Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

MAKALAHsosiologi Kawasan Kel.4

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KAJIAN DAN TINJAUAN SOSIOLOGI MASYARAKAT DESA DAN KOTA SERTA


PROSPEK PERKEMBANGAN

Makalah ini diajukan untuk Mata Kuliah Sosiologi Kawasan

Oleh:

1. Abdul Azis Assalam (04010521099)


2. Ainur Rosyidah (04020221023)

Dosen Pengampu:

Sugiantoro, S. Sos, M. Pd

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

MARET 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Kajian dan Tinjauan Sosiologi Masyarakat Desa dan Kota serta Prospek
Perkembangannya” ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk makalah ini.

Surabaya, Maret 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Desa secara Sosiologis


2.1.1. Konsep dan Kajian Sosiologis Perdesaan..........................................................2
2.1.2. Karakteristik Masyarakat Desa..........................................................................3
2.1.3. Prospek Perkembangan Sosiologis Perdesaan...................................................5
2.2 Tinjauan Kota secara Sosiologis
2.2.1. Konsep dan Kajian Sosiologis Perkotaan...........................................................6
2.2.2. Karakteristik Masyarakat Kota.........................................................................11
2.2.3. Prospek Perkembangan Kota...........................................................................12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...................................................................................................................14
3.2 Saran.............................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................iv

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masyarakat adalah sekolompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup
(atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu
yang berada dalam kelompok tersebut. Melihat dari berbagai aspek kehidupan yang
terjadi di masyarakat pada saat ini, masih terjadinya beberapa fenomena pergeseran
nilai, norma serta adat istiadat kaitannya dengan pemahaman tentang masyarakat desa
dan kota. Hal tersebut dapat ditinjau dari ilmu sosiologi, dimana yang menjadi obyek
adalah masyarakat yang dilihat dari hubungan antara manusia, dan proses yang timbul
dari hubungan manusia di dalam masyarakat.
Karakteristik masyarakat desa dan kota bisa begitu berbeda akibat adanya beberapa
perbedaan signifikan terkait cara hidup sehari-hari dan sistem sosialnya. Maka perlu
pemahaman yang jelas mengenai masyarakat desa dan kota agar adanya pemahaman
yang mendasar sehingga tidak terjadi suatu penyimpangan dalam nilai, norma dan adat
istiadat yang ada dalam masyarakar desa maupun kota.
1.2 Rumusan Masalah
Makalah ini memuat beberapa rumusan masalah terkait latar belakang yang ada
diatas, yakni:
1. Bagaimana tinjauan desa secara sosiologis dan prospek perkembangannya?
2. Bagaimana tinjauan kota secara sosiologis dan prospek perkembangannya?
1.3 Tujuan
Makalah ini memuat beberapa tujuan terkait rumusan masalah yang diajukan, yakni:
1. Untuk memahami tinjauan desa secara sosiologis dan prospek perkembangannya.
2. Untuk memahami tinjauan kota secara sosiologis dan prospek perkembangannya.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Desa secara Sosiologis


