Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Makalah Kelompok 3 Ulumul Hadits

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SEJARAH HADIST PRAKODIFIKASI


HADIST PADA MASA RASULULLAH,
SAHABAT DAN TABI’IN

Dosen Pengampu: Dr.H.Usman Armaludin,M.Ag.

Disusun oleh :

1. Ahmad Sabeli A
2. Mozsa Sevti Utami
3. Putri Nabila Suci Adhesty
4. Yeni Yulianti

SEMESTER II C
HUKUM EKONOMI SYARIAH
STAI AL ANDINA
SUKABUMI
TAHUN 2022
Daftar Isi

Kata Pengantar……………………………………………………….. 3

Bab I………………………………………………………………….. 4

A.Pendahuluan…………………………………………………… 4

BabII…………………………………………………………………. 5

A.Pembahasan…………………………………………………… 6
B. SEJARAH HADIS PRAKODIFIKASI …………………….. 7
1. HADIS PADA PERIODE RASULULLAH SAW…………… 8

2.HADIS PADA PERIODE SAHABAT……………………….. 9

3.HADIS PADA PERIODE TABI’IN…………………………. 10

BABIII………………………………………………………….. 11

Penutup…………………………………………………………. 11

Kesimpulan…………………………………………………….. 12

Daftar Pustaka
Kata Pengantar

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai.Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.Untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Sukabumi, 20 Maret 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

Dalam sejarahnya hadis mengalami perkembangan yang agak lambat dan bertahap
dibandingkan dengan Alquran.Hal ini terjadi karena pada saat itu penulisan hadis secara umum
sangat dilarang.Masa pembukuannya pun terlambat sampai pada abad II hiriah dan mengalami
masa kejayaan pada abad III hijriah.
Perkembangan dan pengkodifikasian hadis dibagi menjadi 5 masa yaitu masa Nabi
Muhammad Saw, pada masa sahabat, tabiin, tabi’ tabi’in, dan periode setelah tabi’
tabi’in.perkembangan hadis pada masa awal lebih banyak menggunakan lisan, dikarenakan
larangan Nabi untuk menulis hadis. Larangan tersebut berdasarkan kekhawatiran Nabi akan
tercampirnya nash Alquran dengan hadis. Selain itu, juga disebabkan fokus Nabi pada para
sahabat yang bisa menulis untuk menulis Alquran.
BAB II
PEMBAHASAN

SEJARAH HADIS PRAKODIFIKASI

Masa prakodifikasi hadis berarti masa sebelum hadis dibukukan, dimulai dari sejak
munculnya hadis pertama yang diriwayatkan dari Rasulullah Saw dengan rentang waktu yang
dilalui masa prakodifikasi ini mencakup tiga periode penting dalam sejarah transmisi hadis yaitu
periode Rasulullah Saw, periode sahabat dan periode tabi’in.
Secara garis besar, pola penyusunan kitab Hadis yang berkembang pada kurun waktu abad II H
sampai dengan abad IV H dapat dipolakan menjadi empat bentuk metode penulisan kitab Hadis,
yaitu: sunan, mushannaf, jâmi‘, dan musnad.
Upaya penulisan (kodifikasi) hadits secara resmi dilatar belakangi oleh beberapa faktor,
diantaranya :
1. Al-Qur‘an telah dibukukan dan tersebar luas, sehingga tidak dikhawatirkan lagi akan
bercampurnya dengan hadits.
2. Para perawi hadits telah banyak yang wafat. Bila terus dibiarkan,
dikhawatirkan hadits juga akan hilang seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu perlu
segera dibukukan.
3. Daerah kekuasaan Islam semakin luas. Peristiwa-peristiwa yang dihadapi umat Islam
semakin kompleks. Hal ini tentu memerlukan petunjuk dari hadits sebagai sumber agama.
4. Pemalsuan hadits semakin merajalela, kalau dibiarkan dapat mengancam kemurnian dan
kelestarian hadits. Maka dari itu perlu diadakan pembukuan hadits guna menyelamatkan
hadits dari pemalsuan.

