Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Kel.3 Sosiologi Kawasan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

KAJIAN DAN TINJAUAN GEOGRAFIS MASYARAKAT DESA DAN KOTA SERTA

PROSPEK PERKEMBANGAN
Makalah ini diajukan untuk Mata Kuliah Sosiologi Kawasan

Oleh Kelompok 3:
Anjani Suci Ramadhanty (04010521100)
Aisyah Putri Ar Rosyid (04020221024)

Dosen Pengampu:
Sugiantoro, S. Sos, M. Pd

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
MARET 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil alamin segala puji bagi Allah swt yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menulis tugas makalah mata kuliah Sosiologi
Kawasan kami dengan judul “KAJIAN DAN TINJAUAN GEOGRAFIS MASYARAKAT
DESA DAN KOTA SERTA PROSPEK PERKEMBANGAN”.
Kami mengucapkan terimakasih kepada bapak Sugiantoro, S. Sos, M. Pd selaku dosen
mata kuliah Sosiologi Kawasan yang mana beliau telah membimbing kami sehingga makalah
Sosiologi Kawasan ini terselesaikan.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagaimana
mengetahui tinjauan geografis masyarakat desa dan kota bagi para pembaca dan juga tentunya
bagi penulis.
Dalam kesempatan ini kami mohon maaf apabila ada kekurangan atau kesalahan kata
dalam penulisan baik dari segi isi maupun penyampaian. Akhir kata, semoga makalah ini
bermanfaat untuk kami bagi ke depannya maupun teman-teman yang membaca makalah ini.

Surabaya, 24 Maret 2022

Kelompok 3 Sosiologi Kawasan

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................4
C. Tujuan.................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Tinjauan Desa Secara Geografis.........................................................................5


1. Karakteristik Wilayah Pedesaan.....................................................................5
2. Tipologi Desa.................................................................................................6
3. Batasan Pengertian Desa: Aspek Geografis...................................................7
4. Potensi Desa (Prospek Perkembangan)..........................................................7
B. Tinjauan Kota Secara Geografis.........................................................................10
1. Tinjauan Geografis Karakteristik Kota..........................................................10
2. Struktur Keruangan Kota................................................................................11
3. Faktor Perkembangan Kota (Prospek Perkembangan)...................................12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................................15
B. Saran....................................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan bermasyarakat umumnya berbeda-beda antara masyarakat satu dengan
lainnya, perbedaan itu dapat disebabkan oleh antara lain struktur masyarakat tersebut dan
juga faktor tempat atau daerah yang mempunyai peranan penting. Perbedaan yang
menonjol tampak pada kehidupan masyarakat desa dan masyarakat kota.
Umumnya yang dimaksud dengan kota adalah suatu tempat yang kepadatan
penduduknya tinggi, rumah-rumahnya berkelompok kompak, mata pencaharian
penduduk bukan pertanian, sarana prasarana tersedia lengkap seperti banyaknya
bangunan-bangunan besar dan tinggi, perkantoran, jalan yang lebar dan baik, ada pusat
pertokoan, tempat hiburan, jaringan listrik, jaringan air minum dan sebagainya. Smailes,
mengemukakan bahwa keadaan alam tertentu memberi pengaruh baik untuk kedudukan
atau suasana kota pada permulaan perkembangannya. Namun dalam proses
perkembangan selanjutnya posisi ini semakin meluas, sehingga terdapat klassifikasi
posisi kota, seperti posisi kota yang disebabkan oleh alur lalu lintas yang
bersimpangan,oleh pertemuan laut dengan sungai (muara), oleh morfologi yang dapat
berguna sebagai pelindung (misalnya air sungai, danau, atau pantai terjal) dan
sebagainya. Dalam perkembangan selanjutnya dimungkinkan terjadi perubahan posisi ini.
Posisi kota menunjukkan macam dan kualitas tempat di mana suatu kota itu berdiri,
misalnya pada lembah, kaki gunung, pantai dan sebagainya.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam pembahasan makalah ini ialah sebagai berikut:
1. Mengetahui tinjauan desa dan kota secara geografis
2. Apa saja yang dapat dijadikan prospek perkembangan di desa dan di kota

C. Tujuan
1. Memberi penjelasan mengenai desa dan kota secara geografis
2. Potensi dalam wilayah tersebut yang dapat dijadikan prospek perkembangan

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tinjauan Desa Secara Geografis


