Biogas
Biogas
Biogas
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Biogas
Biogas merupakan gas campuran terutama terdiri dari metana dan
karbondioksida. Biogas diproduksi secara anaerob melalui tiga tahap yakni
hidrolisis, asidogenesis, dan metanogenesis (Veziroglu, 1991). Dalam produksi
biogas, semua jenis limbah organik dapat digunakan sebagai substrat seperti
limbah dapur, kebun, kotoran sapi dan buangan domestik. Sumber biomassa atau
limbah yang berbeda akan menghasilkan perbedaan kuantitas biogas (Werner
dkk., 1989).
Biogas dapat terbakar apabila terdapat kadar metana minimal 57%
(Hammad, 1996). Sedangkan menurut Hessami dkk., (1996) biogas dapat terbakar
jika kandungan metana minimal 60%. Biogas dengan kandungan metana 65-70%
memiliki nilai kalor sama dengan 5200-5900 Kkal/m3 energi panas setara 1,25
KWJ listrik (Veziroglu, 1991). Sedangkan untuk gas metana murni (100%)
mempunyai nilai kalor 8900 Kkal/m3 (Nurtjahya, 2003).
Penggunaan biogas sebagai energi alternatif relatif lebih sedikit
menghasilkan polusi, disamping berguna menyehatkan lingkungan karena
mencegah penumpukan limbah sebagai sumber penyakit, bakteri, dan polusi
udara. Keunggulan biogas adalah dapat menghasilkan lumpur kompos maupun
pupuk cair (Abdullah, 1991). Sistem produksi biogas juga mempunyai beberapa
keuntungan seperti (a) mengurangi pengaruh gas rumah kaca, (b) mengurangi
polusi bau yang tidak sedap, (c) sebagai pupuk, dan (d) produksi daya serta panas
(Koopmans, 1998).
Biogas bersifat bersih, tidak berasap hitam selain itu derajat panasnya
lebih tinggi dari bahan bakar minyak tanah dan kayu bakar serta dapat disimpan
untuk penggunaan yang akan datang (Darminto 1984). Produksi biogas
didasarkan pada perombakan anaerob kotoran hewan dan bahan buangan organik
lainnya. Selama perombakan anaerob akan menghasilkan gas metana 54-70 %,
karbondioksida 25-45 %, hidrogen, nitrogen, dan hidrogen sulfida dalam jumlah
yang sedikit (Simamora, 2006) seperti yang terlihat pada Tabel 2.1
4
Metana (CH4)
Karbon Dioksida (CO2)
Nitrogen (N2)
Hidrogen (H2)
Hidrogen Sulfida (H2S)
Oksigen (O2)
55-75
25-45
0-0,3
1-5
0-3
0,1-0,5
atau kuman lainnya yang merugikan baik pada tahu sendiri ataupun tubuh
manusia. Bila dibiarkan dalam air limbah akan berubah warnanya menjadi coklat
kehitaman dan berbau busuk, bau busuk ini akan mengakibatkan sakit pernapasan.
Menurut hasil penelitian Basuki (2008), limbah cair tahu mempunyai
kandungan protein, lemak, dan karbohidrat atau senyawa-senyawa organik yang
masih cukup tinggi. Jika senyawa-senyawa organik itu diuraikan baik secara
aerob maupun anaerob akan menghasilkan gas metana (CH4), karbon dioksida
(CO2), gas-gas lain, dan air. Gas metana merupakan bahan dasar pembuatan
biogas. Biogas adalah gas pembusukan bahan organik oleh bakteri pada kondisi
anaerob. Gas ini tidak berbau, tidak berwarna, dan sangat mudah terbakar. Biogas
sebanyak 1000 ft3 (28,32 m3) mempunyai nilai pembakaran yang sama dengan
gallon (1 US gallon = 3,785 liter) butana atau 5,2 gallon gasolin (bensin) atau 4,6
gallon minyak diesel. Menurut Dewanto (2008) limbah cair tahu mempunyai
kandungan metana lebih dari 50%, sehingga sangat memungkinkan sebagai bahan
baku sumber energi biogas.
Tabel 2.2 Komposisi Limbah Cair Industri Tahu
Kandungan
Protein
Lemak
Karbonhidrat
Kalsium
Air
Jumlah (%)
7,68
4,8
1,6
0,12
85,8
Menurut
Eckenfelder
(1989),
parameter
yang
digunakan
untuk
b.2 Kimia Anorganik : pH, Ca, Pb, Fe, Cu, Na, sulfur, H2S, dan lain-lain.
Beberapa parameter kimia organik dari limbah cair tahu yang penting antara lain :
1. Chemical Oxygen Demand (COD)
Chemical Oxygen Demand (COD) atau kebutuhan oksigen kimia
adalah sejumlah oksigen yang dibutuhkan agar bahan buangan yang ada
dalam
melalui
reaksi
Jika
kandungan senyawa organik dan anorganik cukup besar, maka oksigen terlarut di
dalam air dapat mencapai nol sehingga tumbuhan air, ikan-ikan dan hewan air
lainnya yang membutuhkan oksigen tidak memungkinkan hidup.