2.1.1. Konsep dan Kajian Sosiologi Perdesaan
Sosiologi Pedesaan dipahami sebagai penerapan teori-teori (umum)
sosiologi dalam mempelajari masyarakat. Smith dan Zophf dalam Bahrein (1996)
mengemukakan bahwa sosiologi pedesaan adalah sosiologi dari kehidupan
pedesaan (sociologi of rural life). Studi ini adalah suatu pengetahuan yang
sistematik sebagai hasil, penerapan metode ilmiah dalam upaya mempelajari
masyarakat pedesaan, struktur dan organisasi sosialnya, sistem dasar
masyarakat, dan proses perubahan sosial yang terjadi. Pendapat Smith dan
Zophf didukung oleh Wiriatmaja dimana sosiologi pedesaan adalah ilmu
yang mencoba mengkaji hubungan anggota masyarakat di dalam dan antara
kelompok-kelompok di lingkungan pedesaan. Sementara itu Rogers dkk dalam
Bahrein (1996), melihat sosiologi pedesaan sebagai ilmu yang mempelajari
prilaku spasial (fenomena) masyarakat dalam setting pedesaan yang
berhubungan dengan kelompoknya. Sosiologi pedesaan lebih sering dipakai
dalam pemecahan masalah masyarakat pedesaan. Oleh karena itu , studi ini lebih
berorientasi pada proses perubahan sosial dan pemecahan masalah. Tidak jauh
berbeda jauh dengan Galeski (1972), sosiologi pedesaan disebutnya sebagai
studi yang cenderung deskriptif, karena pedesaan merupakan daerah
pertanian, terdapat pola-pola pertanian dan bertani, kehidupan keluarga di
desa, tingkat kehidupan dan perkembangan penduduknya, struktur sosial
yang berhubungan dengan pekerjaan, lembaga-lembaga pedesaan, adat dan
kebiasaan penduduk dan sebagainya. Bahkan dewasa ini sosiologi pedesaan
ada yang menganggap sama dengan sosiologi pertanian (sociology of
agriculture). Namun keduanya memiliki perbedaan, yaitu sosiologi pertanian
cenderung memfokuskan upaya sosiologi bagi masyarakat desa yang
menggeluti pertanian saja. Sedang sosiologi pedesaan menekankan studinya
pada masyarakat pedesaan tanpa mempersoalkan hubungan mereka dengan

2
usaha tani. Karena banyaknya masyarakat desa yang tidak lagi secara lansung
terlibat pada sektor primer, tetapi sudah berkembang ke sektor sekunder. 1
2.1.2. Karakteristik Masyarakat Desa
Secara umum, dalam kehidupan masyarakat di pedesaan dapat dilihat
beberapa karakteristik yang dimiliki, sebagaimana dikemukakan oleh Roucek
dan Warren, dalam Jefta (1995) yaitu :
a. Mereka memiliki sifat yang homogeny dalam hal mata pencaharian, nilai-
nilai budaya, sikap dan tingkah laku.
b. Kehidupan di desa lebih menekankan keterlibatan anggota keluarga dalam
kegiatan pertanian untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga.
Keluarga juga berperan sebagai pengambil keputusan yang final dalam
memecahkan persoalan.
c. Faktor geografis sangat berpengaruh terhadap kehidupan bermasyarakat,
misalnya adanya keterikatan, anggota masyarakat dengan tanah atau desa
kelahirannya.
d. Hubungan sesama anggota keluarga masyarakat lebih intim dan jumlah
anak pada keluarga inti lebih banyak.

Apa yang dikemukakan di atas, tidak berarti berlaku di setiap desa


karena bisa saja salah satu atau beberapa cirri yang sudah ada tidak
kelihatan lagi akibat terjadinya perkembangan dalam masyarakat desa itu
sendiri. Selanjutnya Rogers dkk (1969) juga mengemukakan hal yang hampir
sama tentang masyarakat desa, namun ia lebih menjelaskan dari segi petani,
yaitu

a. Adanya rasa ketidakpercayaan timbal balik antara petani dengan yang


lain.
Hal ini bisa terjadi karena untuk memenuhi kebutuhan hidup,
sesama anggota komunitas salain berebut untuk mendapatkan sumber-
sumber ekonomi yang terbatas. Misalnya tanah, adalah sumber produksi
usaha tani yang terbatas sementara jumlah penduduk semakin bertambah
disertai pula dengan pekerjaan di bidang pertanian tidak menjamin
sehingga petani berusaha di luar sektor pertanian.
b. Pandangan yang sempit dikalangan petani