Bernard, dikutip oleh Lynn Smith (1951:47), mengklasifikasikan lingkungan
terdiri atas lingkungan fisik atau inorganik, lingkungan biologis atau organik, lingkungan
sosial, campuran atau institusionalisasi yang berasal dari lingkungan kontrol. Menurut
Bernard, lingkungan fisik adalah termasuk semua sumber-sumber kosmis dan fisiografis,
tanah, iklim,sumber-sumber inorganik, kekuatan-kekuatan alam seperti angin, pasang
surut, gravitasi dan lain-lainnya. Lingkungan ini bagi masyarakat perdesaan sangat
berpengaruh. Lingkungan biologis atau organik adalah mikro organisme, serangga,
parasit, tumbuh-tumbuhan,dan hewan. Sedangkan lingkungan sosial terdiri atas tiga
bagian, yaiti fisio sosial, bio sosial, dan psiko sosial.
1. Karakteristik Wilayah Pedesaan
Sebelum membahas pengertian tentang desa dan perdesaan pahami terlebih dulu
arti “settlement”. Settlement atau tempat kediaman penduduk dapat diartikan sebagai:
Pertama, dalam arti sempit, merupakan tempat kediaman penduduk dengan
memperhatikan susunan dan persebaran bangunan yang ada seperti rumah-rumah,
gedung-gedung, sekolah, kantor, dan sebagainya. Kedua, dalam arti luas, dengan
memperhatikan bangunan-bangunan, jalan-jalan dan pekarangan yang menjadi salah
satu sumber kehidupan penduduk. Mengingat bahwa fungsi settlement tidak hanya
sebagai tempat berteduh dan untuk tidur dalam jangka pendek, tetapi merupakan suatu
ruang untuk hidup secara turun temurun, maka lebih tepat digunakan arti settlement
dalam arti luas.
Land settlement adalah suatu tempat atau suatu daerah dimana penduduk
berkumpul dan hidup bersama, mereka menggunakan lingkungan setempat untuk
mempertahankan, melangsungkan dan mengembangkan kehidupannya.1 Sedangkan
dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992, tentang Pengertian Dasar Perumahan
dan Permukiman, disebutkan bahwa : yang dimaksud permukiman merupakan bagian
dari lingkungan hidup di luar kawasan hutan lindung, baik di perdesaan maupun di
perkotaan, dan memiliki fungsi sebagai lingkungan tempat hunian, serta tempat
kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan penduduk.

