Pem Boran
Pem Boran
Pem Boran
PEMBORAN
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
2
Bentuk-Bentuk Pemecahan Batuan
Mekanisme Metode/Cara Mesin
Mechanic Percussion Churn atau cable- tool drill
(Drilling) Drop tool Rock drill, channeler
Hammer Auger atau rotary drill
Klasifikasi
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
Rock
Fusion Subterrence
Freezing (konseptual)
Fluid Jet Hydraulic jet, monitor, canon
Erosion
Bursting
Cavitation
Pellet-impact atau vibraion drill
Implosion drill
Cavitating drll
Attack
Sonic Vibration High-frequensy transducer
Chemical Explosion Shaped charge, capsule projectile
Reaction Rock softener, dissolution
Electrical Electric arc atau Electrofrac drill
current Electron gun
Electron beam Spark drill
Electromagnetic
induction
Light Laser Electromagnetic radiation beam
Nuclear Fission (konseptual)
Fusion (konseptual) 3
Klasifikasi Metode Pemboran
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
4
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
5
Menurut Metode
Perpindahan
Energi
Prinsip
Pemboran
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
6
Variabel Operasi Pemboran Pada
Berbagai Metode
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
7
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
8
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
9
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
10
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
11
Water Well Drill Rotary
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
12
Percussion – Rotary & Retractable Bit
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
13
Tipe Mata Bor
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
14
Tipe Mata Bor
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
15
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
16
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
17
Down The Hole Hammer Drill Bit
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
18
U/G Drill Blast Sequence
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
19
U/G Drilling
Metode & Komponen Pemboran
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
Metode Pemboran:
1. Pengeboran Top Hammer
2. Pengeboran Down-The-Hole (DTH)
3. Pengeboran Rotary
20
SURFACE DRILLING METHODS AND APPLICATIONS
hard rock
Top hammer
soft rock
hard rock
Down the hole
soft rock
hard rock
Rotary tricone
bit
soft rock
hard rock
Rotary drag bit
soft rock
Open pits
Quarries
21
Fungsi-Fungsi Dalam Pengeboran
Batuan
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
22
Teori Penetrasi Pemboran
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
23
Tahap Penghancuran Batuan Pada
Pemboran Rotari Perkusi
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
1. Peremukan sisi-sisi batuan pada daerah kontak dengan bit # Batuan terdeformasi tidak elastis, dengan
penghancuran di permukaan secara tidak beraturan
2. Pembentukan rekahan-rekahan radial yang menyebar dari pusat lubang bor & konsentrasi tegangan
terjadi akibat kontak bit dengan batuan dan lubang bentuk pasak terjadi # Subsurface mikrocracks
terjadi akibat konsentrasi tegangan dan pengukungan pada mata bor/batas batuan yang menyertai
suatu baji, sehingga pecah.
3. Lubang batuan berbentuk pasak digerus # Crack sekunder merambat sepanjang lintasan terhadap
permukaan, membentuk fragmen besar atau chip .
4. Timbul fragment-fragment pada daerah yang berdekatan dengan lubang berbentuk pasak # Partikel
hancuran terdorong akibat gerakan dari mata bor dan aksi pembersihan dari sirkulasi fluida,
menghasilkan suatu crater .
5. Cuttings di tiup keluar.
1 2 3 4 5
25
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
26
Pemboran Rotary Drag-Bit
Tahapan Cutting Bor Rotary Drag-Bit
(Goodrich, 1957 & Maurer, 1967)
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
27
Pemboran Rotary Roller-Bit
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
Bentuk drill rig yang sama dapat dipakai dengan rolling-cutter bit.
Walaupun demikian, geometri roller-bit merupakan campuran dari
aksi pemotongan, suatu kombinasi dari perkusi dan rotary (Simon,
1956).
Pada saat bit berputar, cutting teeth yang menempel pada masing-
masing rotating cone secara bergantian menghantam batuan,
menumbuk, identing, dan menyerutnya.
Penghancuran (crushing) yang sama dan chipping terjadi dalam 2
sistem dasar, yaitu rotasi dan perkusi hanya proporsinya yang
berbeda.