1 Nora Susilawati, Sosiologi Perdesaan (Padang:Universitas Negeri Padang, 2019), 2-3.

3
Pandangan yang sempit menyebabkan kesempatan untuk maju selalu
terbatas. Hal ini dapat dilihat dari ungkapan-ungkapan masyarakat yang
memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Misalnya Jawa,
mengungkapkan bahwa “lakune wong urip gumantung nasibe dewe-dewe”
(orang hidup itu tergantung nasibnya sendiri-sendiri).
c. Ketergantungan dan curiga terhadap pemerintah
Hubungan antara petani dengan pemerintah cenderung kurang
harmonis bila pemerintah memperlihatkan gaya kepemimpinan yang otoriter.
Dengan demikian tidak adanya keterbukaan dan kebebasan menetukan
pilihan menimbulkan rasa curiga terhadap pemerintah.
d. Familisme
Adanya rasa kekeluargaan dan keakraban diantara orang-orang yang
memiliki tali kekerabatan.
e. Rasa enggan untuk menerima atau menciptakan ide-ide baru
Kondisi ini ada dalam masyarakat desa yang relative belum
berkembang disebabkan oleh sumberdaya alam yang cukup menghidupi
mereka. Masyarakat baru menerima ide-ide baru kalau sumberdaya
alamnya tidak mendukung lagi atau mulai berkurang.
f. Fatalisme
Sikap ini tercermin pada pandangan seseorang yang menganggap
bahwa keberhasilan bukanlah hasil kerja keras seseorang, tetapi berada
diluar dirinya (supernatural).
g. Keinginan yang sangat rendah untuk menggapai masa depan
Dalam masyarakat desa terutama mereka yang rentan terhadap
kemiskinan, cenderung ditemukan keinginan yang sangat rendah baik
dibidang pendidikan maupun jenis pekerjaan lain (terutama anak-anak dan
wanita).
h. Kekurangan atau ketiadaan sifat untuk dapat mengekang diri untuk
mengorbankan kenikmatan sekarang demi pencapaian keuntungan yang
lebih besar di masa depan.
Keadaan ini disebabkan karena petani selalu diliputi oleh situasi yang
tidak menentu akibat tergantungnya mereka dengan alam. Misalnya
nelayan, bila mendapatkan hasil yang berlebih, mereka cenderung
membeli barang kebutuhan rumah tangga seperti elektronik untuk
4
dinikmati dalam “semusim”. Bila musim berikutnya kurang beruntung,
apa yang telah dibeli, dijual kembali dengan harga yang lebih murah.
i. Pandangan yang terbatas dengan dunia luar
Hal ini diketahui pada kemampuan masyarakat tersebut dalam
menyerap sesuatu yang datang dari luar, misalnya pesan-pesan pembangunan
yang disampaikan apakah dapat diterima, dipahami dan dipraktekkan oleh
masyarakat tersebut.2
2.1.3. Prospek perkembangan Sosiologis Perdesaan

Sosiologi pedesaan sebagai salah satu cabang dari sosiologi,


perkembangannya tidak terlepas dari peranan para akademisi di Amerika Serikat
yang lebih dari setengah abad telah mengembangkannya, sehingga merupakan
bidang akademik yang terpandang dan profesional, seperti pada tulisan Smith dan
Zopf (1970), Galeski (1972). Seperti diketahui bahwa sosiologi pedesaan tumbuh
dan berkembang pertama kali di Amerika Serikat, bermula dari para pendeta
Kristen yang hidup di daerah pedesaan (pertanian) yang menuliskan bagaimana
kondisi sosial ekonomi masyarakat pedesaan yang hidup di bagian utara negeri itu
(Zainudin, 2009). Lewat tulisan itu, mereka berusaha mencari pemecahan problem
yang timbul di dalam masyarakat pedesaan. Masalah itu timbul bersamaan dengan
lahirnya industri di benua ini yang menyebabkan sebagian daerah pedesaan
menjadi terbengkalai, bahkan beberapa daerah pedesaan di New England dan
daerah timur Laut Amerika Serikat sempat mengalami depopulasi, sehingga
mengundang isu kemanusiaan yang muncul kepermukaan. Berakhirnya masa
penjelajahan baru ke arah barat pada tahun-tahun akhir abad ke sembilan belas, dan
hal itu memberikan dampak pada kehidupan pedesaan.3

