudkan untuk mengeluarkan unsur- unsur lain yang pada kondisi
HCI 9N tidak tertahan pada resin.

10
Elusi arsen dengan jalan mengalirkan HCI 3N melalui kolom. Eluen yang
keluar ditampung dalam fraksi-fraksi yang volumenya kurang lebih 2 ml,
dan cacah keaktifannya pada 0,56 Mev untuk As. Teruskan elusi sampai
tidak ada lagi arsen yang keluar.
Ganti larutan HCI 3N yang dipakai dengan larutan NaN03 1N. Prosedur
ini di maksudkan untuk mengganti kondisi resin dari keadaan chlorida
menjadi nitrat. Menurut Buchanon don Faris,antimon tidak tertahan oleh
resin pada kondisi nitrat. Karena pada percobaan ternyata bahwa
pengaliran NaN03 1N tidak dapat mengeluarkan antimon, maka di coba
prosedur Iain.
Ulangi kembali pembuatan campuran As*CI3, Hg*CI2 don Sb*CI3 tetapi
kali ini dalam larutan HN03 1N. (Cara pembuatan larutan lihat diatas).
Siapkan kolom penukar anion yang diberi kondisi HN03 4N. Alirkan
larutan di atas kedalam kolom yang telah disiapkan. Seharusnya arsen dan
antimon keluar sedangkan raksa tertahan. Ternyata bahwa antimon keluar
sedikit-sedikit, hingga tidak memungkinkan pemisahan secara baik dari
raksa. Berdasarkan kesulitan-kesulitan yang ditemukan diatas, maka dicari
pemisahan secara ekstraksi pelarut sebagai diuraikan dibawah ini.

b. Pemisahan dengan Ekstraksi Pelarut

Berhubung dengan kesulitan-kesulitan yang ditemukan dalam pemisahan


Hg dan Sb dari kolom penukar anion, maka dicoba cara pemisahan lain,
yakni dengan cara ekstraksi pelarut. Kuroda dalam usahanya untuk
mendapatkan cara pemisahan yang spesifik untuk sel en, menemukan
bahwa 2,6 dimetil-4 heptanon dapat menarik berbagai unsur dari
larutannya dalam air, Daya ekstraksi bergantung pada kadar HBr. Selain
itu juga ditemukannya bahwa beberapa zat pengompleks tertentu dapat
menarik kembali zat-zat yang telah larut didalam 2,6 dimetil-4 heptanon
kedalam air. Berdasarkan hasil yang diperol eh Kuroda ini timbul dugaan
bahwa hekson (metil isobutil keton) dapat pula digunakan sebagai
pengekstraksi dalam suasana HBr ini. Dugaan ini didasarkan atas adanya
persamaan struktur molekuler dari kedua zat tsb. Selain itu dapat diduga
pula bahwa kelarutan zat-zat ini akan lebih besar didalam hekson daripada
dalam 2,6 dimetil-4 heptanon, karena adanya gangguan sterik yang lebih
besar pada zat yang terakhir.
50_100 mg HgO, Sb203 dan AS203 disinari selama 1-2 jam dalam reaktor
TRIGA pada fluks netron 1.8 x 1012n.cm-2det-1• HgO dan Sb203 dilarutkan
dalam 5 ml HBr 3N. AS203 dilarutkan dalam NaOH 1N dan kemudian
dinetralkan dengan HBr pekat. Buat larutan-Iarutan 1N, 2N, 3N, 4N dan

11
5N HBr dengan jalan mengencerkan HBr pekat (6N). Kocok hekson dan
HBr yang telah diencerkan yang masing-masing volumenya sama.
Ambil 0,1 ml larutan bromida dari masing-masing logam. Tiap 0,1 ml
larutan ini dicampurkan kedalam 10 ml larutan_larutan HBr 1N, 2N
dstnya, dalam corong pisah. Masukkan dalam masing-masing corong 10
ml hekson yang telah dijenuhkan dengan HBr yang bersesuaian kemudian
kocok 0-2 menit. Diamkan sebentar, dan pisahkan lapisan pelarut yang
terbentuk. Dari tiap lapisan diambil 0,1 ml untuk dicacah.
Selanjutnya 2 ml dari tiap lapisan yang mengandung hekson dikocok
kembali dengan 2 ml larutan Na_tartrat 5% dan EDTA 5%. Lapisan-
lapisan cairan yang terbentuk kemudian dipisahkan, dan 0,1 ml dari tiap
lapisan diambil untuk dicacah.

