Laporan Akhir Materi 6 Kelompok 7
Laporan Akhir Materi 6 Kelompok 7
Laporan Akhir Materi 6 Kelompok 7
TUGAS 6
Pemeriksaan Bahan Kimia Obat Dalam Sediaan Obat
Tradisional
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Fitofarmaka
KELOMPOK : 7
KELAS: D
DOSEN PEMBIMBING:
Siti Rofida, M.Farm., Apt.
Amaliyah Dina A., M.Farm., Apt.
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu masalah yang ada dalam konsumsi penggunaan herbal dan
tanaman obat adalah adalah masalah keamanan produk. Banyaknya produk
herbal berupa jamu kemasan yang dicampur dengan Bahan Kimia Obat
(BKO) menjadikan produk jamu kemasan di Indonesia sulit bersaing di
negara lain. Produk jamu BKO ini berbahaya jika dikonsumsi secara terus
menerus dan berlebihan. Maraknya peredaran jamu BKO ini memang sulit
dihindari seiring dengan kesadaran masyarakat atau konsumen yang
1
mengharapkan hasil yang cepat dalam pengobatan. Edukasi konsumen serta
pengetahuan akan produk herbal tradisonal masih sangat dibutuhkan oleh
konsumen (Salim dan Munadi, 2017).
Dari uraian diatas maka pada praktikum kali ini akan dilakukan
pemeriksaan bahan kimia obat dalam sediaan obat tradisional.
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas, tujuan dari praktikum ini ialah untuk
mengetahui bagaimana pemeriksaan bahan kimia obat dalam sediaan obat
tradisional.
1.3 Manfaat
Berdasarkan tujuan diatas, manfaat dari praktikum ini ialah mahasiswa
mampu melakukan pemeriksaan bahan kimia obat dalam sediaan obat
tradisional.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
kontras dengan warna logo. Tulisan “JAMU” harus jelas dan mudah dibaca,
dicetak dengan warna hitam di atas dasar warna putih atau warna lain yang
menyolok kontras dengan tulisan “JAMU”
4
Gambar 2.2 Logo Obat Herbal Terstandar
c. Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah produk yang mengandung bahan atau ramuan bahan
yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian
(galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang telah dibuktikan keamanan
dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik serta bahan
baku dan produk jadinya telah distandardisasi (Peraturan BPOM, 2019).
Fitofarmaka harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/ pra klinik, telah
dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk
jadi dan memenuhi persyaratan mutu yang berlaku. Jenis klaim penggunaan
sesuai dengan tingkat pembuktian medium dan tinggi. Contoh : Stimino,
Tensigard, Nodiar
Produk Fitofarmaka harus mencantumkan logo dan tulisan
“FITOFARMAKA”. Logo berupa “Jari-Jari Daun (Yang Kemudian
Membentuk Bintang) Terletak Dalam Lingkaran” yang ditempatkan pada
bagian atas sebelah kiri dari wadah/ pembungkus/ brosur. Logo dicetak
dengan warna hijau di atas dasar putih atau warna lain yang menyolok
kontras dengan warna logo. Tulisan “FITOFARMAKA” harus jelas dan
mudah dibaca, dicetak dengan warna hitam di atas dasar warna putih atau
warna lain yang menyolok kontras dengan tulisan “FITOFARMAKA”
5
Gambar 2.3 Logo Fitofarmaka
6
5. Kapsul
Kapsul adalah sediaan Obat Tradisional yang terbungkus cangkang keras.
Kapsul Lunak adalah sediaan Obat Tradisional yang terbungkus cangkang
lunak.
6. Tablet
Tablet/Kaplet adalah sediaan Obat Tradisional padat kompak, dibuat
secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih, silindris, atau bentuk
lain, kedua permukaannya rata atau cembung.
7. Granul
Granul adalah sediaan Obat Tradisional berupa butiran terbuat dari
Ekstrak yang telah melalui proses granulasi yang cara penggunaannya
diseduh dengan air panas atau dilarutkan dalam air dingin.