1
Agustina Tri Wijayanti, “Masyarakat Desa dan Kota (Tinjauan Geografis, Sosiologis dan Historis)”, Univ. Negeri
Yogyakarta, 2015, h.18
5
Permukiman mempunyai arti perihal tempat tinggal atau segala sesuatu yang
berkaitan dengan daerah tempat tinggal, bangunan tempat tinggal. Lebih lanjut
Suparlan (dalam Imam Setyobudi, 2001:187), permukiman bukan sekedar sebagai
suatu tempat tinggal, tetapi merupakan suatu satuan yang kompleks, yang melibatkan
berbagai unsur-unsur kebudayaan yang mewujudkan bukan hanya kegiatan biologis,
tetapi juga kegiatan sosial, ekonomi, politik, agama dan sebagainya.
Jadi permukiman merupakan tempat tinggal manusia dan merupakan salah satu
hasil budaya manusia dalam berinteraksi beradaptasi dengan lingkungan. Sebagai
suatu kenampakan geografis, wilayah permukiman dapat dibedakan atas permukiman
di perdesaan dan perkotaan, dimana diantara keduanya terdapat perbedaan yang jelas,
baik perbedaan ciri fisik wilayah maupun kondisi sosial budaya dan ekonomi
masyarakatnya.
2. Tipologi Desa
Tipologi wilayah perdesaan adalah suatu upaya mengelompokkan desa
berdasarkan kesamaan ciri-ciri wilayah dan masyarakatnya, tipologi desa juga
merupakan teknik, cara mengenal desa sehingga konkrit permasalahannya. Asumsi
dasar yang dikembangkan dalam penyusunan tipologi desa adalah bahwa setiap desa
memiliki karakteristik yang bervariasi. Setiap desa memiliki karakteristik yang sama
dikelompokkan ke dalam satu tipologi wilayah yang sama. Masing-masing tipologi
desa memiliki potensi dan permasalahan yang berbeda, sehingga dengan mengkaji
tipologi desa dapat digunakan sebagai dasar pada intervensi pembangunan yang
seharusnya juga tidak diseragamkan untuk semua wilayah perdesaan.
Berdasarkan keragaman indikator tersebut dan mempertimbangkan
karakteristiknya, maka desa-desa di Indonesia dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
macam yaitu sebagai berikut:
a) Tipologi Desa Berdasarkan Aspek Lingkungan Fisik
Pengelompokan desa berdasarkan letak dan posisi geografis, khususnya
aspekbentang lahan di permukaan bumi, seperti pegunungan, perbukitan, dataran
rendah, pantai atau pesisir. Tipologi lingkungan fisik mempertimbangkan potensi
sumberdaya alam yang ada, terdiri atas:
a. Tipologi desa pegunungan
b. Tipologi desa perbukitan
c. Tipologi desa daratan
d. Tipologi desa pesisir pantai
e. Tipologi desa pulau-pulau kecil
6
b) Tipologi Desa Berdasarkan Aspek Geografis Terhadap Pusat Pertumbuhan
Tipologi ini didasarka pada asumsi bahwa desa-desa yang berada di pusat
pertumbuhan atau berdekatan, akanmeiliki tingakt perkembangan yang lebih cepat
dibanding dengaqn desa yang jaraknya berjauhan dengan pusat pertumbuhan.
Tipologi desa berdasarkan posisi geografis terhadap pusat pertumbuhan dapat
dibedakan atas:
a. Tipologi desa di kota
b. Tipologi desa di pinggiran kota
c. Tipologi desa di koridor antar kota
d. Tipologi desa di perdesaan
e. Tipologi desa terisolasi dari pusat perkembangan
3. Batasan Pengertian Desa: Aspek Geografis
Desa merupakan land settlement yang bersifat rural. Sebenarnya tidaklah mudah
untuk mendefinisikan baik desa ataupun kota secara tepat, seperti yang dikemukakan
oleh Lowry Nelson:” .... while precice definitions of rural and urban are not possible,
nor necessary for our purposes, it is important that the two fields be roughly defined.
Becauce every one have a general idea of the meaning of these terms, the student may
be surprised to learn that a precise definition can not be given”. Bila ditinjau pendapat
Lowry Nelson tersebut, maka memang sulit memberikan definisi desa secara tepat
karena materinya sendiri tidak merupakan sesuatu yang statis, dan tidak mudah
diamati secara tepat. Hal senada dikemukakan oleh Bintarto, namun sebagai seorang
geograf Bintarto mendasarkan pada adanya faktor-faktor geografi yang mempengaruhi
desa, sehingga ia mendefinisikan desa adalah: Desa adalah suatu perujudan geografis
yang merupakan hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dengan
lingkungannya. Hasil perpaduan itu ialah suatu ujud atau kenampakan di muka bumi
yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografi, sosial, ekonomi, politik dan kultural
yang saling berinteraksi antara unsur tersebut dan juga dalam hubungannya dengan
daerah-daerah lain. Selanjutnya Bintarto membedakan desa berdasarkan arti umum,
yaitu desa sebagai unit pemusatan penduduk yang bercorak agraris, dan terletak jauh
dari kota. Sedang desa dari segi administratif diartikan sebagai wilayah kesatuan
administratif yang dikenal dengan istilah kelurahan (terdapat di kota).2

