Bundelan Sawit Kelompok 2
Bundelan Sawit Kelompok 2
Bundelan Sawit Kelompok 2
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2
ASISTEN LABORATORIUM
1.
GEMILIA GLADIRA
(F1C113007)
2.
ZAINUDIN ALAMSYAH
( F1C113009)
3.
AAN SUKRI
(F1C113024)
DOSEN PENGAMPUH
1.
2.
3.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.i
PENENTUAN ANGKA PENYABUNAN..1
PENENTUAN ANGKA ASAM DAN ESTER....14
PENENTUAN ANGKA PEROKSIDA30
PENNETUAN ANGKA IOD46
PENENTUAN ANGKA REICHERT MEISSL...........................61
PENENTUAN ANGKA POLENSKE..75
PENENTUAN KADAR AIR DAN MINYAK.....86
PENENTUAN TITIK CAIR DAN BOBOT JENIS....98
PERCOBAAN I
PENENTUAN ANGKA PENYABUNAN
I.
Tujuan
Untuk mengetahui sifat minyak dengan megetahui besar nya angka
penyabunan.
Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga
kesehatan tubuh manusia. Selain itu lemak dan minyak merupakan sumber
energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Satu gram
minyak atau lemak dapat menghasilkan 9 kkal sedangkan karbohidrat dan
protein hanya menghasilkan 4 kkal/gram. Minyak dan lemak juga berfungsi
sebagai sumber dan pelarut bagi vitamin-vitamin A, D, E dan K. Lemak dan
minyak terdapat pada hampir semua bahan pangan dengan kandungan yang
berbeda-beda. Tetapi minyak dan lemak sering kali ditambahkan dengan sengaja
ke bahan makanan dengan berbagai tujuan. Dalam pengolahan bahan pangan,
minyak dan lemak berfungsi sebagai media penghantar panas, seperti minyak
goreng, shortening (mentega putih), lemak, mentega dan margarine. Disamping
itu, penambahan lemak juga dimaksudkan untuk menambah kalori serta
memperbaiki tekstur dan cita rasa pangan, seperti pada kembang gula,
penambahan shortening pada pembuatan kue-kue, dan lain-lain. Lemak yang
ditambahkan dalam bahan pangan, atau dijadikan bahan pangan membutuhkan
persyaratan dan sifat-sifat tertentu. Berbagai bahan pangan seperti daging, ikan,
telur, susu, alpokat, kacang tanah, dan beberapa jenis sayuran mengandung
lemak atau minyak yang biasanya termakan bersama bahan tersebut (Ibrahim,
1999).
Dalam penetapan bilangan penyabunan, miasalnya larutan alkali yang
digunakan adalah larutan KOH , yang diukur dengan hati-hati kedalam tabung
dengan buret atau pipet. Besarnya jumlah ion yang diserap menunjukkan
banyaknya ikatan rangkap atau ikatan tak jenuh , ikatan rangkap yang terdapat
pada minyak yang tak jenuh akan bereaksi dengan iod. Gliserida dengantingkat
ketidak jenuhan yang tinggi akan mengikat iod dalam jumlah yang lebih besar.
Bilangan penyabunan adalah jumlah miligram KOH yang diperlukan. Untuk
menyabunkan satu gram lemak atau minyak. Apabila sejumlah sampel minyak
atau lemak disabunkan dengan larutan KOH berlebih dalam alkohol, maka
KOH akan bereaksi dengan trigliserida, yaitu tiga molekul KOH bereaksi
denngan satu molekul minyak atua lemak, larutan alkali yang tinggi ditentukan
dengan titrasi menggunakan HCl sehingga KOH yang bereaksi dapat diketahui.
Angka penyabunan menunjukkan berat molekul lemak dan minyak secara kasar.
Minyak yang disusun oleh sam lemak berantai karbon yang pendek berarti
mempunyai berat molekul yang relatif kecil, akan mempunyai angka
penyabunan yang besar dan sebaliknya bila minyak mempunyai berat molekul
yang besar, maka angka penyabunan relatif kecil Lemak atau minyak adalah
senyawa makromolekul berupa trigliserida, yaitu sebuah ester yang tersusun
dari asam lemak dan gliserol. Jenis dan jumlah asam lemak penyusun suatu
minyak atau lemak menentukan karakteristik fisik dan kimiawi minyak atau
lemak (Ketaren, 1986).
Disebut minyak apabila trigliserida tersebut berbentuk cair pada suhu
kamar dan disebut lemak apabila berbentuk padat pada suhu kamar. Lemak dan
minyak merupakan senyawaan trigliserida atau triasgliserol, yang berarti
triester dari gliserol . Jadi lemak dan minyak juga merupakan senyawa ester .
Hasil hidrolisis lemak dan minyak adalah asam karboksilat dan gliserol . Asam
karboksilat ini juga disebut asam lemak yang mempunyai rantai hidrokarbon
yang panjang dan tidak bercabang (Ismaillyah, 2001).
Penentuan angka penyabunan berbeda dengan penentuan kadar lemak,
sampel yang dipergunakan untuk penentuan angka penyabunan adalah
margarine. Penentuan bilangan penyabunan ini dapat dipergunakan untuk
mengetahui sifat minyak dan lemak. Pengujian sifat ini dipergunakan untuk
membedakan lemak yang satu dengan yang lainnya. Selain untuk mengetahui
sifat fisik lemak atau minyak, angka penyabunan juga dapat dipergunakan untuk
menentukan berat molekul minyak dan lemak secara kasar. Apabila sampel
yang akan diuji disabunkan dengan larutan KOH berlebih dalam alkohol, maka
KOH akan bereaksi dengan trigliserida, yaitu tiga molekul KOH bereaksi
dengan satu molekul minyak atau lemak. Larutan alkali yang tertinggal tersebut
kemudian ditentukan dengan titrasi dengan menggunakan asam, sehingga
jumlah alkali yang turut bereaksi dapat diketahui. Pelarut yang dipergunakan
untuk melarutkan KOH adalah alkohol, penambahan alkohol dimaksudkan
untuk melarutkan asam lemak hasil hidrolisis agar dapat membantu
mempermudah reaksi dengan basa dalam pembentukan sabun. Kesalahan yang
timbul pada saat titrasi adalah penentuan titik akhir, kesalahan ini disebabkan
karena perubahan warna yang seharusnya yerjadi adalah dari coklat pekat,
kemudian kuning, lalu berubah menjadi putih pucat. Perubahan warna dari
kuning ke putih tersebut tidak terlalu kontras dan menyebabkan titik akhir sulit
ditentukan. Untuk mengetahui hasil pengujian tersebut benar atau tidak, maka
perlu
dibandingkan
dengan
titrasi
blanko
(Nasir,
2002).
5 gram CPO
-
Ditambah indikator pp
hasil
3.2.2. Blanko
5 mg Aquadest
-
Ditambah indikator pp
hasil
IV.
NO
PERLAKUAN
1.
Blanko
5 mL aquades + 50 mL
2.
HASIL
Warna menjadi pink, setelah dititrasi
PP
Ml
Sampel
a. CPO
5 gr CPO + 50 mL KOH + Pada saat 5 gr CPO + 50 mL KOH
2 tetes indicator PP
b. Minyak Jagung
5 gr minyak jagung + 50
mL KOH + 2 tetes
indicator PP
Volume HCl = 9 mL
c. Minyak Jelantah
5 gr minyak jelantah + 50
mL KOH + 2 tetes
indicator PP
4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui sifat minyak dengan
mengetahui besarnya angka penyabunan. Angka penyabunan adalah bilangan
penyabunan dinyatakan sebagai banyaknya mg/KOH yang di butuhkan untuk
menyabunkan satu gram lemak dan minyak. Prinsip kerja angka penyabunan
adalah sejumlah tertentu sampel minyak/lemak direaksikan dengan basa alkali
berlebih yang telah diketahui konsentrasinya menghasilkan gliserol dan sabun.
Pada percobaan ini sampel yang digunakn yaitu minyak CPO, minyak
jagung, dan minyak jelantah dan dilakukan juga pada blanko. Pada minyak CPO
pada saat ditambahkan dengan KOH didapatkan minyak tidak dapat bercampur
dengan KOH. Warnanya kuning dan membentuk dua lapisan. Pada lapisan
pertama yaitu gumpalan kuning dari minyak CPO yang mengental dan lapisan
kedua yaitu berwarna kuning keruh. Pada saat titrasi dengan HCl larutan tetap
membentuk dua lapisan, pada saat dititrasi menggunakan HCl telah diketahui
konsentrasinya juga sehingga juga sehingga dapat diketahui berapa banyak KOH
yang bereaksi yang setara dengan asam lemak dan asam lemak bebas dalam
sampel. Volume titrasi oleh HCl yang terpakai yaitu sebanyak 17 mL. KOH yang
didalamnya terdapat alcohol berfungsi untuk melarutkan asam lemak hasil
hidrolisa agar mempermudah reaksi dengan basa sehingga terbentuk sabun.
Bilangan penyabunan dapat dipergunakan untuk menentukan bobot
molekul minyak/lemak secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak
berantai karbon pendek, akan mempunyai bobot molekul (Mr) kecil.
Minyak/lemak yang mempunyai bobot molekul kecil akan mempunyai bilangan
penyabunan yang besar dan sebaliknya minyak dengan bobot molekul besar akan
mempunyai bilangan penyabunan yang relatif kecil. Bilangan penyabunan
(saponifikasi)
adalah
banyaknya
(mg)
KOH
yang
dibutuhkan
untuk
setelah dilakukan titrasi terdapat dua lapisan disaat didiamkan warna kuning pekat
menjadi putih keruh. Volume titrasi oleh HCl yang terpakai yaitu sebanyak 45
mL. Apabila jumlah sampel minyak atau lemak disabun kan dengan larutan KOH
berlebih dalam alkohol,maka KOH akan bereaksi dengan gliserida yaitu tiga
molekul KOH bereaksi dengan satu molekul minyak atau lemak.