2. Biological Oxygen Demand (BOD)
BOD merupakan parameter yang digunakan untuk menilai jumlah zat
organik yang terlarut serta menunjukkan jumlah oksigen yang diperlukan oleh
aktivitas mikroba dalam menguraikan zat organik secara biologis di dalam limbah
cair (MetCalf and Eddy, 2003). Limbah cair industri tahu mengandung bahanbahan organik terlarut yang tinggi.
3. Total Suspended Solid (TSS)
TSS adalah jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang ada dalam
limbah setelah mengalami pengeringan. Penentuan zat padat tersuspensi (TSS)
berguna untuk mengetahui kekuatan pencemaran air limbah domestic, dan juga
berguna untuk penentuan efisiensi unit pengolahan air (BAPPEDA, 2012).
4. Nitrogen Total (N-Total)
Yaitu fraksi bahan-bahan organik campuran senyawa kompleks antara lain
asam-asam amino, gula amino, dan protein (polimer asam amino). Dalam analisis
limbah cair N-Total terdiri dari campuran N-organik, N-amonia, nitrat dan nitrit
(Sawyer dkk, 1994). Nitrogen organik dan nitrogen amonia dapat ditentukan
secara atlantik menggunakan metode Kjeldahl, sehingga lebih lanjut konsentrasi
keduanya dapat dinyatakan sebagai Total Kjeldahl Nitrogen (TKN). Senyawasenyawa N-Total adalah senyawa-senyawa yang mudah terkonversi menjadi
amonium (NH4+) melalui aksi mikroorganisme dalam lingkungan air atau tanah
(MetCalf dan Eddy, 2003). Menurut Kuswardani (1985) limbah cair industri tahu
mengandung N-Total sebesae 434,78 mg/L.
Limbah cair tahu akan mengalir sendirinya menuju got-got yang di buat di pabrik
tersebut. Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.2 dibawah ini :
Gambar 2.3 Air limbah industri tahu yang menuju tempat pembuangan akhir
10
Gambar 2.4 Air limbah industri tahu pada tempat pembuangan akhir
Limbah cair tahu yang terdapat pada tempat pembuangan akhir tersebut
telah bekurang kandungan padatan yang tersuspensi dan akan dibuang dengan
bantuan pipa menuju tempat yang lebih jauh dari tempat pembuatan tahu. seperti
yang terlihat pada Gambar 2.5 dibawah ini :
Gambar 2.5 Air limbah industri tahu yang dibuang menggunakan pipa
11
Limbah cair tahu yang mengandung material organik dengan COD dan
BOD yang tinggi dialirkan menuju tempat lain dengan menggunakan instalasi
pipa menuju got-got yang lebih besar dan jauh dari lingkungan pabrik. Limbah
cair tahu yang langsung dibuang kelingkungan tanpa pengolahan yang lebih lanjut
dapat mencemari lingkungan. Sebelumnyakita ketahui bahwa limbah cair tahu
banyak mengandung zat organik sehingga jika dibuang dapat mencemari
lingkungan, sedang kan zat organik pada limbah cair tahu dapat dimanfaatkn
menjadi biogas
2.3 Potensi Rumen Sapi sebagai Sumber Mikroba Aktif Pembuatan Biogas
Rumen adalah salah satu bagian lambung ternak ruminansia (memamah
biak) seperti sapi, kerbau, kambing dan domba. Rumen berisi bahan pakan yang
dimakan oleh ternak yang berupa rumput/hijauan lainnya dan pakan penguat
(konsentrat). Di dalam rumen ternak ruminansia hidup berbagai mikroba seperti
bakteri, protozoa, fungi dan yeast. Mikroba ini berfungsi sebagai fermentor di
dalam rumen tersebut.
Isi rumen dapat dimanfaatkan sebagai starter apabila diproses terlebih
dahulu mengingat kandungannya yang kaya akan nutrisi dan mikroorganisme.
Starter isi rumen adalah starter yang terbuat dari isi rumen ternak ruminansia.
Starter isi rumen dapat dimanfaatkan untuk biakkan bakteri/mikroba di dalamnya
sebagai
starter
pembuatan
kompos/pupuk
organic,
pembuatan
biogas
12
Mikroorganisme
Anaerob
13
14
lebih sederhana dan murah. Akan tetapi dari segi pemeliharaan, digester di atas
permukaan akan lebih mudah dan digester dapat ditutup lapisan hitam yang
berfungsi untuk menangkap panas matahari (Haryati, 2006).
5. Waktu retensi
Faktor lain yang perlu diperhatikan yaitu waktu retensi, faktor ini sangat
dipengaruhi oleh temperatur, pengenceran, laju pengadukan bahan dan lain
sebagainya. Pada temperatur yang tinggi laju fermentasi berlangsung dengan
cepat, dan menurunkan waktu proses yang diperlukan. Pada kondisi normal
fermentasi kotoran berlangsung antara dua sampai empat minggu (Haryati, 2006).