Pandangan Goldziher tentang sejarah kodifikasi Hadits sebenarnya kurang lebih sama saja
seperti pandangan kaum Muslim. Ia berpendapat kaum Muslim sejak masa dini telah berusaha
menjaga, menyebarkan, dan mentransmisikan “ajaran-ajaran guru [mereka]”.Peran Nabi yang
amat besar dalam membentuk sikap dan tingkah laku umat Islam, ia akui, sangatlah besar.
Namun demikian, ia juga berpendapat bahwa otoritas Nabi yang amat besar akan sangat
menggoda sejumlah Muslim untuk memanipulasi Hadits demi kepentingan mereka. Dan ini
adalah godaaan yang tak tertahankan!.

HADIS PADA PERIODE RASULULLAH SAW

Di masa lalu, bermula sejak masa Nabi saw dan sahabat, memang terbuka peluang untuk
membukukan Hadis, tetapi untuk menghindarkan tercampur baurnya dengan Alqur’an, maka
nanti pada masa tabi’in barulah Hadis-hadis dibukukan.
Pada periode ini sejarah hadis disebut ‘Ashr al-wahyi wa at-takwin (masa turunnya
wahyu dan pembentukan masyarakat islam. Pada masa inilah, hadis kemudian lahir yang berupa
sabda Nabi, perbuatan Nabi, dan ketetapan Nabi yang fungsinya adalah untuk menerangkan
Alquran serta menegakkan syariat Islam dalam kehidupan masyarakat. Pada masa ini hadis
disampaikan oleh Rasulullah Saw kepada para sahabat dan masyarakat luas melalui khutbah,
pertemuan antar kelompok, dirumah beliau sendiri, dan bahkan pasar ketika beliau sedang
bepergian.Media-media tersebut sangat efektif untuk penyampaian hadis.
Ada beberapa teknik atau cara Rasul SAW dalam menyampaikan Hadits kepada para
sahabat, yang disesuaikan dengan kondisi para sahabatnya. Untuk itu, teknik atau cara yang
digunakan Nabi SAW dalam menyampaikan Hadits, sebagai berikut :
a. Melalui para jama'ah pada pusat pembinaannya yang disebut majlis al-'Ilmi. Melalui
majlis ini para sahabat memperoleh banyak peluang untuk menerima hadits,sehingga
mereka berusaha untuk selalu mengkonsentrasikan diri untuk mengikuti kegiatannya.
b. Dalam banyak kesempatan Rasul SAW juga menyampaikan haditsnya
melalui para sahabat tertentu, yang kemudian oleh para tersebut disampaikannya kepada
orang lain. Hal ini karena terkadang ketika ia mewurudkan suatu Hadits, para sahabat
yang hadir hanya beberapa orang saja, baik karena disengaja oleh Rasul SAW sendiri
atau secara kebetulan para sahabat yang hadir hanya beberapa orang saja, bahkan hanya
satu orang, seperti Hadits-hadits yang ditulis oleh Abdullah bin Amr bin al-'Ash. Untuk
hal-hal yang sensitif, seperti yang berkaitan dengan soal keluarga dan kebutuhan biologis
(terutama yang menyangkut hubungan suami isteri), ia sampaikan melalui isteri-isterinya.
Begitu juga sikap para sahabat, jika ada hal-hal yang berkaitan dengan soal di atas,
karena segan bertanya kepada Rasul SAW, seringkali ditanyakan melalui isteriisterinya.
c. Melalui ceramah atau pidato di tempat terbuka, seperti ketika haji wada'
dan fathu Makkah.
d. Melalui perbuatan langsung yang disaksikan oleh para sahabatnya (jalan musya'hadah),
seperti yang berkaitan dengan praktek-praktek ibadah dan muamalah.
e. Para sahabat yang mengemukana masalah atau bertanya dan berdiolog langsung kepada
Nabi SAW. Melihat kenyataan ini, umat Islam pada saat itu secara langsung memperoleh
Hadits dari Rasul SAW sebagai sumber Hadits, baik itu berupa perkataan, perbuatan dan
taqrir. Antara Rasul SAW dengan mereka tidak ada jarak atau hijab yang dapat
menghambat atau mempersulit pertemuan mereka. Para sahabat menerima Hadits dari
Rasul SAW adakalanya langsung dari beliau sendiri, mereka langsung mendengar atau
melihat contoh perilaku yang dilakukan Nabi SAW, baik karena ada sesuatu soal yang
diajukan oleh seseorang kepada Nabi lalu Nabi menjawabnya, atau karena Nabi sendiri
yang memulai pembicaan tentang suatu persoalan.