Dalam konteks kekinian kajian tentang sosiologi pedesaan juga melingkupi


tema: Ketimpangan Struktural Ekonomi dan Politik di Pedesaan; Budaya Miskin,
Kemiskinan, dan Eksklusi Sosial Masyarakat Pedesaan; Perubahan Iklim dan
Pergeseran Strategi Nafkah Masyarakat Pedesaan; Konflik dan Potensi Konflik di
Pedesaan; Desentralisasi dan Dinamika Politik Lokal di Pedesaan; Perempuan,

2Ibid, 8-12.
3Muhammad Zid dan Ahmad Tarmiji Alkhudri, Sosiologi Perdesaan:Teoritisasi dan Perkembangan Kajian
Perdesaan di Indonesia (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada , 2016), 3.
5
Keluarga, dan Migrasi di Pedesaan; Rekayasa Pembangunan dan Pendidikan untuk
Pedesaan. Sumbangan sosiologi pedesaan dalam politik kemasyarakatan memang

masih terbatas. Namun mereka dapat membantu pengambilan keputusan-


keputusan yang dibuat dengan cara:

1. Menjelaskan definisi, objek, dan indikator sosial


2. Menjelaskan hubungan sesama manusia dan perilakunya
3. Meneliti aturan, fungsi kelompok/organisasi sosial
4. Menemukan tenaga pendorong, mekanisme, dan proses perubahan sosial dan
lain sebagainya.4

2.2 Tinjauan Kota secara Sosiologis


2.2.1. Konsep dan Kajian Sosiologis Perkotaan
Masyarakat perkotaan seperti yang telah diketahui oleh mayoritas orang selalu
identik dengan sifat individualisme, matrealistis, penuh kemewahan, dikelilingi
gedung-gedung pencakar langit, perkantoran, dan pabrik-pabrik yang besar.
Masyarakat perkotaan memiliki ciri yang berbeda dengan masyarakat perdesaan,
tetapi didalam perkotaan juga terdapat kelompok pekerja informa, adanya
perkampungan kumuh, dan juga ada kelompok masyarakat yang hidup dibawah
standar kehidupan sosial.
Sosiologi perkotaan merupakan kajian mengenai kehidupan dan interaksi
sosial manusia di wilayah metropolitan. Sosiologi perkotaan mengkaji mengenai
struktur, proses, perubahan dan masalah yang terjadi di wilayah urban dan
memberi masukan mengenai perencanaan serta pembuatan kebijakan. Sosiologi
perkotaan menggunakan analisis statistik, pengamatan, teori sosial, wawancara,
dan metode tertentu guna mempelajari berbagai topik termasuk migrasi dan tren
demografi, ekonomi, kemiskinan, hubungan, ras, tren ekonomi, dan lainnya.
Beberapa pandangan sosiologi mengenai konsep kota:
a. Max Weber berpendapat bahwa “suatu tempat adalah kota apabila penghuni
setempatnya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar
lokal. Barang-barang itu harus dihasilkan oleh penduduk dari pedalaman dan
dijualbelikan di pasar itu. Max Weber meberi ciri-ciri kota adalah adanya