12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil-hasil Percobaan

a. Pemisahan dengan Penukar Ion


Dari percobaan ternyata bahwa As dapat dielusi secara kwantitatip.
Habisnya keaktifan dalam eluen yang kel uar dari kolom menunjukkan
bahwa arsen dapat dipisah kan secara kwantitatif dari raksa dan antimon.
Elusi dengan NaN03 tidak berhasil mengeluarkan Hg dan Sb. Hal ini
terlihat dari tidak adanya keaktifan yang terelusi dengan NaN03 ini.
Pada pengaliran HN03 4N ini ternyata bahwa Sb dan Hg bersama_sama
keluar sehingga tidak mungkin menghindari kontaminasi satu sama lain.

b. Pemisahan dengan Ekstraksi Pelarut


Daya ekstraksi hekson dalam berbagai konsentrasi HBr dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.

Antimon yang telah masuk kedalam hekson dapat ditarik kembali secara
kwantitatif oleh larutan asam tartrat 5% dan EDTA 5%. Hal ini dapat
dilihat dari hasil pencacahan sebagai tertera pada table la dan lb.

13
Tabel 1A. Distribusi Antimon dalam Hekson dan 5% EDTA dalam air

Fraksi hekson yang telah Keaktipan dalam fraksi Keaktifan dalam fraksi
dikocok dengan Hbr air dengan 5% EDTA Hekson

1N 5504 c.t.m 18 c.t.m

2N 6210 c.t.m 5 c.t.m

3N 5819 c.t.m 4 c.t.m

Tabel 1B. Distribusi Antimon dalam Hekson dan 5% Asam Tartrat

Fraksi hekson yang telah Keaktipan dalam fraksi air Keaktifan dalam fraksi
dikocok dengan Hbr dengan 5% Asam Tartrat Hekson
1N 5634 c.t.m. 81 c.t.m.
2N 5607 c.t.m. 88 c.t.m.
3N 6394 c.t.m. 44 c.t.m.
4N 5799 c.t.m 54 c.t.m.
5N 6543 c.t.m 84 c.t.m.

Berlainan dengan antimon, maka raksa dapat ditarik kembali sebagian oleh larutan
5% EDTA dalam air, sedangkan larutan asam tartrat sama sekal i tak dapat menarik
raksa dari hekson. (lihat Tabel 2a dan 2b).

Tabel 2A. Distribusi Raksa dalam Hekson dan Larutan 5% EDTA dalam air

Fraksi hekson yang telah Keaktipan dalam fraksi air Keaktifan dalam fraksi
dikocok dengan Hbr dengan 5% EDTA Hekson
1N 877 c.t.m. 432c.t.m.
2N 1267 c.t.m. 1329 c.t.m.
3N 804 c.t.m. 1528 c.t.m.

14
Tabel 2B. Distribusi Raksa dalam Hekson dan Larutan 5% Asam Tartrat

Fraksi hekson yang telah Keaktipan dalam fraksi air Keaktifan dalam fraksi
dikocok dengan Hbr dengan 5% Asam Tartrat Hekson
1N o c.t.m. 7184 c.t.m.

2N 63 c.t.m. 8255 c.t.m

3N 72 c.t.m. 8112 c.t.m.

4N 177 c.t.m. 8808 c.t.m.

5N 249 c.t.m. 8843 c.t.m.

Hekson mempunyai kelarutan yang sangat besar pada HBr 6N. Oleh karena itu
ekstraksi dengan hekson sukar dilakukan dalam suasana HBr 6N. Hekson yang
telah digunakan mengekstraksikan Hg dan Sb pada HBr diatas 3N jika dikocok
dengan larutan EDTA akan menghasilkan endapan, yang akan mengganggu
pekerjaan pemisahan ini.