8. Pastiles
Pastiles adalah sediaan padat Obat Tradisional berupa lempengan pipih,
umumnya berbentuk segi empat, terbuat dari Serbuk Simplisia dan/atau
Ekstrak.
9. Dodol/Jenang
Dodol/Jenang adalah sediaan padat Obat Tradisional dengan konsistensi
lunak tetapi liat, terbuat dari Serbuk Simplisia dan/atau Ekstrak.
10. Film Strip
Film Strip adalah sediaan padat Obat Tradisional berbentuk lembaran
tipis yang digunakan secara oral.
11. Cairan Obat Dalam
Cairan Obat Dalam adalah sediaan Obat Tradisional berupa minyak,
larutan, suspensi atau emulsi, terbuat dari Serbuk Simplisia dan/atau
Ekstrak dan digunakan sebagai obat dalam.
12. Cairan Obat Luar
Cairan Obat Luar adalah sediaan Obat Tradisional berupa minyak,
larutan, suspensi atau emulsi, terbuat dari Simplisia dan/atau Ekstrak dan
digunakan sebagai obat luar.
7
13. Losio
Losio adalah sediaan Cairan Obat Tradisional mengandung Serbuk
Simplisia, Eksudat, Ekstrak, dan/atau minyak yang terlarut atau
terdispersi berupa suspensi atau emulsi dalam bahan dasar Losio dan
ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit.
14. Parem
Parem adalah sediaan padat atau cair Obat Tradisional, terbuat dari
Serbuk Simplisia dan/atau Ekstrak dan digunakan sebagai obat luar.
15. Salep
Salep adalah sediaan Obat Tradisional setengah padat terbuat dari Ekstrak
yang larut atau terdispersi homogen dalam dasar Salep yang sesuai dan
ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit.
16. Krim
Krim adalah sediaan Obat Tradisional setengah padat mengandung satu
atau lebih Ekstrak terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar Krim yang
sesuai dan ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit.
17. Gel
Gel adalah sediaan Obat Tradisional setengah padat mengandung satu
atau lebih Ekstrak dan/atau minyak yang terlarut atau terdispersi dalam
bahan dasar Gel dan ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit.
18. Serbuk Obat Luar
Serbuk Obat Luar adalah sediaan Obat Tradisional berupa butiran
homogen dengan derajat halus yang sesuai, terbuat dari simplisia atau
campuran dengan Ekstrak yang cara penggunaannya dicampur dengan
bahan cair (minyak/air) yang sesuai dan digunakan sebagai obat luar
kecuali luka terbuka.
19. Pilis
Pilis adalah sediaan padat Obat Tradisional, terbuat dari Serbuk Simplisia
dan/atau Ekstrak dan digunakan sebagai obat luar yang digunakan di dahi
dan di pelipis.
8
20. Tapel
Tapel adalah sediaan padat Obat Tradisional, terbuat dari Serbuk
Simplisia dan/atau Ekstrak dan digunakan sebagai obat luar yang
digunakan di perut.
21. Plester
Plester adalah sediaan Obat tradisional terbuat dari bahan yang dapat
melekat pada kulit dan tahan air yang dapat berisi Serbuk Simplisia
dan/atau Ekstrak, digunakan sebagai obat luar dan cara penggunaannya
ditempelkan pada kulit.
22. Suppositoria
Supositoria untuk wasir adalah sediaan padat Obat Tradisional, terbuat
dari Ekstrak yang larut atau terdispersi homogen dalam dasar supositoria
yang sesuai, umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh
dan cara penggunaannya melalui rektal.
2.4 Bahan Kimia Obat dalam Obat Tradisional
Berdasarkan Public Warning BPOM tentang Obat Tradisional
mengandung Bahan Kimia Obat, ditemukan ada sebanyak 39 Obat Tradisonal
yang mengandung bahan kimia obat. 11 Produk memiliki izin edar dan 28 produk
tidak memiliki izin edar (ilegal).