2
Agustina Tri Wijayanti, “Masyarakat Desa dan Kota (Tinjauan Geografis, Sosiologis dan Historis)”, Univ. Negeri
Yogyakarta, 2015, h.21-22
7
4. Potensi Desa (Prospek Perkembangan)
Hasil akhir dari proses pembangunan wilayah perdesaan dapat diketahui dengan
menganalisis perkembangan desa dari waktu ke waktu. Semakin cepat
perkembangan desa, semakin dekat pencapaian tujuan pembangunan. Di lain pihak
perkembangan desa erat kaitannya dengan potensi yang dimiliki desa yang
bersangkutan. Oleh karena itu untuk melihat perkembangan desa, tidak dapat lepas
dengan analisis potensi desa, umumnya semakin tinggi potensi desa, semakin besar
tingkat perkembangan wilayah.
Potensi desa merupakan kemampuan yang mungkin dapat diaktifkan dalam
pembangunan, mencakup kondisi alam dan manusianya, serta hasil kerja manusia itu
sendiri. Komponen-komponen potensi desa pada dasarnya meliputi unsur-unsur
seperti: alam, lingkungan hidup manusia, penduduk, usaha-usaha manusia, serta
sarana prasarana yanvg dibuat. Bintarto (1983:17-18) membedakan potensi desa atas
potensi fisis dan potensi non fisis. Potensi fisis, meliputi:
a) Tanah, dalam arti sebagai sumber bahan tambang dan meineral, sumber
tanaman, yang merupakan sumber mata pencaharian adn penghidupan
b) Air,dalam arti sumber air, kualitas air dan tata airnya untuk kepentingan
irigasi, dan keperluan sehari-hari.
c) Iklim yang berperan penting dalam kegiatan pertanian.
d) Ternak, dalam arti terank sebagai sumber tenaga kerja, sumber bahan pangan
dan sumber pendapatan.
e) Manusia dalam arti sebagai pengolah tanah dan juga sebagai produsen.
Potensi non fisis, meliputi antara lain:
a) Masyarakat desa yang hidup berdasarkan gotong royong yang dapat
merupakan kekuatan berproduksi dan kekuatan membangun atas dasar kerja
sama dan saling pengertian diantara sesama warga desa.
b) Lembaga-lembaga sosial, pendidikan, yang dapat membantu dan
membimbing waraga desa.
c) Aparatur dan pamong desa, yang merupakan sumber kelancaran dan
ketertiban pemerintahan desa.
Tabel 1. Indikator Potensi Desa
No Potensi Desa Indikator
.
1. Sumber daya alam 1) potensi umum yang meliputi batas dan luas wilayah,
8
iklim, jenis dan kesuburan tanah, orbitasi, bentangan
wilayah dan letak
2) pertanian
3) perkebunan
4) kehutanan
5) peternakan
6) perikanan
7) bahan galian
8) sumberdaya air
9) kualitas lingkungan
10) ruang publik/taman
11) wisata
2. Sumber daya manusia 1) jumlah
2) usia
3) pendidikan
4) mata pencaharian pokok
5) agama dan aliran kepercayaan
6) kewarganegaraan
7) etnis/suku bangsa
8) cacat fisik dan mental
9) tenaga kerja
3. Sumber daya 1) lembaga pemerintahan desa dan kelurahan
kelembagaan 2) lembaga kemasyarakatan
3) organisasi profesi
4) partai politik
5) lembaga perekonomian
6) lembaga pendidikan
7) lembaga adat
8) lembaga ketertiban dan keamanan
4. Sarana dan prasarana 1) transportasi
2) informasi dan komunikasi
3) prasarana air bersih dan sanitasi
4) prasarana dan kondidi irigasi
5) prasarana dan sarana pemerintahan
6) sarana prasarana lembaga kemasyarakatan
9
7) prasarana peribadatan
8) prasarana olah raga
9) prasarana dan sarana kesehatan
10) prasarana dan sarana pendidikan
11) prasarana dan sarana energi penerangan
12) prasarana dan sarana hiburan dan wisata
13) prasarana dan sarana kebersihan