Wahyu yang diturunkan Allah Swt kepadanya dijelaskan melalui perkataan, perbuatan,
dan pengakuan atau penetapan Rasulullah Saw.sehingga apa yang disampaikan oleh para sahabat
dari apa yang mereka dengar, lihat, dan saksikan merupakan pedoman Rasulullah adalah satu-
satunya contoh bagi para sahabat karena Rasulullah memiliki sifat kesempurnaan dan keutamaan
yang berbeda dengan manusia lainnya. Larangan mnulis hadis pada masa ini tidaklah umum
kepada semua sahabat, ada sahabat tertentu yang diberikan izin untuk menulis hadis.Nabi
melarang menulis hadis karena khawatir tercampur dengan Alquran.
HADIS PADA PERIODE SAHABAT

Periode ini disebut ‘Ashr At-tatsabbut wa al-iqlal min Al- Riwayah (masa membatasi dan
menyedikitkan riwayat). Nabi Muhammad Saw wafat pada tahun 11 H. kepada umatnya beliau
meninggalkan dua pegangan dasar bagi pedoman hidup, yaitu Alquran dan hadis (sunnah) yang
harus dipegangi dalam seluruh aspek kehidupan umat.
Setelah Nabi Saw wafat, kendali kepemimpinan umat islam berada ditangan sahabat
Nabi. Sahabat Nabi yang pertama menerima kepemimpinan itu adalah Abu Bakar As-shiddiq
(wafat 13 H/634 M) kemudian disusul oleh Umar bin Khattab (wafat 23 H/644 M, Utsman bin
Affan (wafat 35 H/656 M), Dan Ali bin Abi Thalib (wafat 40 H/661 M).
Pada masa khulafaur Rasyidin, sebenarnya sudah mulai tampak kebutuhan akan hadis,
terutama pada masalah-masalah yang khalifah sendiri tidak tahu dan belum mendapatkannya
secara langsung dari Rasulullah. Namun hal itu masih sangat minim sekali, dan hanya terbatas
pada ketidaktahuan sahabat pada satu kasus yang pernah ada di masa Rasulullah, tapi kemudian
diselesaikan oleh sahabat yang lain yang menyaksikannya secara langsung pada masa Rasul.
Perkembangan Islam yang semakin pesat pada masa Umar bin Khattab membuat perkembangan
meniscayakan perlunya tenaga pengajar agama, penyambung lidah Rasulullah serta penyampai
petuah-petuah Rasulullah mengenai berbagai hal yang terkait dengan kehidupan manusia.
Berbagai hadis Nabi yang tertulis di dalam kitab-kitab hadis sekarang ini, asal mulanya
adalah hasil kesaksian sahabat terhadap sabda, perbuatan, taqriri, atau dan hal ihwal Nabi.Apa
yang disaksikan oleh sahabat itu lalu disampaikan kepada orang lain. Orang lain yang menerima
riwayat hadis itu mungkin saja berstatus sebagai sahabat, muhadhramun, atau tabi’in.
muhadhramun dan tabi’in yang menerima riwayat hadis tadi lalu menyampaikan hadis itu kepada
tabi’in atau kepada atha’ al-tabi’in (generasi umat Islam sesudah tabi’in), demikianlah
seterusnya. Sehingga hadis itu akhirnya sampai kepada periwayat yang melakukan kegiatan
penghimpunan hadis. Buah karya para penghimpun hadis (al-mukharrij) itulah yang menjadi
sumber pengetahuan dan rujukan hadis pada masa berikutnya sampai pada masa sekarang. Cara
periwayat memperoleh dan menyampaikan hadis pada masa Nabi tidaklah sama dengan pada
masa sahabat. Demikian pula periwayatan pada masa sahabat tidak sama dengan periwayatan
pada masa sesudahnya. Cara periwayatan hadis pada mana Nabi lebih terbebas dari syarat-syarat
tertentu bila dibandingkan dengan periwayatan pada masa sesudahnya. Hal ini disebabkan,
karena pada masa Nabi selain tidak ada bukti yang pasti tentang telah terjadinya pemalsuan
hadis, juga karena pada masa itu seseorang akan lebih mudah melakukan pemeriksaan sekiranya
ada hadis yang diragukan kesahihannya. Makin jauh jarak waktu dari masa hidup Nabi, makin
sulit pengujian kebenaran suatu hadis.

