Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Makalah Sejarah Peradaban Islam Kelompok 1 Pgmi Khalifah Abu Bakar & Umar

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

Sejarah Peradaban Islam


“Pemikiran dan Peradaban Islam pada Masa Khulafaur
Rasyidin”

Dosen Pengampu :
Milahtul Latifah, S.Ag., M.Pd.

Disusun Oleh:

1. Muhammad Aldiansyah NIM: C.201903075


2. Siti Sipa Fauziah NIM: C.201903167
3. Asih Noviasari NIM: C.201903126
4. Eneng Pipit NIM: C.201903122

Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah


Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Institut Ummul Quro Al-Islami
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya yang
telah memberikan kekuatan kepada kita semua untuk dapat menyelesaikan
pembuatan makalah ini dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi tugas Sejarah
Peradaban Islam.

Juga tidak lupa teriring salam dan sholawat kehadirat Rasulullah SAW,
yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman terang benderang
yaitu Addinul Islam. Memberikan pencerahan pada setiap hati manusia untuk
berfikir menyaksikan kekuasaan Illahi Robbi yang memiliki tingkat keilmuan
yang maha tinggi.
Terima kasih kami haturkan kepada ibu dosen yang telah memberikan
dorongan serta motivasi keilmuannya dalam membimbing dan memberikan
dorongan dalam pembuatan makalah ini. Dan tidak lupa diucapkan terima kasih
kepada semua anggota yang telah mencurahkan segala kemampuannya demi
tersusunnya makalah ini.
Penyusunan makalah ini salah satunya bertujuan untuk menjaga
kemurnian kebudayaan islam dan spiritualnya atas berbagai bangsa yang telah
tercemari oleh buku-buku yang tersedia dalam bahasa inggris yang ditulis oleh
para penulis Eropa.
Tujuan islam tidak pernah mengajarkan pada ancaman kekerasan seperti
yang diduga keras oleh para orientalis. Islam mengajarkan pada keluhuran
akhlaq yang diterapkan oleh para pemimpin setelah Rasulullah SAW. Kebijakan,
kearifan, keadilan yang menjadi sifat para pemimpin terdahulu patut untuk kita
tiru teladannya.
Dengan adanya makalah ini semoga dapat sedikit memberikan informasi
dan pemahaman teladan para pemimpin terdahulu yang bisa diterapkan pada
kehidupan sekarang ini. Agar bisa menjadi islam yang tumbuh subur sehingga

i
menjadi generasi yang cakap, cerdas serta berakhlaq mulia, berguna bagi nusa,
bangsa dan agama. Semoga Allah menerima upaya sederhana ini. Meskipun
banyak hambatan yang penyusun alami dalam proses pengerjaannya, namun
akhirnya kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini. Penyusun berharap
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi
pembaca umumnya.

Bogor, Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL
KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... iii

BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................................ 1


A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 3
C. Tujuan ......................................................................................................................... 3

BAB II : PEMBAHASAN ................................................................................................. 4


A. Pengertian Khulafaurasyidin ............................................................................ 4
B. Khalifah Abu Bakar Ash Sidiq ........................................................................... 5
C. Khalifah Umar Ibn Al-Khatab ........................................................................... 13

BAB III : PENUTUP ........................................................................................................ 20


A. Simpulan ................................................................................................................... 20
B. Saran ........................................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketika islam diperkenalkan sebagai pola dasar, kaum Muslimah
telah dijanjikan oleh Al–Quran akan menjadi komunitas terbaik
dipanggung sejarah bagi sesama umat manusia lainnya. Akibatnya
diterimanya dorongan ajaran seperti ini, secara tidak langsung telah
memberikan produk pandangan bagi mereka sendiri untuk melakukan
permainan budaya sebaik mungkin.
Terdapat banyak perspektif dalam membaca banyak fakta sejarah,
terutama terhadap sejarah peradaban umat Islam. Perbedaan cara
pandang tersebut sebagai akibat dari khazanah pengetahuan tentang
sejarah yang berbeda. Hal itu dipicu dari keberagaman teori sejarah.
Lebih–lebih sejarah islam yang sebagian besar adalah sejarah tentang
politik dan kekuasaan yang berujung pada kepentingan kelompok
maupun individual semata.
Pemimpin memiliki kedudukan yang sangat penting dalam
kelompok, masyarakat, berbangsa dan bernegara. Suatu komunitas
masyarakat, bangsa dan Negara tidak akan maju, aman dan terarah jika
tidak adanya pemimpin. Maka pemimpin menjadi kunci keberhasilkan
dalam suatu komunitas masyarakat. Pemimpin yang mampu memberi
rasa aman, tentram, mampu mewujudkan keinginan rakyatnya. Maka
dianggap sebagai pemimpin yang sukses. Pemimpin yang sukses adalah
pemimpin yang dicintai oleh yang dipimpinnya, sehingga pikirannya
selalu didukung, perintahnya selalu di ikuti dan rakyat membelanya
tanpa diminta terlebih dahulu. Figur kepemimnan yang mendekati
penjelasan tersebut adalah Rasulullah beserta para sahabatnya
(khulafaur Rasyidin).