B. Tinjauan Kota Secara Geografis


Bintarto (1983,36) berpendapat dengan sudut pandang geografi, kota dapat
diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan yang ditandai dengan kepadatan
penduduk yang tinggi, dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen dan
bercorak materialistis, atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang
ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala pemusatan penduduk
yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis
dibandingkan dengan daerah belakangnya.
1. Tinjauan Geografis Karakteristik Kota
Kota adalah suatu lokasi yang memiliki kepadatan penduduk yang lebih tinggi
daripada populasi lokasi tersebut, yang menjadi pusat administrasi, perekonomian, dan
kebudayaan serta tidak hanya terpusat pada satu sektor kegiatan. Permukimannya
dicirikan dengan kepadatan penduduk yang lebih tinggi daripada kepadatan penduduk
nasional, dengan struktur mata pencaharian non agraris, sistem penggunaan lahan yang
beraneka ragam, serta terdapatnya gedung-gedung tinggi yang lokasinya berdekatan.
Secara fisik, kota menyediakan berbagai fasilitas yang lengkap, seperti pusat
perbelanjaan, perkantoran, pusat bisnis, rekreasi, dan olah raga. Bintarto (1983:43-46)
membedakan ciri-ciri fisik kota , yaitu:
a) Adanya sarana perekonomian seperti tempat-tempat untuk pasar dan pertokoan,
supermarket, mall. Sifat pasar berubah dari daerah terbuka menjadi gedung-gedung
pusat perdagangan yang sedikit banyak tertutup. Kota-kota menjadi pusat
perdagangan, penduduk semakin bertambah. Di dalam cara pembelian secara besar-
besaran, transaksi dilakukan melalui bank, transaksi pengiriman barang melalui
perusahaan-perusahaan pengangkutan.
b) Tempat-tempat parkir. Daerah-daerah pusat kegiatan di kota dapat hidup karena
adanya jalur jalan dan alat transportasi sebagai wadah arus penyalur barang dan
10
manusia. Oleh karena itu diperlukan tempat-tempat parkir untuk stasiun
pemberhentian
c) Tempat-tempat rekreasi dan olah raga.Ruang untuk rekreasi dan olah raga
merupakan tempat penting bagi penduduk kota.
d) Adanya alun-alun., semua kota memiliki ruang luas terbuka yang digunakan untuk
berbagai kegiatan yang bersifat umum yang disebut alun-alun.
e) Gedung-gedung pemerintahan.

2. Struktur Keruangan Kota


Kota merupakan suatu perwujudan geografis, sebagai perwujudan geografis kota
terdiri dari banyak unsur, seperti fisiografis, sosial, ekonomi, politik dan kultural, serta
dalam hubungan nya dan pengaruh timbal balik dengan daerah lain. Oleh karena itu
struktur bentang budaya kota dapat dilihat dari struktur sosial, ekonomi, dan struktur
ruang secara fisik. Terdapat teori perkembangan menurut beberapa ahli seperti Burgess
yaitu teori lingkaran Konsentris atau yang biasa disebut dengan teori konsentris.
Perkembangan kota dimulai dari pusatnya yang kemudian meluas wilayah yang jauh
dari pusat akibat peningkatan penduduk. Berikut adalah teori lingkaran konsentris yang
dimaksud burgess yakni:

a) Daerah pusat perdagangan atau yang biasa disebut dengan CBD/DPK, terletak di
pusat kota dimana terdapat toko-toko, kantor-kantor, hotel-hotel, bioskop, ataupun
gedung-gedung bertingkat. Tempat ini merupakan suatu pusat terjadinya segala
kegiatan, baik sosial, politik, ekonomi, budaya, serta teknologi.
b) Zona peralihan atau transisi (DP), pada daerah ini terdapat slum area, tempat
tinggal golongan migran, serta kelompok-kelompok minoritas. Zona ini merupakan
daerah yang mengalami penurunan kualitas lingkungan permukiman secara terus
menerus, dan makin lama makin hebat. Hal tersebut disebabkan oleh adanya

11
intruksi fungsi yang berasal dari CBD sehingga pembauran permukiman dengan
bangunan non permukiman mempercepat penurunan kualitas lingkungan. Dalam
zone ini lingkungannya tidak sehat dan terjadi banyak kejahatan, seperti halnya
kriminal serta prostitusi.
c) Zona perumahan para pekerja atau permukiman buruh (the zone of workingmen’s
homes), zona ini merupakan zona atau daerah permukiman masyarakat yang kurang
mampu serta kebanyakan pindahan dari zona transisi, atau pekerja pabrik, industri
serta lain-lain yang berpenghasilan rendah atau kecil. Zona ini ditandai dengan
adanya rumah-rumah kecil serta rumah susun sederhana yang dihuni atau ditempati
oleh keluarga besar, namun kondisi permukiman di zona ini lebih baik
dibandingkan dengan permukiman pada zona transisi, meskipun sebagian
penduduknya masih masuk ketegori menengah ke bawah.
d) Zona perumahan yang lebih baik (the zone of middle class dwellers), di zona ini
dihuni oleh masyarakat yang lebih stabil dari zona sebelumnya baik dilihat dari
permukiman maupun perekonomiannya yaitu permukiman yang teratur dan
ekonomi menengah. Pekerja-pekerja yang tinggal pada zona ini misalnya, golongan
manajer, pegawai tingkat atas, orang-orang professional, pemilik bisnis dan lain
sebagainya. Selain itu fasilitas permukiman pada zona ini seperti pusat pertokoan,
gedung-gedung bioskop, dan lain sebagainya terencana dengan baik sehingga
tercipta tempat tinggal yang cukup nyaman.
e) Zona para penglaju atau commuter, zona ini dihuni oleh para pekerja yang pulang
pergi atau melaju dari tempat aktivitasnya di pusat kota. Daerah ini merupakan
daerah yang paling luar serta memliki dua sifat yaitu ada yang menunjukkan ciri-
ciri kehidupan masyarakat perkotaan dan ada juga yang menunjukkan ciri-ciri
kehidupan masyarakat pedesaan. Selain itu sebagian besar penduduknya bekerja
dibidang pertanian atau agraris. Zona ini biasanya terletak di lokasi yang strategis
pada daratan tinggi dengan keindahan lingkungan, sehingga pada zona ini kita
dapat mengamati panorama ke segala penjuru kota.