28
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
29
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
30
Pemboran Rotary-Percussion
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
31
Faktor Yang Mempengaruhi
Pemilihan Alat Bor
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
32
Rotary Drag Bit
(Driscoll, 1986)
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
1. Drag bits have short blades, each forged to a cutting edge and
faced with tungsten carbide tips. Short nozzles direct jets of
drilling fluid down the faces of the blades to clean and cool them.
2. A blade bit is a drag bit in which the blades can be replaced.
3. Drag bits have a shearing action and cut rapidly in sands, clays
and some soft rock formations. However, it does not work well in
coarse gravel or hard-rock formations.
33
Rotary Roller Bit
(Driscoll, 1986)
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
34
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kinerja Pemboran
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
Alat bor
Batang bor
Mata bor/bit
Sirkulasi fluida
Lubang bor
Batuan utuh & massa batuan
35
Safety Issues on the Drilling Job
(Lovett, 1985)
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
1. Heat Stroke;
2. Gastro-Intestinal Illness;
3. Traffic Accident and/or Transfusion with Tainted Blood;
4. Injury on the Job and/or Transfusion with Tainted
Blood;
5. Mugged (in cities) or Attacked (in remote areas);
36
Kelalaian dalam Pengeboran
(Lovett, 1985)
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
Positioning the rig on steep slopes that are filled with loose clay or
other unstable material, on old rock fills, on surface soils or
vegetation overlying sloping rock surfaces, close to traffic hazards
and under dangerous banks.
Failing to keep flammables (fuel, chlorine etc) in properly marked,
approved containers and stored away from sources of heat. Fire can
also result from refilling gas tanks when the engine is running or has
not been allowed to cool or failing to immediately clean-up any
spilled gasoline.
Starting the drill rig motor when the drill pipe is not secure;
Putting too much down-pressure on the drill bit and having the
machine topple over (particularly if the guy ropes are not secure or
the weights on the base are too light).
37
Kelalaian dalam Pengeboran
(Lovett, 1985)
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
38
Kelalaian dalam Pengeboran
(Lovett, 1985)
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
39
Klasifikasi Alat-Bor Berdasarkan
Jenis Gerakan Gaya
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
40
BATUAN BEKU BATUAN METAMORFIK BATUAN SEDIMEN
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
GNEISS, SLATE
QUARTZOSE PHYLLITE, DLL
SCHIST, DLL
BATUAN KOMPAK
BATUAN RAPUH
eq = MAGNESIAN CLAY DAN SHALE
(FRIABLE ROCK)
LIMESTONE
eq = PISOLITE
BATUAN ABRASIF
BATUAN TIDAK
ABRASIF DIAMETER DIAMETER
LUBANG BOR LUBANG BOR
4-5 INCI < 4 INCI
BATUAN
BATUAN
TIDAK
ABRASIF
ABRASIF
KONDISI
PEMBORAN
KONDISI KONDISI BAIK
PEMBORAN PEMBORAN
CUKUP SUKAR
KONDISI KONDISI
PEMBORAN PEMBORAN
"OUTPUT" "OUTPUT" "OUTPUT" "OUTPUT" JELEK JELEK
KECIL BESAR KECIL BESAR
Metode Mesin
42
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
43
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
44
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
Diameter (mm)
Metoda pemboran
Permukaan Bawah Tanah
Top hammer 50 – 127 38 – 65
Down the hole hammer 75 – 200 100 – 165
45
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
46
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
47
Faktor Rugi Pemboran Jenjang Tinggi
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
48
Alat Bor Rotary
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
Mata bor merusak batuan dengan energi yang disuplai dari batang bor yang
berputar. Batang bor diputar sambil didorong ke bawah dengan memakai 65%
berat mesin, mendorong mata bor/bit ke batuan.
Mata bor akan merusak dan memindahkan batuan dengan aksi ploughing-
scraping pada batuan lunak, atau aksi crushing-chipping pada batuan keras,
atau dengan kombinasi keduanya.
Udara bertekanan disuplai ke bit melalui batang bor untuk mendinginkan bit dan
sebagai media flushing cutting keluar dari lubang bor. Air dapat ditambahkan
pada udara bertekanan untuk membantu menekan pengeluaran debu, tapi
sering memboroskan pemakaian bit.
= 100 – 445 mm (4 – 17,5 in), umumnya 200, 250, 311, dan 381 mm (6 7/8, 7
7/8, 12 ¼, dan 15 in).