15
Gambar 1. Unsur Antimon

Gambar 2. Bijih Antimon

Gambar 3. Logam Antimon

16
c. Kegunaan Antimon dalam Kehidupan Sehari-hari
Penggunaan antimon utama adalah paduan timbal – terutama untuk
penggunaan baterai menambahkan kekerasan dan kehalusan akhir.
Semakin tinggi proporsi antimon dalam paduan, semakin keras dan rapuh.
Paduan yang dibuat dengan antimoni berkembang pada pendinginan,
mempertahankan detail cetakan yang lebih halus. Oleh karena itu, paduan
antimon digunakan untuk membuat tipografi untuk pencetakan yang jelas
dan tajam.
Logam Babbit, yang digunakan untuk bantalan mesin, adalah paduan
timbal, timah, tembaga dan antimon. Logam ini keras tapi licin dan sangat
ideal untuk digunakan sebagai bantalan. Antimon digunakan dalam
industri semikonduktor sebagai dopan tipe-n untuk silikon. Antimon
trioksida digunakan sebagai penghambat api pada perekat, plastik, karet
dan tekstil.
Antimon digunakan di teknologi semikonduktor untuk membuat detektor
inframerah, dioda dan peralatan Hall-effect. Ia dapat meningkatkan
kekerasan dan kekuatan timbal. Baterai, logam anti friksi, senjata ringan
dan tracer bullets (peluru penjejak), pembungkus kabel, dan produk-
produk minor lainnya menggunakan sebagian besar antimon yang
diproduksi. Senyawa-senyawa yang mengambil setengah lainnya adalah
oksida, sulfida, natrium antimonat, dan antimon tetraklorida. Mereka
digunakan untuk membuat senyawa tahan api, enamel cat keramik, gelas
dan pot.

17
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan diatas terlihat bahwa pemisahan dengan penukar anion
mengalami kesulitan. Salah satu kemungkinan sumber kesulitan ialah
perbedaan sifat resapan Sb (III) dan Sb (V). Menurut Krauss dan Nelson daya
resap resin terhadap Sb sangat di_ pengaruhi oleh muatan. Sb (III) pada pH
rendah teresap kuat sedang Sb (V) sebal iknya tidak teresep, tepi pada pH
tinggi sangat kuet teradsorpsi. Selain itu Hg mudah sekali tereduksi sehingga
ada kemungkinen Hg 2+ menjadi Hg. Hal ini masih perlu diselidiki Iebih
lanjut. Pede pemisahan dengan ekstraksi pelarut ternyata terjadi pemisahan.
Arsen masuk kedalam fraksi air, sedangkan raksa dan antimon bersatu dalam
fraksi hekson. Kedua unsur terakhir dapat dipisahkan Iebih lanjut dengan
menarik Sb (III) kembali dengan menggunakan larutan asam tartrat 5%.

5.2 Saran

Menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang
makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak dan lebih jelas
yang tentunya dapat dipertanggungjawabkan.

Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.
Semoga dengan makalah ini dapat menjadi bahan pengetahuan yang berguna
untuk kedepannya.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. LEDDICOTTE, G. W. dan REYNOLDS, S. A. Neutron Activation Analysis,


ORNL 56.7. 106.1958.

2. KOCH, R.C., Activation Analysis Handbook, Academic Press New York and
London 1960.

3. HEATH, R.L., Scintillation Spectrometry Gamma Ray Spectrum Catalogue,


Phillips Petroleum Co., Atomic Energy Division IDO 16408.

4. KRAUSS, K.A. dan NELSON, F., Spec. Tech. Publ. No.195, Am. Soc. for
Testing Materials 1958.

5. HARJOTO, D. dan AMIRUDDIN, A., Analisa Pengaktipan Netron untuk


Selenium dan Telurium dalam Cuplikan Belerang, Prasaran dalam simposium ini.

6. BUCHANAN, R.F. don FARIS J.P., Adsorption of the Elements from Nitric
Acid by Anion Exchonge, I.A.E.A. Copenhagen Conference, 1960.

7. KURODA R. dalam MADDOCH, R.S. dan MEINKE, W.W., eds., Department


of Chemistry, University of Michigan Progress Report, vol. 11.hal 110.1961.

8. ROESMER, J. dan ARUGEN P., The Radiochemistry of Mercury, NAS-NS


3026 USAEC. 1961.

19

Anda mungkin juga menyukai