Makalah Kel 5 Studi Hadis
Makalah Kel 5 Studi Hadis
Makalah Kel 5 Studi Hadis
Oleh:
Dosen Pengampu:
SURABAYA
APRIL 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Penulisan Hadis pada Masa Rasulullah SAW dan Sahabat” ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................10
3.2 Saran.............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................iv
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1 Idri, DKK, Studi Hadis (Surabaya:UIN Sunan Ampel Surabaya, 2021), 97-101.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2 Latifah Anwar, “Penulisan Hadis pada Masa Rasulullah SAW”, Jurnal Ilmu Al-Qur`an dan Hadist, Vol. 3, No. 2,
(Juni, 2020), 132.
2
4. Melakukan ceramah atau pidato di tempat terbuka, seperti ketika haji wada’
dan fath Makkah.
5. Melalui perbuatan Nabi langsung yang disaksikan oleh para sahabatnya, yaitu
dengan jalan musyahadah, seperti yang berkaitan dengan praktik-praktik
ibadah dan mu‘amalah. Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada Nabi lalu Nabi
menjelaskan hukumnya dan berita itu tersebar di kalangan umat Islam. 3
2.1.2. Perintah dan Larangan Menulis Hadis pada Masa Rasulullah SAW
Artinya: “Jangan kamu menulis apapun yang bersumber dariku kecuali kecuali
ayat-ayat Alquran, dan barangsiapa yang telah menulis apa yang bersumber
dariku selain Alquran, maka hendaklah dia menghapusnya”. (Muslim, t.th.: 598)
5 Radinal Mukhtar Harahap, “Hadis pada Masa Nabi Muhammad SAW dan Sahabat”, Jurnal Ilmu Hadis, Vol. 1,
No.1, (januari-Juli, 2018), 42.
6 Iskandar Usman, 56-57.
4
2.2 Penulisan Hadis pada Masa Sahabat
Sahabat yang menerima hadis dari Nabi langsung merekamnya dalam ingatan
(hafalan) mereka, dan ada juga dalam bentuk tulisan atau catatan. Hadis itu kemudian
disampaikan kepada sahabat lainnya, dan sahabat yang menerima hadis itu berusaha
mengonfirmasikan kembali kepada Nabi. Dengan cara seperti itu, maka kemungkinan
terjadinya kebohongan dan pemalsuan hadis sangat kecil. Mereka juga sangat hati-hati dan
ketat dalam periwayatan hadis. Untuk mendapatkan ketenangan dan kemantapan hati
mereka berusaha mendatangkan saksi ataupun meminta untuk bersumpah, terlebih bagi
mereka yang diragukan kebenarannya.7
2.2.1. Cara Sahabat Menerima dan Pemeliharaan Hadis
A. Cara Sahabat Menerima Hadis
Di samping penjelasan yang diberikan langsung oleh Nabi, ada juga yang justru
sahabat yang penjelasan-penjelasan dan keterangan-keterangan kepada Nabi
tentang masalah-masalah kehidupan yang mereka hadapi. Lebih-labih lagi kalau
terjadi suatu peristiwa atau prselisihan yang tak mampu mereka pecahkan. Dalam
keadaan seperti ini mereka tidak segan-segan bertanya kepada Rasulullah baik
secara langsung mamupun melalui perantaraan, khususnya mereka yang
berjauhan tempat tinggal dengan Rasulullah. Cara lain lagi, sahabat yang tidak
bertanya kepada Nabi, tetapi mereka melihat dan memperhatikan tindak tanduk
atau sikap Rasulullah, seperti yang berkaitan dengan shalat, haji, dan sebagainya.
Dalam Ushûl al-Hadῐts menjelaskan bahwa pada garis besarnya ada empat cara
sahabat menerima hadis dari Rasulullah, yaitu:
1. Melalui pengajian (majlis) Rasul yang diadakan pada waktu-waktu tertentu.
Dalam pengajian itu Rasululllah mengajarkan dasar-dasar agama yang
bersumber dari Alquran. Penjelasan-penjelasan yang diberikan Nabi
merupakan hadis yang senantiasa dihafal oleh sahabat di samping Alquran.