1
Wafatnya nabi Muhammad sebagai pemipin agama maupun
Negara menyisahkan persoalan pelik. Nabi tidak meninggalkan wasiat
kepada seorangpun sebagai penerusnya. Akibatnya, para sahabat
mempermasalahkan dan saling berusaha untuk mengajukan calon pilihan
dari kelompoknya. Ahmad Amin mencatat sedikitnya ada 3 kelompok
yang berkeinginan menjadi penerus Nabi, yaitu:
a. Kelompok atau golongan mencalonkan Ali Bin Abi Tholib, dikarenakan
Yang paling berhak adalah para ahl-bait Rasulullah sendiri.
b. Kelompok atau golongan Anshar mencalonkan Saad bin Ubadah,
dikarenakan Golongan anshar merupakan golongan penolong Nabi
ketika teraniaya di Makkah dan beliau pun meninggal dalam keadaan
puas terhadap Anshar.
c. Kelompok atau golongan Kaum Muhajirin mencalonkan Abu bakar as-
shidiq, dikarenakan Kaum Muhajirin merupakan kaum yang pertama
mempercayai ajaran Nabi dan selalu menemani beliau dalam suka dan
duka.
Perselisihan tersebut berdampak pada tertundanya pemakaman
Rasulullah serta terjadinya peristiwa saqifa, dimana Abu bakar di baiat
sebagai penerus Nabi . Masa khulafa’ al- Rasyidun merupakan nama
keemasan, zaman ideal, di mana pemerintahan dijalankan seperti halnya
pemerintahan masa Nabi. Indikator yang dapat dilihat adalah:
1. Pembentukannya dengan suara rakyat.
2. Pemerintahan dijalankan dengan musyawarah
3. Kedaulatan Hukum Ilahi diaplikasikan dalam kehidupan bernegara,
sehingga terdapat keyakinan bahwa segala gerak gerik dipertanggung
jawabkan kepada Allah.
4. Kekuasaan Negara tidak didominasi oleh satu kelompok ataupun
golongan.

2
Selain mampu menciptakan tatanan pemerintahan yang ideal, masa
khulaf’ al rasyidun terkenal dengan kemampuanya mengalahkan dua
imperium besar sebelumnya yaitu Persia dan Roma.
Masing-masing khalifah memiliki kekhasan dalam memerintah
umat Islam. Mereka berusaha keras melanjutkan dakwah Nabi ke seluruh
alam. Pentingnya mempelajari sejarah ini agar mahasiswa dapat
memperoleh banyak pelajaran hidup dari pengalaman Rasulullah dan
Khulafaurrasyidin. Sehingga nantinya mahasiswa tidak akan melakukan
kesalahan serupa yang pernah dilakukan para sahabat ketika mahasiswa
menjadi pemimpin.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian khulafaur Rosyidin ?
2. Bagaimana Peradaban Islam Pada Masa Pemerintahan Abu Bakar Ash-
Shidiq ?
3. Bagaimana Peradaban Islam Pada Masa Pemerintahan Umar Ibn
Khatab ?

C. TUJUAN
1. Agar dapat memahami pengertian Khulafaur Rasyidin.
2. Agar dapat memahami Peradaban Islam Pada Masa Pemerintahan Abu
Bakar Ash- Shidiq.
3. Agar dapat memahami Peradaban Islam Pada Masa Pemerintahan Umar
Ibn Khattab.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KHULAFAURRASYIDIN
Menurut bahasa, Khalifah ( ً‫ خَ لِ ْيفَة‬Khalīfah) merupakan mashdar dari
fi’il madhi khalafa , yang berarti : menggantikan atau menempati tempatnya.
Menurut istilah adalah gelar yang diberikan untuk pemimpin umat Islam
setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW (570–632). Kata "Khalifah" sendiri
dapat diterjemahkan sebagai "pengganti" atau "perwakilan". Dalam Al-
Qur'an, manusia secara umum merupakan khalifah Allah di muka bumi
untuk merawat dan memberdayakan bumi beserta isinya. Sedangkan
khalifah secara khusus maksudnya adalah pengganti Nabi Muhammad saw
sebagai Imam umatnya, dan secara kondisional juga menggantikannya
sebagai penguasa sebuah identitas kedaulatan Islam (negara). Sebagaimana
diketahui bahwa Muhammad saw selain sebagai Nabi dan Rasul juga sebagai
Imam, Penguasa, Panglima Perang, dan lain sebagainya.1
Khulafaur Rasyidin merupakan pemimpin umat Islam dari kalangan
sahabat pasca Nabi wafat. Mereka merupakan pemimpin yang dipilih
langsung oleh para sahabat melalui mekanisme yang demokratis. Siapa yang
terpilih, maka sahabat yang lain memberikan baiat (sumpah setia) pada
calon yang terpilih tersebut. Ada dua cara dalam pemilihan khalifah ini ,
yaitu : pertama, secara musyawarah oleh para sahabat Nabi. Kedua,
berdasarkan atas penunjukan khalifah sebelumnya. Seorang khalifah wajib
menjalankan kepemimpinan sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi.
Khalifah tidak menjalankan fungsi kenabian, tugas utama mereka dalam hal
keagamaan adalah memimpin shalat jum’at di masjid Nabawi dan

1
Ahmad Jamil, Sejarah Kebudayaan Dinamika Paan Islam (Gresik:Putra Kembar Jaya,2011), hal 22

4
menyampaikan khutbah jum’at. Tugas seorang khalifah selain sebagai
kepala Negara, ia juga menjabat sebagai panglima pasukan islam yang
memiliki kewenangan luas dalam hal pemerintahan. Dalam sejarah, tugas
Nabi Muhammad Saw. Sebagai kepala pemerintahan dan kepala Negara
diemban oleh empat sahabat terdekatnya secara berurutan. Termasuk
dalam tugas tersebut adalah mengurus masalah keagamaan umat islam.
Keempat penggantinya inilah yang dikenal dengan sebutan Khulafaur
Rasyidin. Secara Kebahasaan, Khulafaur Rasyidin berarti para khalifah yang
mendapat petunjuk. Keempat khlaifah tersebut adalah Abu Bakar As-Shidiq
(memerintah 632- 634 M), Umar bin Khattab (634- 644 M), Usman bin Affan
(644- 656 M) dan Ali bin Abi Thalib (656- 661 M). 2
Adapun yang akan kami bahas pada makalah ini hanya mencakup
pada masa pemerintahan dua khalifah saja, Yakni Khalifah Abu Bakar Ash-
Shidiq dan Khalifah Umar bin Khattab.