Proses perombakan bahan organik secara anaerob yang terjadi di dalam
digester, terdiri atas empat tahapan proses yaitu hidrolisis, fermentasi
(asidogenesis), asetogenesis dan metanogenesis:
A. Hidrolisis
Hidrolisis merupakan langkah awal untuk hampir semua proses
penguraian dimana bahan organik akan dipecah menjadi bentuk yang lebih
sederhana sehingga dapat
diurai
oleh
bakteri
pada
proses
fermentasi
seperti karbohidrat, lemak, dan protein dihidrolisis menjadi gula, asam lemak
dan asam amino oleh enzim ekstraselular dari bakteri fermentatif (Ahmad dkk..,
2011). Pada tahap hidrolisis, bahan organik padat maupun yang mudah larut
berupa molekul besar dihancurkan menjadi molekul kecil agar molekul-molekul
tersebut larut dalam air. Bakteri yang berperan dalam tahap hidrolisis ini adalah
sekelompok bakteri anaerobik, adapun jenis bakteri pada hidrolisis dapat dilihat
pada Tabel 2.3 berikut:
Tabel 2.3. Klasifikasi Bakteri Hidrolisis Berdasarkan Substrat Yang Diolah
Bakteri
Acetivibrio
Karbohidrat /polisakarida
Peptostreptococcus, dan
Bifidbacterium
Protein
Clostridium
Lemak
15
Tahap pertama ini sangat penting karena molekul organik besar yang
terlalu besar untuk langsung diserap dan digunakan oleh mikroorganisme
sebagai
sumber substrat
atau makanan
untuk
CH3CH2CH2COOH + 2 CO + 2 H2
(asam butirat)
H3CH2COOH
+ 2 H2O
(asam propionat)
16
CH3COOH + CO2 + 3 H2
(asam propionat)
(asam asetat)
CH3CH2CH2COOH
2CH3COOH + 2 H2
(asam butirat)
(asam asetat)
Gambar 2.8 Reaksi Asetogenesis
dan
pH
adalah
contoh
faktor
yang
loading,
17
perubahan
suhu
atau
masuknya
besar
4CO2 + H2
18
Selulosa
(C6H10O5)n + H2O
Selulosa
1. Hidrolisis
n(C6H12O6)
glukosa
Glukosa
(C6H12O6)n + nH2O
glukosa
CH3CHOHCOOH
Asam laktat
CH3CH2CH2COOH + CO2 + H2
Asam butirat
2. Pegasaman
CH3CH2OH + CO2
Etanol
3. Metanogenik
CH3COOH+ CO2
CH3CH2CH2COOH + 2H2 + CO2
2H2O + CH4
CH3COOH + CH4
CO2 + CH4
CH3COOH + CH4
Metan + CO2
19
20
fermentasi (slurry) ke bak slurry. Jika pasokan feed terus menerus, gas yang
timbul akan terus menekan slurry hingga meluap keluar dari bak slurry. Gas yang
timbul digunakan/dikeluarkan lewat pipa gas yang diberi katup/kran. Digester
jenis ini mempunyai volume tetap, gas yang akan terbentuk akan segera dialirkan
ke pengumpul gas diluar reactor, indikator produksi gas dapat dilakukan dengan
memasang indikator tekanan. Skema digester jenis kubah dapat dilihat pada
Gambar 2.11.
Kekurangan
diketahui
2. Rawan
terjadi
kertakan
5. Umurnya panjang
6. Dapat
dibuat
tanah
di
21
Kekurangan
diketahui
konstruksi rendah
2. Jumlah gas bisa dengan mudah
diketahui dengan melihat naik
turunya drum
seiring
naik
atau
22
Kekurangan
2. Mudah dibersihkan
3. Mudah dipindahkan
23
4. Tipe Balok
Reaktor berbentuk balok yang biasa digunaka dalam skala laboratoriom
dan praktikum dapat digunakan dengan cara pengerjaan yang sederhana.
Konstruksi reaktor tipe ini cukup sederhana dengan aliran umpan dan tempat
fermentasi yang terpisah sehingga dibutuhan pompa untuk mengalirkannya seperti
yang dapat dilihat pada Gambar 2.14 dibawah ini:
Kekurangan
24
Proses yang terjadi pada reaktor tipe balok ini dimulai dari tangki umpan
akan menuju tangki I, dan setelah tangki I terisi penuh maka akan langsung di
alirkan ke tangki II dengan membuka valve yang ada di tengah tengah tangki I
dan tangki II, kemudian ke tangki III. Bagian top pada tangki II dilengkapi
dengan penutup yang disertai dengan leher angsa untuk menampung gas
metan yang terbentuk, dan bagian sampingnya dilengkapi dengan kertas
saring untuk menyaring air yang terbentuk untuk selanjutnya ditampung.
Sedangkan
beberapa waktu.