HADIS PADA PERIODE TABI’IN

Menurut bahasa, tabiin merupakan bentuk jamak dari kata tab’i atau tabi’un. Sedangkan tabi
adalah isim fail dari kata tabi’a yang bermakna berjalan dibelakangnya. (Luis
Ma’luf:1992).Sedangkan menurut istilah, tabiin memiliki beberapa definisi yang bersumber dari
para ahli hadis.Dalam hal ini diantara pengertian tabiin menurut istilah yang dikemukakan oleh
para ahli hadis. Tabiin adalah orang Islam yang hanya bertemu dengan sahabat, berguru
kepadanya, tidak bertemu dengan nabi saw dan tidak pula semasa dengan nabi saw.(Hasbi
Ashishiddiqie:1989) Tabiin adalah orang yang menjumpai sahabat dalam keadaan beriman dan
mati dalam Islam.(Ibnu Hajar al-Asqalany:t.th.). Menurut Abdul Azis Dahlan, yang dinamakan
dengan tabiin adalah harus berjumpa dengan sahabat nabi saw sekalipun dengan sahabat yang
termuda (sigar al-sahabah), harus beriman dan meninggal dalam keadaan beragama Islam, dan
pertemuan dengan sahabat rasulullah saw bukan hanya sekedar berjumpa dan beriman tetapi
harus betul-betul bergaul.(Abdul Azis Dahlan et.al.:1996).1[8]
Dapat dipahami bahwa para sahabat Nabi aktif dalam meriwayatkan dan menuliskan hadits
Nabi dan mengajarkannya kepada murid-muridnya dari golongan Tabi’in.Mata rantai penulisan
hadis berkelanjutan sampai pada masa kodifikasi resmi. Pada bab ini penulis hanya

