Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Lapres Permangano

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 28

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II

TITRASI PERMANGANOMETRI : STANDARISASI KMnO4


±0,1N DAN APLIKASINYA PADA PENENTUAN JUMLAH AIR
KRISTAL H2C2O4.xH2O

Eryna Dwi Trisviati


18030194083
PKA 2018

LABORATORIUM KIMIA
PRODI S1 PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kimia Analisis merupakan salah satu cabang Ilmu Kimia yang
mempelajari tentang pemisahan dan pengukuran unsur atau senyawa kimia.
Dalam melakukan pemisahan atau pengukuran unsur atau senyawa kimia,
memerlukan atau menggunakan metode analisis kimia. Secara umum analisis
kimia dibagi menjadi dua bagian, yaitu analisis kimia kualitatif dan analisis
kimia kuantitatif. pembagian ini didasari atas tujuan dari kegiatan analisis itu
sendiri. Bila kita perhatikan perbedaan dari analisis kualitatif dan kuantitatif
yang paling umum adalah pada tujuan dan hasil analisa. jika pada kualitatif
diminta untuk menentukan keberadaan suatu zat, pada kuantitatif diminta
untuk menentukan jumlah suatu zat. dan dari hasil analisa,umumnya analisa
kualitatif memberikan hasil berupa data secara objektif, sedangkan pada
kuantitatif umumnya memberikan hasil berupa data matematis (numerik).
Titrasi redoks melibatkan reaksi oksidasi dan reduksi antara titran dan
analit. Titrasi redoks banyak digunakan untuk penentuan kadar logam atau
senyawa yang bersifat sebagai oksidator maupun reduktor. Karena melibatkan
reaksi redoks maka pengetahuan akan reaksi redoks memegang peranan
penting, selain itu, pengetahuan mengenai sel volta, sifat oksidator daan
reduktor juga sangat berperan penting dalam titrasi redoks.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara membuat dan menentukan standarisasi larutan KMnO 4
±0,1N?
2. Bagaimana jumlah air kristal pada H2C2O4.xH2O?
1.3 Tujuan
1 Membuat dan menentukan standarisasi larutan KMnO4 ±0,1N
2 Menentukan jumlah air kristal pada H2C2O4.xH2O
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Titrasi Permanganometri