4 Ibid, 15-16.
6
pasar, dan sebagai benteng, serta mempunyai sistem hukum dan lain-lain
tersendiri, dan bersifat kosmopolitan.
b. Cristaller dengan “central place theory”-nya menyatakan kota berfungsi
menyelenggarakan penyediaan jasa-jasa bagi daerah lingkungannya. Menurut
teori ini, kota didefinisikan sebagai pusat pelayanan. Kota sebagai pusat
tergantung kepada seberapa jauh daerah-daerah di sekitarnya memanfaatkan
penyediaan jasa-jasa kota tersebut. Kota tersusun dalam suatu hirarki berbagai
jenis akbiat dari adanya pandangan ini.
c. Sjoberg berpendapat bahwa, sebagai titik awal gejala kota adalah
timbulnya golongan literati (golongan intelegensia kuno seperti pujangga,
sastrawan dan ahli-ahli keagamaan), atau berbagai kelompok spesialis yang
berpendidikan dan nonagraris, sehingga muncul pembagian kerja tertentu.
Pembagian kerja ini merupakan ciri kota.
d. Karl Marx dan F.Engels memandang kota sebagai “persekutuan yang
dibentuk guna melindungi hak milik dan guna memperbanyak alat-alat
produksi dan alat–alat yang diperlukan agar anggota masing-masing dapat
mempertahankan diri”. Perbedaan antara kota dan pedesaan menurut
mereka adalah pemisahan yang besar antara kegiatan rohani dan materi.
e. Prof. Bintarto, sebagai ahli geografis Indonesia berpendapat sebagai
berikut: kota dapat diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan
manusia yang ditandai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen dan
coraknya yang materialistis, atau dapat pula diartikan sebagai benteng budaya
yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala gejala
pemutusan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat
heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya. 5
Secara sosiologis kehidupan masyarakat perkotaan lebih ditekankan kepada
sektor industri bisnis dan wirausaha lainnya kedalam struktur yang lebih kompleks.
Masyarakat perkotaan yang memiliki kehidupan yang cenderung individual,
heterogen dan persaingan yang tinggi akan mudah menimbulkan pertentangan atau
konflik antar masyarakat. Terdapat sebuah asumsi yang menyatakan bahwa
masyarakat perkotaan merupakan orang yang pintar, tidak mudah tertipu, cekatan
dalam berfikir dan bertindak, serta mudah menerima perubahan tidak selamanya

5 Ahmad Saebani, Sosiologi perkotaan, Bandung: CV Pustaka Setia, 20017, 34.


7
benar, karena realita yang ada masih banyak masyarakat perkotaan yang hidup
dibawah standar kehidupan sosial. Masyarakat kota tidak bisa selamanya dikatakan
sebagai masyarakat modern, karena yang dimaksud masyarakat modern dalam
kajian bahasan ini adalah kelompok masyarakat yang berada didalam daerah
keramaian dan lebih mudah mengalami perubahan atau pengaruh dari kehidupan
masyarakat perkotaan.
Ciri sosiologis masyarakat perkotaan dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pekerjaan
Sifat pekerjaan yang ada di kota tidak dapat bergantung kepada alam
seperti masyarakat pedesaan. Masyarakat perkotaan lebih banyak bekerja
pada sektor sekunder dan jasa, mereka bekerja di ruang tertutup tidak
bergantung kepada faktor alam. Gejala alam dapat dipahami secara ilmiah
dan secara rasional dapat dikendalikan. Masyarakat perkotaan lebih
mengedepankan kemampuannya bersaing dalam bidang usaha.
b. Ukuran komunitas
Heterogenitas menjadi ciri yang menonjol masyarakat perkotaan,
karena mayoritas masyarakatnya berasal dari sosiokultural yang berbeda-
beda. Berbeda dengan masyarakat perdesaan mereka masih membutuhkan
lahan yang luas untuk bercocok tanam. Kondisi daerah perkotaan selalu
ditandai dengan padatnya bagunan, baik untuk tempat tinggal maupun
perkantoran. Penggolongan kota berdasarkan jumlah penduduk adalah
sebagai berikut:
1) Kota kecil, jumlah penduduk 20.000 – 100.000 orang.
2) Kota sedang, jumlah penduduk 100.000 – 500.000 orang.
3) Kota besar, jumlah penduduk 500.000 – 1.000.000 orang.
4) Kota metropolis, jumlah penduduk 1.000.000 – 5.000.000 orang.
5) Kota megapolitan, jumlah penduduk di atas 5 juta orang.
c. Kepadatan penduduk
Tingkat kepadatan penduduk di kota lebih tinggi jika dibandingkan di
desa, hal ini disebabkan oleh banyaknya penduduk di daerah perkotaan
yang awalnya berasal dari berbagai daerah.
d. Lingkungan
Lingkungan masyarakat kota tergolong kedalam lingkungan buatan
manusia (artificial). Lynn Smith mengemukakan bahwa masyarakat kota