Besarnya jumlah ion yang diserap menunjukkan banyaknya ikatan rangkap
atau ikatan tak jenuh , ikatan rangkap yang terdapat pada minyak yang tak jenuh
akan bereaksi dengan iod. Gliserida dengantingkat ketidak jenuhan yang tinggi
akan mengikat iod dalam jumlah yang lebih besar. Dilakukan juga percobaan
angka penyabunan, titrasi blanko yaitu titrasi tanpa menggunakan sampel yang
berfungsi untuk mengetahui jumlah titer yang bereaksi dengan pereaksi. Sehingga
dalam perhitungan tidak terjadi kesalahan yang disebabkan oleh pereaksi. Pada
blanko warnanya menjadi bening adapun volume HCl yang terpakai yaitu pada
saat titrasi sebanyak 30 mL. Angka penyabunan menunjukkan berat molekul
lemak dan minyak secara kasar.
Adapun reaksi saponifikasi (penyabunan) yang terjadi saat ester yang
direaksikan dengan basa adalah gliserida, maka garam karboksilat yang terbentuk
disebut sabun.
Lemak + basa kuat
sabun + gliserol
(gliserida)
(garam) (alkohol)
? ? ?? ? ? ? ? ? ?? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ,?
? ? ?? ? ? ? ?
5.2 Saran
Pada praktikum ini diharapkan alat dan bahan yang digunakan berada
pada laboratorium agar tidak keluar masuk ruangan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad. 2007. Teknologi Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia.
Ibrahim. 1997. Dasar Dasar Biokimia. Jakarta. UI Press.
Ismailliyah. 2001. Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta: PT Gramedia.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Pangan. Jakarta: UI Press.
Nasir, M. Ginting. 2006. Pembuatan Monogliserida Melalui Gliserolisis Minyak
Inti Sawit Menggunakan Katalis Natrium Metoksida. Jurnal Sains
Kimia.Vol. 10. No. 02.
11
LAMPIRAN
Perhitungan
Diketahui
: V blanko = 30 mL
V CPO = 17 mL
V minyak jagung = 9 mL
V jelantah = 45 mL
N HCl = 0,5 N
gr sampel = 5 gr
Ditanya
: Bilangan penyabunan ?
Jawab
Bilangan penyabunan =
? ? ?? ? ? ? ? ? ?? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ,?
? ? ?? ? ? ? ?
a. CPO
Bilangan penyabunan =
? ? ? ?? ? ? ? ? ? ? ,? ? ? ? ,?
= 72,93
? ? ?
b. Minyak Jagung
Bilangan penyabunan =
? ? ? ?? ? ? ? ? ? ,? ? ? ? ,?
= 117,81
? ? ?
c. Minyak Jelantah
Bilangan penyabunan =
? ? ? ?? ? ? ? ? ? ? ,? ? ? ? ,?
= -84,15
? ? ?
12
LAMPIRAN
--Gambar Percobaan
5 gr minyak jelantah +
50 ml KOH 0,5
alkoholik + indicator pp
Dititrasi dengan HCl
0.5 N
5 gr CPO + 50 ml KOH
0,5alkoholik + indicator
pp Dititrasi dengan HCl
0.5 N
5 ml aquades + 50 ml
KOH 0,5alkoholik +
indicator pp Dititrasi
dengan HCl 0.5 N
5 gr minyak jagung +
50 ml KOH 0,5
alkoholik + indicator pp
Dititrasi dengan HCl
0.5 N
13
PERCOBAAN II
PENENTUAN ANGKA ASAM DAN ESTER
I. Tujuan
1. Untuk mengetahui kualitas minyak berdasarkan angka asamnya
2. Untuk mengetahui besarnya angka asam
II. Landasan Teori
Angka asam di nyatakan sebagai jumlah milligram KOH yang di perlukan
untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam satu gram minyak
atau lemak.asam adalah rantai hidrokarbon alifatik panjang yang memiliki
gugus karboksilat. Panjang rantai karbon asam lemak bervariasi dari 10 30
karbon
rantai
hidrokarbon
bersifat
nonpolar
yang
berfungsi
untuk
14
1.
2.
Hidrolisa lemak dan minyak akan di ubah menjadi asam lemak bebas dan
gliserol. Reaksi hidrolisa mengakibatkan kerusakan lemak dan minyak ini
terjadi karena terdapat sejumlah air dalam lemak dan minyak tersebut.
3.
dan asam karboksilat suhu tengah dan timggi. Lemak biasanya berwujud padat
pada suhu kamar karena titik cairnya lebih tinggi dari pada suhu kamar ini di
jumpai pada hewan. Minyak biasanya berbentuk cair padat suhu kamar suhu
kamar karena titik cairnya lebih rendah dari pada suhu kamar biasanya di
jumpai pada tumbuhan. Asam karboksilat di sebut juga dengan asam lemak
yang di peroleh dari hidrolisis lemak atau minyak. Dengan proses hidrolisis
lemak akan terurai menjadi asam lemak dan glisero. Proses ini dapat berjalan
dengan menggunakan asam, basa atau enzim tertentu. Proses hidrolisis yang
menggunakan basa menghasilkan gliserol yang dan garam asam lemak atau
sabun (Poedjadi, 2007) .
Trigliserida terbentuk dari ester dari gliserol dengan tiga molekul asam
lemak dengan jika kandungan ketiga asam lemak dalam trigliserida yang
terbentuk adalah sama (R1=R2=R3), maka trigliserida yang terbentuk
merupakan trigliserida sederhana. Tetapi, jika salah satu asam lemak
penyusunannya tidak sama, maka trigliserida tersebut merupakan trigliserida
campuran. Sifat jenuh atau tidak jenuh dari asam lemak itu sendiri dapat di
lihat dari ada tidaknya ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon. Kadar asam
lemak bebas di hitung sebagai persentase berat (b/b) dari asam lemak bebas
yang terkandung dalam minyak sawit mentah (CPO) dimana berat molekul
asam lemak bebas tersebut di anggap sebesar 256 (sebagai asam palmitat).
15
Mutu minyak sawit juga di pengaruhi oleh kadar asam lemak bebasnya, karena
jika kadar asam lemaknya bebas tinggi, maka akan timbul bau tengik di
samping juga dapat merusak peralatan karena mengakibatkan timbulnya korosi
(Arita dkk, 2008).
Apabila enzim lipase dari kentos kelapa ini di gunakan menghidrolisis
minyak kelapa, maka akan di peroleh asam lemak bebas yang sangat
bermanfaat bagi kesehatan. Oleh karena itu, penelitian ini di lakukan untuk
menentukan kondisi hidrolisis yang tepat agar di peroleh asam lemak bebas
yang maximum. Reaksi hidrolisis di lakukan dengan cara mencampurkan 10 ml
substrat (minyak kelapa dalam bentuk emulsi dengan air di tambahkan
gumarab sebagai emulsifier) konsentrasi 10% dengan enzim 3 ml (kecuali
untuk penentuan perbandingan enzim: substrat) yang di atur pada pH 7 ( SuI
dkk, 2010).
16
17
18
Perlakuan
Minyak jagung
-
Hasil
50 ml alkohol 95%.
Dipanaskan selama 10
menit.
-
Ditambahkan indikator
pp
-
0,1N
Minyak jelantah
-
10 gr minyak jelantah
ditambah 50 ml alkohol
95%
-
Dipanaskan selama 10
Ditambah indikator pp
3 ml
digunakan
3
CPO
10 gram minyak
ditambah 50 ml alkohol
95%
-
Dipanaskan selama 10
menit
19
Ditambah indikator PP
20
Volume KOH 17 ml
4.2 Pembahasan
Pada penentuan angka asam dan ester yang bertujuan untuk menentukan
kandungan asam dan angka esteryang terdapat dalam minyak yang digunakan,
karna sering kali di dapatkan pada masyarat khususny ibu rumah tangga yang
menggunaan minyak bekass untuk menggoreng atau memasak dengan beberapa
kali pemakaian sehingga bisa menyebabkan meningkatnya kadar asam lemak
bebeas yang bisa menyebabkan penyakit, pada percobaan ini sampel yang
digunakan adalah minyak CPO, minyak jelantah, dan minyak jagung. Sehingga
didapatkan hassil yang bereda beda. Di antaranya yaitu :
4.2.1 Minyak jagung
Pada percobaan percobaan yang menggunakan minyak jagung bahan yang
dipakai yaitu 10 gram minyak jagung yang ditambahkan 50 ml alkohol, warna
larutan menjadi dua lapisan yaitu berwarna kuning keruh dan bening
penambahan alkohol pada minyak berfungsi untuk melarutkan minyak,karna
minyak hanya akan larut pada pelarut organik dan bersifat polar yaitu alkohol,
kemudian dipanaskan 10 menit dan elenmeyer yang digunakanditutup dengan
aluminium foil, pemanasan berfungsi untuk mempercepat reaksi, elemeyer
ditutup berfungsi agar alkohol yang berada di dalam tabung elenmeyer tidak
habis karna proses penguapan saat terjadi pemanasan. Kemudian ditambahkan
indikator fenoptalen, indikator pp berfungsi sebagai indikator pemberi warna
pada larutan sehingga bisa ditentukan titik akhir titrasi, berdasarkan litelatur sifat
kimia dari indikator pp yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Interval PH = 8,3 10.
2. Membentuk larutan tidak berwarna pada suasana asam, basa atau
netral.
3. Larut dalam pelarut organik.
4. Bereaksi dengan basa, dengan membentuk warna sebagai titik akhir
titrasi.
Kemudian di titrasi dengan KOH 0,1 N, titrasi dengan Koh berfungsi
membuat laruatan menjadi asam, KOH yang terpakai pada percobaan ini yaitu 14
21
ml. Setelah dilakukan perhitungan nilai dari asam lemak pada minyak yaitu
sebesar 7,854 gram dan angka ester dari minyak yaitu sebesar -192,988. Dari
percobaan yang dilakukan tingginya angka asam ini menunjukan kualitas minyak
yang buruk atau sudah mengalami ketengikan.