Biasanya untuk operasi vertikal atau bersudut 25 - 30 dari vertikal.
Auger dibuat untuk pemboran horisontal di highwall face.
49
Rotary Drilling
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
50
Top Hammer Drill
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
51
Down The Hole Drilling - DTH
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
DTH menggunakan tenaga udara dalam percussive drilling lebih efisien daripada
pneumatic top hammer drill biasa.
Kecepatan penetrasi hampir konstan tidak dipengaruhi oleh kedalaman lubang.
Ketepatan pengeboran dari DTH drill adalah baik.
Karena piston blow diteruskan langsung ke mata-bor, rangkaian batang-bor dan
sambungan bebannya lebih ringan, karena hanya memberikan putaran pada
mata-bor dan sebagai jalan udara ke hammer.
DTH drill yang berdiameter batang-bor besar mengurangi ruang antara batang-
bor dan dinding lubang-bor. Hal ini akan memperbaiki sistem flushing dalam
lubang. Udara keluar dari hammer biasanya bekerja sebagai media flushing dan
udara ini dialirkan melalui mata-bor. Dalam lapisan berlumpur atau lembab,
beberapa DTH hammer dilengkapi dengan sirkulasi air untuk menambah
sejumlah air ke dalam udara flushing.
Walaupun sumber energi dasar adalah udara bertekanan tinggi, tetapi fungsi-
fungsi lainnya dapat digerakkan oleh udara bertekanan atau hidrolis.
Alat bor kecil biasanya dilengkapi dengan tenaga udara bertekanan, sedangkan
alat yang lebih besar biasanya memakai tenaga hidrolis.
DTH drill untuk pemboran jenjang= 89 - 165 mm (36" - 6") dan H s/d 50 m. 52
Beberapa Data DTH Hammer
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
Hammer size
Inci 3 4 5 6
class
Bit diameters mm 85-100 105-127 130-145 152-165
Hammer OD mm 76 96 117 138
Operating pressure Bar 6-12 6-25 6-25 6-25
Weight Kg 25 35 65 95
Impact rate Blows/min (6 bar) 1300 1300 1100 1000
Blows/min (11 bar) 1650 1650 1300 1300
Blows/min (18 bar) - 2100 1700 1600
Air consumption m3/min (6 bar) 3 4 5 6
m3/min (11 bar) 5 7 9 12
m3/min (18 bar) - 12 15 21
m3/min (25 bar) - 15 18 28
Thread API reg Inci 2 3/8 2 3/8 2 3/8-3 1/2 3 1/2
53
Pnematik vs. Hidrolik
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
54
Perbandingan Biaya Antara Bor
Pnematik & Hidrolik
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
55
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
56
Ekstrapolasi
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
Ekstrapolasi dari data yang dihasilkan dari kondisi kerja pada pekerjaan yang
lain. Jika laju penembusan untuk suatu diameter, maka laju penembusan
untuk diameter lainnya dapat diprediksi (dengan kondisi kerja yang sama).
Jika pemboran pada diameter 76 mm (3 inch), laju penembusannya adalah
36 m/jam, maka untuk diameter 102 mm (4 inch) diperkirakan laju
penembusannya 36 x (76/102) = 23,4 m/jam.
FPR = koefisien laju penembusan
D1 = diameter lubang bor 1 (laju penembusan diketahui)
D2 = diameter lubang bor 2 (laju penembusan dicari)
1,5
D1
FPR
D2
57
POT = Gaya kinetik yang tersedia pada piston (kW)
D = Diameter dari lubang tembak (mm)
Contoh: POT = 18 kW
D = 100 mm
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
Untuk batuan dengan c diatas 80 MPa dan ketika dibor dengan sistem bor DTH,
maka persamaannya adalah :
POP
PR(m/min) 31 1,4
D
18
PR(m/min) 31 0.88m/min
1001,4
0.5 2
43 Pm Dp
PR(m/min)
35 2 D1
c
1
D D
c
Dimana
PR = Laju penembusan (inch/detik)
Pm = Tekanan udara pada saat masuk piston (inch)
Dp = Diameter piston (inch)
D = Diameter lubang tembak (inch)
c = UCS batuan (lb/inch2)
58
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
PR = Laju penembusan
Pm = Energi Pemboran (kgm/min)
Re = Perpindahan energi keluaran (antara 0.6-0.8)
D = Diameter lubang tembak (m)
SE = Energi spesifik per unit volum (kg m/cm3)
Untuk menghitung spesifik energi dari CRS, ada uji yang cukup sederhana,
yaitu dengan menjatuhkan material dengan ukuran 15 cm3 berapa kalI, lalu
dihitung persentase material yang ukurannya di bawah 0.5 mm (Paone dkk,
1969).