B. KHALIFAH ABU BAKAR ASH- SHIDDIQ ( TAHUN 11 H- 13 H/632 M- 634


M)
a. Latar Belakang Kehidupan Abu Bakar Ash-Shidiq
Abu Bakar Ash- Shidddiq (nama lengkapnya Abu Bakar Abdullah bin
Abi Quhafah bin Utsman bin Amr bin Masud bin Taim bin Murrah bin Ka’ab
bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr At- Tamimi Al- Quraisy). Dilahirkan pada tahun
573 M. Ayahnya bernama Utsman ( Abu Kuhafah) bin Amir bin Amr bin
Ka’ab bin Sa’ad bin Lu’ay, berasal dari suku Quraisy, sedangkan ibunya
bernama Ummu Al- Khair Salmah binti Sahr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taym
bin Murrah. Garis keturunannya bertemu pada neneknya, yaitu Ka’ab bin
Sa’ad. 3

2
Ula, Miftachul dkk. Buku Siswa Sejarah Kebudayaan Islam Kelas X. Jakarta: Kementerian Agama.
2014, hal. 70
3
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2008 ), hal. 67

5
Di masa jahiliyah bernama Abdul Ka’bah. Setelah masuk islam, Rasul
mengganti namanya menjadi Abdullah Abu Bakar. Namun orang-orang
memangggilnya Abu Bakar. Nama ini diberikan karena ia adalah orang yang
paling dini memeluk islam. Dalam bahasa Arab, Bakar berarti dini atau pagi.
Selain itu, Abu Bakar sering kali dipanggil Atiq atau yang tampan, karena
ketampanan wajahnya. Sementara Nabi memberikan Abu Bakar gelar As-
Shidiq, dikarenakan dia membenarkan kisah Isra’ Mi’raj nabi ketika banyak
penduduk Mekkah mengingkarinya. 4
Abu Bakar adalah nama gelar sedang nama aslinya Abdullah Ibn Abu
Kuhafah, lalu ia mendapat gelar As-Shiddiq setelah masuk agama islam.
Semenjak masa kanak-kanak, ia adalah sosok pribadi yang terkenal jujur,
tulus, penyayang dan suka beramal, sehingga masyarakat mekah menaruh
hormat kepadanya. Ia selalu berbuat yang terbaik untuk menolong fakir
miskin. 5
Abu Bakar merupakan orang yang pertama masuk Islam ketika
Islam mulai didakwakan. Pengorbanan Abu Bakar terhadap Islam tidak
diragukan lagi. Abu Bakar juga merupakan seorang yang jernih tabi’atnya,
persahabatan dan kepercayaannya yang kekal kepada kenabian Nabi
Muhammad SAW menjadi sebuah tanda bukti ketulusan hatinya.6
Abu bakar adalah sahabat yang terpercaya dan dikagumi oleh Nabi.
Ia pemuda yang pertama kali menerima seruan Nabi tanpa banyak
pertimbangan. Seluruh kehidupannya dicurahkan untuk perjuangan suci
membela dakwah Nabi Muhammad, sehingga ia lebih dicintai oleh Nabi dari
para sahabat lainnya. Demikian juga Nabi sangat menyayanginya sehingga
nabi menunjuknya sebagai imam shalat pengganti nabi.7
4
Ula, Miftachul dkk. Buku Siswa Sejarah Kebudayaan Islam Kelas X. Jakarta: Kementerian Agama.
2014, hal. 70
5
Prof.K.Ali, Sejarah Islam(Tarikh Pramodern), (Jakarta: PT Raja Grafindo persada,1997),hal.89.cetakan ke-2
6
H.O.S. Tjokroaminoto, Islam dan Sosialisme, (Jakarta : Tride, Cetakan I, 2003), hal. 68
7
Prof.K.Ali, Sejarah Islam(Tarikh Pramodern), hal 89

6
b. Pengangkatan Sebagai Khalifah
Sampai akhir hayat, Nabi Tidak menunjuk seseorang sebagai
khalifah. Suasana wafatnya Rasul tersebut menjadikan umat islam dalam
kebigungan. Pada saat jenazah Nabi belum dimakamkan di antara umat
Islam, ada yang mengusulkan untuk cepat-cepat memikirkan pengganti
Nabi. Itulah perselisihan pertama terjadi pasca Nabi wafat. Perselisihan
tersebut berlanjut ke perselisihan kedua di Saqifa Bani Sa’idah 8,
Ditengah kekosongan pemimpin tersebut, ada golongan sahabat dari
anshar yang berkumpul ditempat Saqifah Bani Sa’idah, sebuah tempat yang
biasa digunakan sebagai pertemuan dam musyawarah penduduk kota
Madinah. Pertemuan golongan Anshar di Saqifah Bani Sa’idah tersebut
dipimpin seorang sahabat yang sangat dekat dengan Rasulullah Saw., ia
adalah Sa’ad bun Ubadah tokoh terkemuka Suku Khazraj. Pada saat kaum
Anshar menuntut diadakannya pemilihan khalifah. Sikap kaum Anshar ini
menunjukkan bahwa kaum Anshar lebih memiliki rasa kepedulian dalam
hal berpolitik dibandingkan dengan kaum Muhajirin. 9
Dalam pertemuan tersebut, sebelum kaum Muhajirin datang,
golongan Khajraz telah sepakat mencalonkan Sa’ad bin Ubadah, sebagai
pengganti Rasul. Akan tetapi suku Aus belum menjawab atas pandangan
tersebut sehingga terjadilah perdebatan antara mereka dan pada akhirnya
Sa’ad bin Ubadah yang tidak menginginkan adanya perpecahan mengatakan
bahwa ini merupakan awal dari perpecahan. Melihat situasi yang memanas,
Abu Ubaidah mengajak kaum Anshar agar bersikap tenang dan toleran,
kemudian Basyir bin Sa’ad Abi An Nu’man bin Basyir berpidato dengan