4.2.2 Minyak jelantah
Pada percobaan minyak jelantah bahan yang digunakan adalah 10 gram
minyak jelantah yang ditambahkan alkohol, fungsi penambahanalkohol adalah
sebagai pelarut minyak, karna minyak hanya akanlarut dengan pelarut organik,
kemudian dipanaskan selama 10 meni dengan keadaan tertutup fungsi pemanasan
adalah untuk mempercepat reaksi agar larutan yang digunakan cepat larut dan
ditutup agar saat proses pemanasan alkohol yang berada didalam elenmeyer tidak
habis menguap, setelah dilakukan pemanasan larutan menjadi dua lapisan
minyak berada dibagian bawah, kemuadian ditambahkan indikator penoptalen,
sebanyak 3 tetes, indikator pp berfungsi sebagai indikator pembuktian bahwa
larutan tersebut bersifat asam atau basa, dan biasanya digunakan sebagai
indikator penentu titik akhir titrasi dari larutan yang ditandai dengan perubahan
warna pada larutan, saat ditambah indikator pp, larutan berubah menjadi
kuning,kemudian dititrasi larutan menggunakan KOH, setelah dititrasi warna
larutan menjadi kuning pudar dan volume KOH yang terpakai yaitu sebanyak 3
ml, Pada percobaan ini warna larutan yang ditambahkan indikator pp warna
larutan berubah menjadi kuning pudar berdasarkan litelatur ini menunjukan
bahwa larutan bersifat asam kuat, dari hasil yang telah diperoleh, didapatkan
hasil angka asam minyak jelantah sebesar 1,683 derajat keasaman nya 3 kadar
asam lemak 0,01683 angka asam lemk dengan % ffa 0,005049 % dan angka
ester sebesar 197,853
4.2.3 Minyak CPO
Pada percobaan dengan menggunakan sampel minyak cpo, sampel cpo yang
digunakan sebanyak 10 gram dan ditambahkan 50 ml alkohol karna minyak
kelapa tidak dapat larut dalam air, sehinggi dibutuhkan alkohol untuk melarutkan
karna alkohol adalah pelarut organik, yang bisa melarutkan minyak pada saat
22
23
5.2 Saran
Sebaiknya sampel yang digunakan pada setiap kelompok dibeda bedakan
sehingga bisa digunakan sebagai perbandingan dari masing massing minyak,
sebaiknya saat praktikum berlangsung praktikan lebih serius dalam menjalan
kan percobaan sehingga praktikan bisa lebih memahami cara kerja prinsif dan
teori dari percobaan yang dilakukan.
24
DAFTAR PUSTAKA
Arita., S. Meta., B., D. Jaya., I. 2008. Pembuatan Metil Ester Asam Lemak Dari
CPO Off Grade Dengan Metode Esterifikasi- Transesterifikasi. Jurnal
Teknik Kimia. Vol 2 (15) .
Gamael . 2007. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI Press :
Jakarta.
Nurbaiti. 2006. Penuntun Praktikum Kimia Sawit. UGM : Yogyakarta .
Poedjadi. 2007. Dasar-Dasar Biokimia. UI Press : Jakarta .
Sui ., M. Harijono. Yunianta. Aulaniam. 2010. Aktivitas Hidrolisis Enzim Lipase
Dari Kentos Kelapa Terhadap Minyak Kelapa. Agritech. Vol 30 (3) .
25
LAMPIRAN
Perhitungan
1. Minyak jagung
Diketahui : ml KOH
N KOH
Bm KOH
Bobot contoh
a. Angka asam
: 14 ml
: 0,1 N
: 56,1
: 10 gr
? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?
? ? ? ? ? ?? ? ?? ?
? ? ? ? ? ? ,? ? ? ? ,?
??
= 7,854 gram
b. Derajat keasaman =
? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?
? ? ? ?
? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ,? ?
= 14 ml
? ? ? ?
% ffa =
? ? ? ?
? ? ? ? ? ? ,? ? ? ? ? ,? ? ? ? ? %
= 0,07854 %
??
? ? ? ? ? ? % ???
??
? ? ? ? ,? ? ? ? ?
??
= 0,109956 gr
e. Angka ester
26
2. Minyak jelantah
Diket
ml KOH
N KOH
BM KOH
Berat contoh
a. Angka asam =
= 3 ml
= 0,1 N
= 56,1
= 10 gram
? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?
??
? ? ? ? ? ,? ? ? ? ? ,?
??
= 1,683 gram
b. Derajat asam =
? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?
??
? ? ? ? ? ? ? ,? ?
=3
??
27
3. Minyak CPO
Diket
ml KOH
N KOH
Bm KOH
Berat contoh
a. Angka asam =
= 17 ml
= 0,1 N
= 56,1
= 10 gram
? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?
??
? ? ? ? ? ? ,? ? ? ? ? ,?
= 9,537
b. Derajat asam =
=
??
? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?
??
? ? ? ? ? ? ? ? ,?
??
= 17 ml
c. % ffa
? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? %
? ? ? ? ,? ? ? ? ,? ? ? ? ? %
??
= 0,0953
??
28
LAMPIRAN
--Gambar Percobaan
Minyak jagung 10 gr + 50
ml alcohol 95
%.Dipanaskan dengan
penangas air
Minyak jelantah 10 gr +
50 ml alcohol 95
%.Dipanaskan dengan
penangas air
Laluminyak jelantah +
indicator pp dan dititrasi
dengan KOH 0.1 N
Hasil larutan
(minyakjelantah) yang
dititrasi dengan KOH 0.1
CPO 10 gr + 50 ml alcohol
95 % .Dipanaskan dengan
penangas air. Lalu dititrasi
dengan KOH 0.1 N
29
PERCOBAAN III
PENENTUAN ANGKA PEROKSIDA
I.
Tujuan
Untuk mengetahui kualitas minyak berdasarkan angka peroksidanya.
II.
Landasan Teori
Bilangan peroksida adalah jumlah lemak atau minyak yang tekah mengalami
30
2.
3.
Ketengikan oleh oksidasi terjadi karena proses oksidasi oleh oksigen udara
terhadap asam lemak tidak jenuh dalam minyak. Pada suhu kamar sampai suhu
100 C, setiap satu ikatan tidak jenuh dapat mengabsorpsi dua atom oksigen
sehingga terbentuk persenyawaan peroksida yang bersifat
31
labil. Jika jumlah peroksida lebih dari 100 meq peroksida/kg minyak akan
sangat bersifat racun dan mempunyai bau yang tidak enak. Kenaikan bilangan
peroksida merupakan indikator bahwa minyak akan berbau tengik. Minyak atau
lemak bersifat tidak larut dalam semua pelarut berair tetapi larut dalam pelarut
organik. Misalnya seperti PE, dietil ete dan lain sebagainya ( Setiadji,2007).
Angka peroksida yang rendah bisa disebabkan oleh laju pembentukan
peroksida baru atau lebih kecil dibandingkan dengan laju degradasinya dan
bereaksi zat lain oksidasi lemak oleh oksigen terjadi secara spontan jika bahan
yang berlemak dibiarkan kontak tergantung pada tipe lemak dan pada kondisi
penyimpanan bahan. Aplikasi :Bilangan peroksida mengukur produk transisi
dari oksidasi (setelah terbentuk, peroksida dan hidroperoksida berubah jadi
produk lain). Nilai yang rendah menunjukkan awal maupunoksidasi lanjut, yang
bisa dibedakan dengan mengukur bilangan peroksida dari waktu kewaktu atau
dengan mengukur produk oksidasi sekunder. Untuk penentuan dalam sampel
makanan, kerugian dari metode ini adalah sampel yang digunakan sekitar 5 g,
sehingga sulit mendapat jumlah yang cukup bila sampel akan rendah
lemak.Makanan berkualitas baik, lemak dan minyak yang berbau segar akan
mempunyai bilangan peroksida nol atau mendekati nol. Bilangan peroksida >20
menunjukkan kualitas minyak atau lemak yang sangat buruk, biasanya
teridentifikasi dari bau yang tidak enak. Untuk minyakkedelai, bilangan
peroksida 1-5, 5-10 dan >10 menunjukkan berturut-turut tingkat oksidasirendah,
sedang dan tinggi. Minyak curah terdistribusi tanpa kemasan. Paparan oksigen
cahaya dan suhu tinggi merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi
oksidasi, penggunaan suhu tinggi selama penggolongan terjadi oksidasi minyak
(Sunarko, 2008).
Minyak goreng sebagai salah satu komponen pangan yang sering
dikonsumsi, ternyata selama proses penggorengan mudah mengalami oksidasi
termal. Pengaruh oksigen termal terhadap kualitas minyak goreng dapat
diketahui dengan mengatur lama pemanasan minyak yang berbeda-beda dan
mengujinya. Semakin lama minyak mengalami pemanasan maka semakin tinggi
32
33
III.
Prosedur percobaan
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah erlenmeyer,
buret, statif dan klem
3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah asam asetat glasial,
kloroform,larutan Na2S2O3, CPO,KI jenuh dan indikator amilum 1%
34
dimasukkan ke Erlenmeyer
30 ml larutan asam cuka
kloroform dan o,5 ml KI
jenuh
diaduk
didiamkan selama 5 menit di tempat gelap
100 ml akuades
ditambahkan
Indicator amilum
ditambahkan 3 tetes
Na2S2O3 0,01 N
dititrasi
dicatat volume Na2S2O3
HASIL
35
3.2.2
Sampel
CPO 5 gram
dimasukkan ke Erlenmeyer
30 ml larutan asam cuka
kloroform dan o,5 ml KI
jenuh
diaduk
didiamkan selama 5 menit di tempat gelap
100 ml akuades
ditambahkan
Indicator amilum
ditambahkan 3 tetes
Na2S2O3 0,01 N
dititrasi
dicatat volume Na2S2O3
HASIL
36
Hasil
a. Blanko
Aquadest 2 ml + 30 ml
kloroform + 0,5 ml KI
bening
jenuh
Dibiarkan 5 menit
ditempat gelap
+ 100 ml aquadest + 3
Terdapat 2 lapisan
0,01 n
keruh V=8ml
b. CPO
+ 30 ml asam cuka
kloroform
orange
Didiamkan 5 menit
Agak mengental
ditempat gelap
Terdapat 2 lapisan
+ 100 ml aquadest +
indicator amilum
21 ml
c. Minyak jelantah
37
Minyak jelantah 5 gr
dipanaskan
terlalu pekat
indicator amilum
0,5 ml KI jenuh
Didiamkan 5 menit
tempat gelap
+100 ml aquades +
Minyak jagung
ml
dipanaskan
Didiamkan 5 menit
tempat gelap
+ 100 ml aquadest +
indicator
Dititrasi
38
4.2 Pembahasan
Bilangan peroksida adalah indeks jumlah lemak atau minyak yang telah
mengalami oksidasi angka. Minyak yang mengandung asam-asam lemak tidak
jenuh dapat teroksidasi oleh boksigen yang menghasilkan suatu senyawa
peroksida. Pengukuran angka peroksida pada dasarnya badalah mengukur
kadar peroksida dan hidroperoksida yang terbentuk pada tahap awal reaksi
oksidasi lemak. Bilangan peroksida yang tonggi mengindikasikan lemak atau
minyak sudah mengalami oksidasi.
