Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Bab II Tinjauan Pustaka Biogas

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.

1 Pengertian Biogas Biogas merupakan gas yang dapat dijadikan bahan bakar alternatif untuk menggantikan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti minyak tanah dan gas alam (Said, H. 1999). Biogas juga sebagai salah satu jenis bioenergi yang didefinisikan sebagai gas yang dilepaskan jika bahanbahan organik seperti kotoran ternak, kotoran manusia, jerami, sekam dan daun-daun hasil sortiran sayur difermentasi atau mengalami proses metanisasi (Hambali E. 2008) Biogas adalah suatu jenis gas yang bisa dibakar, yang diproduksi melalui proses fermentasi anaerobik bahan organik seperti kotoran ternak dan manusia, biomassa limbah pertanian atau campuran keduanya, didalam suatu ruang pencerna (digester). Komposisi biogas yang dihasilkan dari fermentasi tersesbut terbesar adalah gas methan (CH4) sekitar 54-70% serta gas karbondioksida (CO2) sekitar 2745%. Gas methan (CH4) yang merupakan komponen utama biogas merupakan bahan bakar yang berguna karena mempunyai nilai kalor yang cukup tinggi, yaitu sekitar 4800 sampai 6700 kkal/m, sedangkan gas metana murni mengandung energi 8900 Kkal/m. Karena nilai kalor yang cukup tinggi itulah biogas dapat dipergunakan untuk keperluan penerangan, memasak, menggerakkan mesin dan sebagainya. Sistim produksi biogas juga mempunyai beberapa keuntungan seperti (a) mengurangi pengaruh gas rumah kaca, (b) mengurangi polusi bau yang tidak sedap. (Nurhasanah 2005) 2.2 Pemanfaatan Biogas Sebagai Energi Alternatif. Akibat penggunaan bahan bakar fosil (fuel fosil) dalam jangka panjang ternyata telah memberikan implikasi negatif terhadap kehidupan di dunia. penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak bumi, batu bara dan gas alam telah menyumbangkan cukup besar emisi gas efek rumah kaca yaitu karbon dioksida ke atmosfer bumi yang ikut andil dalam proses pemanasan global (global warming) belum lagi ditambah dengan penebangan hutan secara liar yang kayunya dimanfaatkan untuk kepentingan segelintir orang. Pemanasan global memberikan dampak sangat negatif dan memprihatinkan pada stabilitas kehidupan manusia antara lain menyebabkan iklim tidak stabil, peningkatan suhu permukaan laut, suhu global dunia akan cenderung meningkat, gangguan ekologis serta berdampak pada kerusakan lingkungan dan pada kehidupan. Dengan melihat implikasi negatif dari penggunaan bahan bakar fosil terhadap lingkungan dan keterbatasan persediaan cadangan BBM telah mendorong kepada pencarian sumber energi alternatif yang diharapakan juga ramah lingkungan dan bersifat dapat diperbaharui (renewable). Padahal menurut data ESDM (2006), cadangan minyak bumi Indonesia hanya sekitar 9 miliar barel per tahun dan produksi Indonesia hanya sekitar 900 juta barel per tahun. Jika terus dikonsumsi dan tidak ditemukan cadangan minyak baru atau tidak ditemukan teknologi baru untuk meningkatkan recovery minyak bumi, diperkirakan cadangan minyak bumi Indonesia habis dalam waktu dua puluh tiga tahun mendatang. (Said, H. 1999) 2.3 Potensi Pengembangan Biogas dari Limbah Pada umumnya peternak sapi di Indonesia mempunyai rata-rata 2 5 ekor sapi dengan lokasi yang tersebar tidak berkelompok. Sehingga penanganan limbahnya baik itu limbah padat, cair maupun gas seperti feses dan urin maupun sisa pakan dibuang ke lingkungan sehingga menyebabkan pencemaran.

Pengolahan limbah secara sederhana hanya dengan pemanfaatannya sebagai pupuk organik. Diketahui sapi dengan bobot 450 kg menghasilkan limbah berupa feses dan urin lebih kurang 25 kg per hari (Deptan, 2006). Dan apabila tidak dilakukan penanganan secara baik maka akan menimbulkan masalah pencemaran lingkungan udara, tanah dan air serta penyebaran penyakit menular. Sehingga sangat diperlukan usaha untuk mengurangi dampak negatif dari kegiatan peternakan sapi salah satunya dengan melakukan penanganan yang baik terhadap limbah yang dihasilkan melalui biogas. Hasil biogas dari rata 3 5 ekor sapi tersebut setara dengan 1-2 liter minyak tanah/hari (Deptan, 2006). Dengan demikian keluarga peternak yang sebelumnya menggunakan minyak tanah untuk memasak bisa menghemat penggunaan minyak tanah 1-2 liter/hari. Pemanfaatan biogas di Indonesia sebagai energi alternatif sangat memungkinkan untuk diterapkan di masyarakat, apalagi sekarang ini harga bahan bakar minyak yang makin mahal dan kadang-kadang langka keberadaannya. Besarnya potensi limbah biomassa padat di seluruh Indonesia seperti kayu dari kegiatan industri pengolahan hutan, pertanian dan perkebunan; limbah kotoran hewan, misalnya kotoran sapi, kerbau, kuda, dan babi juga dijumpai di seluruh provinsi Indonesia dengan kualitas yang berbeda-beda. (Simamora, 2008) 2.4 UPTD Balai Perbibitan Ternak Baturiti UPTD Balai Perbibitan Ternak Baturiti merupakan unit perbibitan ternak yang lokasinya terletak di dusun pekarangan kecamatan Baturiti. Balai ini merupakan salah satu produksi semen beku jenis sapi Bali murni yang telah dikembangkan mulai tahun 1999 sampai sekarang. Kabupaten Tabanan adalah salah satu Kabupaten dari beberapa Kabupaten / Kota yang ada di Propinsi Bali. Terletak dibagian selatan Pulau Bali, Kabupaten Tabanan memiliki Luas wilayah 839,33 Km yang terdiri dari daerah pegunungan dan pantai. Udara disekitar cukup sejuk dengan suhu udara 15c (pada malam hari) hingga 30 c (pada siang hari) curah hujan cukup tinggi yaitu 3.323,3 mm pada musim penghujan dan 158,2 mm pada musim kemarau dengan lamanya hujan sekitar tujuh bulan yaitu dari bulan desember s/d bulan juni.

TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Biogas Menurut Setiawan (2008), menyatakan bahwa biogas (gas bio) merupakan gas yang ditimbulkan jika bahan bahan organik, seperti kotoran hewan, kotoran manusia, atau sampah, direndam di dalam air dan disimpan di dalam tempat tertutup atau anaerob. Sedangkan menurut Simamora, S et al. (2006), menyatakan bahwa proses terjadinya biogas adalah fermentasi anaerob bahan organik yang dilakukan oleh mikroorganisme sehingga menghasilkan gas yang mudah terbakar (flammable). Secara kimia, reaksi yang terjadi pada pembuatan biogas cukup panjang dan rumit, meliputi tahap hidrolisis, tahap pengasaman, dan tahap metanogenik. Pada dasarnya kotoran heawan yang ditumpuk atau dikumpulkan begitu saja dalam beberapa waktu tertentu dengan sendirinya akan membentuk gas metqan. Namun karejna tidak ditampung, gas iitu akan hilang menguap ke udara. Karena itu, untuk menampung gas yang terbentuk dari kotoran sapi dapat dibuat beberapa model konstruksi alat penghasil biogas (Simamora, S et al, 2006).

Anda mungkin juga menyukai