8
Suatu tempat yang biasa digunakan untuk berkumpul dan membahas masalah- masalah umat. Pertemuan
kali ini khusus diselenggarakan untuk menimbang siapa yang harus memegang tumpuk pemerintahan di
kalangan mereka setelah Rasulullah SAW meninggal dunia. Ketika Sayyidina Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar
ibn Al Khattab dan Abu ‘Ubaidah diberitahu akan hal ini, beliau segera menyatakan kesediaannya
berpartisipasi dalam pertemuan ini.
9
Ula, Miftachul dkk. Buku Siswa Sejarah Kebudayaan Islam Kelas X. Jakarta: Kementerian Agama. 2014, hal.
71

7
mengatakan agar tidak memperpanjang masalah ini. Keadaan yang sudah
tenang ini, Abu Bakar berpidato , “ Ini Umar dan Abu Ubaidah, siapa yang
kamu kehendaki di antara mereka berdua, maka bai’atlah.10
Baik Umar maupun Abu Ubaidah merasa keberatan atas ucapan Abu
Bakar dengan mempertimbangkan berbagai alasan, diantaranya adalah
ditunjukinya Abu Bakar sebagai pengganti rasul dalam imam shalat dan ini
membuat Abu bakar lebih berhak menjadi pengganti Rasulullah SAW.
Sebelum keduanya membai’at Abu Bakar, Basyir bin Sa’ad mendahuluinya,
kemudian Umar dan Abu Ubaidah dan diikuti secara serentak oleh semua
hadirin kaum Anshar kecuali Sa’ad bin Ubadah. Lalu pada esok harinya,
baiat terhadap Abu Bakar secara umum dilakukan untuk umat muslim di
Madinah. 11
c. Peran dan Fungsi Abu Bakar
Sepak terjang pola pemerintahan Abu Bakar dapat dipahami dari
pidato Abu Bakar ketika ia diangkat menjadi khalifah. Secara lengkap isi
pidatonya sebagai berikut :
“ Wahai manusia, sungguh aku telah memangku jabatan yang kamu
percayakan, padahal aku bukan orang yang terbaik di antara kamu. Apabila
aku melaksanakan tugasku dengan baik, bantulah aku, dan jika aku salah,
luruskanlah aku. Kebenaran adalah suatu kepercayaan, dan kedustaan
adalah suatu pengkhianatan. Orang yang lemah di antara kamu adalah
orang kuat bagiku sampai aku memenuhi hak- haknya, dan orang kuat di
antara kamu adalah lemah bagiku hingga aku mengambil haknya, Insya
Allah. Janganlah salah seorang dari kamu meninggalkan Jihad.
Sesungguhnya kaum yang tidak memenuhi panggilan jihad maka Allah akan
menimpakan atas mereka suatu kehinaan. Patuhlah kepadaku selama aku

10
Ibid.hal 90
11
Ula, Miftachul dkk. Buku Siswa Sejarah Kebudayaan Islam Kelas X. Jakarta: Kementerian Agama. 2014,
hal. 71

8
taat kepada Allah dan Rasulnya, jika aku tidak menaati Allah dan Rasul Nya,
sekali- kali janganlah kamu menaatiku. Dirikanlah shalat, semoga Allah
merahmati kamu.”12
Ucapan pertama ketika dibai’at menunjukkan garis besar politik dan
kebijaksanaan Abu Bakar dalam pemerintahan antara lain :
a. Kebijaksanaan pengurusan terhadap agama Pada awal pemerintahannya
ia diuji dengan adanya ancaman yang datang dari umat Islam sendiri
yang menentang kepemimpinannya yakni mereka yang belum cukup
imannya tampil sebagai penentang demikian juga kaum yahudi dan
Kristen. Di antara perbuatan makar tersebut ialah timbulnya orang-
orang yang murtad, orang- orang yang tidak mau membayar zakat,
orang- orang yang mengaku menjadi nabi, dan pemberontakan dari
beberapa kabilah.13
b. Kebijaksanaan Kenegaraan
Diantara kebijakan Abu Bakar dalam pemerintahan atau kenegaraan
antara lain :
1) Bidang Eksekutif
Untuk pelaksanaan tugas-tugas eksekutif, Abu Bakar melakukan
pembagian kekuasaan di kalangan sahabat senior, Abu Bakar
mengangkat tiga orang sahabat yaitu : Ali , Usman dan Zaid bin Tsabit
sebagai sekretaris Negara (Katib) yang berkedudukan di kota Madinah.
Untuk memegang keuangan Negara, Abu Bakar menunjuk Abu Ubaidah
sebagai Bendahara. Sedangkan untuk jabatan hakim agung diserahkan
kepada ‘Umar ibn Al Khattab, sementara dalam membantu khalifah
memutuskan urusan- urusan kenegaraan, Abu Bakar juga membentuk