Pada percobaan penentuan angka peroksida yang bertujuan untuk
mengetahui kualitas minyak berdasarkan besarnya angka peroksida. Pada
percobaan ini dilakukan tiga sampel yaitu minyak jagung, minyak jelantah dan
minyak CPO. Pada sampel jagung dilakukan pemanasan pada oven, setelah
dipanaskan ditambahkan CHCl3 dan KI jenuh. Larutan menjadi kuning
kehijauan setelah didiamkan dalam tempat gelap warna larutan menjadi lebih
pekat dan dititrasi dengan larutan Na2S2O3 terdapat warna bening dan volume
Na2S203 yang terpakai 16 ml.
Selanjutnya pada pengujian pada minyak jelantah dan dilakukan
pemanasan dalam oven. Setelah dipanaskan ditambah CHCl3 dan KI jenuh
larutan berwarna kuning terang pekat. Setelah didiamkan dalam tempat gelap
warna larutan menjadi lebih pekat. Ketika ditambah aquadest dan indicator
amilum larutan mengkeruh dan terdapat warna kuning kehitaman setelah
dititrasi dengan larutan Na2S2O3 yang terpakai 10 ml. pada sampel terakhir
dengan perlakuan yang sama volume Na2S2O3 yang terpakai sebesar 21 ml.
diantara ketiga sampel yang diuji minyak CPO lah yang paling lama
menitrasinya karena CPO bergumbal didasar. Hal tersebut bisa terjadi karena
massa pada minyak lebih besar dibandingkan dengan air sehingga air berada
diatas.
Fungsi larutan kloroform adalah untuk melarutkan minyak sehingga
minyak dapat larut dengan baik, asam asetat glacial berfungsi untuk
menghidrolisis asam lemak dari minyak, fungsi pemanasan disini brfungsi
untuk menjernihkan CPO yang masih mengandung banyak larutan larutan zat
pengotor sampai sampel jernih. larutan KI berfungsi sebagai pereaksi
39
? ?? ? ? ? ?? ? ? ?? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?
? ?? ? ?? ? ? ? ?
Dari rumus tersebut maka didapat bilangan peroksida CPO sebesar 0,026
meq/g` bilangan peroksida minyak jelantah sebesar 4x10-3 meq/g sedangkan
bilangan peroksida pada minyak jagung sebesar 0,016 meq/g. semakin tinggi
angka peroksida yang dihasilkan suatu lemak atau minyak maka lemak atau
minyak telah mengalami oksidasi, tetapi pada angka yang rendah belum
menentukan minyak menunjukkan kondisi oksidasi yang dini.
Peroksida dapat mempercepat proses timbulnya bau tengik dan flavor
yang tidak dikehendaki dalam bahan pangan. Perubahan warna terjadi dalam
sampel menunjukkan proses titrasi telah melewati titik ekivalen yang telah
mencapai titik akhir titrasi. Pada proses ini terjadi redoks itu:
I2(aq) + 2 S2O32-(aq)
41
42
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan,M., triatno MA dan A. Rahayu. 2003. Analisis pangan; penentuan
peroksida dan asam lemak bebas pada minyak kedelai dengan variasi
menggoreng. Semarang. JSKA volume VI no 3.
Maharani,D,M., N, Bintaro dan B. Rahardjo.2012. kineyika perubahan ketengikan
kacang selama proses penyimpanan. Malang. Jurnal Agritech volume 32
no 1.
Setiadji .2007. kimia organic. Jember. FTP UNEJ
Sunarko. 2008. Petunjuk praktis bududaya dan pengolahan kelapa sawit. Jakarta.
Agromedia pustaka.
Winarno,F,G. 1997. Kimia pangan dan gizi. Jakarta. Gramedia
43
Perhitungan
Dik: N Na2S2O3 = 0.01 N
V blanko = 8 ml
V CPO = 21 ml
V minyak jagung = 16 ml
V minyak jelantah = 10 ml
Gram sampel = 5 gr
Dit: bilangan peroksida cpo
bilangan peroksida minyak jagung
bilangan peroksida minyak jelantah
penyelesaian :
CPO
BP =
? ? ? ? ? ? ? ? ?? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?
BP =
? ? ? ?? ? ? ? ? ,? ? ?
? ? ? ? ?? ? ? ? ?
? ? ?
BP = 0,026 meq/ gr
Minyak jagung
BP =
? ? ? ? ? ? ? ? ?? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?
BP =
? ? ? ?? ? ? ? ? ,? ? ?
? ? ? ? ?? ? ? ? ?
? ? ?
BP = 0,016 meq/ gr
Minyak jelantah
44
BP =
? ? ? ? ? ? ? ? ?? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?
BP =
? ? ? ?? ? ? ? ? ,? ? ?
? ? ? ? ?? ? ? ? ?
? ? ?
BP = 4 10-3 meq/ gr
45
PERCOBAAN IV
PENENTUAN ANGKA IOD
I. Tujuan
Untuk mengetahui sifat minyak berdasarkan besarnya angka iod
II. Landasan Teori
Dalam keseharian lemak biasa disebut minyak. Dapat disebut lemak, bila
pada suhu kamar dalam keadaan padat, sedangkan berbentuk cair, maka disebut
minyak. Terdapat lemak yang baik dikonsumsi, ada pula jenis lemak yang
sebaliknya dihindari sama sekali. Jenis lemak yang baik untuk dikonsumsi
adalah lemak tak jenuh. Lemak yang tidak baik untuk dikonsumsi adalah lemak
jenuh. Unsur utama dalam minyak adalah lemak, yang dikelompokkan menjadi
tiga jenis. Lemak jenuh adalah lemak yang sulit diuraikan menjadi unsur-unsur
lain. Lemak jenuh hanya memiliki ikatan tunggal di antara atom-atom karbon
penyusunnya. Lemak jenuh bersifat lebih stabil daripada lemak tak jenuh.
Lemak jenuh umumnya berhubungan dengan kolesterol. Kebanyakan atau
terlalu sering mengkonsumsi lemak ini akan berakibat buruk pada kesehatan.
Bermacam-macam penyakit dapat terjadi akibat penimbunan lemak jenuh.
Lemak Jenuh dapat menaikkan HDL (High Density Lipoprotein atatu kolesterol
baik) dan juga LDL (Low Density Lipoprotein atau kolesterol jahat). Lemak
jenuh terdapat dalam produk hewani. Semaki banyak konsumsi lemak jenuh,
maka akan semakin tinggi kadar kolesterol dalam darah. Contoh makanan yang
mengandung lemak jenuh adalah susu murni, keju berlemak, cokelat, daging,
kelapa, mentega, hati, ayam. Disamping efek buruk yang ditimbulkan lemak
jenuh. Menurut Kataren (2008), mernyata di sisi lain memiliki keuntungan yaitu
:
a.
Lemak jenuh melindungi hati dari alcohol dan racun lainnya, seperti
Tylenol.
46
Lemak jenuh pada minyak kelapa merupakan lemak jenuh alami yang
tidak mudah teroksidasi oleh panas dan jarang menimbulkan reaksi inflamasi
pada tubuh. Minyak kelapa berbeda dengan lemak jenuh lain pada daging atau
tanaman lain. Minyak kelapa mengandung medium-chain fatty acids yang
merangsang
metabolisme,
melindungi
jantung
dan
pembuluh
darah,
47
48
aldehid, keton, dsb). Uji peroksida ini pada dasarnya mengukur kadar
senyawaan peroksida yang terbentuk selama proses oksidasi. Cara ini biasa
diterapkan untuk menilai mutu minyak tetapi cara ini sangat sulit diterapkan
untuk jenis makanan (Agusnar, 2008).
49
50
Di tambah 0,1-0,5 gr
CHCl3 atau CCl4
Ditambah 20 ml
Di masukan dalam gelas kimia
Di tutup dan digoyang sampe melarut
Larutan wijh
Di tambah 25 ml
KI 1,5 %
Di tambah 20 ml
Aguades
Di tambah 100 ml
Na2S4O3 0,1 N
Di titrasi
Dilihat tanda dengan hilangnya warna coklat
Larutan kanji
Ditambah 2 tetes
Di lanjutkan titrasi sampai akhir
Di catat volume yang
Hasil
51
3.2.2 Blanko
Aquades
Di tambah 0,1-0,5 gr
CHCl3 atau CCl4
Ditambah 20 ml
Di masukan dalam gelas kimia
Di tutup dan digoyang sampe melarut
Larutan wijh
Di tambah 25 ml
KI 1,5 %
Di tambah 20 ml
Aguades
Di tambah 100 ml
Na2S4O3 0,1 N
Di titrasi
Dilihat tanda dengan hilangnya warna coklat
Larutan kanji
Ditambah 2 tetes
Di lanjutkan titrasi sampai akhir
Di catat volume yang
Hasil
52
Hasil
Perlakuan
Hasil
a. Blanko
Warna
berubah
menjadi
coklat pekat
ditambah 4 ml larutan
KI dan 20 ml aquadest
Ditambah 4 ml larutan
KI dan 20 ml aquadest
Dititrasi
dengan
VNa2S2O3 0,1 N
Larutan
berubah
warna
ml
CHCI3
Larutan
pudar
digoncang
53
berwarna
kuning
Larutan
berwarna
coklat
pekat
Ditambah 4 ml larutan
KI dan 20 ml aquadest
Dititrasi
Berwarna
kehitaman
dan
pekat
dengan
VNa2S2O3 0,1 N
Warna
coklat
pekat
terdapat
dan
endapan
Warna
larutan
bening
kekuningan
4 ml CHCI3 digoncang
Ditambah 4 ml larutan
Warna
KI dan 20 ml aquadest
Dititrasi
dengan
Ditambah
menjadi
VNa2S2O3 0,1 N
berubah
7 ml
tetes
larutan kanji
Warna
larutan
merah
54
4.2
Pembahasan
Pada percobaan penentuan angka iod ini yang bertujuan untuk
menentukan besarnya angka iod pada suatu minyak atau lemak. Bilangan
iodin dinyatakan sebagai jumlah gram iod yang diserap oleh 100gram minyak
atau lemak pada kondisi pengujian. Ikatan rangkap yang berada pada lemak
jenuh akan bereaksi dengan iodin atau senyawa-senyawa iodin dalam jumlah
yang besar.