8
membangun lingkungannya sedemikian rupa sehingga menjadi perisai
antara mereka dengan gejala-gejala alam. Misalnya membuat AC, alat
pemanas, tanggul pemecah banjir dan lainnya.
e. Diferensiasi sosial
Di lingkungan perkotaan diferensiasi sosial terlihat sangat jelas dilihat
dari adanya perbedaan aktivitas kehidupan yang mereka lalui dalam
kesehariannya. Penduduk perkotaan sangat bervariasi jenisnya, mulai dari
asal suku bangsa, bahasa, pekerjaan dan lainnya, sehingga menimbulkan
masyarakat yang heterogen. Kota identik dengan heterogenitas, keragaman
suku dan budaya, sehingga benar-benar menjadi tempat bercampur.
Penduduk kota hidup di tengah percampuran perbedaan yang sangat besar.
f. Stratifikasi sosial
Stratifikiasi sosial penduduk kota cenderung lebih tajam daripada
penduduk perdesaan. Starata perbedaan ekonomi terlihat sangat jelas,
penduduk kota membutuhkan adanya kelembagaan yang menampung
aspirasi dan kepentingan mereka, sehingga mengakibatkan timbulnya
organisasi-organisasi yang memberikan status dan berbagai peranan untuk
penduduk kota. Stratifikasi sosial pada penduduk kota bersifat terbuka
(open social stratification), dengan demikian setiap orang dapat sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya, sehingga memiliki kesempatan
untuk meneiliti starata yang lebih tinggi.
g. Mobilitas Sosial
Mobilitas penduduk memiliki dua segi makna, mobilitas fisik atau
mobilitas geografis atau mobilitas horizontal dan mobilitas vertikal
(perubahan status). Mobilitas fisik adalah gerakan horizontal dari setiap
individu secara teritorial, yaitu berpindah dari satu tempat ke tempat
lainnnya. Pergerakan penduduk kota yang bisa dibilang mudah ini
disebabkan oleh:
1) Banyaknya alat transportasi yang tersedia.
2) Peluang yang besar dalam mendapatkan tempat tinggal ketika
berpindah.
3) Seringnya bertukar pekerjaan.
4) Pembentukan pusat perkotaan baru.

