PEMBAGIAN HADIS-WPS Office
PEMBAGIAN HADIS-WPS Office
PEMBAGIAN HADIS-WPS Office
Disusun Oleh :
MIZAMMIL
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
segala rahmat dan hidayah-nya sehingga saya dapat menyelasaikan tugas yang
berjudul " Ilmu pembagian hadist secara kualitas" pada mata kuliah Ulumul Hadist.
Kehidupan yang layak dan sejahtera merupakan hal yang sangat wajar dan diinginkan
oleh setiap masyarakat, kita selalu berusaha mencari dan tidak jarang menggunakan
cara–cara yang tidak semestinya dan bisa berakibat buruk. Dengan mengucapkan puji
syukur kehadirat Allah SWT, serta tak lupa sholawat dan salam kita ucapkan kepada
Nabi besar Muhammad SAW atas petunjuk dan risalahnya, yang telah membawa
zaman kegelaapan ke zaman yang lebih terang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Hadist Sahih……………………………………………………………………….2
A. Kesimpulan..............................................................................................................6
B. Saran........................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagian orang bingung melihat jumlah pembagian hadits yang banyak dan
beragam. Tetapi kemudian kebingungan itu menjadi hilang setelah melihat pembagian
hadits yang ternyata dilihat dari berbagai tinjauan dan berbagai segi pandangan,
bukan hanya segi pandangan saja. Misalnya hadits ditinjau dari segi kuantitas jumlah
perawinya, hadits ditinjau dari segi kualitas sanad dan matan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1
BAB II
PEMBAHASAN
“Hadist yang dinukil (diriwayatkan) oleh rawi yang adil, sempurna ingatan, sanadnya
bersambung-sambung, tidak ber’illat dan tidak janggal.
Definisi hadits shahih secara konkrit baru muncul setelah Imam Syafi’i
memberikan penjelasan tentang riwayat yang dapat dijadikan hujah, yaitu:
1
Moh. Noor Sulaiman PL, Antologi Ilmu Hadits. Jakarta : Guang Persada Press, 2008), hal, 33.
2
Kedua, rangkaian riwayatnya bersambung sampai kepada Nabi shalallahu
`alaihi wa sallam. atau dapat juga tidak sampai kepada Nabi shalallahu `alaihi wa
sallam. Imam Bukhori dan Imam Muslim membuat kriteria hadits shahih sebagai
berikut:
1. Rangkaian perawi dalam sanad itu harus bersambung mulai dari perawi
pertama sampai perawi terakhir.
2. Para perowinya harus terdiri dari orang-orang yang dikenal tsiqat, dalam arti
adil dan dhobith,
3. Haditsnya terhindar dari ‘ilat (cacat) dan syadz (janggal), dan
4. Para perowi yang terdekat dalam sanad harus sejaman.
Menurut ta’rif muhadditsin tersebut, bahwa suatu hadist dapat dinilai shahih,
apabila telah memenuhi lima syarat :
2.Sempurna ingatan
5.Tidak Janggal
B. Hadits Hasan
Ditinjau dari segi bahasa hasan dari kata al-husnu ( ) ِ ح دنbermakna al-
jamal (ٌ )ِ جممyang berarti “keindahan”. Menurut istilah para ulama memberikan
defenisi hadits hasan secara beragam. Namun, yang lebih kuat sebagaimana yang
dikemukan oleh Ibnu hajar Al-Asqolani dalam An-Nukbah, yaitu :2
ُط ََ ْل ُح ْسن
ُ ض ْب
َ َ َّ ال ِ ََ ص ِحيْحِ ِلذَاتِ ِِه
َّ اِ ْْ خ ٍ سنَ ِد َغي ُْر ُم َعلَّ ٍل َوالَ ش
َّ َاذ ه َُو ال َّ ص ُل ال َّ َو َخ َب ُر اْآل َحادَ ِبنَ ْق ِل َعدْ ِل ت َا ُّم ال
ِ َّ ضب ِْط ُمت
ِلذَاتِِه
2
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits, ( Jakarta: Amzah, 2010), hal, 23.
3
“ Khabar ahad yang di riwayatkan oleh orang yang adil, sempurna kedhabitannya,
bersambung sanadnya, tidak berilat, dan tidak ada syaz dinamakan sahih lidzathi, jika
kurang sedikit sanadnya disebut hasan lidzathi”.
“ hadist hasanah adalah hadis yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh orang
adil, kurang sedikit kedhabitannya, tidak ada keganjilan (syaz)dan tidak ilat”.