Bahan kimia obat yang banyak ditambahkan pada obat tradisional adalah
sildenafil, fenilbutason, parasetamol, deksametason, piroksikam, natrium
diklofenak.
a. Sildenafil dalam obat tradisional disalahgunakan sebagai obat penambah
stamina ataupun sebagai obat kuat untuk pria. Efek samping penggunaan
sildenafil jika tidak digunakan dengan dosis dan takaran yang tidak jelas
adalah Dyspepsia, sakit kepala, flushing, pusing, gangguan penglihatan,
kongesti hidung, priapisme dan jantung (Anonim, 2018).
b. Fenilbutason, Deksametason, Piroksikam, Parasetamol dan Natrium
Diklofenak dalam obat tradisional disalahgunakan sebagai obat encok, pegal
lini, dan reumatik (Anonim, 2018).
Efek samping penggunaan Fenilbutason adalah Paroritis, stomatitis,
gondong, panareatitis, hepatitis, nefritis, gangguan penglihatan, leukopenia
9
jarang, trombositopenia, agranulositosis, anemia aplastik, eritema multifoema
9 syndroma Steven Johnson, nekrolisis epidermal toksis, toksis paru-paru
(Anonim, 2018).
Efek samping dari Deksametason adalah Glukokortikoid meliputi diabetes
dan osteoporosis yang berbahaya bagi usia lanjut. Dapat terjadi gangguan
mental, euphoria dan myopagh. Pada anak-anak kortikosteroid dapat
menimbulkan gangguan pertumbuhan, sedangkan pada wanita hamil dapat
mempengaruhi pertumbuhan adrenal anak (Anonim, 2018).
Efek samping dari Piroksikam adalah ruam kulit, sakit kepala, sesak
nafas, perut kembung, mual muntah, konstipasi, diare,nyeri ulu hati. Efek
samping dari Parasetamol adalah ruam kulit, kelainan darah, pankreatitis akut
dan kerusakan hati (Anonim, 2018).
Efek samping dari Natrium DIklofenak adalah Gangguan terhadap
lambung, sakit kepala, gugup, kulit kemerahan, bengkak, depresi, ngantuk tapi
tidak bias tidur, pandangan kabur, gangguan mata, tinitus, pruritus (Anonim,
2018).
2.5 KLT
Kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi kertas tergolong
“kromatografi planar”. KLT adalah yang metode kromatografi paling sederhana
yang banyak digunakan. Peraltan dan bahan yang dibutuhkan untuk melaksanakan
pemisahan dan analisis sampel dengan metode KLT cukup sederhana yaitu sebuah
bejana tertutup (chamber) yang berisi pelarut dan lempeng KLT. Dengan optimasi
merode dan menggunakan instrumen komersial yang ada tersedia, pemisahan
yang efisien dan kuantifikasi yang akurat dapat dicapai. Kromatografi planar juga
dapat digunakan untuk pemisahan skala preparatif yaitu dengan menggunakan
lempeng, peralatan dan tenik khusus.
KLT adalah suatu metode pemisahan fisikokimia dimana fase diam terdiri
dari butir-butir pada penyangga pelat gelas logam atau lapisan yang cocok (Stahl.,
1985). KLT banyak digunakan di laboratorium untuk analisis maupun kontrol
kualitas. Keuntungan sistem KLT adalah mudah dilakukan, tersedianya reagen
yang sensitif dan selektif yang tidak dipengaruhi oleh fase gerak. Peralatan yang
diperlukan sedikit, murah, sederhana, waktu analisis cepat dan daya pisah cukup
10
baik (Sudjadi, 1988). KLT dapat digunakan untuk hasil kuantitatif, kualitatif atau
preparatif (Gritter dkk., 1991)
Campuran yang akan dipisahkan dilarutkan dalam pelarut yang sesuai, lebih
baik jika digunakan pelarut yang sama dengan fase gerak atau yang kepolaranya
sama dan ditotolkan berupa bercak pada lapisan. Lempeng KLT kemudian
dimasukkan kedalam bejana yang telah dijenuhkan dengan fase gerak dan
dieluasi. Pada KLT, pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan absorbsi atau
partisi solut antara fase diam dengan fase gerak yang terjadi secara kompetitif.