1
mengahadirkan beberapa kitab atau shahifah saja yang familiar pada masanya. Diantaranya
sebagai berikut :
a.    As-Shahifah as-Shahifah milik Hammam bin Munabbih Hammam bin Munabbih bertemu
dengan Abu Hurairah dan menuliskan darinya hadis-hadis Nabi kemudian dikumpulkan dalam
sebuah naskah yang diberi nama dengan As-Shahifah- As-Shahifah, Shahifah milik Hammam
diabadikan secara sempurna dan menyeluruh sampai pada masa kontemporer di museum
Dimasyq dan Berlin dan ditahkik oleh Dr. Muhammad Hamidullah. Naskah Hammam dinukil
oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya dan Imam Bukhari dalam Kitab Sahihnya yang
ditempatkan secara terpisahpisah dalam bab yang berbeda-beda. Shahifah milik Hammam bin
Munabbih seolah menjadi saksi mata rantai kelanjutan penulisan hadis turun-temurun sampai
pada masa kita sekarang dan pendapat bahwa hadis adalah produk abad satu awal terbantahkan
dengan sendirinya. Olehnya itu ia memiliki keistimewaan tersendiri dalam perjalanan sejarah
perkembangan dan penulisan Hadis Nabi. Sahifah Hammam memuat 138 hadis Nabi, dan
menurut Ibnu Hajar bahwa Hammam meriwayatkan 140 hadis dari Abu Hurairah.38
b.   Kitab Amir bin Syarahil bin Amru As-Sya’bi (19 H-103 H) Amir As-Sya’bi seorang Imam
besar, Hafidz, dan Ahli hukum, beliau kemudian diangkat menjadi hakim di Kufah. Amir As-
Sya’bi dikenal dengan hafalannya yang kuat, cukup dengan mendengarnya sekali saja. Ia
berpesan pada murid-muridnya dengan mengatakan “ tulislah apa yang kamu dengar dariku
meskipun di tembok.” Penulisan hadis pada masa Tabiin masih bercampuraduk dari pelbagai
tema hadis Nabi. Amir As-Sya’bi sebagaimana dinyatakan oleh Imam Shuyuti adalah orang
pertama dari kalangan tabi’in yang mengklasifikasikan tema-tema hadis dan mengklasifikasikan
dari tema tersebut dengan judul atau sub-judul dengan hadis yang terkait seperti kitab Salat,
Zakat dst.39 Namun Amir As-Sya’bi memfokuskan penulisan kitabnya dalam persolan fiqh
khususnya permasalahan kehakiman sesuai dengan jabatannya sebagai hakim.
c.    Kitab Hasan al-Bashari (21 H-110 H) Sosok tabi’in yang memiliki lautan ilmu yang luas,
seorang ahli fiqh dan tak terpungkiri kejujurannya dalam meriwayatkan hadis meskipun terdapat
riwayat darinya terkontaminasi dengan tangantangan tak mengindahkan amanah ilmiah. Hasan
al-Bashari memiliki jumlah kitab-kitab hadis yang ia kumpulkan dari para sahabat dan banyak
merujuk dan merevisi kitabnya agar terhindar dalam kesalahan.
Diantara murid-murid yang meriwayatkan dan menjaga hadis Nabi dalam kitabnya adalah :
Husain Abu Sufyan bin Husain alWashity, Haqs al-Munqiry, Hamid bin Abi Hamid al-Tawiil,
Khalid alAbdi, Sahl bin Husain bin Muslim al-Bahili, Mu’awiyah bin Abdul karim al-Tsaqafi,
Hisyam bin Hassan al-Azdi dan Yunus bin Ubai.
Sedangkan keistimewaan dari tabiin tersebut adalah telah menggantikan kedudukan
sahabat dalam mengembang tugas keilmuan dan keagamaan.Oleh karena itu mereka patut
menerima penghargaan dan penghormatan serta pengakuan tentang keridaan Allah Swt kepada
mereka. Dan keistimewaan para periwayat tabiin adalah berlandaskan pada daerah
masingmasing setiap tabiin, seperti di Mekkah ada Ata bin Abi Rabah, di Madinah ada Abu
Salamah bin Abdur Rahman bin Auf, dan lain sebagainya.
Periwayat generasi pertama dari kalangan sahabat mentransmisikan suatu matan (konten)
hadis kepada generasi selanjutnya dari komunitas tabi’in. Generasi tabi’in kemudian
mentransmisikan matan tersebut pada generasi selanjutnya dari kalangan tabi’ut tabi’in, dan
begitu seterusnya hingga sampai pada masa para mukharrij (kolektor) hadis, seperti Imam
Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Abu Dawud, dan Ibnu Majah.
BAB III
KESIMPULAN

Masa prakodifikasi hadis berarti asa sebelum hadis dibukukan, dimulai dari sejak
munculnya hadis pertamayang diriwayatkan dari Rasulullah Saw dengan rentang waktu yang
dilalui asa prakodifikasi ini mencakup tiga periode penting dalam sejarah transmisi hadis yaitu
periode Rasulullah Saw, periode sahabat dan periode tabi’in.