9
Sifat heterogenitas yang ada pada penduduk kota mengakibatkan
kemudahan beralihnya status sosial (mobilitas vertikal) penduduk
kota.terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya mobilitas vertikal,
diantaranya:
1) Adanya jabatan-jabatan atau posisi sehingga mempermudah orang
untuk berpindah secara vertikal, baik ke atas maupun ke bawah.
2) Starifikasi sosial cukup luas, sehingga memperbesar kesempatan
untuk berpindah dari kelas satu ke kelas lainnya.
3) Perbedaan tingkat fertilitas yang menyebabkan semakin
berkurangnya orang-orang yang menempati posisi teratas (top
position) dalam piramid sosial, sehingga menimbulkan kevakuman
yang dapat menciptakan arys vertikal.
4) Perbedaan sifat biologois dan psikologis antara orang tua dan anak,
hal ini akan tampak ketika seorang anak dapat melampaui
kemamuan yang dimiliki oleh orang tuanya, sehingga
menimbulkan perpindah status yang lebih tinggi daripada status
status pertama kali ia dilahirkan. Ketika seorang anak kurang
mampu atau paling tidak ia sama dengan orang tuanya semisal
orang tua lulusan sarjana sedangkan anaknya lulusan SMA, maka
akan memungkinkan seorang anak tidak mampku mempertahankan
level dimana ia dilahirkan.
5) Setiap ada perubahan lingkungan sosial dan budaya pasti akan
menimbulkan mobilitas sosial. Dengan kata lain mobilitas sosial di
perkotaan tinggi, terdapat lebih banyak mobilitas vertikal dalam
semua lapisan sosial, atau mobilitas yang sama dalam tingkat
pendapatan. Di kota banyak terjadi perpindahan pekerjaan dan
tempat tinggal.
h. Interaksi sosial
Interaksi sosial yang ada pada masyarakat perkotaan lebih kita kenal
dengan nama gesseslchaft yaitu kelompok patembayan. Kelompok
patembayan mengedepankan prinsip timbal balik dalam bentuk perjanjian-
perjanjian tertentu yang berorientasi kepada keuntungan atau pamrih.
Hubungan yang ada dalam kelompok patembayan hanya terjadi ketika
mereka sama-sama memiliki kepentingan saja.
10
i. Solidaritas sosial
Masyarakat perkotaan memiliki solidaritas sosial, namun yang ada
adalah solidartas organik, yaitu solidaritas terbentuk berdasarkan
perbedaan yang ada. Banyaknya perbedaan yang ada pada masyarakat
kota, menjadikan semakin besar pula perbedaan mereka dalam hal
perbedaan. Solidaritas hanya dapat diatur secara organis, maksudnya
menimbulkan rasa solidaritas karena adanya kepentingan yang sama.
j. Kontrol sosial
Masyarakat kota lebih bersifat individualis, mereka tidak ingin tahu
menahu mengenai apa yang diperbuat oleh orang lain. Karena adanya sifat
individualis tersebut menyebabkan kontrol sosial yang ada pada penduduk
kota lemah. Sanksi sosial yang ada di masyarakat kota cenderung lebih
formal, berbeda dengan sanksi sosial yang berasal dari masyarakatya
sendiri seperti yang terjadi pada masyarakat perdesaan. 6
2.2.2. Karakteristik Masyarakat Kota
Masyarakat perkotaan jika ditinjau dari sisi sosiologis memiliki beberapa
karakteristik, antara lain:
a. Mutu keagamaan masyarakat kota lebih rendah dari pada masyarakat
perdesaan. Hal ini disebabkan karena adanya pola pikir masyarakat kota yang
rasional. Kehidupan masyarakat kota lebih diwarnai kecenderungan ke arah
duniawi dibanding masyarakat perdesaan yang cenderung mengarah ke
keagamaan.
b. Masyarakat perkotaan lebih mandiri, mereka bisa hidup tanpa harus
bergantung kepada orang lain, sedangkan di desa orang cenderung lebih
mementingkan keluarga atau kelompok. Di kota kehidupan keluarga tidak bisa
disatukan karena bedanya kepentingan, paham politik, agama dan sebagainya.
c. Pembagian kerja penduduk kota lebih terspesiaisasi.
d. Peluang pekerjaan di kota lebih terbuka karena adanya spesialisasi pekerjaan.
e. Cara berfikir rasional yang menyebabkan interaksi sosial yang terjadi hanya
atas dasar kepentigan daripada faktor pribadi.
f. Masyarakat kota menganggap pembagian waktu sangat penting sekali karena
dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu.

6Suparmini dan Agustiana Tri, Buku Ajar Masyarakat Desa Dan Kota, Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta, 2015, 96.