48 Pm R e
PR(cm/min)
π D2 SE
59
Drilling Rate Index (DRI)
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
DRI dibuat pada 1979, di University of Tronheim (Norwegia). Mtode ini untuk
menghitung laju penembusan. Test-test berikut ini memerlukan percontoh batuan
sebanyak 15 sampai 20 kg.
DRI bukan merupakan petunjuk langsung kecepatan pengeboran tetapi merupakan
ukuran relatif dari kecepatan pengeboran. DRI ditentukan berdasarkan parameter
Brittleness Index
Contoh yang representatif dengan ukuran 11,2 – 16 mm seberat 500 gr. Contoh
tersebut lalu ditumbuk sebanyak 20 kali secara berurutan oleh beban seberat 14 kg
dari ketinggian 25 cm, nilai yang diambil adalah persentase dari contoh yang
berukuran di bawah 11.2 mm dibanding berat awal percontoh, nilai tersebut disebut
nilai S20.
Drilling test (Siever ‘J-test)
Dengan menggunakan sebuah miniatur drill dengan kecepatan 280 putaran. Lalu
percontoh dengan ukuran 10 x 10 x 10 cm dibor dengan penekanan 20 kg. Hitung
kedalaman hasil pemboran, dengan faktor pembagi 0,1 cm.
Hasil dari kedua parameter tersebut dihitung nilai DRI-nya dengan memasukannya
pada grafik.
60
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
Sangat rendah 21
Rendah sekali 28
Rendah 37
Medium 49
Tinggi 65
Tinggi sekali 85
61
Energi Spesifik
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
4Tr POP
SE V
πd2 PR
62
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
2.35 W N
SE V
d PR
63
Analisis Dimensi Laju Penembusan
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
64
Variabel Pada Analisa Dimensi
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
Energi Es Nm ML2T-2
65
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
66
PT. Newmont Nusa Tenggara
Laju
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
Blok UCS PR
Tipe Bit Tipe Batuan RQD Keausan RMR
Pengeboran (MPa) (m/jam)
(gram/m)
015007-d BH61C diorite 42.42 32.00 6.22 44.70 38.10
360190-d BH61C diorite 33.11 18.16 4.4 40.70 56.01
360191-d BH61C diorite 14.30 17.31 4.4 39.20 58.81
015005-i BH61C intermediate tonalite 87.36 44.33 6.22 50.60 27.12
015006-i BH61C intermediate tonalite 173.73 56.89 6.22 56.00 25.13
015007-i BH61C intermediate tonalite 28.74 44.00 6.22 45.50 30.46
030003-i BH61C intermediate tonalite 177.63 51.65 5.79 54.80 23.52
030006-i BH61C intermediate tonalite 150.59 59.47 5.79 55.60 23.76
030007-i BH61C intermediate tonalite 73.90 36.30 5.79 47.70 32.17
015007-v BH61C volkanik 67.68 40.33 6.22 48.20 37.34
030007-v BH61C volkanik 65.68 46.50 5.79 49.10 30.44
345208-v BH61C volkanik 22.87 39.00 5.79 45.00 55.13
360171-v BH61C volkanik 142.11 46.62 6.22 53.20 20.74
030006-y BH61C young tonalite 178.00 42.00 5.79 52.50 18.72
045007-d MAG53C diorite 59.77 16.08 4.72 43.90 58.37
045008-d MAG53C diorite 64.00 33.50 4.72 44.30 37.54
045017-d MAG53C diorite 71.04 37.75 7.26 45.80 18.29
150170-d MAG53C diorite 61.61 23.00 tidak ada 44.50 50.48
150171-d MAG53C diorite 63.44 29.17 5.49 45.70 46.65
67
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
Laju
Blok UCS PR
Tipe Bit Tipe Batuan RQD Keausan RMR
Pengeboran (MPa) (m/jam)
(gram/m)
000001-v MAG53C volkanik 155.60 73.00 8.08 52.05 15.85
