Pekerjaan Yang Terbaik, Larangan Meminta-Minta
Pekerjaan Yang Terbaik, Larangan Meminta-Minta
Pekerjaan Yang Terbaik, Larangan Meminta-Minta
HADITS TARBAWI
(Pekerjaan yang Terbaik, Larangan Meminta-minta
dan Mukmin yang Kuat dapat Ujian)
Disusun Oleh :
SRI LESTARI
Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah, shalawat dan
salam juga disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad. Serta sahabat
dan keluarganya, seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama
Allah. Dengan kebaikan beliau telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam
yang berilmu pengetahuan.
Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Hadits Tarbawi pada
Program Studi Pendidikan Agama Islam IAI Agus Salim Metro dengan ini penulis
mengangkat judul “Pekerjaan yang terbaik, Larangan meminta-minta dan
Mukmin yang kuat dapat ujian”.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran
yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang sempurna dengan kitab sucinya “Al Qur-an nur
karrim” yang memberikan tuntunan yang jelas sejelas jelasnya sesuai syariah
Islam. Didalam Al Qur-an dan Hadis telah memuliakan orang orang yang giat
bekerja dan bersodaqoh daripada meminta minta karena hal tersebut diharamkan.
Namun kini meminta minta adalah yang biasa kita lihat diperkotaan
terutama menjelang hari hari besar (Idul Fitri dan Idul Adha). Oleh karena itu
,kami mencoba mempersembahkan beberapa hadis yang menyatakan dengan jelas
mana yang diperbolehkan dan mana yang diharamkan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalahnya
sebagai berikut:
1. Bunyi hadis yang meharuskan etos kerja dan penjelasannya !
2. Apa yang dimaksud larangan meminta-minta?
3. Bagaimana mukmin yang kuat mendapat pujian?
BAB II
PEMBAHASAN
ي بِ ُح ْز أم ِة ْال أح أ ْ ْ
َّ ف
َّللاُ ِب أها علأى أ
َّ ظ ْه ِر ِه فأيأ ِبي أع أها فأيأ ُك ب أ ِ ط أَل أ ْن يأأ ُخذأ أأ أحد ُ ُك ْم أح ْبلأهُ أفيأأتِ أ
.ُط ْوهُ أ أ ْو أمنأعُوه
اس أ أ ْع أ
أو ْج أههُ أخي ٌْر لأهُ ِم ْن أ أ ْن يأسْأ أ أل النَّ أ
“Sesungguhnya apabila seseorang di antara kalian mengambil tambang
kemudian mencari kayu bakar dan diletakkan diatas punggungnya, hal itu adalah
lebih baik baginya dari pada ia mendatangi seseorang yang telah dikarunai
keutamaan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemudian meminta-minta padanya,
adakalanya diberi dan ada kalanya ditolak.” (HR. Bukhari, 5/320 dan Muslim)
لى
ع أ س ِب ْي ِل هللاِ أو ِإ ْن أكانأ خ أأر أج أي ْس أعى أ أارا فأ ُه أو فِي أً صغ ِ لى أو أل ِد ِه
ع أِإ ْن أكانأ أي ْس أعى أ
لى نأ ْف ِس ِه ِل أي ِعفَّ أها فأ ِفي
ع أهللا أو ِإ ْن أكانأ خ أأر أج أي ْس أعى أ أ أ أب أوي ِْن أ
ش ْي أخي ِْن أك ِبي أْري ِْن فأ ِفي أ
ِ س ِب ْي ِل
س ِب ْي ِل هللاِ أو ِإ ْن أكانأ خ أأر أج يأ ْس أعى
ى أهله فأ ِفي أ س ِب ْي ِل هللاِ أو ِإ ْن أكانأ خ أأر أج يأ ْس أعى أ
عل أ أ
ت َّ س ِب ْي ِل
ُ الطا
ِ غ ْو تأفأا ُخ ًرا أوتأ أكاث ُ ًرا فأ ِفي أ
“…kalau ada seseorang keluar dari rumahnya untuk bekerja guna membiayai
anaknya yang masih kecil, maka ia telah berusaha Fisabilillah. Jikalau ia keluar
bekerja untuk kedua orangtuanya yang sudah tua, maka ia Fisabilillah. Jikalau
ia bekerja untuk dirinya sendiri agar tidak sampai meminta-minta pada orang
lain, itupun Fisabilillah. Jikalau ia bekerja untuk keluarganya, maka ia
Fisabilillah. Tetapi apabila ia bekerja untuk pamer atau untuk bermegah-
megahan, maka itulah Fisabili Syaithan atau karena mengikutu jalan Syaithan.”
(HR. Thabrani 2/148).