12
H.O.S. Tjokroaminoto, Islam dan Sosialisme, hal. 69-70
13
Prof.K.Ali, Sejarah Islam(Tarikh Pramodern),hal. 92

9
Majelis Syura yang terdiri dari ‘Umar, Usman, Ali, Abd al – Rahman ibn
‘Awf, Mu’adz ibn Jabal, Ubay ibn Ka’b dan Zaid bin Tsabit. 14
2) Pertahanan dan Keamanan
Dengan mengorganisasikan pasukan- pasukan yang ada untuk
mempertahankan eksistensi keagamaan dan pemerintahan. Pasukan itu
disebarkan untuk memelihara stabilitas di dalam maupun di luar negeri.
Di antara panglima yang ada ialah Khalid bin Walid, Musanna bin
Harisah,, Amr bin ‘Ash, Zaid bin Sufyan dan lain- lain.
3) Yudikatif
Fungsi kehakiman dilaksanakan oleh Umar bin Khattab dan
selama masa pemerintahan Abu Bakar tidak ditemukan suatu
permasalahan yang berarti untuk dipecahkan, hal ini karena kemampuan
dan sifat Umar sendiri dan masyarakat pada waktu itu dikenal ‘alim
4) Sosial ekonomi
Sebuah lembaga mirip Bait Al Mal. Di dalamnya dikelola harta
benda yang di dapat dari zakat, infak, shadaqah, ghanimah dan lain- lain.
Penggunaan harta tersebut digunakan untuk gaji pegawai Negara dan
untuk kesejahteraan umat sesuai dengan aturan yang ada.
Pada masa Abu Bakar ini, bagi orang yang enggan enggan dan
membangkang dalam membayar dapat dihukum dengan denda, bahkan
dapat diperangi dan dibunuh. Hal ini dilakukan oleh Abu Bakar
sepeninggal Rasulullah SAW, karena banyak suku Arab yang tidak mau
membayar zakat dan hanya mau mengerjakan shalat. Abu Bakar pernah
menyatakan, “ Demi Allah, Saya akan memerangi siapapun yang
membeda- bedakan zakat dan shalat “.15

14
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah Konstekstualisasi Doktrin Politik Islam , (Jakarta : Gaya Media Pratama,
2000), hal. 51

15
Al Furqan Hasbi, 125 Masalah Zakat, ( Solo: Tiga Serangkai, Cetakan Pertama, 2008 ), hal. 27

10
d. Penyebaran Islam pada Masa Abu Bakar
Setelah pergolakan dalam negeri berhasil dipadamkan (terutama
memerangi orang-orang murtad), khalifah Abu Bakar menghadapi
kekuatan Persia dan Romawi yang selalu berkeinginan menghancurkan
eksistensi Islam. Untuk menghadapi Persia, Abu Bakar mengirim tentara
Islam di bawah pimpinan Khalid bin walid dan Mutsanna bin Haritsah
dan berhasil merebut beberapa daerah penting Irak dari kekuasaan
Persia. Adapun untuk menghadapi Romawi, Abu Bakar memilih empat
panglima Islam terbaik yaitu, Amr bin al Ash di front palestina, Yazid bin
Abi Sufyan di front damaskus, Abu Ubaidah di front Hims dan Syurahbil
bin Hasanah di front Yordania. Empat pasukan ini kemudian dibantu
oleh Khalid bin Walid yang bertempur di front Syiria.16
e. Penilaian terhadap Khalifah Abu Bakar
Berdasarkan pengalaman, Abu Bakar menggaris bawahi bahwa
jabatan khalifah merupakan masalah yang cukup rawan dan sangat
krusial. Keretakan sesame muslim, munculnya gerakkan nabi-nabi palsu,
dan gerakkan pembangkang sempat mengancam eksistensi negeri islam
yang baru saja berdiri dan mengganggu kedamaian imperium islam.
Dengan sepenuh jiwa Abu Bakar telah berhasil memadamkan gerakkan
islam tersebut. Abu Bakar tidak hanya berhasil menyelamatkan islam
dari situasi anarkis didalam negeri, melainkan berhasil menjadikan
islam sebagai agama besar dunia melaluim sikapnya mengalihkan
perhatian kepada upaya penaklukan yang membawa kemenangan
gemilang beberapa wilayah perbatasan imperium Bizantium.17
Abu bakar adalah sahabat sejati Nabi Muhammad memilih
keyakinan terhadap Nabi Muhammad menanggung segala penderitaan
dan kekejaman pihak musuh islam, dan selalu siap memikul beban
16
Dedi Supriyadi, Op. cit. hal. 71
17
Prof.K.Ali, Op. cit hal.100

11
derita apapun demi tegakknya perjuangan Islam. Kunci Keteguhan Abu
Bakar terletak pada keyakinannya kepada kebesaran Nabi Muhammad .
“Jangan panggil aku khalifah Allah, tapi panggillah aku Khalifah
Rasulullah”, ungkapnya, ia adalah orang pertama yang berusaha
mengumpulakan ayat-ayat Al-quran dalam sebuah mushaf. Ia sangat
penyayang kepada fakir miskin. Oleh karena itu ia menggunakan seluruh
kekayaannya untuk menolong mereka.18
Faktor keberhasilan Abu Bakar yang lain adalah dalam
membangun pranata sosial di bidang politik dan pertahanan keamanan.
Keberhasilan tersebut tidak lepas dari sikap keterbukaannya, yaitu
memberikan hak dan kesempatan yang sama kepada tokoh- tokoh
sahabat untuk ikut membicarakan berbagai masalah sebelum
mengambil keputusan melalui forum musyawarah sebagai lembaga
legislatif.
f. Peradaban Pada Masa Abu Bakar
Bentuk peradaban yang paling besar pada masa Khalifah Abu Bakar
antara lain :
a) Penghimpunan Al Quran, Abu Bakar memerintahkan kepada Zaid
bin Tsabit untuk menghimpun Al- Quran dari pelepah kurma, kulit
binatang, dan dari hapalan kaum muslimin.
b) Dalam bidang pranata sosial ekonomi adalah mewujudkan keadilan
dan kesejahteraan social rakyat dengan cara mengelola zakat, infak
dan sedekah yang berasal dari kaum muslimin. Abu Bakar
menjalankankan roda pemerintahannya selama lebih kurang 2
Tahun.