000002-v MAG53C volkanik 156.20 73.00 8.08 54.05 17.67
015002-v MAG53C volkanik 185.58 49.23 7.46 48.02 21.20
015003-v MAG53C volkanik 166.24 62.80 8.34 50.08 33.58
015004-v MAG53C volkanik 72.26 36.39 8.34 45.70 35.07
015005-v MAG53C volkanik 40.74 38.00 8.34 45.70 32.88
030004-v MAG53C volkanik 131.20 32.62 6.86 49.30 37.32
150168-v MAG53C volkanik 58.51 29.41 5.49 45.50 43.96
150171-v MAG53C volkanik 58.89 29.61 5.49 45.50 45.52
345208-v MAG53C volkanik 37.58 39.14 8.6 46.50 35.54
345210-v MAG53C volkanik 121.86 44.63 7.94 53.80 26.73
015002-y MAG53C young tonalite 181.90 38.30 8.6 45.77 29.33
015005-y MAG53C young tonalite 189.60 38.20 8.34 54.70 24.47
030005-y MAG53C young tonalite 195.76 68.90 8.01 59.10 13.52
030006-y MAG53C young tonalite 178.00 26.40 4.72 50.20 39.55
045020-y MAG53C young tonalite 193.63 42.46 7.26 53.20 22.62
68
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
Laju
Blok UCS PR
Tipe Bit Tipe Batuan RQD Keausan RMR
Pengeboran (MPa) (m/jam)
(gram/m)
000001-i MAG53C intermediate tonalite 155.70 72.57 3.42 52.05 25.53
000002-i MAG53C intermediate tonalite 194.40 70.33 8.08 54.33 25.02
015002-i MAG53C intermediate tonalite 171.32 51.49 7.46 48.04 27.80
015003-i MAG53C intermediate tonalite 171.73 72.15 7.46 52.25 27.26
015004-i MAG53C intermediate tonalite 63.08 40.67 7.46 43.88 33.65
015006-i MAG53C intermediate tonalite 164.99 62.03 8.08 56.20 30.71
030003-i MAG53C intermediate tonalite 176.72 51.32 7.26 54.70 27.90
030004-i MAG53C intermediate tonalite 128.10 28.50 7.26 48.50 34.11
030005-i MAG53C intermediate tonalite 182.55 61.19 8.01 56.90 29.50
030006-i MAG53C intermediate tonalite 181.50 53.86 8.01 55.50 29.39
030007-i MAG53C intermediate tonalite 72.03 40.40 8.01 48.30 34.60
045008-i MAG53C intermediate tonalite 22.54 41.00 4.72 42.30 36.76
045018-i MAG53C intermediate tonalite 151.59 50.57 tidak ada 55.50 29.28
045020-i MAG53C intermediate tonalite 180.80 72.00 7.26 59.10 23.02
69
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
70
Laju Penetrasi vs. Pemboran
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
71
Laju Penetrasi vs. UCS Batuan untuk
Perkiraan Umur Hammer
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
165 5.000
165 15.000
135 26.000
165 25.000
72
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
73
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
74
Perkusi DHD
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
Kehilangan energi melalui kopling dalam bentuk gesekan dan panas yang
menyebabkan keausan drill kopling dan drillsteel. Pada kopling pertama kehilangan
energi gelombang kejut ini sekitar 8% - 10%.
Dalam sistem DHD energi piston ditransmisikan langsung ke bit sehingga kinerjanya
akan lebih baik, dan gaya perkusi merupakan parameter yang paling mempengaruhi
laju penembusan.
Energi yang dibebaskan
Mp = Massa piston
Vp = Maksimum kecepatan piston
Pm= Tekanan kerja fluida di dalam silinder
Ap = Luas permukaan piston
p= Panjang langkah piston
1
Ec mp Vp 2
2
Ec Pm A p p
75
4.3. # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
p E n
m c g
1
pm A p 2
ng k
m
p p
3
(pm A p ) p 2 1
2 (pm A p )3 p
pm k 1
k
mp
m 2
p
76