11
g. Perubahan sosial di kota terlihat sangat jelas karena mereka sangat terbuka
sekali menerima pengaruh dari luar.
2.2.3. Prospek Perkembagan Kota
Istilah perkembangan kota (urban development) memiliki arti suatu perubahan
menyeluruh, yaitu perubahan yang mencakup segala aspek yang ada di kota, baik
perubahan sosial ekonomi, sosial budaya, maupun perubahan fisik. Perkembangan
kota mempunyai dua aspek utama, pertama mengenai aspek perubahan-perubahan
yang dikehendaki dan dialami oleh penduduk kota, dan kedua mengenai perluasan
atau pemekaran kota. Aspek perubahan yang dikehendaki oleh penduduk kota lebih
menekankan kepada pemenuhan kebutuhan prasarana dan fasilitas hidup di kota.
Terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kota,
diantaranya:
a. Faktor penduduk, yaitu adanya pertumbuhan penduduk baik disebabkan
karena pertambahan secara alamiah penduduk tersebut maupun karena
migrasi.
b. Faktor sosial ekonomi, yaitu perkembangan kegiata usaha masyarakat
penduduk kota.
c. Faktor sosial budaya, yaitu adanya perubahan pola kehidupan dan tata cara
masyarakat akibat dari pengaruh luar, komunikasi, dan sistem informasi.
Perkembangan suatu kota dipengaruhi oleh perkembangan dan kebijakan
ekonomi, hal ini terjadi karena sebenarnya perkembangan kota pada dasarnya
adalah wujud fisik perkembangan ekonomi. Kegiatan sekunder dan tersier seperti
manufaktur dan jasa-jasa cendung bertempat di kota-kota karena faktor
“urbanization economic” yang berarti sebagai kekuatan yang mendorong kegiatan
usaha untuk bertempat di kota sebagai pusat pasar, tenaga kerja ahli dan
sebagainya.
Teori Central Place dan Urban Base merupakan teori mengenai
perkembangan kota yang paling populer dalam menjelaskan perkembangan kota.
Menurut teori central place seperti yang dikemukakan oleh Christaller, suatu kota
berkembang sebagai akibat dari fungsinya dalam menyediakan barang dan jasa
untuk daerah sekitarnya. Teori Urban Base juga menganggap bahwa
perkembangan kota ditimbulkan dari fungsinya dalam menyediakan barang kepada
daerah sekitarnya juga seluruh daerah di luar batasbatas kota tersebut. Menurut
teori ini, perkembangan ekspor akan secara langsungmengembangkan pendapatan

12
kota. Disamping itu, hal tersebut akan menimbulkan pula perkembangan industri-
industri yang menyediakan bahan mentah dan jasajasa untuk industri-industri yang
memproduksi barang ekspor yang selanjutnya akan mendorong pertambahan
pendapatan kota lebih lanjut.

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sosiologi pedesaan adalah suatu studi yang mempelajari kehidupan masyarakat
dipedesaan, yaitu mengenai perilaku, struktur sosial, organisasi social, lembaga,
adat, kebiasaan dan perubahan social serta bagaimana memecahkan persoalan di
pedesaan. Ada beberapa karakteristik yang mencirikan tentang masyarakat desa, namun
ciri-ciri tersebut tidak berlaku bagi setiap desa, karena masyarakat selalu mengalami
perkembangan dan perubahan. Sosiologi pedesaan sebagai salah satu cabang dari
sosiologi, perkembangannya tidak terlepas dari peranan para akademisi di Amerika
Serikat yang lebih dari setengah abad telah mengembangkannya.
Sosiologi perkotaan merupakan kajian mengenai kehidupan dan interaksi sosial
manusia di wilayah metropolitan. Secara sosiologis kehidupan masyarakat perkotaan
lebih ditekankan kepada sektor industri bisnis dan wirausaha lainnya kedalam struktur
yang lebih kompleks. Masyarakat perkotaan yang memiliki kehidupan yang cenderung
individual, heterogen dan persaingan yang tinggi akan mudah menimbulkan pertentangan
atau konflik antar masyarakat. Perkembangan kota mempunyai dua aspek utama,
pertama mengenai aspek perubahan-perubahan yang dikehendaki dan dialami oleh
penduduk kota, dan kedua mengenai perluasan atau pemekaran kota.
3.2 Saran
Penyusun berharap dengan paparan-paparan yang sudah disampaikan diatas dapat
diterima dan dipahami dengan seksama oleh pembaca, sehingga dapat dijadikan acuan
saat mengkaji sosiologis masyarakat desa dan kota.

14
DAFTAR PUSTAKA

Susilawati, Nora . Sosiologi Perdesaan. Padang:Universitas Negeri Padang. 2019.


Alkhudri, Ahmad Tarmiji dan Muhammad Zid. Sosiologi Perdesaan:Teoritisasi dan
Perkembangan Kajian Perdesaan di Indonesia. Jakarta:PT RajaGrafindo Persada.
2016.
Saebani, Ahmad. Sosiologi perkotaan. Bandung: CV Pustaka Setia. 2017.
Tri, Agustiana dan Suparmini . Buku Ajar Masyarakat Desa Dan Kota. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta. 2015.

iv

Anda mungkin juga menyukai