Studi - Hadit - Kel 3
Studi - Hadit - Kel 3
Studi - Hadit - Kel 3
“STUDI HADIS”
Dosen Pengampu:
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan
penulisan makalah ini dengan judul “Sejarah Pembukuan Hadis dan
Perkembangannya Sampai Sekarang” dengan tepat waktu.Kami mengucapkan
terima kasih kepada Bapak “ALi Nur Rofiq, S Th.I.,M.Ag"selaku dosen
mata kuliah pengembangan kurikulum yang membantu memberikan
bimbingan sehingga makalah ini selesai tepat waktu. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini.Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kata sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan
guna menyusun makalah yang lebih baik ke depannya.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
2.1 Perkembangan Hadits Pada Masa Rasullulah SAW......................................2
2.2 Sejarah Perkembangan Pembukuan Hadits...................................................6
2.3 Metode Pembukuan Hadits............................................................................8
BAB III PENUTUP...............................................................................................14
3.1 Kesimpulan...................................................................................................14
3.2 Saran............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASA
N
2
1
Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an (Pustaka Al-Kautsar, 2018.
3
tempat pengajian yang diadakan oleh Nabi Muhammad saw untuk
membina para jamaah. Kedua, dalam banyak kesempatan Rasulullah
saw juga menyampaikan hadisnya melalui para sahabat tertentu,
yang kemudian disampaikannya kepada orang lain. Jika hadis yang
disampaikan berkaitan dengan persoalan keluarga dan kebutuhan
biologis, maka hadis tersebut disampaikan melalui istri-istri Nabi
sendiri.
2
Andariati.
3
Ahmad Umar Hashim, ‘As-Sunnah An-Nabwiyah’ (Fajalah: Maktabah Gharib, 1980).
4
Sahabat nabi sebagian telah menulis hadis ketika Nabi saw
masih hidup, sedang yang lainnya menulis hadis ketika Nabi saw
telah wafat. Abu Bakar As-Shidiq, Umar bin Khattab, dan Ustman
bin Affan merupakan sahabat yang tidak menulis hadis, adapun
sebagian sabat yang menulis hadis nabi yang terkenal seperti, Ali
bin Abi Thalib, Abdullah bin Amr bin Ash, Jabir bin Abdullah Al-
Anshari, dan Abdullah bin Abbas. Pada periode tersebut, para
Sahabat juga selalu menghafal dan mengingat (mudzakaroh,
memorizing) kembali hadis-hadis baik sendiri maupun kelompok,
dan saling membantu antara satu dengan yang lain dalam
menghafal.4Setidaknya terdapat tiga cara yang dilakukan para
sahabat dalam menjaga dan menghafal hadis secara akurat, yaitu
dengan penghafalan, merekam, dan praktik. Yang pertama adalah
penghafalan, para sahabat telah terbiasa untuk mendengar perkataan
nabi, dan memperhatikan perbuatanbeliau dengan sangat hati-hati,
dan di antara para sahabat terbiasa untuk membahas dan
mempelajari ulang apa yang telah disampaikan nabi.
4
Muhammad Mustafa Azmi, Hadis Nabawi Dan Sejarah Kodifikasinya (Pustaka Firdaus,
1994).
5
Firmansyah.
6
rofatul Mu’awanah Mu’awanah, ‘Perkembangan Hadis Pada Masa Sahabat’, Kaca
(Karunia Cahaya Allah): Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin, 9.2 (2019), 4–32
<https://doi.org/10.36781/kaca.v9i2.3037>.
5
dipelihara secara keseluruhan oleh Allah. Apabila kalian tidak mau
mengingat-ingat hadis, maka hal itu akan hilang”.7
7
Azmi.
8
Andariati.
9
Irham.
6
Para Tabi’in menerima hadis Nabi dari sahabat dalam berbagai bentuk,
jika disebutkan ada yang dalam bentuk catatan atau tulisan dan ada juga
yang harus dihafal, di samping itu dalam bentuk yang sudah terbentuk
dalam ibadah dan amaliah para sahabat, lalu Tabi’in menyaksikan dan
mengikutinya. Dengan demikian, tidak ada satu hadis pun yang tercecer
apalagi terlupakan. Perihal menulis hadis, di samping melakukan hafalan
secara teratur, para Tabi’in juga menulis sebagian hadis-hadis yang telah
diterimanya. Selain itu, mereka juga memiliki catatan-catatan atau surat-
surat yang mereka terima langsung dari para sahabat sebagai gurunya.10
Periode awal ini disebut dengan ―Asru al-wahyi wa takwin” yaitu masa
turun wahyu dan pembentukan masyarakat Islam, yang terjadi pada masa
Rasulullah Saw. Pada masa awal ini Nabi Muhammad Saw setidaknya
memberikan beberapa kebijakan terkait dengan penulisan hadis, di antaranya:
membuat
catatan-catatan pribadi terkait hadis yang disampaikan Nabi, catatan tersebut
dituliskan di kertas, kulit binatang, dan papirus. Beberapa sahabat yang
tercatat memiliki catatan-catatan hadis adalah Jabir ibn Abdillah, Ali ibn Abi
Thalib, Abu Hurairah, dan Abdullah ibn Umar.
10
Utang Ranu Wijaya, ‘Ilmu Hadis’, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1996.
11
MUHAJIRIN.