Pengajian seperti ini sangat penting artinya bagi para sahabat sehingga
mereka tidak mau absen dalam menghadirinya jika tidak ada halangan yang
berat. Mereka tidak saja rajin menghadiri pengajian tapi juga bersungguh-
sungguh menghafal semua yang diajarkan Rasulullah SAW, baik berupa
ayat-ayat Alquran maupun ucapan-ucapan beliau sendiri.
a) Periwayatan Lafzhi
b) Periwayatan Maknawi
Periwayatan maknawi adalah periwayatan hadits yang matannya tidak persis
sama dengan yang didengarnya dari Rasul SAW. akan tetapi isi atau maknanya
tetap terjaga secara utuh, sesuai dengan yang dimaksudkan oleh Rasul SAW,
tanpa ada perubahan sedikitpun. Karakteristik yang menonjol adalah bahwa para
sahabat memiliki komitmen yang kuat terhadap kitab Allah.mereka
memeliharanya dalam lembaran-lembaran, mushaf dan dalam hati mereka. 9
2.2.2. Penulisan Hadis pada Masa Sahabat
Meskipun ada riwayat yang berasal dari Rasulullah SAW yang membolehkan
untuk menuliskan hadits, dan diberi kelonggaran untuk menulis hadits. Namun para
Sahabat, pada umumnya menahan diri dari melakukan penulisan hadits di masa
pemerintahan Khulafa al-Rasyidin. Hal ini dikarenakan besarnya mereka untuk
menyelamatkan al-Qur’an dan sekaligus Sunnah (hadits). Akan tetapi, keadaan
yang demikian tidak berlangsung lama, karena ketika suatu larangan untuk
menuliskan hadits secara bertahap hilang, maka semakin banyak pula para Sahabat
yang membolehkan penulisan hadits. 10
Mustafa Azami salah satu pemikir muslim, menurutnya sahabat telah
melakukan pencatatan atas riwayat atau lika-liku kehidupan Nabi. Ini bisa
dibuktikan lewat beberapa karya sahabat pada masa awal. Banyak para sahabat
yang memiliki catatan dan melakukan penulisan hadis, baik untuk disimpan
9Aulia Dwi, “Hadist pada Masa Sahabat”, https://academia.edu/, diakses pada tanggal 3 April 2022.
10Tina Nurhasanah, “Sejarah Hadits pada Masa Rasulullah Saw Sahabat dan Tabi’in”, https://academia.edu/,
diakses pada tanggal 3 April 2022.
7
sebagai catatan pribadi maupun untuk memberi pesan kepada orang lain dalam
bentuk surat dengan membubuhkan hadis. Sahabat-sahabat yang memiliki
tulisan hadis di antaranya:
1. Abdullah ibn Amr (27 SH-63 H). Ia memiliki catatan hadis yang menurut
pengakuannya dibenarkan oleh Rasulullah Saw., sehingga dinamakan al-
Shahifah al-Shadiqah. Hadis-hadis yang terhimpun dalam catatan Abdullah
ibn Amr sekitar seribu hadis. Shahifah ini dapat kita temukan dalam Musnad
Imam Ahmad dengan sanad dari Abdullah ibn Amr.
2. Jabir ibn Abdullah ibn Amr al-Anshari (16 SH-78H). Ia memiliki catatan
hadis dari Rasulullah Saw. tentang manasik haji. Hadis tersebut kemudian
diriwayatkan oleh Muslim. Catatannya ini dikenal dengan Shahifah Jabir.
Banyak ulama yang menyimpan tulisan–tulisan hadis darinya, di antaranya
Amir al-Syabi, Qatadah, dan Mujahid.
3. Anas ibn Malik (10 SH-93H), di samping ia sendiri menulis dan menghafal
hadis, ia juga mendorong putra-putranya untuk menulis hadis. Anas
memiliki catatan hadis untuk kepentingan pribadi dan untuk mengajarkan
kepada orang lain. Ia juga menulis hadis untuk orang lain, seperti Anas ibn
Sirin. Ada juga murid-muridnya yang menulis hadis yang diterima darinya
seperti Tsumamah ibn Ubaidillah dan Katsir ibn Salim.
4. Abu Bakr al-Shiddiq (50 SH-13 H). Diceritakan oleh Aisyah r.a. bahwa Abu
Bakar mengumpulkan hadis dari Rasulullah sebanyak 500 hadis. Namun,
al-Dzahabi berpendapat bahwa riwayat tersebut tidak shahih. Sedangkan
hadis-hadis yang ditulis oleh Abu Bakar di antaranya yaitu;
a. Surat kepada Anas ibn Malik, gubernur Bahrain. Abu Bakar
mencantumkan beberapa hadis tentang wajibnya membayar zakat bagi
orang Islam;
b. Surat kepada Amr ibn al-Ash, di mana dalam surat itu dicantumkan
beberapa hadis.