Dalam analisis kuantitatif ada beberapa metode titrasi yang sering


digunakan salah satunya metode titrasi permanganometri dimana
permanganometri merupakan suatu penetapan kadar atau reduktor dengan jalan
dioksidasi dengan larutan baku Kalium Permanganat (KMnO4) dalam
lingkungan asam sulfat encer. Metode permanganometri didasarkan pada
reaksi oksidasi ion permanganat. Oksidasi ini berlangsung dalam suasana
asam, netral, dan alkalis, dimana kalium permanganat merupakan oksidator
yang kuat sebagai titran. Titrasi ini didasarkan atas titrasi reduksi dan oksidasi
atau redoks. Kalium permanganat inilah yang telah digunakan meluas lebih
dari 100 tahun.
(Svehla, 1985)
Tujuan utama dari kimia analisis itu sendiri adalah penentuan komposisi
suatu senyawa dalam suatu bahan atau sampel yang disebut dengan kimia
analisis kualitatif, adapun untuk penentuan kadar dari komposisi suatu bahan
atau sampel biasa disebut kimia analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif adalah
analisis untuk menentukan jumlah (kadar) absolut atau relative dari suatu
senyawa yang terdapat di dalam suatu sampel.
(Gandjar, 2007)
Titrasi permanganometri adalah salah satu bagian dari titrasi redoks
(reduksi-oksidasi). Rekasinya adalah merupakan serah terima elektron yaitu
elektron diberikan oleh pereduksi (proses oksidasi) dan diterima oleh
pengoksidasi (proses reduksi). Oksidasi adalah pelepasan elektron oleh suatu
zat, sedangkan reduksi adalah pengambilan elektron oleh suatu zat. Reaksi
oksidasi ditandai dengan bertambahnya bilangan oksidasi sedangkan reduksi
sebaliknya. Kalium permanganat secara luas digunakan sebagai larutan standar
oksidimetri dan ia dapat bertindak sebagai indikatornya sendiri (auto
indikator). Perlu diketahui bahwa larutan Kalium permanganat sebelum
digunakan dalam proses permanganometri harus distandarisasi terlebih dahulu,
untuk menstandarisasi kalium permanganat dapat dapat dipergunakan zat
reduktor seperti asam oksalat, natrium oksalat, kalium tetra oksalat, dan lain-
lain.
(Khophar, 2002)
Titrasi permanganometri adalah titrasi berdasarkan prinsip oksidasi reduksi
dan digunakan untuk menetapkan kadar reduktor dalam suasana asam sulfat encer.
Larutan baku yang digunakan adalah larutan KMnO4. Permanganometri adalah
titrasi redoks yang menggunakan KMnO4 (oksidator kuat) sebagai titran. Dalam
permanganometri tidak dipeerlukan indikator , karena titran bertindak sebagai
indikator (auto indikator). Kalium permanganat bukan larutan baku primer, maka
larutan KMnO4 harus distandarisasi, antara lain dengan arsen(III) oksida (As2O3)
dan Natrium oksalat (Na2C2O4). Permanganometri dapat digunakan untuk
penentuan kadar besi, kalsium dan hidrogen peroksida. Pada penentuan besi, pada
bijih besi mula-mula dilarutkan dalam asam klorida, kemudian semua besi
direduksi menjadi Fe2+, baru dititrasi secara permanganometri. Sedangkan pada
penetapan kalsium, mula-mula .kalsium diendapkan sebagai kalsium oksalat
kemudian endapan dilarutkan dan oksalatnya dititrasi dengan permanganat.
Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium
permanganat, yang merupakan oksidator kuat sebagai titran. Titrasi ini didasarkan
atas titrasi reduksi dan oksidasi atau redoks. Kalium permanganat telah digunakan
sebagai pengoksida secara meluas lebih dari 100 tahun. Reagensia ini mudah
diperoleh, murah dan tidak memerlukan indikator kecuali bila digunakan larutan
yang sangat encer. Permanganat bereaksi secara beraneka, karena mangan dapat
memiliki keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7 . Larutan permanganat
berwarna ungu, jika titrasi dilakukan untuk larutan yang tidak berwarna, indikator
tidak diperlukan. Namun jika larutan permangant yang kita pergunakan encer,
maka penambahanindikator dapat dilakukan. Beberapa indikator yang dapat
dipergunakan seperti feroin, asam N-fenil antranilat.
(Raymond, 2005)
Kalium Permanganat (KMnO4) telah banyak digunakan sebagai agen
pengoksidasi selama lebih dari 100 tahun. Reagen ini dapat diperoleh dengan
mudah, tidak mahal, dan tidak membutuhkan indikator terkecuali untuk larutan
yang amat encer. Satu tetes permanganat 0,1 N memberikan warna merah
muda yang jelas pada volume dari larutan yang biasa dipergunakan dalam
sebuah titrasi. Warna ini dipergunakan untuk mengindikasikan kelebihan
reagen tersebut. Permanganat mengalami beragam reaksi kimia,
karena Mangan (Mn) dapat dalam kondisi +2, +3, +4, +6, +7.
(Raymond, 2005)
Reaksi yang paling umum ditentukan dalam suatu laboratorium adalah
reaksi yang terjadi dalam larutan. Larutan yang bersifat asam 0,1 N atau yang
lebih besar. 
MnO4- + 8H+ + 5e- → Mn2+ +4H2O
Permanganat bereaksi cepat dengan banyak reduktor berdasarkan reaksi
ini, namun beberapa substansi membutuhkan pemanasan atau penggunaan
sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Ada beberapa senyawa yang lebih
mudah dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis: sulfit, sulfida, atau
biosulfat.
MnO4- + 4H+ + 3e- → MnO2+ +2H2O
Kenaikan konsentrasi ion hidrogen akan menggeser reaksi ke kanan.
(Haeria, 2010)
Metode permanganometri didasarkan atas reaksi oksidasi ion permanganat.
Oksidasi ini dapat dijalankan dalam suasana asam netral ataupun alkalis. Jika
titrasi dilakukan dalam lingkungan asam maka akan terjadi reaksi :
MnO4- + 8H+ + 5e- → Mn2+ +4H2O
 Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi
cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2.
Bagaimanapun juga mengingat reaksinya berjalan lambat, MnO2
tidak diendapkan secara normal pada titik akhir dari titrasi - titrasi
permanganat.
(Underwood, 2001)
Prinsip permanganometri berdasarkan reaksi redoks (reduksi-oksidasi).
Dimana oksidasi adalah senyawa yang mengalami pelepasan elektron dan
kenaikan bilangan oksidasi sedangkan reduksi adalah senyawa yang
mengalami penurunan bilangan oksidasi dan penerimaan elektron.
(Khophar, 2002)
Kelemahan dari kalium permananganat adalah dalam medium HCl, Cl -
dapat teroksidasi, demikian juga larutannya,mempunyai kestabilan yang
terbatas, biasanya digunakan pada medium asam 0,1 N.
MnO4- + 8H+ + 5e- → Mn2+ +4H2O E0 = 1,5 v
Reaksi oksidasi terhadap H2C2O4 berjalan lambat pada temperatur ruang.
Untuk mempercepat perlu pemanasan.
(Khophar, 2002)
Kelarutan
Semua permanganat larut dalam air, membentuk larutan ungu (lembayung-
kemerahan). Reduksi permanganat dalam larutan asam, reduksi ini berlangsung
sampai ion permanganat (II) yang tak berwarna. zat pereduksi yang boleh
digunakan antara lain asam oksalat, dengan adanya asam sulfat menghasilkan
gas karbon dioksida. Reaksi ini lambat pada suhu kamartapi menjadi cepat
pada suhu 60oC. Ion mangan (II) mengkatalis reaksi ini: jadi, reaksi ini adalah
otokatalis sekali ion mangan (II) telah terbentuk reaksi semakin menjadi cepat.
Pada larutan basa permanganat kehilangan warnanya, tetapi mangan dioksida
mengendap dengan adanya larutan natrium hidroksida, kalium iodida berubah
menjadi kalium iodat dan natrium sulfit berubah menjadi natrium sulfat dengan
mendidihkan.
(Svehla, 1985)
Asam Sulfat merupakan asam yang paling cocok digunakan sebagai
pelarutnya karena jika digunakan asam klorida maka kemungkinan akan terjadi
reaksi seperti di bawah ini.
2MnO4- +16H+ + 10Cl- → 2Mn2+ + 5Cl2 + 8H2O
Dengan demikian, sebagian permanganatnya digunakan untuk
pembentukan klorin. Reaksi ini terutama terjadi dengan garam-garam besi.
Adanya mangan dioksida dapat mempercepat peruraian permanganat karena
mangan dioksida tersebut memperbanyak pembentukan mangan dioksida
sehingga peruraian bertambah cepat. Ion-ion mangan juga dapat beraksi
dengan permanganat membentuk mangan dioksida menurut reaksi:
2MnO4- + 2H2O → 4MnO2 + 3O2 + 4OH
Dan sebagaimana dijelaskan diatas, reaksi ini dikatalisis oleh MnO 2 padat.
Kalium permanganat jika digunakan sebagai oksidator dalam larutan alkali
kuat, maka ada 2 kemungkinan reaksi, yaitu pertama: reaksi yang berjalan
relatif cepat: MnO4- + e-→ MnO42- dan reaksi kedua yang berlangsung relatif
lambat: MnO42- + 2H2O + e- → MnO2 + 4OH potensial standar reaksi yang
pertama E0 = 0,56 volt, sedangkan pada reaksi kedua sebesar E 0 = 0,60 volt.
Dengan mengatur suasana sebaik-baiknya (misalnya menambah ion barium
yang dapat membentuk endapan barium manganat) maka
reaksi pertama dapat berjalan baik sekali.
(Syarif Hamdani, 2012)
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat

 Standarisasi larutan KMnO4 ±0,1N dengan Na2C2O4 sebagai baku dan


menentukan jumlah air kristal pada H2C2O4.H2O
Nama Alat Ukuran Banyak
1. Timbangan/neraca - 1 buah
2. Kaca arloji - 1 buah
3. Labu ukur 100 mL 1 buah
4. Buret 50 mL 1 buah
5. Erlenmeyer 250 mL 3 buah
6. Gelas ukur 10 mL 1 buah
7. Gelas kimia 50 mL 1 buah
8. Pipet tetes - 5 buah
9. Corong - 1 buah
10. Botol semprot - 1 buah
11. Statif dan Klem - 1 buah

3.2 Bahan

1. Standarisasi larutan KMnO4 ±0,1N dengan Na2C2O4 sebagai baku


- Na2C2O4 (S) 0,674 gram
- Larutan Na2C2O4 10mL
- Aquades Secukupnya
- H2SO4 2N 2mL
- KMnO4 0,01N Sesuai ukuran buret yang digunakan
2. Aplikasi pada penentuan jumlah air kristal pada H2C2O4.xH2O
- H2C2O4.xH2O (s) 0,378 gram
- Larutan H2C2O4.xH2O 10 mL
- KMnO4 0,01N Sesuai ukuran buret yang digunakan
- H2SO4 4N 2mL
3.3 Prosedur

1. Penentuan standarisasi larutan KMnO4 ±0,1N dengan Na2C2O4 sebagai


baku

Langkah pertama yaitu pembuatan larutan baku Na2C2O4, yaitu


dengan menimbang Na2C2O4 dengan teliti sebanyak ±0,674 gram dalam
arloji menggunakan neraca. Kemudian, dipindahkan dalam labu ukur 100
mL dengan aquades dan dilarutkan dengan aquades dan diencerkan sampai
tanda batas. Kocok dengan baik agar tercampur dengan sempurna. Setelah
itu buret yang sudah bersih dan sudah dibilas diisi dengan larutan KMnO 4
±0,1N. Kemudian, pipet 10 mL larutan Na2C2O4 menggunakan pipet yang
seukuran, lalu masukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL dan ditambah 2
mL larutan H2SO4 2N dan dpipanaskan hingga 70⁰C.