Ciri-ciri hadits hasan hampir sama dengan hadits shahih. Perbedaannya hanya
terletak pada sisi kedhabitannya. Hadits shahih ke dhabitannya seluruh perawinya
harus zamm (sempurna), sedangkan dalam hadits hasan, kurang sedikit kedhabitannya
jika disbanding dengan hadits shahih.
Hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban
dari Al-Hasan bin Urfah Al-Maharibi dari Muhammad bin Amr dari Abu salamah
dari Abi Hurairah, bahwa Nabi SAW bersabda :
“ Usia umatku antara 60-70 tahun dan sedikit sekali yang melebihi demikian itu”.
C. Hadits Dha’if
Hadits Dhaif bagian dari hadits mardud. Dari segi bahasa dhaif ()ِ ط ل ُف
berarti lemah lawan dari Al-Qawi ( )ِ هويyang berarti kuat. Kelemahan hadits dhaif
ini karena sanad dan matannya tidak memenuhi criteria hadits kuat yang diterima
sebagian hujjah. Dalam istilah hadits dhaif adalah :3
“Adalah hadist yang tidak menghimpun sifat hadits hasan sebab satu dari beberapa
syarat yang tidak terpenuhi”.
3
Sohari, Sahrani, Ulumul Hadits, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hal, 30.
4
Jika hadits dhaif adalah hadits yang tidak memenuhi sebagain atau semua
persyaratan hadits hasan dan shahih, misalnya sanadnya tidak bersambung
(muttasshil), Para perawinya tidak adil dan tidak dhabith, terjadi keganjilan baik
dalam sanad aau matan (syadz) dan terjadinya cacat yang tersembunyi (‘Illat) pada
sanad atau matan.
ضا أ َ ِوا ْم َرأ َ ٍه ِم ْن دُب ُِر أ َ ْو كَا ِهنَا ََقَدْ َكفَ َر ِب َما ا ُ ْن ِز َل َعلَي ُم َح َّم ٍد
َ َِو َم ْن أَت َي َحائ
“Barang siapa yang mendatangkan seorang wanita menstruasi (haid) atau dari pada
jalan belakang (dubur) atau pada seorang dukun, maka dia telah mengingkari apa
yang diturunkan kepada nabi muhammmad SAW”.
Dalam sanad hadits diatas terdapat seorang dhaif yaitu Hakim Al-Atsram yang
dinilai dhaif oleh para ulama. Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Thariq At- Tahzib
memberikan komentar : َ لُن ِل َُ لقpadanya lemah.
Hadits dhaif tidak identik dengan hadits mawdhu’ (hadits palsu). Diantara
hadits dhaif terdapat kecacatan para perawinya yang tidak terlalu parah, seperti daya
hapalan yang kurang kuat tetapi adil dan jujur. Sedangkan hadits mawdhu’ perawinya
pendusta. Maka para ulama memperbolehkan meriwayatkan hadits dhaif sekalipun
tanpa menjelaskan kedhaifannya dengan dua syarat, yaitu :
4
Sohari, Sahrani, Ulumul Hadits, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hal, 31.
5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jika hadits dhaif adalah hadits yang tidak memenuhi sebagain atau semua
persyaratan hadits hasan dan shahih, misalnya sanadnya tidak bersambung
(muttasshil), Para perawinya tidak adil dan tidak dhabith, terjadi keganjilan baik
dalam sanad aau matan (syadz) dan terjadinya cacat yang tersembunyi (‘Illat) pada
sanad atau matan. Dan hadits dhaif adalah hadits yang tidak memenuhi sebagain atau
semua persyaratan hadits hasan dan shahih, misalnya sanadnya tidak bersambung
(muttasshil), Para perawinya tidak adil dan tidak dhabith, terjadi keganjilan baik
dalam sanad aau matan (syadz) dan terjadinya cacat yang tersembunyi (‘Illat) pada
sanad atau matan.
B. Saran
Kami mohon maaf atas segala kekhilafan dan kekurangan dalam penyusunan ini
dan senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini
lebih baik kualitasnya di masa mendatang. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat
bagi kita semua.
6
DAFTAR PUSTAKA
Moh. Noor Sulaiman PL. 2008. Antologi Ilmu Hadits. Jakarta : Guang Persada Press
Nasir, Ridwan. 2007. Ulumul Hadits dan Musthalahul Hadits. Jombang: Darul-
Hikmah