Hadits Pertama:
Diriwayatkan dari Sahabat ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu ‘anhuma, ia
berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Hadits Kedua:
Diriwayatkan dari Hubsyi bin Junaadah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
س ْل أ
َّطانًا أ أ ْو فِ ْي أ أ ْم ٍر أَّل بُد َّ أَ ْالـ أمسْأألأةُ أكدٌّ أي ُكدُّ ِب أها
َّ ِإ ََّّل أ أ ْن أيسْأ أ أل،ُالر ُج ُل أو ْج أهه
ُ الر ُج ُل
.ُِم ْنه
“Minta-minta itu merupakan cakaran, yang seseorang mencakar wajahnya
dengannya, kecuali jika seseorang meminta kepada penguasa, atau atas suatu hal
atau perkara yang sangat perlu”( Shahîh. At-Tirmidzi (no. 681), Abu Dawud (no.
1639), an-Nasâ`i (V/100) dan dalam as-Sunanul-Kubra (no. 2392), Ahmad (V/10,
19), Ibnu Hibbân (no. 3377 –at-Ta’lîqâtul Hisân), ath-Thabrâni dalam al-
Mu’jamul Kabîr (VII/182-183, no. 6766-6772), dan Abu Nu’aim dalam Hilyatul-
Auliyâ` (VII/418, no. 11076).
C. Mukmin Yang Kuat Dapat Ujian
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
َّ ص أعلأى أما يأ ْنفأعُكأ أوا ْستأ ِع ْن ِب
اَّللِ أوَّلأ ْ يف أوفِى ُك ٍل أخي ٌْر احْ ِر ِ ض ِعَّ َّللاِ ِمنأ ْال ُمؤْ ِم ِن ال
َّ ى أخي ٌْر أوأ أ أحبُّ ِإلأى ُّ ْال ُمؤْ ِمنُ ْالقأ ِو
شا أء فأ أع أل فأإ ِ َّن لأ ْو ت أ ْفتأ ُح أع أم أل َّ أولأ ِك ْن قُ ْل قأدأ ُر.ش ْى ٌء فأالأ تأقُ ْل لأ ْو أأنِى فأ أع ْلتُ أكانأ أكذأا أو أكذأا
َّللاِ أو أما أ صا أبكأ أت أ ْع ِج ْز أو ِإ ْن أ أ أ
ان
ِ طش ْي أ
َّ ال
"Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin
yang lemah. Namun masing-masing ada kebaikan. Semangatlah meraih apa yang
manfaat untukmu dan mohonlah pertolongan kepada Allah, dan jangan bersikap
lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah janganlah mengatakan, "Seandainya
aku berbuat begini dan begitu, niscaya hasilnya akan lain." Akan tetapi
katakanlah, "Allah telah mentakdirkannya, dan apa yang Dia kehendaki Dia
Perbuat." Sebab, mengandai-andai itu membuka pintu setan." (HR. Muslim)
Maksud mukmin kuat dalam hadits di atas adalah kuat imannya, bukan
semata kuat fisik atau materi. Karena kuatnya fisik dan materi akan
membahayakan diri jika digunakan untuk kemaksiatan kepada Allah Subhanahu
wa Ta'ala.
Setiap orang memiliki tingkat keimanan yang berbeda-beda. Ada
yang kuat keimanannya yang ditandai dengan selalu berusaha untuk
melakukan berbagai amal yang diperintahkan oleh Allah. ada pula yang
lemah keimanannya ia tidak mau mengrjakan kewajiban sebagai ornag
beriman. Hal ini karna orang yang kuat imannya akan selalu berusaha
menjadikan aktifitasnya dalam kebaikan. Kekuatan dalam hadis di atas
dapat juga dipahami dalam hal ekonomi atau kekayaan. Secara singkat
dapat dijelaskan bahwa Rasululloh. memerintahkan orang yang beriman
untuk menghiasi keimanannya dengn amal shaleh.
Banyak sekali aktivitas yang bermanfaat bagi kehidupan seorang
mukmin, seperti cari ilmu, bekerja, dll. Oleh karena itu jangan
menghambur-hamburkan waktu untuk kegiatan yang tidak bermanfaat.
Dalam kehidupan di masyarakat, orang yang sukses adalah yang selalu
menggunakan waktunya untuk kegiatan yang bermanfaat. Mereka
mengganggap bahwa waktu adalah uang.
Manusia hanya diwajibkan untuk berikhtiar, sedangkan yang
memutuskan keberhasilannya adalah Allah. Seseoarang tidak akan
mencapai kesuksesan, tanpa danya kekuasaan dan kehendak Allah.
Namun Allah tidak akan menyia-nyiakan usaha dan pekerjaan orang.
Oleh karena itu, bekerja dan berusaha dengan sebaik-baiknya disertai
permohonan atas pertolongan Allah swt
BAB III
KESIMPULAN
Rahmat syafe’i, Prof.DR.H. Buku Al-Hadis, Aqidah, Akhlak, Sosial, dan Hukum :
pustaka setia.