Pada praktikum ini fungsi penambhan kloroform kedalam minyak adalah
untuk melarutkan minyak tersebut, sebab minyak hanya dapat larut dalam
pelarut organik seperti kloroformkarna minyak dan klorofom memiliki
kepolaran yang sejenis yaitu non polar. Selanjutnya larutan ditutp dan
dibiarkan sebentar , hal ini dibiarkan sebentar adalah untuk mencegah
terjadinya otooksidasi radikal asam lemak akibat faktor percepatan.
Pada percobaan ini dengan menambahkan 5ml larutan Wijs diamana
larutan berwarna ungu kehitaman. Larutan yang didalam erlenmeyer tadi
langsung mengalami perubahan warna dari bening menjadi ungu kehitaman.
Dalam praktikum ini pengukauran bilangan iod ada denga 2 metode diaman
pada praktikum ini digunakan larutan Wijs. Prinsip penentuan bilangan iodin
dengan metode Wijs adalah penambhan lariutan iodin monoklorida dalam
campuran asam asetat dan karbon tetraklorida kedalam sejumlah sampel yang
akan diuji. Setelah waktu stamdar untuk reaksi penentuan dari halogen yang
berlebih dengan penambhan larutan kalium iodide. Kalaupun pada praktikum
tidak dilakukan metode hanus namun ada sedikit penjelasan tentang metode
Hanus, prinsipnya penambahan larutan iodin bromida dalam campuran asam
asetat dan karbon tetraklorida kedalam jumlah tertentu dalam sampel.
Pada percobaan ini dengan penambahan 4ml KI dan 20 ml aquades,
larutan didalam erlenmeyer tetap berwarna hitam dan ada warna kekuningkuningan. Selanjutnya dititrasi dengan natrium tiosulfat 0,1N. Larutan natrium
tiosulfat termasuk dalam larutan baku sekunder oleh karena itu larutan yang
akan digunakan dalam titrasi perlu di standarisasi terlebih dahulu. Hal ini
55
akan
HSO3- + S-
HS2O3+2-
dimasukkan
kedalam
erlenmeyer.didalam
erlenmeyer
timbul
56
57
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa :
- sifat minyak berdasarkan besarnya angka iod ialah
angka iod minyak jelantah : -76,2 gram
angka iod minyak jagung : -12,7 gram
angka iod minyak CPO : 12,7 gram
5.2
Saran
Adapun saran pada percobaan ini ialah agar praktikan lebih memahami
prosedur serta bahan yang telah digunakan agar sesuai dengan praktikum dan
berjalan dengan lancar.
58
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, R, 2004. Kimia Pangan Edisi I. Jakarta; Erlangga.
Agusnar, H. 2008. Petunjuk Analisa Pengendalian Minyak dan Lemak. Jakarta;
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Ketaren, S., 2008. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta; UI Press.
Kristianingrum ,S., dan S. Handayani. 2005. Penentuan Angka Iod Minyak Jagung
dan Minyak Kelapa Sawit dengan Metode Wijs dan Hanus. Jurnal Kimia.
ISSN 1412.8691.
Simpen, I.,W, 2008. Isolasi Cashew Nurshell dan Kajian beberapa sifat fisika.
Jurnal Kimia 2. ISSN 1907.9850
59
LAMPIRAN
-Gambar pengamatan
60
PERCOBAAN V
PENENTUAN ANGKA REICHERT MEISSL
I. Tujuan
Untuk mengetahui sifat minyak dengan penentuan besarnya angka reichert
meissl.
II. Landasan teori
Bilangan reichert meissl adalah jumlah milliliter larutan KOH 0,1 N yang di
perlukan untuk memetralkan asam lemak yang mudah menguap dan dapat larut
dalam air. Cara penetapan bilangan reichert meissl dengan memanasi larutan
KOH dalam gliserol sampai terjadi penyabunan yang sempurna. Campuran
kemudian diasamkan dengan asam sulfat pekat kemudian di destilasi disaring dari
asam asam yang larut dalam air terdapat pada sisa sisa saringan yang dinetralkan
dengan mempergunakan larutan KOH 0,1 N asam lemak yang mudah menguap
adalah deretan sam lemak yang terdiri dari asam butirat dan ministrant(Ketaren,
1989).
Asam lemak yang mudah menguap dan mudah larut dalam air adalah yang
berantai karbon 4-6. Asam lemak dapat digolongkan berdasarkan berat molekul
dan derajat ketidakjenuhan. Keduannya akan mempengruhi sifat kelarutan dalam
air. Kemampuan asam lemak untuk menguap dan kelarutan garam. Garamnya
dalam alcohol dan air. Asam lemak dengan aatom c lebih dari 12 tidak larut dalm
air dingin maupun air panas. Asam lemak yang mempunyai berat molekul yang
tinggi dan jenuh molekul molekul lemak yang mengandung radikal asam lemak
tidak jenuh mengalami oksdasi dan ketengikan. Bau tengik yang tidak sedap
dissebabkan pembentukan senyawa senyawa hasil pecahan hidroperoksida.
Menurut teori yang disampaikan kini masih dianut oleh atom hydrogen yang
terkait pada suatu atom karbon yang letaknya disebelah atom karbon yang
mempunyai ikatan rangkap dapat disingkirkan oleh suatu momentum energy
sehingga membentuk radikal bebas. Kemudian radikal ini dengan peroksida
unsure yang dapat membentuk peroksida yang bersifat tidak stabil. Dan mudah
pecah menjadi senyawa dengan rantai karbon yang lebih pendek oleh radiasi
energy tinggi energy panas katalis garam atau enzim. Senyawa dengan rantai c
61
pendek inindalah asam asam lemak aldehid dan keton yang bersifat volatile (
winarno,1997).
Angka reichert meissl dinyatakan sebagai ml NaOH 0,1 N yang digunakan
untuk menetralkan asam lemak yang menguap dan larut dalam air yang diperoleh
dari penyulingan 5 gram minyak atau lemak pada kondisi tertentu . angka reichert
meissl menunjukkan jumlah asam lemak yang dapat larut dalam air dan mudah
menguap( Ralf, 1986).
Minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk kelompok lipid.
Satunsifat yang khas yamg menentukan lipid adalah daya larutnya dalam pelarut
organik misalnya ester, benzene, dan kloroform. Atau ketidaklarutan dalam
pelarut polar. Dalam teknologi makanan minyak berperan penting karena minyak
dan lemak memiliki titik didih yang tinggi. Maka bias digunakan untuk
menggoreng makanan. Maka sebagian besar air yang terkandung dalam makanan
akan hilang. Minyak dan lemak member rasa gurih karena kandungan proteinnya.
Minyak memiliki aroma yang spesifik(ramdja,dkk. 2010).
Minyak kasar hasil ekstraksi selalu menghasilkan asam lemak sebagai asam
lemak hasil aktifasi enzim lipase terhadap gliserida selama minyak disimpan.
Semakin besar asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak tersebut maka
kualitas minyak makin rendah. Minyak yang disimpan dalam keadaan tidak baik
maka angka asamnya akan meningkat sehingga mempengaruhi kualitas
minyak(Ketaren dan Andika, 2009).
Angka reichert meissl yang didapat pada percobaan ini dengan ketetapan
standar nasional Indonesia menunjukkan kesamaan .Hal ini menunjukkan bahwa
sampel yang digunakan mempunyai kualitas dan mutu yang baik dan aman
dikonsumsi.Hal ini juga menunjukkan bahwa kandungan asam lemak yang mudah
menguap serta larut dalam alcohol dalam jumlah yang sedikit didalam
sampel.Asam lemak yang terdapat dalam sampel masih dapat dinetralisir. Angka
yang didapat juga dapat menentukan kadar asam lemak yang volatile dari
62
percabaan yang dilakukan diketahui bahwa asam lemak yang volatile terdapat
dalam jumlah yang sedikit dalam sampel.
Angka reichert meissl yang tinggi mempunyai kualitas yang buruk Semakin
tinggi nilai reichert meissl maka mutu maupun kualitas minyak yang diuji akan
semakin buruk hal ini disebabkan semakin tinggi angka reichert meissl maka akan
semakin banyak asam lemak yang terdapat dalam sampel tersebut apabila dalam
sampel mempunyai kadar asam lemak yang tinggi maka asam lemak yang
mempunyai ikatan rangkap akan peka terhadap proses oksidasi dan pembentukan
radikal bebas yang tentunya dapat membahayakan kesehatan manusia.Jadi pada
percobaan ini didapatkan hasil angka reichert meissl yang cukup besar yaitu
56,76mg/ml yang menunjukkan asam lemak yang tidak jenuh mempunyai
kandungan yang cukup besar sehingga tidak layak untuk dikonsumsi.Hal ini
sebenarnya berbanding terbalik dengan minyak yang digunakan karena pada
percobaan ini praktikum menggunakan minyak yang murni dan aman untuk
dikonsumsi.Maka dari percabaan ini praktikum memberikan beberapa faktor yang
membuat angka BRM yang didapat besar seperti kesalahan dalam penyimpanan
sampel seperti tidak dilakukannya penutupan sehingga terjadinya proses oksidasi
terhadap lingkungan sekitar yang dipercepat dengan adanya pengaruh dari cahaya
matahari,oksigen, karbondioksida,nitrogen dan faktor lainnya seperti gelat tak
terpastikan. Uji kuantitatif melalui perhitungan bilangan peroksida bilangan asam
bilangan penyabunan dan angka reichert meissl dilakukan uji kuantitatif untuk
mengidentifikasi kandungan lipid dan suatu bahan berdasarkan sifat sifat lipid
secara umum misalnya menimbulkan bercak pada kertas dilakukan melalui bercak
minyak sampai mengandung lipid bila dilarutkan pada kertas saring akan
menimbulkan bercak minyak pada kertas saring(harlina,2004).