Wahyu yang diturunkan Allah Swt kepadanya dijelaskan melalui perkataan, perbuatan,
dan pengakuan atau penetapan Rasulullah Saw.sehingga apa yang disampaikan oleh para sahabat
dari apa yang mereka dengar, lihat, dan saksikan merupakan pedoman Rasulullah adalah satu-
satunya contoh bagi para sahabat karena Rasulullah memiliki sifat kesempurnaan dan keutamaan
yang berbeda dengan manusia lainnya. Larangan mnulis hadis pada masa ini tidaklah umum
kepada semua sahabat, ada sahabat tertentu yang diberikan izin untuk menulis hadis.Nabi
melarang menulis hadis karena khawatir tercampur dengan Alquran.
Setelah Nabi Saw wafat, kendali kepemimpinan umat islam berada ditangan sahabat
Nabi. Sahabat Nabi yang pertama menerima kepemimpinan itu adalah Abu Bakar As-shiddiq
(wafat 13 H/634 M) kemudian disusul oleh Umar bin Khattab (wafat 23 H/644 M, Utsman bin
Affan (wafat 35 H/656 M), Dan Ali bin Abi Thalib (wafat 40 H/661 M).
Menurut bahasa, tabiin merupakan bentuk jamak dari kata tab’i atau tabi’un. Sedangkan
tabi adalah isim fail dari kata tabi’a yang bermakna berjalan dibelakangnya. (Luis
Ma’luf:1992).Sedangkan menurut istilah, tabiin memiliki beberapa definisi yang bersumber dari
para ahli hadis.Dalam hal ini diantara pengertian tabiin menurut istilah yang dikemukakan oleh
para ahli hadis. Tabiin adalah orang Islam yang hanya bertemu dengan sahabat, berguru
kepadanya, tidak bertemu dengan nabi saw dan tidak pula semasa dengan nabi saw.(Hasbi
Ashishiddiqie:1989) Tabiin adalah orang yang menjumpai sahabat dalam keadaan beriman dan
mati dalam Islam.(Ibnu Hajar al-Asqalany:t.th.). Menurut Abdul Azis Dahlan, yang dinamakan
dengan tabiin adalah harus berjumpa dengan sahabat nabi saw sekalipun dengan sahabat yang
termuda (sigar al-sahabah), harus beriman dan meninggal dalam keadaan beragama Islam, dan
pertemuan dengan sahabat rasulullah saw bukan hanya sekedar berjumpa dan beriman tetapi
harus betul-betul bergaul.(Abdul Azis Dahlan et.al.:1996).

DAFTAR PUSAKA

https://srezkyu.blogspot.com/2019/09/sejarah-hadis-prakodifikasi-hadis-pada.html
file:///C:/Users/ACER/Downloads/kesejarahan hadis nabi prakodifikasi.pdf
file:///C:/Users/ACER/Downloads/kodifikasi hadis masa rasul.pdf
file:///C:/Users/ACER/Downloads/periwayatan hadis masa tabiin.pdf
file:///C:/Users/ACER/Downloads/BUKU ULUMUL HADITS II LENGKAP prakodifikasi.pdf
file:///C:/Users/ACER/Downloads/HADITS_PADA_MASA_NABI-3.pdf
file:///C:/Users/User/Downloads/416-738-1-PB.pdf%0D

Anda mungkin juga menyukai