3. Faktor Perkembangan Kota


Perkembangan kota mempunyai dua aspek utama, pertama menyangkut aspek
perubahan-perubahan yang dikehendaki dan dialami oleh warga kota, dan kedua yang
menyangkut perluasan atau pemekaran kota. Aspek yang merupakan perubahan-
perubahan yang dikehendaki oleh warga kota lebih merupakan pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan prasarana dan fasilitas hidup di kota. Penduduk kota terus bertambah, baik
12
disebabkan oleh perttambahan secara alamiah dari penduduk kota itu sendiri dan juga
pertambahan karena adanya migrasi. Hal inilah yang menyebabkan semakin
banyaknya fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan, seperti ruang dan prasara sarana
lainnya. Namun demikian tidak semua kota sama perkembangannya. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi perkembangan kota ditinjau dari beberapa aspek, yaitu:
a) Letak. Letak suatu kota mempunyai peranan penting terhadap perkembangan kota,
ada kota yang letaknya strategis sehingga cepat berkembang.
b) Relief. Kota yang mempunyai relief yang datar akan lebih mudah berkembang
dibandingkan dengan kota yang mempunyai relief kasar, karena
perkembangannya akan dibatasi oleh adanya rintangan alam. Kota-kota pada
zaman dahulu umumnya terletak pada dataran rendah dengan relief tanah datar.
Namun demikian pada saat sekarang dengan adanya kemajuan teknologi manusia,
relief tanah yang berbukit-bukit misalnya, tidak lagi merupakan hambatan utama,
karena manusia dengan teknologinya dapat membuat terowongan ataupun dapat
mengubah bukitbukit tersebut menjadi dataran yang dapat dimanfaatkan untuk
permukiman dalam rangka perluasan permukiman kota.
c) Iklim, iklim yang sejuk merupakan faktor pertimbangan manusia untuk memilih
tempat tinggal, karena pada awalnya iklim berkaitan dengan mata pencaharian
penduduk, yaitu bidang pertanian. Sebagian besar proses terbentuknya kota
diawali dengan munculnya kota-kota pertanian.
d) Sumber alam, merupakan kekayaan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Kota-kota yang mempunyai sumber alam yang
dikelola dengan baik, akan memberikan kesempatan kerja bagi penduduk kota dan
daerah sekitarnya. Aglomerasi penduduk di sekitar sumber-sumber mata
pencaharian merupakan potensi bagi berkembangnya kota tersebut dengan pesat.
Pemusatan manusia tersebut selanjutnya membutuhkan ruang untuk tempat
tinggal dan prasarana fasilitas hidup lainnya, sehingga memungkinkan
perkembangan kota.
e) Tanah, salah satu faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas hasil pertanian
adalah tanah yang subur. Dengan adanya kemajuan di bidang pertanian,
penggunaan lahan semakin efisien. Didukung oleh sistem transportasi yang
mengimbangi kemajuan di bidang pertanian, memungkinkan kota kecil di daerah
pertanian akan berkembang cepat.
f) Kondisi demografis dan kesehatan. Perkembangan penduduk berkaitan erat
dengan tingkat kesehatan masyarakat. Dengan tingkat kesehatan yang semakin
13
baik, angka kematian akan turun, harapan hidup semakin panjang. Selanjutnya
faktor perkembangan penduduk ini merupakan faktor utama yang mempengaruhi
perkembangan kota. Pertambahan penduduk membutuhkan adanya
pengembangan bangunan-bangunan untuk berbagai keperluan hidup penduduk,
seperti tempat tinggal, fasilitas umum, pusat perdagangan dan lain lainnya,
sehingga diperlukan lahan yang lebih luas di kota tersebut.
g) Pendidikan dan kebudayaan, kota dimungkinkan berkembang karena banyaknya
pendatang untuk memenfaatkan berbagai fasilitas pendidikan yang ada di kota
tersebut, sehingga diperlukan ruang yang lebih luas, sehingga terjadi
perkembangan fisik kota.
h) Teknologi dan elektrifikasi, dengan adanya perkembangan teknologi seperti
sarana transportasi dan komunikasi, mangakibatkan jarak tidak lagi menjadi
hambatan bagi penduduk untuk saling berinteraksi. Hal tersebut akan
mempengaruhi perkembangan industri dan perdagangan serta pendidikan. Arus
barang produksi dan manusia dari daerah perdesaan, pinggiran kota, menuju ke
kota sebagai puusat kegiatan, membuat jalur sepanjang jalan ke kota semakin
ramai.
i) Transportasi dan lalu lintas. Jalur jalan-jalan dalam kota dan jalur jalan
penghubung antar kota /koridor, merupakan faktor penting yang berpengaruh
untuk meningkatkan hubungan antar manusia serta arus perpindahan barang-
barang. Di sepanjang jala-jalan ini akan terjadi pembangunan yang cepat,
bangunan-bangunan akan tumbuh di sekitar jalan penting penghubung dalam
maupun antar kota. bangunan-bangunan yang tumbuh disepanjang jalan ini oleh
Bergel disebut konurbasi (conurbation), yaitu adanya kecenderungan
perkembangan yang terjadi di sepanjang jalan raya antar kota.
Perkembangan kota yang selanjutnya menuntut adanya pemekaran fisik kota,
baik secara horizontal maupun secara vertikal. Di kota-kota yang sudah maju, kota
tidak hanya meluas secara mendatar tetapi juga menegak. Gedung-gedung tinggi
bertingkat merupakan ciri-ciri khas kota-kota modern.Pemekaran kota secara
horizontal.