18
Ibid.hal.101

12
c) Praktik pemerintahan Khalifah Abu Bakar terpenting lainnya adalah
mengenai suksesi kepemimpinan atas inisiatifnya sendiri dengan
menunjuk Umar bin Khattab untuk menggantikannya.

C. KHALIFAH UMAR IBN AL- KHATTAB (TAHUN 13 H- 23 H/634 M- 644 M)


a. Latar Belakang Kehidupan Umar ibn Al- Khattab
Umar ibn Al- Khattab yang memiliki nama lengkap Umar bin Khattab
bin Nufail bin Abd Al Uzza bin Ribaah bin Abdillah bin Qart bin Razail bin
‘adi bin Ka’ab bin lu’ay adalah khalifah kedua yang menggantikan Abu
Bakar Ash- Shiddiq. Ia adalah salah seorang sahabat terbesar sepanjang
sejarah sesudah Nabi Muhammad SAW.
Kebesarannya terletak pada keberhasilannya, baik sebagai
negarawan yang bijaksana, maupun sebagai Mujtahid yang ahli dalam
membangun Negara besar yang ditegakkan atas prinsip- prinsip keadilan,
persamaan, dan persaudaraan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad
SAW.
Umar ibn Al- Khattab dilahirkan di Mekkah pada 513 M dari
keturunan suku Quraisy yang terpandang dan terhormat. Ia lahir empat
tahun sebelum terjadinya perang Fijar dan tiga belas tahun lebih muda
dari Nabi Muhammad SAW. Sebelum masuk Islam, Umar termasuk di
antara kaum Kafir Quraisy yang paling ditakuti oleh orang- orang yang
sudah masuk Islam dengan gelar Abu Hafs. Setelah Umar masuk islam, dia
menjadi salah seorang yang gigih dan setia membela Islam ia menerima
gelar al-Faruq.19
b. Pengabdian Umar sebelum menjadi khalifah
Umar sama sekali tidak mengambil bagian dalam hijarah pertama
ke Abessinia, karena pada saat itu ia belum memeluk islam.namun pada

19
Ibid

13
kesempatan hijrah ke madinah umarlah yang mengawal 20 muhajirin ke
madinah. Selama dimadinah umar selalu aktif membantu perjuangan
nabi baik dalam suka maupun duka. Ia turut berjuang dalam perang
Badar, Uhud, Khandaq, dan turut menyertai Nabi dalam perjanjian
Hudaibiyah. Pada awalnya ia tidak menerima perjanjian tersebut yang
dirasakan merugikkan pihak islam. Namun padaa akhirnya ia menerima
perjanjian tersebut setelah Nabi menjelaskan perkenan Tuhan melalui
wahyu yang diterima Nabi. Setelah Nabi meninggal dunia, ia bersama
dengan abu bakar hadir dipertemuan Bani Sa’idah, tempat tokoh-tokoh
Anshor menyelenggarakan musyawarah memilih pengganti
kepemimpinan islam. Ketika sampai pada puncak pengambilan
keputusan , Umarlah yang pertama kali membaiat kepemimpinan Abu
Bakar Sebagai khalifah pertama dan selalu mendukung
kebijaksanaannya dalam masa pemerintahan Abu Bakar.
Setelah Abu Bakar meninggal, Umar menggantikan jabatan
khalifah islam dan meneruskan kebijakkan-kebijakkan yang sebelumnya
telah ditempuh oleh Khalifah Abu Bakar. Dalam waktu yang tidak lama
Umar berhasil menundukkan kekuasaan imperium Persia dan Romawi
menjadi bagian dari kekuasaan islam.20

c. Pengangkatan Umar ibn Al- Khattab Sebagai Khalifah


Abu Bakar sebelum meninggal pada tahun 634 M/ 13 H, menunjuk
Umar ibn Al Khattab sebagai penggantinya. Kendatipun hal ini
merupakan perbuatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, tapi
nampaknya ada beberapa factor dalam penunjukan ini antara lain :
a) Kehawatiran peristiwa yang sangat menegangkan di Tsaqifah Bani
Sa’idah yang 15 nyaris menyeret ke perpecahan.

20
Prof.K.Ali, hal.102-103

14
b) Kaum Anshar dan kaum Muhajirin saling mengklaim sebagai
golongan yang berhak menjadi Khalifah.
c) Kaum Islam pada saat itu baru saja selesai menumpas kaum murtad
dan pembangkang.21
Penunjukan Abu Bakar terhadap Umar yang dilakukan disaat ia
mendadak sakit pada masa jabatannya merupakan suatu yang baru,
tetapi harus dicatat bahwa penunujukan itu dilakukan dalam bentuk
rekomendasi atau saran yang diserahkan pada persetujuan umat.
Abu Bakar telah memanggil Abdur-Rahman bin Auf dan ia
menanyakan tentang Umar. "Dialah yang mempunyai pandangan
terbaik, tetapi dia terlalu keras," kata Abdur-Rahman. " Setelah Abdur-
Rahman keluar ia memanggil Usman bin Affan dan ditanyanya tentang
Umar. "Semoga Allah telah memberi pengetahuan kepada saya tentang
dia," kata Usman, "bahwa isi hatinya lebih baik dari lahirnya. Tak ada
orang yang seperti dia di kalangan kita." Setelah itu Abu Bakr meminta
pendapat Sa'id bin Zaid dan beberapa orang sahabat Nabi ketika
mendengar saran-saran Abu Bakar mengenai pe-nunjukan Umar
sebagai khalifah. Ia merasa tidak cukup hanya bermusyawarah dengan
orang-orang bijaksana di kalangan Muslimin, terutama setelah ada
pihak yang menentang, dari dalam kamar di rumahnya itu Abu Bakr
menjenguk kepada orang-orang yang ada di Masjid, dan berkata kepada
mereka: "Setujukah kalian dengan orang yang dicalonkan menjadi
pemimpin kalian? Saya sudah berijtihad menurut pendapat saya dan
tidak saya mengangkat seorang kerabat. Yang saya tunjuk menjadi
pengganti adalah Umar bin Khattab. Patuhi dan taatilah dia!" Mereka
menjawab: "Kami patuh dan taat." Ketika itu ia mengangkat tangan ke