Selanjutnya, dititrasi dengan larutan KMnO4 ±0,1N, dan dihetikan


titrasi pada saat terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi
merah muda. Kemudian, dibaca dan dicatat angka pada buret pada awal
dan akhir titrasi, lalu ditentukan volume KMnO4 ±0,1N yang diperlukan.
Titrasi diulangi sebanyak 3 kali dengan volume CaCl 2 yang sama.
Kemudian hitung konsentrasi rata-rata larutan KMnO4 ±0,1N.

2. Penentuan jumlah air kristal pada H2C2O4.xH2O


Langkah pertama yaitu menimbang H2C2O4.xH2O sebanyak 0,378 dan
dilarutkan dalam labu ukur 100 mL. Kemudian dipipet 10 mL,
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL. Setelah itu, ditambahkan
larutan H2SO4 4N sebanyak 2 mL. Kemudian dipanaskan hingga 70⁰C dan
dititrasi dengan KMnO4 ±0,1N yang sudah distandarisasi sampai terjadi
perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda. Percobaan
dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan dan dihitung jumlah air kristal.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc Sebelum Sesudah
1 Penentuan (standarisasi ) larutan KMnO4 Akuades tidak Na2C2O4 serbuk Na2C2O4 (s) + H2O (l) → Na2C2O4 Konsentrasi rata-
±0,1 N dengan Na2C2O4 sebagai baku berwarna + akuades (aq) rata KMnO4
menjadi larutan adalah 0,1127 N
0,674 gram Na2C2O4 Na2C2O4 Na2C2O4 tidak 2 MnO4- (aq) ++ 5 C2O42- (aq) + 16
1. Dipindah dalam labu ukur serbuk berwarna H+ (aq) → 10 CO2 (g) + Mn2+ (aq) +
100 ml berwarna putih + 8 H2O (l)
2. Dialrutkan dengan air suling Larutan
3. Diencerkan sanpai tanda batas Larutan Na2C2O4 + asam MnO4- (aq) + 8 H+ (aq) + 5 e- → Mn2+
4. Dikocok sampai homogen KMnO4 sulfat menjadi (aq) + 4 H2O (l) x2
berwarna ungu larutan tidak C2O42- (aq) → 2 CO2 (g) + 2 e- x5
Larutan natrium oksalat
kehitaman berwarna
1. Dibilas dan diisi buret 2 MnO4- (aq) + 5 C2O42- (aq) → 2
dengan larutan KMnO4 ±0,1 N Asam sulfat Larutan Mn2+ (aq) + 8H2O(l) + 10 CO2 (g)
2. Larutan dipipet 10 ml larutan tidak Na2C2O4
menggunakan pipet gondok berwarna dititrasi dengan Titrasi dengan KMnO4 tidak
3. Dimasukkan dalam KMnO4 menjadi membutuhkan indikator kecuali
Erlenmeyer 250 ml larutan berwara larutan yang amat encer
4. Ditambah 2 ml larutan asam merah muda
sulfat 2 N (Svehla, 1985)
5. Dipanaskan sampai 70° C Volume titrasi
6. Langsung dititrasi dengan V1 = 8,8 ml
larutan KMnO4 sampai warna V2 = 9,0 ml
merah muda V3 = 8,8 ml
No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc Sebelum Sesudah

Merah muda
1. Dicatat angka pada buret
2. Dihitung konsentrasi larutan
KMnO4
Diulang 3 x
Konsentrasi rata-rata KMnO4
No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc Sebelum Sesudah
2 Menentukan Jumlah Air Kristal H2C2O4 x H2O H2C2O4 x H2O H2C2O4 x H2O + H2O (l) → H2C2O4 Jumlah air Kristal
Kristal Kristal + (aq) dalam H2C2O4 x
0,378 gram H2C2O4 x H2O berwarna putih akuades H2O adalah 2
menjadi larutan
1. Dipindah dalam labu ukur 100 ml Akuades tidak H2C2O4 tidak H2C2O4 x 2 H2O
2. Dialrutkan dengan air suling berwarna berwarna MnO4- (aq) + 8 H+ (aq) + 5 e- → Mn2+
3. Dipipet 10 ml (aq) + 4 H2O (l) x2
4. Dimasukkan dalam erlenmeyer Asam sulfat larutan H2C2O4 C2O42- (aq) → 2 CO2 (g) + 2 e- x5
250 ml larutan tidak dititrasi dengan
5. Ditambah 2 ml asam sulfat 2 N berwarna larutan KMnO4
6. Dipanaskan sampai 70°C menjadi larutan 2 MnO4- (aq) + 5 C2O42- (aq) → 2
7. Dititrasi dengan KMnO4 dalam KMnO4 larutan berwarna merah Mn2+ (aq) + 8H2O(l) + 10 CO2 (g)
keadaan panas berwarna ungu muda
kehitaman Titrasi KMnO4 tidak membutuhkan
V titrasi = indikator karena KMnO4 dapat
Merah muda
V1 = 5,2 ml bersifat sebagai auto indikator, satu
8. Diulang 3 x V2 = 5,0 ml tetes 0,1 N permanganat memberikan
9. Dihitung jumlah air Kristal V3 = 5,0 ml warna merah muda untuk
mengindikasikan kelebihan reagen
Konsentrasi rata-rata KMnO4 tersebut.