5. Abu Hurairah (19 SH-59 H). Rasulullah Saw. pernah mendoakannya agar
selalu hafal hadis-hadis yang diterima dari beliau. Pada awalnya, Abu
Hurairah tampaknya tidak mempunyai catatan-catatan hadis, sebab beliau
berkata: ‘Ali ibn ‘Abdillah menceritakan kepada kami, ia berkata: Sufyan
menceritakan kepada kami, ia berkata: ‘Amr menceritakan kepada kami, ia
berkata: Wahb ibn Munabbih menceritakan kepada kami dari saudaranya, ia
8
berkata: tidak ada seorangpun dari sahabat-sahabat Nabi Saw. yang
lebih banyak hadisnya dariku kecuali ‘Abdullah ibn ‘Amr, karena ia menulis
sedangkan saya tidak menulis.
6. Abu Syah (Umar ibn Sa„ad al-Anmari) adalah seorang penduduk Yaman.
Ia meminta kepada Rasulullah Saw. dicatatat hadis yang disampaikannya
ketika beliau berpidato pada peristiwa futuh Makkah sehubungan dengan
terjadinya pembunuhan yang dilakukan oleh sahabat dari Bani Khuza„ah
terhadap salah seorang lelaki Bani Lais.
7. Ali ibn Abi Thalib (23 SH-40 H), selain sebagai salah seorang penulis
pribadi Rasulullah Saw., ia juga memiliki catatan pribadi yang berisi beberapa
hadis.
Pada umumnya, sahabat-sahabat yang menulis hadis bukan untuk
disebarkan secara luas, tetapi lebih sebagai koleksi pribadi. Seiring dengan
berjalannya waktu, hadis-hadis yang mereka tulis kemudian diriwayatkan oleh
murid-murid mereka.11
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Periode Rasulullah SAW merupakan periode pertama sejarah pertumbuhan hadis.
Periode ini terhitung cukup singkat bila dibandingkan dengan masa-masa berikutnya.
Keadaan tersebut sangat menuntut keseriusan dan kehati-hatian para sahabat sebagai
pewaris pertama ajaran Islam dalam menerima kedua sumber ajaran tersebut. Pada
tangan mereka, kedua-duanya harus terpelihara dan disampaikan kepada pewaris
berikutnya secara berkesinambungan. Mengenai penulisan hadis terdapat dua kelompok
hadis yang nampaknya bertentangan, yaitu antara hadis larangan dan anjuran. Meskipun
ada riwayat yang berasal dari Rasulullah SAW yang membolehkan untuk menuliskan
hadits, dan diberi kelonggaran untuk menulis hadits. Banyak para sahabat yang memiliki
catatan dan melakukan penulisan hadis, baik untuk disimpan sebagai catatan pribadi
maupun untuk memberi pesan kepada orang lain dalam bentuk surat dengan
membubuhkan hadis.
3.2 Saran
Penyusun berharap dengan paparan-paparan yang sudah disampaikan diatas dapat
diterima dan dipahami dengan seksama oleh pembaca, sehingga dapat dijadikan acuan saat
mengkaji penulisan hadis pada masa Rsulullah SAW dan masa sahabat.
10
Daftar Pustaka
Anwar, Latifah. (Juni, 2020).“Penulisan Hadis pada Masa Rasulullah SAW”. Jurnal Ilmu Al
Qur`an dan Hadist. 3(2).
Dwi, Aulia .“Hadist pada Masa Sahabat”, https://academia.edu/. Diakses pada tanggal 3 April
2022.
Harahap, Radinal Mukhtar . (januari-Juli, 2018) .“Hadis pada Masa Nabi Muhammad SAW
dan Sahabat”. Jurnal Ilmu Hadis. 1(1).
Idri, DKK, Studi Hadis. Surabaya:UIN Sunan Ampel Surabaya. 2021.
Nurhasanah, Tina .“Sejarah Hadits pada Masa Rasulullah Saw Sahabat dan Tabi’in”,
https://academia.edu/. Diakses pada tanggal 3 April 2022.
Usman, Iskandar . (Januari-Juni, 2021).“Hadis pada Masa Rasulullah dan Sahabat: Studi Kritis
terhadap Pemeliharaan Hadis”. Jurnal Hukum Keluarga. 4(1).
iv