21
Dedi Supriyadi, Op. cit. hal. 78

15
atas seraya berkata: "Ya Allah, yang kuinginkan untuk mereka hanyalah
yang ter-baik untuk mereka .22
Setelah dilantik menjadi khalifah, ‘Umar berpidato di hadapan umat
Islam untuk menjelaskan visi politik dan arah kebijakan yang akan
dilaksanakan dalam memimpin kaum muslimin, dalam pidatonya
berbunyi :
“Aku telah dipilih menjadi Khalifah. Kerendah hatian Abu Bakar
sejalan dengan jiwanya yang terbaik di antara kalian dan lebih kuat
terhadap kalian serta juga lebih mampu memikul urusan- urusan kamu
yang penting. Aku diangkat untuk menjadi Khalifah tidak sama dengan
beliau. Seandainya aku tahu ada orang yang lebih kuat untuk memikul
jabatan ini dari padaku, maka aku lebih suka memilih memberikan
leherku untuk dipenggal daripada memikul jabatan ini. ‘’ 23

d. Ekspansi Islam Masa Pemerintahan Khalifah Umar ibn Al- Khattab


Selama sepuluh tahun pemerintahan Umar (13 H/ 634 M- 23 H/
644 M ), sebagian besar ditandai oleh penaklukan- penaklukan untuk
melebarkan Islam ke luar Arab. Sejarah mencatat, Umar telah berhasil
membebaskan negeri- negeri jajahan Imperium Romawi dan Persia yang
dimulai dari awal pemerintahannya, bahkan sejak pemerintahan
sebelumnya. Segala tindakan yang dilakukan untuk menghadapi dua
kekuatan itu jelas bukan hanya menyangkut kepentingan keagamaan
saja, namun juga untuk kepentingan politik.
Faktor- faktor yang melatarbelakangi timbulnya konflik antara umat
Islam dengan Romawi dan Persia antara lain :

22
Muhammad Husain Haikal , Al- Faruq ‘Umar, diterjemahkan oleh Ali Audah, Umar Bin Khattab (Bogor :
Pustaka Litera AntarNusa, cetakan ke- 3, 2002), hal. 133- 135
23
Muhammad Iqbal, Op.cit. hal. 55

16
a) Bangsa Romawi dan Persia tidak menaruh hormat terhadap maksud
baik Islam.
b) Semenjak Islam masih lemah, Romawi dan Persia selalu berusaha 17
menghancurkan Islam.
c) Bangsa Romawi dan Persia sebagai Negara yang subur dan terkenal
dengan kemakmurannya, tidak berkenan menjalin hubungan
perdagangan dengan negeri-negeri Arab.
d) Bangsa Romawi dan Persia bersikap ceroboh menghasut suku- suku
Badui untuk menentang Islam.
e) Letak geografis kekuasaan Romawi dan Persia sangat strategis untuk
kepentingan keamanan dan pertahanan islam.

e. Umar ibn Khattab : Madinah Sebagai Negara Adikuasa


Semenjak penaklukan Persia dan romawi , pemerintahan Islam
menjadi adikuasa dunia yang memiliki wilayah kekuasaan luas meliputi,
semenanjung Arabia, palestina, Siria, Irak, Persia, dan Mesir.
Umar ibn Al-Khattab yang dikenal sebagai negarawan,
administrator terampil dan pandai, dan seorang pembaharu membuat
berbagai kebijakan mengenai pengelolaan wilayah kekuasaan yang luas,
ia menata struktur kekuasaan dan administrasi pemerintahan Negara
Madinah berdasarkan semangat Demokrasi.

f. Peradaban pada masa Khalifah Umar


Peradaban yang paling signifikan pada masa Umar, selain pola
administratif pemerintahan, peperangan, dan sebagainya adalah
pedoman dalam peradilan. Pemikiran Khalifah Umar bin Khattab
khususnya dalam peradilan yang masih berlaku samapai sekarang adalah
sebagai berikut : 24

24
Dedi Supriyadi, Op.cit. hal. 82-83

17
1. Kedudukan lembaga peradilan ( wajib di tengah- tengah masyarakat )
2. Memahami kasus persoalan, baru memutuskannya
3. Samakan pandangan anda kepada kedua belah pihak, dan berlaku
adillah.
4. Kewajiban pembuktian
5. Lembaga damai
6. Penundaan persidangan
7. Kebenaran dan keadilan adalah masalah universal
8. Kewajiban menggali hukum yang hidup dan melakukan penalaran
logis.
9. Orang Islam haruslah berlaku adil
10. Larangan bersidang ketika emosional.
Khalifah Umar bin Khattab menjalankankan roda pemerintahannya
selama lebih kurang 10 Tahun.