BAB III
14
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara tinjauan geografis desa adalah suatu perwujudan geografis, yang
ditimbulkan oleh unsure-unsur fisigrafis, sosial, ekonomi, politik dan budaya dan
memiliki hubungan timbal-balik dengan daerah lain. Secara geografis, kota adalah suatu
bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsure-unsur alami dan non-alami dengan gajala
pemusatan penduduk tinggi, corak kehidupan yang heterogen, sifat penduduknya
individualistis dan materialistis
Interaksi tidak hanya terbatas pada gerak manusianya, tetapi merupakan proses
perpindahan barang maupun informasi. Interaksi dapat dilihat sebagai suatu proses sosial,
proses ekonomi, proses budaya, proses politik dan sebagainya. Interaksi antara desa dan
kota terjadi karena adanya berbagai faktor yang ada di dalam desa dan kota. Dari
pengertian interaksi antar wilayah, dapat dipahami bahwa dalam interaksi wilayah
terkandung dalam tiga hal pokok yaitu
1) Hubungan timbal balik terjadi antara dua wilayah atau lebih
2) Hubungan timbal balik antar wilayah menimbulkan adanya proses pergerakan atau
perpindahan,dapat berupa pergerakan manusia, informasi atau gagasan, ataupun
pergerakan/perpindahan materi atau barang
3) Hubungan timbal balik menimbulkan gejala, kenampakan, dan permasalahan baru,
baik yang bersifat positif maupun negatif.

B. Saran
Dalam makalah ini sudah dijelaskan terkait tinjauan geografis masyarakat desa dan kota
beserta prospek perkembangannya. Dengan adanya makalah ini kami berharap semoga
teman-teman dapat memahami serta dapat bermanfaat dalam mata kuliah sosiologi
dakwah. Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan dan
apabila terdapat kesalahan mohon dimaklumi dan dimaafkan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Wijayanti, Agustina, dkk, 2015. “Mayarakat Desa dan Kota (Tinjauan Geografis,
Sosiologis dan Historis)”,
http://staffnew.uny.ac.id/upload/198608172014042001/pendidikan/bahan-ajar-masy-
kota-desa.pdf

...., 2011. “Geografi Desa dan Kota”, http://www.geografi.web.id/2010/01/geografi-desa-


dan-kota.html

16

Anda mungkin juga menyukai