63
III.
Prosedur percobaan
3.1 alat dan bahan
3.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah
aluminium foil, buret, erlemnyer, klem serta statif
3.1.2 bahan
adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu asam
sulfat 20%, indicator fenalftalein, larutan gliserol dan NaOH 0,1
N
64
65
HASIL PENGAMATAN
0,5 CPO dipanaskan + 2ml soda Warna larutan orange dan kental setelah
gliserol
titran 13 ml
HASIL PENGAMATAN
0,5 minyak jagung dipanaskan + Warna larutan kuning dan kental setelah
2ml soda gliserol
Warna
larutan
berubah
kuning
kecoklatan
4
titran 2 ml
HASIL PENGAMATAN
66
titran 1 ml
4.1.4. Blanko
NO PERLAKUAN
1
HASIL PENGAMATAN
67
4.2 Pembahasan
Pada prcobaan kali ini yaitu tentang penentuan angka Riechert Missel
yang bertujua untuk mengetahui minyak dengan penentuan besar nya angka
Riechert Missel dimana pada percobaan ini praktikan menggunakan beberapa
sampel minyak yang akan di uji untuk mengetahui sifat minyak tersebut. Sampel
minyak yang digunakan berupa minyak CPO , minyak jelantah ,minyak jagung
serta dilakukan uji perbandingan dengan blanko.
4.2.1. minyak CPO
Pada percobaan ini praktikan menggunakan 0,5 g minyak cpo ditambah
2ml larutansoda gliserol warna menjadi jernih saat proses pemanasan setelah itu
ditambahkan dengan 13,5 ml air dan 0,5 ml H2SO4 20% warna larutan tersebut
berubah mejadi putih susu dan terdapan sedikit endapan. Setelah itu dilakukan
destilasi hasil yang didapat warna keruh kemudian ditambahkan 10 ml aquades
sehingga terbentuk 2 lapisan dimana lapisan atas berupa larutan air dan bagian
bawah berupa residu , kemudian ditambahkan dengan 3 tetes indikator pp dimana
indikator pp berfungsi sebagai mempercepat proses titrasi .selnjutnya dititrasi
dengan NaOH 0,1N , hasil titrasi diperoleh sebesar 13 ml. Dari hasil titrasi pada
percobaan ini diketahui dengan adanya perubahan warna pada titik akhir titrasi
menjadi warna pink , perubahan titran menunjukkan bahwa titrasi telah mencapai
titik akhir titrasi atau titik eqiuvalen yang terkandung dalam asam yang terdapat
dalam sampel minyak seperti asam lemak yang mudah menguap dan mudah larut
dalam
air
(biasanya
mempunyai
rantai karbob
4-6)
sudah
mencapai
sabun
dalam
minyak
68
dan
pemanasan
berfungsi
untuk
69
/kap/05/2006. Tentang lemak dan minyak nabati dan hewani menyatakan bahwa
nilai richert missel minyak kelapa sawit kasar yang belum dimurnikan sebesar
5,2-6,5.
70
5.2 Saran
Diharapkan untuk percobaan praktikan agar lebih kompak lagi dalam
melakukan percobaan agar didapat hasil yang sesuai.
71
DAFTAR PUSTAKA
Harlina,2004. Lemak dan minyak. Medan : usu
Ketaren,s.1986. pengantar teknologi minyak dan lemak pangan. Edisi 1. Jakarta:
ui press
Ketaren dan andika,G, 2009. Optimasi proses ekstraksi minyak kacang tanah
dengan pelarut N- heksana. Jurnal teknologi. Vol.2 no.1
Ralf, J,F. 1986. Organic chemistry. Calivornia : university of Montana
Winarno, f,G. 1997. Kimia pangan dan gizi. Jakarta: gramedia
72
LAMPIRAN
A. Perhitungan
1.Minyak CPO
Diket = V titrasi = 13 ml
V titrasi blako = 23 ml
Ditanya = BRM.....?
Jawab : BRM = 1,1 (V ts V tb)
=1,1 ( 13-23)
=1,1 (-10)
=-11
2.Minyak jagung
Diket = V titrasi = 2 ml
V titrasi blako = 23 ml
Ditanya = BRM.....?
Jawab : BRM = 1,1 (V ts V tb)
=1,1 ( 2-23)
=1,1 (-21)
= -23,1
1.Minyak CPO
Diket = V titrasi = 13 ml
V titrasi blako = 23 ml
Ditanya = BRM.....?
Jawab : BRM = 1,1 (V ts V tb)
=1,1 ( 1-23)
=1,1 (-22)
= -24,2
73
LAMPIRAN
-- GambarPercobaan
Blanko
+13.5 ml air + 0.5 ml H2SO4
+3
tetesind.ppdititrasidenganNa
Blanko
0.5 ml aquades + 2 ml
larutan soda +
gliserollaludipanaskan
Sampel
Sampel
Destilat + 10 ml aquades
+ ind.Pp 3
tetesdandititrasidenganN
aOH 0.1 N
Hasiltitrasi
CPO
MinyakJe
lantah
MinyakJ
agung
74
PERCOBAAN VI
PENENTUAN ANGKA POLENSKE
I.
Tujuan
1. Untuk mengetahui sifat minyk berdasarkan angka polenske.
2. Untuk mengetahui kadar asam lemak yang menguapdan tidak larut dalam
air tetapi larut alkohol.
3. Ekspostasi CPO yang mempunyai rantai karbon 8-14 atom.
75
III.
Prosedur Percobaan
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat
Adapun alat yang digunak pada percobaan ini yaitu aluminium
foil, buret, corong pisah, erlenmeyer, statif dan klem.
3.1.2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu
aquadest, alkohol 95%, indikator fenolftalein dan NaOH 0,1 N.
77
Hasil
78
IV.
Hasil
Perlakuan
Hasil
1. CPO
Ditimbang residu +
erlenmeyer
Residu + alkohol 40 mL +
indikator pp 3 tetes
Dititrasi dengan NaOH 0,1 N
2. Minyak Jagung
Ditimbang residu +
erlenmeyer
Residu + alkohol 40 mL +
indikator pp 3 tetes
Dititrasi dengan NaOH 0,1 N
kuning
keruh,
terdapat
endapan jernih
Warna putih kemerah jambuan
pada volume 1 mL
3. Minyak Jelantah
Ditimbang residu +
erlenmeyer
Residu + alkohol 40 mL +
indikator pp 3 tetes
warna
menjadi
bening,
79
4.2. Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan penentuan angka polenske untuk mengetahui
sifat dan mutu minyak CPO. Minyak jagung dan minyak jelantah yang digunakan
sebagai sampel. Pada percobaan ini perlakuan awal yaitu residu yang sudah
didapat pada praktikum penentuan angka reichert-meissl ditimbang. Berat residu
untuk minyak CPO sebesar 0,90 gram, berat residu minyak jagung sebesar 1,23
gram dan untuk berat residu pada minyak jelantah didapatkan sebesar 4,47 gram.
Kemudian dari masing masing sapel ditambahkan 40 mL alkohol 95%, alkohol
disini digunakan untuk melarutkan minyak, selanjutnya ditambahkan indikator
fenolftalein (pp) yang berfungsi untuk mengetahui terjadi nya satu titik ekuivalen
dalam prosesnya penitrasian dengan terjadinya perubahan warna dari bening
menjadi merah muda. Setelah itu dilanjutkan dengan titrasi menggunakan larutan
NaOH 0,1 N yang berfungsi untuk merubah larutan menjadi suasana basa. Dari
percoban yang dilakukan menggunakan metode titrasi didapatkan hasil titrasi
terhadap sampel minyak jelantah sebesar 8 mL. Hasil titrasi pada percobaan ini
diketahui dengan adanya perubahan warna pada titik akhir titrasi menjadi warna
pink dan terdapat butiran minyak pada bagian bawah. Perubahan warna yang
dihasilkan menunjukkan titran dan titrat mencapai titik ekuivalen yang
menyatakan kandungan asam yang terdapat dalam masing masing sampel
minyak seperti asam lemak mudah menguap dan tidak larut dalam air tetapi larut
dalam alkohol yang diperoleh dari hasil destilasi dan didapatkan residu untuk
minyak CPO sebesar 0,90 gram, minyak jagung sebesar 1,23 gram dan untuk
minyak jelantah sebesar 4,47 gram. Minyak atau lemak, sudah mencapai
kesetimbangan (netral) terhadap perubahan senyawa basa 0,1 N karena pada
prinsipnya suatu asam dan basa dalam keadaan yang setimbang akan mencapai
netral, sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah sampel yang larut dalam
air setelah dilakukan destilasi.
Volume
titrasi
yang
didapatkan
dari
titrasi
sampel
kemudian
80
NaOH 0,1 N yang diperlukan untuk melarutkan atau menetralkan asam lemak
yang menguap dan tidak larut dalam air tetapi larut dalam alkohol.
Angka polenske yang didapat pada percobaan ini menunjukkan angka
polenske yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sampel yang digunakan
mempunyai kualitas dan mutu yang baik dan aman untuk dikonsumsi. Hal ini juga
menunjukkan bahwa kandungan asam lemak yang mudah menguap serta larut
dalam alkohol dalam jumlah yang sedikit didalam sampel, asam lemak dalam
sampel masih dapat dinetralisir.
Angka polenske yang tinggi mempunyai kualitas minyak yang buruk,
semakin tinggi angka polenske maka mutu maupun kualitas minyak yang diuji
akan semakin buruk. Hal ini disebabkan semakin tinggi angka polenske maka
semakin banyak asam lemak yang terdapat didalam sampel minyak tersebut.