g. Wafatnya Khalifah Umar


Setelah menjalankan pemerintahan selama sepuluh tahun yang
penuh dengan kejayaan, khalifah Umar meninggal sebab kekejaman
tangan seorang budak Persia yang bernama “Abu Lukluk” Lu’lu’ah Fairuz
yang menikam perut khalifah Umar ketika waktu hendak mengimami
shalat subuh namun beliau tidak langsung meninggal, pada tahun 23 H/
643 M. Pada saat-saat tersebut, proses pemilihan terjadi paskah subuh,
khalifah umar membentuk dewan yang beranggotakan enam orang
sahabat yaitu Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi
Waqash, Thalhah bin Ubaidillah, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib
dan dalam siding yang alot dan waktu yang panjang akhirnya Utsman
yang beusia 70 tahun terpilih untuk menggantikan khalifah umar. 25

25
Ula, Miftachul dkk. Buku Siswa Sejarah Kebudayaan Islam Kelas X. Jakarta: Kementerian Agama. 2014,
hal. 73

18
menurut Amir Ali, kematian Khalifah Umar merupakan duka
besar bagi islam. Sungguh watak kepemimpinan Khalifah Umar yang
sangat keras namun juga bijaksana cocok sebagai figure pemimpin
bangsa Arab yang berwatak susah diatur. Ia tegak bagaikan benteng yang
melindungi rakyatnya dari setiap serangan musuh. Sepeninggalan umar,
kekuatan yang pernah mengancam kesatuan muslim muncul kembali
seperti timbulnya paham kesukuan atau tribalisme dan beberapa
kebiasan tak bermoral suku-suku badui mulai muncul kembali. 26

BAB III
PENUTUP

26
Prof.K.Ali, Op. cit hal.117

19
A. SIMPULAN
1. Bentuk peradaban yang paling besar pada masa Khalifah Abu Bakar
antara lain : Penghimpunan Al Quran, mengelola zakat, infak dan
sedekah yang berasal dari kaum muslimin, sedangkan dalam Praktik
pemerintahan Khalifah Abu Bakar terpenting lainnya adalah mengenai
suksesi kepemimpinan atas inisiatifnya sendiri dengan menunjuk
Umar bin Khattab untuk menggantikannya.
2. Peradaban yang paling signifikan pada masa Umar, selain pola
administratif pemerintahan, peperangan, dan sebagainya adalah
pedoman dalam peradilan. Pemikiran Khalifah Umar bin Khattab
khususnya dalam peradilan yang masih berlaku sampai sekarang.

B. SARAN
1. Pemimpin memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kelompok,
masyarakat, berbangsa dan bernegara. Suatu komunitas masyarakat,
bangsa dan Negara tidak akan maju, aman dan terarah jika tidak
adanya pemimpin. Maka pemimpin menjadi kunci keberhasilkan
dalam suatu komunitas masyarakat. Pemimpin yang mampu memberi
rasa aman, tentram, mampu mewujudkan keinginan rakyatnya. Maka
dianggap sebagai pemimpin yang sukses. Pemimpin yang sukses
adalah pemimpin yang dicintai oleh yang dipimpinnya, sehingga
pikirannya selalu didukung, perintahnya selalu di ikuti dan rakyat
membelanya tanpa diminta terlebih dahulu. Figur kepemimnan yang
mendekati penjelasan tersebut dan patut kita contoh adalah
Rasulullah beserta para sahabatnya (khulafaur Rasyidin).
2. Masing-masing khalifah memiliki kekhasan dalam memerintah umat
Islam. Mereka berusaha keras melanjutkan dakwah Nabi ke seluruh
alam. Pentingnya mempelajari sejarah ini agar mahasiswa dapat

20
memperoleh banyak pelajaran hidup dari pengalaman Rasulullah dan
Khulafaurrasyidin. Sehingga nantinya mahasiswa tidak akan
melakukan kesalahan serupa yang pernah dilakukan para sahabat
ketika mahasiswa menjadi pemimpin.

DAFTAR PUSTAKA

21
At Tamimi Abdurrahman, Utsman Bin Affan Radiyallahu ‘Anhu Khalifah
Yang Terzalimi. Maktabah Abu Salma Al Atsari, 2008.

Jamil Ahmad, Sejarah Kebudayan Dinamika Islam. Gresik:Putra Kembar


Jaya, 2011.

Hasbi Al Furqan, 125 Masalah Zakat. Solo: Tiga Serangkai, Cetakan


Pertama, 2008.

Supriyadi Dedi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung : CV Pustaka Setia,


2008.

Ula, Miftachul dkk. Buku Siswa Sejarah Kebudayaan Islam Kelas X. Jakarta:
Kementerian Agama. 2014, hal. 70-71

H.M.H. Al Husaini Al Hamid, Sejarah Hidup Ali Bin Abi Thalib ra, Jakarta :
Lembaga Penyelidikan Islam, 1981.

H.O.S. Tjokroaminoto, Islam dan Sosialisme, Jakarta : Tride, Cetakan I,


2003.

Kencana Syafi’ie Inu, Ilmu Pemerintahan dan Al- Quran, Jakarta : PT Bumi
Aksara, Cetakan I, 2004.

Husain Haikal Muhammad, Al- Faruq ‘Umar, diterjemahkan oleh Ali


Audah, Umar Bin Khattab. Bogor : Pustaka Litera AntarNusa, cetakan ke-
3, 2002.

22
Iqbal Muhammad, Fiqh Siyasah Konstekstualisasi Doktrin Politik Islam ,
Jakarta : Gaya Media Pratama, 2000.

Prof. Ali. K, Sejarah Islam(Tarikh Pramodern), (Jakarta: PT Raja Grafindo


persada, cetakan ke-II, 1997, 30

23

Anda mungkin juga menyukai