Jumlah kristal air secara teori (tertera


dalam kemasan) yaitu 2.

(Underwood, 2002)
4.2 Analisis dan Pembahasan

1. Penentuan standarisasi larutan KMnO4 ±0,1N dengan Na2C2O4 sebagai baku

Titrasi permanganometri adalah titrasi berdasarkan prinsip oksidasi


reduksi dan digunakan untuk menetapkan kadar reduktor dalam suasana asam
sulfat encer. Larutan baku yang digunakan adalah larutan KMnO 4.
Permanganometri adalah titrasi redoks yang menggunakan KMnO4 (oksidator
kuat) sebagai titran. Dalam permanganometri tidak dipeerlukan indikator ,
karena titran bertindak sebagai indikator (auto indikator). Kalium
permanganat bukan larutan baku primer, maka larutan KMnO 4 harus
distandarisasi, antara lain dengan arsen(III) oksida (As2O3), besi (II) dan
natrium oksalat (Na2C2O4). Permanganometri dapat digunakan untuk
penentuan kadar besi, kalsium dan hidrogen peroksida. Pada penentuan besi,
pada bijih besi mula-mula dilarutkan dalam asam klorida, kemudian semua
besi direduksi menjadi Fe2+, baru dititrasi secara permanganometri. Sedangkan
pada penetapan kalsium, mula-mula .kalsium diendapkan sebagai kalsium
oksalat kemudian endapan dilarutkan dan oksalatnya dititrasi dengan
permanganat. Dalam titrasi kali ini, menggunakan natrium okssalat sebagai
standar primer sebab senyawa natrium oksalat dapat diperoleh dengan tingkat
kemurnian yang tinggi, stabil pada saat pengeringan, dan nonhigroskopik.

Langkah pertama yaitu pembuatan larutan baku Na2C2O4, yaitu dengan


menimbang Na2C2O4 dengan teliti sebanyak ±0,674 gram dalam arloji
menggunakan neraca. Kemudian, memindahkan dalam labu ukur 100 mL
dengan aquades dan melarutkan dengan aquades dan mengencerkan sampai
tanda batas. Kocok dengan baik agar tercampur dengan sempurna. Setelah itu
buret yang sudah bersih dan sudah dibilas diisi dengan larutan KMnO 4 ±0,1N.
Kemudian, memipet 10 mL larutan Na2C2O4 menggunakan pipet yang
seukuran, lalu memasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL dan menambah 2
mL larutan H2SO4 2N dan memanaskan hingga 70⁰C. Dalam hal ini digunakan
H2SO4 bertujuan untuk membuat suasana larutan menjadi asam. Karena
natrium oksalat menjadi standar primer yang baik untuk permanganat dalam
suasana asam agar MnO4- dapat dioksidasi menjadi Mn2+. Namun apabila
digunakan larutan HCl sebagai pemberi suasana asam kemungkinan yang
akan terjdi adalah ion klorida akan teroksidasi menjadi gas klor dan reaksi ini
akan mengakibatkan banyaknya larutan permanganat dalam jumlah lebih
banyak.

Selain itu, fungsi dari pemanasan 70⁰C yaitu untuk mempercepat suatu
reaksi antara asam oksalat dengan larutan permanganat. Suhu antara 70⁰C
merupakan suhu yang optimum untuk mereaksikan asam oksalat dengan
permanganat agar terjadi oksidasi H2C2O4. Jika suhu dibawah 70⁰C maka
reaksi akan berjalan sangat lambat dan menyebabkan bertambahnya arutan
permanganat yang dibutuhkan untuk titrasi sehingga titik akhir akan terlewat
jauh dengan titik ekivalen. Sedangkan, apabila suhu yang digunakan lebih dari
70⁰C maka akan merusak asam oksalat yaitu teru asam okasalat membentuk
peroksida yang kemudian terurai menjadi CO2 dan H2O sehingga hasil akhir
yang diperoleh bkanlah suatu titik akhir titrasi antara asam oksalat dengan
permanganat melainkan suatu pengenceran larutan permanganat.