7
Periode kedua adalah zaman Khulafa Ar-Rasyidin, masa ini dikenal
sebagai masa pembatasan hadis (kehati-hatian) dan pengurangan riwayat atau
periode ;الرواية من واالقالل النشبت زمن.
Hal ini mengindikasikan bahwa keinginan Umar untuk menulis hadis dan
mengumpulkan hadis ke dalam satu buku, akan tetapi beliau khawatir umat
Islam akan lalai kepada al-Qur’an danlebih fokus mempelajari hadis, beliau
juga khawatir akan tercampurnya hadis dengan al-Qur’an.
12
Jonathan A C Brown, Hadith: Muhammad’s Legacy in the Medieval and Modern World
(Simon and Schuster, 2017).
13
Al-Qaththan.
8
periode ketiga ini penulisan dan pembukuan hadis dilakukan secara resmi,
beliau memerintahkan Gubernur Madinah kala itu Abu Bakar Muhammad
Amr ibn Hazm untuk menulis dan membukukan hadis yang kemudian
kebijakan beliau ditindak lanjuti oleh para ulama di beberapa daerah.
1. Metode Masanid
2. Al-Ma’ajim
14
Hamdalah and Kahmad, IV.
15
Al-Qaththan.
9
3. Al-Jawami’
4. Pembahasan Fikih
1
16
Ina Alif Hamdalah and Dadang Kahmad, ‘History of Hadith Writing, Memorization and
Bookkeeping’, in Gunung Djati Conference Series, 2021, IV, 373–84.
1
hadis marfu’, mauquf, dan maqthu’, sama seperti Mushanaf,
meskipun namanya berbeda.
5. Kitab Sahih
6. Karya Tematik
1
2. Buku tentang zuhud, keutamaan amal, adab, dan akhlak, antara
lain:
8. Merangkaikan Al-Majami’
1
Bakar Al-Haitsami (wafat 807H). c) Jam'u Al-Fawa'id min
Jami' Al-Ushul wa Majma'Az-Zawa'id, karya Muhammad bin
Muhammad bin Sulaiman Al-Maghribi (wafat 1094 H).
9. Al-Ajza’
Merupakan jamak dari juz, yaitu setiap kitab kecil yang berisi
kumpulan riwayat seorang perawi hadis, atau yang berhubungan
dengan salah satu permasalahan secara terperinci, seperti juz’u
Marawahu Abu Hanifah ‘An Ash-Shahabah karya Ustadz Abu
Ma’syar Abdul Karim bin Abdus Shamad Ath-Thabari, Juz’u
Raf’al- Yadain Fi As-Shalat karya Al-Bukhari.
10. Al-Athraf
1
11. Kumpulan Hadis Masyhur
12. Az-Zawa’id
1
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Para sahabat dalam menjaga dan menghafal hadis secara akurat, yaitu
dengan penghafalan, merekam, dan praktik. Yang pertama adalah
penghafalan, para sahabat telah terbiasa untuk mendengar perkataan nabi, dan
memperhatikan perbuatan beliau dengan sangat hati-hati, dan di antara para
sahabat terbiasa untuk membahas dan mempelajari ulang apa yang telah
disampaikan nabi. Yang kedua adalah merekam, para sahabat yang memiliki
kemampuan dalam menulis memiliki tugas khusus dalam mencatat hadis-
hadis yang diperoleh dari nabi. Yang ketigaadalah praktik, para sahabat
mempraktikkan apa yang telah mereka dapat dari nabi.
Pada masa awal penulisan, para ahli hadis telah mengingatkan adanya
masalah penulisan hadis, di antaranya yang pernah dilakukan oleh: Urwah,
Al- Akhfasy, Al-Qa’nabi, Yahya bin Abu Katsir. Oleh karena itu ahli-ahli
hadis selalu berusaha dengan semaksimal mungkin untuk memperlihatkan
kembali tulisan tulisan atau catatan-catatan hadis kepada gurunya seraya
mengoreksinya kembali. Cara untuk mengoreksi hadis tersebut terdapat dua
macam, yaitu seorang murid mengoreksinya sendiri dengan bantuan teman-
temannya, atau ia mengoreksinya dengan bantuan gurunya.
3.2 Saran
Makalah ini memang belum sempurna dan perlu ditingkatkan untuk
manfaat dan keefektifan di sarankan untuk makalah selanjutnya memberikan
lebih banyak materi yang lebih baru dan pembahasan lebih banyak lagi.
1
DAFTAR PUSTAKA
Iram, Masturi, ‘Sistematika Kodifikasi Hadis Nabi Dari Tinjauan Sejarah’, Addin,
7.2 (2015) <https://doi.org/http://dx.doi.org/10.21043/addin.v7i2.579>
Setiawan, Agus, and Ika Ratih Sulistiani, ‘Pendidikan Nilai, Budaya Dan
Karakter Dalam Pembelajaran Matematika Dasar Pada Sd/Mi’, Elementeris :
Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar Islam, 1.1 (2019), 33–41
<https://doi.org/10.33474/elementeris.v1i1.2767>
1
Thahawi, Kitab Musnad At-, and Lailiyatun Nafisah, ‘147 | Jejak Penulisan Hadis
Di Mesir Abad Ke 2-3 H’, 12, 147–56
Wijaya, Utang Ranu, ‘Ilmu Hadis’, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1996