Senyawa yang terikat kuat pada fase diam akan terelusi paling lama dan
mempunyai Rf (Retardation factor) yang kecil. Sedangkan senyawa yang tidak
terikat kuat dengan fase diam yang akan dielusi lebih dahulu dan mempunyai nilai
Rf lebih besar. Bilangan Rf didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh
senyawa dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh garis depan fase pengembang (
Stahl., 1985).
2.6 Tinjauan Eluen
1. Etil Asetat
Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil (mudah
menguap), tidak beracun, dan tidak higroskopis. Etil asetat merupakan
penerima ikatanhidrogen yang lemah, dan bukan suatu donor ikatan
hidrogen karena tidak adanya proton yang bersifat asam (yaitu hidrogen
yang terikat pada atom elektronegatif seperti flor, oksigen, dan nitrogen.
Etil asetat dapat melarutkan air hingga 3%, dan larut dalam air hingga
kelarutan 8% pada suhu kamar. Kelarutannya meningkat pada suhu yang
lebih tinggi. Namun, senyawa ini tidak stabil dalam air yang mengandung
basa atau asam. Berikut ini adalah karakteristik atau sifat fisika dan sifat
kimia dari etil asetat:
Sifat Fisika
Berat molekul : 88,1 kg/kmol
Boiling point : 77,1ºC
Flash point : -4ºC
Melting point : - 83,6ºC
Suhu kritis : 250,1ºC
11
Tekanan kritis : 37,8atm
Kekentalan (25 oC) : 0,4303cP
Specific grafity ( 20ºC) : 0,883
Kelarutan dalam air : 7,7% berat pada 20oC
Entalphy pembentukan (25ºC) gas : -442,92kJ/mol
Energi Gibbs pembentukan (25ºC) cair: -327,40kJ/mol
Sifat Kimia
Etilasetat adalah senyawa yang mudah terbakar dan mempunyai
resiko peledakan (eksplosif).
Membentuk acetamide jika di ammonolisis
Akan membentuk etil benzoil asetat bila bereaksi dengan
etilbenzoate
2. Kloroform
Sifat Kimia Kloroform memiliki Rumus molekul : CHCl3.
Merupakan larutan yang mudah menguap, tidak berwarna, memiliki bau
yang tajam dan menusuk. Serta bila terhirup dapat menimbulkan kantuk.
Kloroform dapat disintesis dengan cara mencampuran etil alcohol dengan
etanol dengan kalsium hipokrit. Kalsium hipokrit merupakan donor
unsure klor. Selain kalsium hipokrit , penyumbang unsure klor yang dapat
dipakai adalah pemutih pakaian. Pemutih pakaian memiliki senyawa aktif
yaitu asam hipokrit. Etil alcohol dipanaskan dan dicampurkan dengan
kalsium hipokrit.
3. Metanol
Methanol diproduksi secara alami oleh metabolism anaerobic oleh
bakteri. Hasil proses tersebut adalah uap methanol (dalam jumlah kecil) di
udara. Setelah itu, uap methanol tersebut akan teroksidasi oleh oksigen
dengan bantuan sinar matahari menjadi karbon dioksida dan air. Methanol
12
adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH. Dia merupakan
bentuk alcohol paling sederhana. Pada keadaan atmosfer ia berbentuk
cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan
beracun dengan bau khas. Methanol digunakan sebgai pendingin, anti
beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan additive bagi etanol
industri.
13
BAB III
PROSEDUR KERJA
14
Metamizole n-heksan:etil asetat Sampel No.1
(3:7)
Simvastatin n-heksan:etil asetat Sampel No.2
(3:7)
Loperamid n-heksan:etil asetat Sampel No.3
(3:7)
Prednisolon n-heksan:etil asetat Sampel No.4
(3:7)
Dexametason n-heksan:etil asetat Sampel No.5
(3:7)
Piroxicam n-heksan:etil asetat Sampel No.7
(3:7)
Captopril n-heksan:etil asetat
Sampel No.8
(3:7)
Metformin n-heksan:etil asetat
Sampel No.9
(3:7)
