MODUL V (Oksidimetri Atau Permanganometri)
MODUL V (Oksidimetri Atau Permanganometri)
MODUL V (Oksidimetri Atau Permanganometri)
MODUL V
OKSIDIMETRI/PERMANGANOMETRI
KELOMPOK II (DUA)
ISKANDAR K. GOLO
SOFIA BONDE
SRIYULAN NGGILU
SUSIANTI DATUNSOLANG
JURUSAN KIMIA
2014
LAPORAN AKHIR
MODUL V
A. Judul
Oksidimetri/Permanganometri
B. Tujuan
Menentukan kadar Fe2+ dalam gram Fero Sulfat dengan menggunakan larutan pengoksidasi
KMnO4.
C. Dasar Teori
Anonim (online) Titrasi redoks adalah metode penentuan kuantitatif yang reaksi utamanya
adalah reaksi redoks, reaksi ini hanya dapat berlangsung kalau terjadi interaksi dari
senyawa/unsure/ion yang bersifat oksidator dengan unsure/senyawa/ion bersifat reduktor. Jadi
kalau larutan bakunya oksidator, maka analat harus bersifat reduktor atau sebaliknya.
Berdasarkan sifat larutan bakunya maka titrasi redoks dibagi atas : oksidimetri dan reduksimetri.
Oksidimetri adalah metode titrasi redoks dengan larutan baku yang bersifat sebagai oksidator
berdasarkan jenis oksidatornya maka oksidimetri dibagi menjadi 4 yaitu :
1. Permanganometri, larutan baku yang digunakan larutan KMnO4, ini selau dilaksanakan
dalam suasana asam dimana KMnO4 mengalami reaksi reduksi.
MnO4- + 8H+ + 5e- Mn2+ + 4H2O
2. Dikhrometri, larutan baku yang digunakan adalah larutan KCr sepanjang titrasi dalam
suasana asam K2Cr2O mengalami reduksi.
Cr2O7 2- + 14H+ + 6e- 2Cr3+ + 7H2O
3. Serimetri, larutan baku yang digunakan adalah larutan Ce(SO 4)2 reaksi reduksi yang
dialaminya adalah :
Ce4+ + e- Ce3+
4. Iodimetri, larutan yang digunakan adlah I dimana pada titrasi mengalami reduksi.
I2 + 2e- 2I-
5. Reduksimetri adalah metode titrasi redoks dengan larutan baku yang bersifat sebagai reduktor
dan salah satu metode reduksimetri yang terkenal adalah iodometri, pada iodometri larutan
baku yang digunakan adalah larutan Natrium tio sulfat yang pada titrasinya mengalami
oksidasi.
2S2O3 2- S4O6 2- + 2e-
Astin Lukum (2009) menyatakan salah satu jenis reaksi kimia yang digunakan dalam analisis
volumetri adalah reaksi oksidasi reduksi, yang dikenal dengan istilah oksidimetri. Jenis reaksi ini
melibatkan adanya transfer elektron antara oksidator dan reduktor. Dengan kata lain reaksi
redoks adalah reaksi penangkapan elektron dan pelepasan elektron.
Ada dua cara perhitungan reaksi oksidasi reduksi:
1) Berdasarkan atas mol pada persamaan stoikiometri dan,
2) Berdasarkan cacah elektron yang terlibat dalam senyawa oksidator yang dikenal dengan
berat ekivalen.
Day & Underwood (1986) Dalam banyak prosedur analitik, analit ada dalam lebih dari satu
keadaan oksidasi dan harus dirubah menjadi keadaan oksidasi tunggal sebelum dilakukan titrasi.
Pereaksi redoks yang digunakan harus mampu untuk mengubah analit secara lengkap dan cepat
kedalam oksidasi yang diinginkan.
Khoper (1984) menyatakan Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana
terjadi kenaikan biloks, sedangkan red/uksi digunakan untuk setiap penurunan biloks. Oksidator
adalah senyawa dimana atom yang terkandung mengalami penurunan biloks. Sebaliknya pada
reduktor, atom yang terkandung mengalami kenaikan biloks.