Selanjutnya, meniitrasi dengan larutan KMnO4 ±0,1N, dan


menghetikan titrasi pada saat terjadi perubahan warna dari tidak berwarna
menjadi merah muda. Kemudian, membaca dan mencatat angka pada buret
pada awal dan akhir titrasi, lalu menentukan volume KMnO 4 ±0,1N yang
diperlukan. Titrasi diulangi sebanyak 3 kali dengan volume Na 2C2O4 yang
sama. Pada titrasi pertama diperoleh volume KMnO4 sebanyak 8,8 mL dan
diperoleh konsentrasi sebesar 0,1136 N, pada titrasi kedua diperoleh volume
KMnO4 sebanyak 9,0 mL dan konsentrasi sebesar 0,1111 N, dan pada titrasi
ketiga diperoleh volume KMnO4 sebanyak 8,8 mL dan konsentrasi sebesar
0,1136 N. Kemudian menghitung konsentrasi rata-rata larutan KMnO 4 ±0,1N
dengan menjumlah semua konsentrasi yang diperoleh dari setiap titrasi dan
dibagi tiga, didapatkan sebesar 0,1127 N.
2. Penentuan jumlah air kristal pada H2C2O4.xH2O

Langkah pertama yaitu menimbang H2C2O4.xH2O sebanyak 0,378 dan


melarutkan dalam labu ukur 100 mL. Kemudian memipet 10 mL, memasukkan
ke dalam Erlenmeyer 250 mL. Setelah itu, menambahkan larutan H 2SO4 4N
sebanyak 2 mL. Kemudian memanaskan hingga 70⁰C dan menitrasi dengan
KMnO4 ±0,1N yang sudah distandarisasi sampai terjadi perubahan warna dari
tidak berwarna menjadi merah muda. Percobaan dilakukan sebanyak tiga kali
pengulangan dan dihitung jumlah air kristal. Dan diperoleh volume KMnO4 pada
titrasi pertama, kedua dan ktiga berturut-turut : 5,2 mL, 5,0 mL dan 5,0 mL yang
kemudian digunakan untuk menghitung banyaknya jumlah air kristal dalam
H2C2O4.xH2O adalah 2. Hasil yang diperoleh dari percobaan sesuai dengan teori
jumlah air kristal.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan :

1. Konsentrasi rata-rata larutan KMnO4 yaitu 0,1127 N


2. Jumlah air kristal dalam H2C2O4.H2O yaitu 2

5.2.Saran

Sebagai praktikan, seharusnya dapat lebih teliti lagi dalam menimbang bahan
yang akan digunakan saat praktikum, memeriksa kesterilan alat praktikum serta
memahami alur praktikum agar tidak terjadi kelalaian saat praktikum dan
mendapatkan hasil yang sesuai dengan teori.
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid I.
Jakarta: Erlangga.

Day, R.A dan Underwood, A.L. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Jakarta: Erlangga.

Gandjar, G. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka pelajar:Yogyakarta.

Haeria. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Analisis. Makassar: UIN Alauddin.

Hamdani, Syarif, dkk. 2012. Modul Praktikum Kimia Analisis. Bandung: Sekolah
Tinggi Farmasi Indonesia.

Khopkar, S. M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-Press.

Svehla, G.1985.Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan Semimikro

Edisi Ke Lima.Jakarta: PT.Kalman Media Pustaka.


Lampiran

- Jawaban Pertanyaan
- Tuliskan reaksi yang terjadi pada titrasi permanganometri, jika
reduktornya adalah ion ferro ! Setiap mol ferro sama dengan berapa
ekivalen ?
Jawaban :
Reaksi yang terjadi antara permanganat dengan besi (II) pada proses
titrasi permanganometri adalah:

MnO4- + 8H+ + 5Fe2+ →Mn2+ + 4H2O + 5Fe3+

Setiap mol ekivalen ion ferro = 5 ekivalen

- Mengapa pada titrasi permanganometri tidak perlu ditambahkan


indikator lagi ?
Jawaban :
Karena KMnO4 sudah merupakan auto indikator, sehingga tidak
perlu lagi untuk menggunakan indikator dalam titrasi oksidi-
permanganometri. Kalium permanganat merupakan larutan yang
berwarna dan dan warna larutan tersebut dapat diubah jika
direaksikan dengan zat lain tanpa menggunakan indikator.
- Jika pada penentuan normalitas KMnO4 dengan larutan baku natrium
oksalat titrasinya dikerjakan pada temperature lebih rendah dari 60 oC,
hasil normalitasnya terlalu tinggi atau terlalu rendah ?
Jawaban :
Jika pada penentuan normalitas KMnO4 dengan larutan baku
natrium oksalat titrasinya dikerjakan pada temperature lebih rendah
dari 60oC, maka hasil normalitasnya terlampau tinggi karena
volume KMnO4 yang diperluka lebih tinggi banyak disebabkan
KMnO4 tidak cepat terurai / terdekomposisi dalam larutan tersebut
karena KMnO4 lebih cepat bereaksi dengan H2C2O4 dalam kondisi
asam panas.
- Berapa volume 0,030 M KMnO4 yang diperlukan untuk bereaksi
dengan 5,0 mL H2O2 dalam larutan asam yang mempunyai densitas
1,01 gram/liter dan mengandung 3,05 berat H2O2 ? permanganatan
direduksi menjadi Mn2+ dan H2O2 dioksidasi menjadi O2.
Jawaban :
Persamaan reaksi
2 KMnO4 + 6 H+ + 5 H2O  2 Mn2+ + 5 O2 + 8 H2O
+7 -2 +2 0

1 mol MnO4 = 5 ekivalen

1 mol H2O2 = 2 ekivalen

g / Mr
M H2O2 =
V

3,05 g ❑ 34 g . mol−1
= ❑
0,005 L

= 17,94

Mol ekivalen titran = Mol ekivalen analit

M KMnO4 x V KMnO4 x ekivalen KMnO4 = M H2O2 x V H2O2 x ekivalen H2O

0,001 M . V KMnO4 . 5 ekivalen = 17,04 M . 0,005 L . 2 ekivalen

V KMnO4 = 1,1962 L

Jadi, volume KMnO4 sebesar 1,1962 L


- Alur Percobaan
1. Penentuan (Standarisasi) Larutan KMnO4 ± 0,1 N Dengan Na2C2O4
Sebagai Baku

Na2C2O4

Ditimbang dengan teliti seberat 0,674 gram


Dipindahkan ke dalam labu ukur 100 mL
Ditambahkan air sampai tanda batas
Dikocok hingga larutan homogen

Larutan baku Na2C2O4 ± 0,1 N

1. Dipipet dengan pipet gondok 10 mL


2. Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL
3. Ditambahkan 2 mL H2SO4 2N
4. Dipanaskan Erlenmeyer sampai 70oC
5. Diletakkan di bawah buret yang telah diisi larutan
KMnO4 0,1N
6. Dilakukan proses titrasi
7. Dihentikan proses titrasi saat terjadi perubahan warna
dari tidak berwarna menjadi merah muda
8. Baca dan catat angka volume KMnO4 yang digunakan
9. Diulangi titrasi 3x
10. Dihitung konsentrasi rata – rata KMnO4

Hasil
 Reaksi penentuan (standarisasi) larutan KMnO4 ± 0,1 N dengan
Na2C2O4 sebagai baku
Na2C2O4(s) + H2O(l) → Na2C2O4(aq)
2Na+ + C2O42- + 2H+ + SO42- → H2C2O4 + 2Na+ + SO42-
MnO4- + 8H+ + 5e → Mn2+ + 4H2O |x 2|
C2O42- → 2CO2 + 2e |x 5|
2 MnO4-(aq) + 5C2O42-(aq) + 16H+(aq) → 12Mn2+(aq) + 10CO2(g) +
8H2O(l)
2. Penentuan jumlah air kristal dalam H2C2O4.xH2O

H2C2O4.xH2O ± 0,06 N

Ditimbang dengan teliti sebanyak 0,63 gram


Dilarutkan dalam labu ukur 100 mL sampai tanpa batas
Dikocok hingga larutan menjadi homogen

Larutan H2C2O4.xH2O

Dipipet 10 mL menggunakan pipet gondok


Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL
Ditambahkan 2 mL H2SO4 2 N
Dipanaskan sampai 70º C
Dititrasi menggunakan larutan KMnO4 dalam keadaan
panas
Dihentikan proses titrasi saat terjadi perubahan warna

Larutan berwarna merah muda

Titrasi diulangi sebanyak 3 kali


Dihitung jumlah air kristal dalam H2C2O4.xH2O

Jumlah air Kristal dalam


H2C2O4.xH2O
- Dokumentasi Foto

Alat yang digunakan untuk titrasi Alat yang digunakan untuk titrasi
permanganometri permanganometri

Membuat larutan Na2C2O4 (S)0,674 Larutan KMnO4


gram

Penambahan 2 mL H2SO4 2N pada Memanaskan sampel hingga 70⁰C


masing-masing erlenmeyer

Proses titrasi sampel Hasil titrasi standarisasi A

Hasil titrasi standarisasi B Hasil titrasi standarisasi C

Membuat larutan H2C2O4.xH2O Penambahan 2 mL H2SO4 2N pada


masing-masing erlenmeyer
Memanaskan sampel hingga 70⁰C Hasil titrasi aplikasi pada larutan
H2C2O4.xH2O
- Perhitungan