Cyproheptone n-heksan:etil asetat
(3:7) Sampel No.10
6. Plat KLT yang memberikan hasil positif dipayar dengan TLC scanner.
15
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
o P1 (Captopril)
𝟓 𝒄𝒎
= 𝟎. 𝟔𝟐𝟓
𝟖 𝒄𝒎
o P2 (Simvastatin)
𝟐 𝒄𝒎
= 𝟎. 𝟐𝟓
𝟖 𝒄𝒎
o P3 (Loperamid)
𝟏.𝟗 𝒄𝒎
- = 𝟎. 𝟐𝟑𝟖
𝟖 𝒄𝒎
𝟒.𝟔 𝒄𝒎
- = 𝟎. 𝟓𝟕𝟓
𝟖 𝒄𝒎
o Sampel
𝟑 𝒄𝒎
- = 𝟎. 𝟑𝟕𝟓
𝟖 𝒄𝒎
𝟑.𝟕 𝒄𝒎
- = 𝟎. 𝟒𝟔𝟐
𝟖 𝒄𝒎
𝟒.𝟐𝒄𝒎
- = 0.525
𝟖 𝒄𝒎
𝟓 𝒄𝒎
- = 𝟎. 𝟔𝟐𝟓
𝟖 𝒄𝒎
𝟔.𝟗 𝒄𝒎
- = 𝟎. 𝟖𝟔𝟐
𝟖 𝒄𝒎
16
4.2 Dokumentasi Hasil Penelitian
17
Plat KLT yang telah ditotolkan dengan 3 Proses eluasi plat KLT
pembanding (Captopril, Loperamid, dan menggunakan eluen
Simvastatin) lalu diamatin dengan sinar UV N-Heksan – Etil Asetat (3:7)
254 nm untuk melihat kepekatan dari
totolan yang timbul
Hasil pengamatan noda pada plat Hasil pengamatan noda pada plat
di sinar UV 254 nm di sinar UV 360 nm
18
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan bahan kimia obat dalam sediaan
obat tradisional yang telah disiapkan dari laboratorium. Pemeriksaan ini dilakukan
secara kualitatif dengan metode KLT karena lebih efisien. Pelarut yang digunakan
pada pemeriksaan kali ini yaitu dengan methanol,karena methanol dapat menarik
komponen senyawa yang terkandung dalam sediaan dan juga memisahkan
senyawa yang bersifat polar maupun non polar.
Pemeriksaan diawali dengan memasukkan sampel 0,3 g kedalam tabung
reaksi. Kemudian sampel divortex selama 1-2 menit ,selanjutnya disentrifuge
selama 5 menit sampai terpisahkan endapan dan supernatant. Supernatan
dipisahkan dan dimasukkan kedalam vial, kemudian ditotolkan plat silica
gel.Titik sampel ditempatkan ditengah agar mudah dibandingkan dengan baku
pembanding. Kemudian ditotolkan Baku pembanding 1 (Simvastatin), P2
(Captopril), dan P3 (Loperamid). Plat KLT dieluasi dalam n-heksan: etil asetat
(3:7), kemudian ditunggu sampai noda naik pada batas atas.
Hasil yang diperoleh dari proses eluasi yaitu diperoleh nilai Rf sampel
yaitu nilai Rf1=0,375; Rf2=0,462; Rf3=0,525; Rf4=0,625, dan Rf5=0,862.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahan kimia obat yang kami peroleh
memiliki nilai Rf yang sama dengan baku pembanding 1 yaitu obat Captopril
dengan hasil Rf=0.625.
19
BAB VI
6.1 Kesimpulan
- Bahan Kimia Obat mengandung obat Captopril
- Nilai Rf sampel sama dengan nilai Rf Captopril = 0.625
20
DAFTAR PUSTAKA
BPOM. 2004. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK. 00.05.4.2411 Tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan
Dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia. Badan Pengawas Obat Dan
Makanan Republik Indonesia
Salim dan Munadi. 2017. Info Komoditi Tanaman Obat. Badan Pengkajian dan
Pengembangan Perdagangan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
Anonim. 2018. Bahan Kimia Obat dalam Obat Tradisional dan Efek Sampingnya.
Prodi Farmasi Fakultas MIPA Universitas Islam Indonesia.
21