Apabila dalam sampel mempunyai kadar asam lemak yang tinggi maka asam
lemak yang mempunyai ikatan rangkap akan peka terhadap proses oksidasi dan
pembentukan radikal bebas yang tentunya dapat membahayakan kesehatan
manusia. Jadi pada percoban ini didapatkan angka polenske yang rendah dan
mendekati angka standar atau standar nasional indonesia (SNI) untuk angka
polenske yaitu sebesar 10 yang menunjukkan asam lemak tidak jenuh mempunyai
kandungan yang tidak terlalu besar sehingga sampel minyak yang digunakan
layak untuk dikonsumsi.
81
5.2. Saran
Sebaiknya pada pratikum lebih ditingkatkan lagi ketelitian dan
kedisiplinannya dalam melakukan pratikum untuk selanjutnya.
82
DAFTAR PUSTAKA
Hayati, R. 2009. Perbandingan Susunan dan Kandungan Asam Lemak Kelapa
Muda dan Kelapa Tua (Cocos rucifera L.) Dengan Metode Gas
Kromatografi. J.Floratek. Vol. 4.
Ketaren, G. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI Press.
Panangan, T. T., Heri, Y., dan Mila, W. 2012. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif
Asam Lemak Tak Jenuh Omega-3, Omega-6 dan Karakterisasi Minyak
Ikan Patin (Pangasius Pangasius). Jurnal Penelitian Sains. Vol. 15. No.
3.
Sudarmadji, S. 1989. Analisa Bahan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty
Yogyakarta.
Winarno, F. G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
83
LAMPIRAN
Perhitungan
Diketahui
Ditanya
= 7 mL
= 1 mL
= 8 mL
: N NaON
= 0,1 N
: angka polenske ?
Penyelesaian :
1. Minyak CPO
Angka polenske
= 10 x V x N
= 10 x 7 mL x 0,1 N
=7
2. Minyak jagung
Angka polenske
= 10 x V x N
= 10 x 1 mL x 0,1 N
=1
3. Minyak jelantah
Angka polenske
= 10 x V x N
= 10 x 8 mL x 0,1 N
=8
84
LAMPIRAN
-- GambarPercobaan
85
PERCOBAAN VII
PENENTUAN KADAR AIR DALAM MINYAK
I. Tujuan
Untuk mengetahui banyaknya air yang ada dalam minyak.
86
metanol
yang
menghasilakan
biodisel,
sedangkan
kandungan
b.
c.
Asam lemak bebas juga terbentuk karena adanya enzim lipase yang dapat
menghidrolisis suatu mnyak netral dari trigaserolida pada suatu saat minyak masih
berada dalam suatu jaringan pada daging kelapa yang sudah tua sehingga aktifitas
suatu enzim lipase sudah berkurang dalam menghidrolisis minyak akibatnya asam
lemak dari lipase akibat asam lemak bebas menunjukkan banyaknya jumlah
NaOH yang digunakan untuk menetralkan suatu asam lemak bebas berdasarkan
87
molekulnya dari asam lemak bebas. Minyak kelapa mengandung asam lemak
yang cukup tinggi dibandingkan dengan asam-asam lemak yang lainnya, sehingga
jumlah asam lemak yang diudara akan diketahui. Sama halnya jika suatu kadar
asam lemak yang tinggi maka sabung yang akan terbentuk pada proses dengan
katalis basa akan mempengaruhi dari pemurniannya (fachry dkk, 2007).
Minyak mampunyai aroma semakin tajma dan warna semakin gelap pada
pengulangan penggorengan yang akan semakin banyak. Komponen-komponen
yang dihasilkan dari suatu reaksi-reaksi yang terjadi selama penggorengan yang
akan semakin banyak. Selama penggoregan suatu senyawa komponen-komponen
tersebut akan bersama pada suatu minyak sehingga suatu minyak akan
menimbulkan rasa pada pengulangan penggorengan dapat menghasilkan suatu
persamaan ataupun persenyawaan yang nantinya akan mengalami proses
penguapan. Komponen yang terdapat dalam suatu persenyawaan yang dapat
menimbulkan proses penguapan terdiri dari alkohol, ester, laktan aldehid dan
suatu senyawa aromatik. Umlah dari suatu oersenyawaan yang jumlahnya
dominan adalah aldehid yang merupakan termasuk kedalam suatu di-enal yang
dapat mempengaruhi bau khas (Aminah, 2010).
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam suatu bahan yag
dinyatakan dalam suatu persen. Kadar air juga merupakan suatu karakteristik yang
sangat penting dalam suatu bahan pangan dikarenakan air yang sangan
mempengaruhi suatu penampakan tekstur serta ikut mentukan kesegaran dan daya
awet dari suatu bahan pangan tersebut. Kadar air menyebabkan memudahkannya
bakteri, kapang dan khamir untuk berkembang baik sehingga akan terjadi suatu
perubahan dari suatu bahan pangan tersebut. Faktor yang mempengaruhi suatu
pengeringan yaitu dimana pengering yang termaksud golongan ini adalah suhu
dimana semakin tinggi suhu udara maka pengeringan akan semakin cepat.
Kecepatan aliran udara mempengaruhi dimana karena semakin cepat udara maka
pengeringan akan semakin cepat pula, kelembapan udara dikarenakan semakin
lembab udara maka proses pengeringan akan semakin cepat pula terjadinya pada
suatu bahan (ketaren, 1986).
88
89
90
HASIL
1. Sampel CPO
Ditimbang sampel
11,2 %
Ditimbang sampel
Berat sampel : 5 gr
31,4 %
Ditimbang sampel
Berat sampel : 5 gr
16,2 %
91
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan bertujuan untuk menentukan kadar airr yang
terkandung didalam minyak sampel yang digunakan. Pada perlakuannya
praktikan menggunakan beberapa contoh sampel yaitu CPO, minyak jagung
dan minyank jelanta, bervariasinya penggunaan sampel minyak ini agar
nantinya praktikan dapat membandingkan sampel mana yang memiliki kualitas
yang baik berdasarkan dari hasil perhitungan kadar air yang nantinya akan
dilakukan. Kadar air itu sendiri merupakan banyaknya air yang terkandung
didalam suatu bahan dan akan dinyatakan dengan satuan persen.
Penentuan kadar air itu sendiri dilakukan untuk mengetahui kualitas
ataupun mutu dari sampel yang digunakan dikarenakan kerusakan minyak
dapat terjadi ataupun dipercepat dengan adanya air yang terkandung
didalamnya dimana air yang terkandung didalam minyak dapat dijadikan
sebagai media tumbuh dari mikroorganisme yang nantinya akan menghidrolisis
minyak sehingga kerusakan pada minyak makin meningkat sedangkan mutu
dari minyak tersebut akan semakin menurun.
Pada perlakuannya sampel terlebih dahulu dipanaskan ataupun dioven hal
ini bertujuan agar air yang terkandung didalam sampel dapat terlepas dengan
mudah dari ikatannya dan nantinya akan menguap keudara. Lalu dilakukan
pendinginan hal ini bertujuan agar pada saat penimbangan data berat sampel
yang diperoleh menjadi berat yang konstan. Kemudian ditentukan kadar air
yang diperoleh dari masing-masing sampel yang digunakan.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat diketahui kadar air pada sampel
yang digunakan yaitu: CPO 11,2 %, minyak jagung 31,4 % dan minyak jelanta
16,2 %. Hasil yang didapat oleh praktikan sangat jauh berbeda dengan hasil
yang seharusnya dimiliki oleh sampel, berdasarkan SNI masing-masing sampel
yang digunakan yang dilihat dari kandungan kadar air yang seharusnya dimiliki
oleh sampel minyak, yaitu :
1. CPO berdasarkan SNI 01-2901-2006 dengan kadar air yang seharusnya
yaitu maksimal 0,5 %.
2. Minyak jelanta berdasarkan SNI -3741-1995 dengan kadar air yang
seharusnya yaitu maksimal 0,3 %.
92
93
5.2 Saran
Dalam melakukan percobaan diaharapkan lebih teliti dan lebih cermat lagi
agar tidak salah dalam menentukan hasil akhir dari setiap perlakuan.
94
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, S dan joko, T.I. 2010. Praktek penggorengan dan mutu minyak goreng
sisa pada rumah tangga di RT V RW III kidung mutu tembalung
semarang. Jurnal prosiding seminar nasional unimus.
Birowo dan Ketaren dalam Suirta, I.T. 2009. Preparasi biodisel dari minyak
jelantah kelapa sawit. Jurnal kimia B (1).
Fachry, H.A.R., Arta dan F. Dewi. 2007. Pengaruh pemanasan dan derajat
keasaman emulsi pada pembuatan minyak kelapa. Jurnal teknik kimia.
Vol 1(1).
Ketaren, S. 2005. Pengantar minyak dan lemak pangan. Jakarta. UI Press.
Sudarmadji, S. 1997. Proses analisa untuk bahan makanan dan
pertanian. Yogyakarta. Liberty.
Winarno, F.G. 1997. Kimia pangan dan gizi. Jakarta. Gramedia
95
LAMPIRAN
A. Perhitungan
Diketahui : Berat sampel awal
a. CPO
: 5,1 gr
b. Minyak jagung
: 5 gr
c. Minyak jelantah
: 5 gr
: 3,43 gr
c. Minyak jelantah
: 4,19 gr
=
=
? ? ? ? ? ? ? ? ?? ? ? ?? ? ? ? ? ??
? ? ? ? ? ? ? ?
? ? ? ? ? ,? ? ? ?
? ? ?
=
11,2%
b. Kadar air minyak jagung
Minyak jagung
=
=
=
? 100%
? 100%
? ? ? ? ? ? ? ? ?? ? ? ?? ? ? ? ? ??
? ? ? ? ? ? ? ?
? ? ? ? ? ,? ? ? ?
? ? ?
31,4%
? 100%
? 100%
=
=
=
? ? ? ? ? ? ? ? ?? ? ? ?? ? ? ? ? ??
? ? ? ? ? ? ? ?
? ? ? ? ? ,? ? ? ?
? ? ?
16,2%
96
? 100%
? 100%
B. GambarPercobaan
5 gram minyak CPO
setelahdipanaskandalam
ovendengansuhu 105C
5 gram minyak
Jelantah sebelum
dipanaskandalam
oven
97
PERCOBAAN VIII
PENENTUAN TITIK CAIR DAN BOBOT JENIS
I.