PERMANGANOMETRI
Permanganometri adalah titrasi redoks yang menggunakan KMnO4 sebagai titran. Kalium
permanganat adalah oksidator kuat. KMnO4 dapat diperoleh dengan mudah, tidak mahal dan
tidak membutuhkan indikator kecuali untuk larutan yang sangat encer. Permanganat bereaksi
secara cepat dengan banyak zat pereduksi berdasarkan reaksi tersebut, namun ada yang perlu
pemanasan atau penggunaan katalis untuk mempercepat reaksi. Larutan kalium permanganat
bukan larutan standar primer karena sukar mendapatkan yang murni, selain itu sifatnya mudah
terurai oleh cahaya, suhu tinggi, asam/basa dan zat organic. Larutan permanganat dapat
distandarisasi antara lain dengan: Arsen (III) Oksida dan Natrium Oksalat. (Zackiyah, Online)
Dalam golongan ini termasuk peniteran kalium permangat, KMnO 4 kadang-kadang
dipergunakan pengoksida-pengoksida lain, misalnya kalium dikromat.
Dalam lingkungan asam dua molekul permangat dapat melepaskan lima atom oksigen (bila
ada zat yang dapat dioksidasi oleh oksigen itu).
Karena larutan KMnO4 mempunyai warna tersendiri maka tidak diperlukan penunjuk. Satu
tetes larutan KmnO4 0,1 N dalam 200 mL air akan menghasilkan warna.
Supaya larutan KMnO4 yang baru dibuat tidak berubah titarnya, harus dibiarkan dulu selama
1 minggu. Selama itu zat-zat organik yang masih terkandung dalam larutan itu dioksidasi,
sehingga terbentuk MnO2.
MnO2 yang termasuk itu merupakan katalis bagi peruraian lebih lanjut. Setelah dibiarkan
selama satu minggu, larutan disaring melalui penyaringan asbes atau penyaring kaca mesir,
kemudian larutan disimpan dalam botol berwarna coklat. Supaya larutan KMnO4 berlangsung
cepat , biasanya peniteran dilakukan dalam keadaan panas 60oC. (Team Teaching, 2014)
Kategori 1
Kategori 2
2. Bahan
Bahan Khusus
Merupakan asam kuat. Berat molekul : 98 gr/mol
H2SO4
Bahan Umum
0
Merupakan senyawa yang Titik didih : 100 C
polar.
Berat jenis : 0.998 gr/cm3
Memiliki ikatan van der waals Berupa cairan yang tidak
dan ikatan hidrogen. berwarna dan tidak berbau.
Melakukan titrasi dengan KMnO4 0,1 N . Larutan berubah warna dari bening menjadi
warna merah sangat muda dan volume
KMnO4 yang terpakai 4 ml.
Perhitungan
Menentukan Kadar Fe2+ dalam Ferosulfat dengan pengoksidasi KMnO4
Dik : V1 KMnO4 = 4 mL V2 KMnO4 = 3,3 mL
N KMnO4 = 0,1 N BE Fe = 56
4 x 0.1 x 56
x100%
600 mg
=
= 3,7 %
V2 x N x BE Fe
x100%
mg Contoh
Kadar Fe2+ =
3,3 x 0,1 x 56
x100%
650 mg
=
= 2,84 %
H. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan dan hasil pengamatan serta perhitungan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa kadar besi dalam ferosulfat dapat diketahui melalui oksidimetri-
permanganometri yang menggunakan KMnO4 sebagai titran sekaligus sebagai indikator dan
dalam suasana asam. Dapat diketahui bahwa kadar besi(II) yang terdapat dalam senyawa
ferosulfat yang diperoleh pada praktikum ini adalah sebesar 3,27 %.
I. Kemungkinan Kesalahan
Day, R.A., Jr; Underwood, A.L. (1986). Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Team Teaching. 2014. Penuntun Praktikum Dasar Dasar Kimia Analitik. UNG : Gorontalo