1. Penentuan (Standarisasi) Larutan KMnO4 ±0,1 N dengan Natrium


Oksalat sebagai Baku
a. Diketahui : BE Na2C2O4 : 67 g/mol
Massa Na2C2O4 : ±0,674 gram
V pelarut : 100 mL
V Na2C2O4 : 10 mL
V1 KMnO4 : 8,8 mL
V2 KMnO4 : 9,0 mL
V3 KMnO4 : 8,8 mL
Ditanya: N rata-rata KMnO4?
Jawab :
massa Na 2C 2O 4 1000
N Na2C2O4= x
BE Na2 C 2O 4 p
0,674 1000
= 67 x 100 = 0,100 N

 Pengulangan 1 (V1 = 8,8 mL)


M eq Na2C2O4 = Meq KMnO4
N Na2C2O4 x V1 Na2C2O4 = N KMnO4 x V2 KMnO4
0,100 N x 10mL = N KMnO4 x 8,8 mL
1,000 N
N KMnO4 =
8,8
N KMnO4 = 0,1136 N

 Pengulangan 2 (V2= 9,0 mL)


M eq Na2C2O4 = Meq KMnO4
N Na2C2O4 x V1 Na2C2O4 = N KMnO4 x V2 KMnO4
0,100 N x 10mL = N KMnO4 x 9,0 mL
1,000 N
N KMnO4 =
9,0
N KMnO4 = 0,1111 N
 Pengulangan 3 (V3 = 8,8 mL)
M eq Na2C2O4 = Meq KMnO4
N Na2C2O4 x V1 Na2C2O4 = N KMnO4 x V2 KMnO4
0,100 N x 10mL = N KMnO4 x 8,8 mL
1,000 N
N KMnO4 =
8,8
N KMnO4 = 0,1136 N

(0,1136 N + 0,1111 N + 0,1136 N )


N Rata-Rata KMnO4 =
3
= 0,1127 N

2. Penentuan Jumlah Air Kristal dalam H2C2O4.xH2O


3. Diketahui : Massa H2C2O4.xH2O = 0,378 gram
N KMnO4 = 0,1127 N
Vpelarut = 100 mL
V H2C2O4.xH2O = 10 mL
V1 KMnO4 = 5,2 mL
V2 KMnO4 = 5,0 mL
V3 KMnO4 = 5,0 mL
Mr H2C2O4 = 90 g/mol
Mr H2O = 18 g/mol
Ditanya : Jumlah Air Kristal (x) ?
Jawab:
 Pengulangan 1 (V1 = 5,2 mL)
M eq H2C2O4.xH2O = Meq KMnO4
N H2C2O4.xH2O x V1 H2C2O4.xH2O = N KMnO4 x V2 KMnO4
N H2C2O4.xH2O x 10mL = 0,1127 N x 5,2 mL
N H2C2O4.xH2O = 0,0586 N

 Pengulangan 2 ( V2 = 5,0 mL)


M eq H2C2O4.xH2O = Meq KMnO4
N H2C2O4.xH2O x V1 H2C2O4.xH2O = N KMnO4 x V2 KMnO4
N H2C2O4.xH2O x 10mL = 0,1127 N x 5,0 mL
N H2C2O4.xH2O = 0,0563 N

 Pengulangan 3 (V3 = 5,0 mL)


M eq H2C2O4.xH2O = Meq KMnO4
N H2C2O4.xH2O x V1 H2C2O4.xH2O = N KMnO4 x V2 KMnO4
N H2C2O4.xH2O x 10mL = 0,1127 N x 5,0 mL
N H2C2O4.xH2O = 0,0563 N

0,0586 N + 0,0563 N + 0,0563 N


N Rata –Rata H2C2O4.xH2O =
3

= 0,0570 N

massa H 2C 2O 4 . xH 2 O 1000
N H2C2O4.xH2O = x
Mr H 2 C 2 O 4 . xH 2 O/ekivalen p

0,378 gram 1000


0,0570 N = Mr H 2 C 2 O 4 . xH 2 O/2 x 100

Mr H2C2O4.xH2O = 132,63 gram/mol

Mr H2C2O4.xH2O = Mr H2C2O4 + Mr x.H2O

132,63 gram/mol = 90 gram/mol + x.18 gram/mol

(132,63-90) gram/mol = 18x gram/mol

42,63 gram/mol
=x
18 gram/mol

x = 2,36

x =2

Anda mungkin juga menyukai