Tujuan
1. Untuk mengatahui bobot jenis dari suatu zat cair dengan menggunakan
alat piknometer
2. Untuk mengetahui banyaknya air yang ada dalam minyak
II.
Landasan Teori
Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat dibanding
dengan volume zat pada suhu tetentu (Biasanya 25oC). Sedangkan rapat jenis
adalah perbandingan antara bobot jenis suatu zat dengan bobot jenis air pada
suhu tertentu (biasanya dinyatakan sebagai 25o/25o, 25o/4o, 4o/4o). Untuk
bidang farmasi, biasanya 25o/25o. Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat
terhadap air dengan volume yang sama ditimbang di udara pada suhu yang
sama. rapat jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam desimal, dari
berat suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama kedua zat
mempunyai temperature yang sama atau temperature yang telah diketahui. Air
digunakan untuk standar untuk zat cair dan padat, hydrogen atau udara untuk
gas. Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat
padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar
karena mudah didapat dan mudah dimurnikan (Ketaren, s, 1986).
Ada beberapa alat untuk mengukur bobot jenis dan rapat jenis, yaitu
menggunakan piknometer, neraca hidrostatis (neraca air), neraca Reimann,
neraca Mohr Westphal Metode Piknometer . Pinsip metode ini didasarkan atas
penentuan massa cairan dan penentuan rungan yang ditempati cairan ini. Ruang
piknometer dilakukan dengan menimbang air. Menurut peraturan apotek, harus
digunakan piknometer yang sudah ditera, dengan isi ruang dalam ml dan suhu
tetentu (20oC). Ketelitian metode piknometer akan bertambah sampai suatu
optimum tertentu dengan bertambahnya volume piknometer. Optimun ini
terletak sekitar isi ruang 30 ml. Ada dua tipe piknometer, yaitu tipe botol dengan
tipe pipet (susila dan sri handayani, 2005).
98
Setiap zat yang ada di muka bumi ini memiliki karakteristik 6 tersendiri.
Karakter-karakter tersebut berbeda dari segi fisik maupun segi kimia. Sifat fisik
adalah sifat zat yang dapat diamati secara langsung, misalnya cairan, padat atau
gas, serta sifat yang dapat diukur seperti massa, volume, warna dan sebagainya.
Sifat kimia meliputi sifat zat yang tidak dapat diamati secara langsung, misalnya
kelarutan zat, kerapatan dan lain- lain. Keadaan bahan secara keseluruhan dapat
di bagi menjadi zat gas, fluida, dan padat. Zat padat cenderung mempertahankan
bentuknya sementara fluida tidak mempertahankan bentuknya dan gas
mengembang menempati semua ruangan tanpa memperdulikan bentuknya.
Fluida termasuk materi yang mengalir yang digunakan dalam hubungan antara
cairan dengan gas ( Matsjeh, 1996 ).
Teori fluida sangat kompleks, sehingga penelusurannya dimulai dari yang
paling dasar yakni dalam penentuan kerapatan dan bobot jenis. Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya bahwa karakteristik suatu zat berbeda satu dengan
yang lain. Demikian pula dengan kerapatan, yang juga merupakan suatu sifat
zat, berbeda untuk setiap zat. Sebagai contoh minyak dan air ketika dicampur
tercipta 2 fasa karena kerapatannya berbeda. Selain itu peristiwa mengapung,
melayang dan tenggelam, merupakan kejadian lazim kita lihat yang dipengaruhi
oleh perbandingan bobot jenis zat-zat tersebut. Untuk mengetahui cara
mengukur bobot jenis dan kerapatan pada beberapa sampel. Di bidang farmasi,
selain bobot jenis digunakan untuk mengetahui kekentalan suatu zat cair juga
digunakan untuk mengetahui kemurnian suatu zat dengan menghitung berat
jenisnya kemudian dibandingkan dengan teori yang ada, jika berat jenisnya
mendekati maka dapat dikatakan zat tersebut memiliki kemurnian yang tinggi.
Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan untuk mengetahui hal tersebut dengan
menggunakan piknometer, maka dilakukanlah percobaan penentuan kerapatan
dan bobot jenis (Poedjiadi, 2007 ).
Ahli farmasi seringkali menggunakan besaran pengukuran kerapatan dan
bobot jenis apabila mengadakan perubahan massa dan volume. Kerapatan
merupakan besaran turunan karena menyangkut satuan massa dan volume pada
temperature dan tekanan tertentu, dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram
99
100
101
3.2.
Skema kerja
3.2.1.
3.2.2.
102
Hasil
1. CPO
A. Penentuan titik cair
-Mencair
- di bekukan
- di timbang
30 menit
46,50 gram
- Mencair
- di bekukan
103
-cpo 5 gram
46,90 gram
3. Minyak Jagung
A. Penentuan titik cair
- Mencair
- di bekukan
- di timbang
30 menit
46,76 gram
104
4.2 Pembahasan
Pada percobaan kali ini kami menentukan titik cair dan bobot jenis dari
sampel minyak . Titik cair minyak merupakan suhu yang tepat tetapi
merupakan kisaran suhu tertentu. Sedangkan bobot jenis merupakan
perbandingan berat dari volume minyak atau lemak pada suhu 25oC dengan
berat air pada volumeda suhu yang sama. Sampel yang kami gunakan pada
penentuan titik cair dan bobot jenis ini yaitu CPO, minyak jagung dan
minyak jelantah. Pada penentuan titik cair dan bobot jenis ni yang tujuan
nya adalah Untuk mengatahui bobot jenis dari suatu zat cair dengan
menggunakan alat piknometer dan Untuk mengetahui banyaknya air yang
ada dalam minyak
a. Sampel CPO
Pada penentuan titik cair pada sampel CPO sebanyak 5 gram. Sampel
harus dicairkan terlebih dahulu dengan aquadest agar CPO yang kental
menjadi agak mencair dan lebih memudahkan sampel CPO masuk kedalam
pipa kapiler kemudian setelah dicairkan sampel dipanaskan dan CPO
menjadi cair dan juga warna menjad agak kemerahan. Kemudian dicelupkan
pipa kapiler dan didinginkan menggunakan es batu agar sampel menjadi
padat. Titik leleh didefinisikan sebagai temperatur dimana zat padat berubah
menjadi cairan. Sampel CPO tepat mencair setelah dicelupkan ke air
mendidih pada suhu 80oC. Jadi titik cair sampel CPO adalah 80oC.
Pada penentuan bobot jenis ini menggunakan piknometer. Pada saat
penimbangan piknometer kosong, piknometer tidak boleh basah karena hal
tersebut akan mempengaruhi hsil penimbangan piknometerkosong yang juga
akan mempengaruhi nilai bobot jenis sampel. Berat piknometer kosong yaitu
23,35 gram. Kemudian piknometer diisi dengan air dan sampel CPO dengan
volume 15 ml : 15 ML. Pada saat pengisian sampel harus melalui bagian
dinding dalam piknometer untuk menghindari terjadinya gelembung udara.
Kemudian direndam selama 10 menit pada suhu 25oC selanjutnya ditimbang
berat akhirnya. Diperoleh berat akhir piknometer yang berisi air dan sampel
105
yaitu 46,50 gram. Dari berat akhir tersebut diperoleh perhitungan bobot jenis
dari sampel CPO sebesar 0,2315.
b. Minyak jelantah
Pada penentuan tiik cair minyak jelantah dilakukan sama seperti
sampel CPO. Namun pada minyak jelantah tidak dicairkan dengan aquadest
karena minyak jelantah sudah berbentuk cair. Sebanyak 5 ml minyak
jelantah dipanaskan kemudian dicelupkan pipa kapiler ke dalamnya dan
minyak pun mulai masuk dalam pipa kapiler. Selanjutnya didinginkan
menggunakan es batu agar minyak jelantah menjadi padat karena titik cair
merupakan temperatur dimana zat padat berubah menjadi cairan. Minyak
jelantah tepat mencair setelah dicelupkan air mendidih pada suhu 98 oC. Jadi
titik cair minyak jelantah adalah 98 oC.
Pada penentuan bobot jenis ini masih sama menggunakan piknometer.
Piknometer kosong yang telah ditimbang diisi air dan minyak jelantah
dengan volume 15 ml : 15 ml. Pada saat pengisian harus melalui bagian
dalam dinding piknometer untuk menhindari masuknya gelembung udara.
Kemudian direndam selama 30 menit dan ditimbang. Diperoleh beratnya
sebesar 46,11 gram. Dari berat akhir tersebut diperoleh perhitungan bobot
jenis dari minyak jelantah sebesar 0.2284
c. Minyak jagung
Pada penentuan titik cair pada minyak jagung sebanyak 5 ml
dipanaskan dan,
106
107
V.
Kesimpulan
Titik cair yang diperoleh pada minyak jelantah lebih besar
dibandingkan sampel CPO, yaitu pada minyak jelantah 98oC dan pada sampel
CPO 80oC. Sedangkan bobot jenis pada sampel CPO yaitu 0,2315, pada
minyak jelantah 0,2284 dan pada minyak jagung 0,2365. Hal ini berarti
minyak jagung memiliki bobot jenis paling besarkemudian sampel CPO dan
yang paling kecil minyak jelantah.
5.2
Saran
Sebaiknya sebelum melakukan praktikum, praktikan harus memahami
108
DAFTAR PUSTAKA
Fatimah, R dan Siswarni MZ. 2013. Pemanfaatan batang jagung sebagai absorben
alternatif pada pengurangan kada klorin dalam air olahan, jurnal teknik
kimia USU, Vol.2(2), 21 maret 2016.
Ketaren, s. 1986. Pengantar teknologi minyak dan lemak pangan. Jakarta. UI
Press.
Matsjeh. 1996. KelapaSawit, Upaya Peningkatan Produktivitas. Yogyakarta:
Kanisius.
Susila dan Sri handayani. 2005. Penentuan angka iod minyak jagung dan minyak
kelapa sawit dengan metode wijs dan hanus, jurnal kimia, ISSN 14128691, 24 maret 2016.
109
LAMPIRAN
-
GambarPercobaan
Penentuan bobot
jenis minyak
5 ml minyak CPO
+aquades
dimasukkan
kedalam
piknometer
Laludibekukandenganba
tuesdandicelupkanpipak
110