Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Kelompok - 2 - Filsafat DP-2

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

DEFINISI ILMU SECARA ETIMOLOGI DAN TERMINOLOGI

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


Muhammad Naufal Ramadhansyah, S.Pd., M.Pd

Oleh : Kelompok 2

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
Kelas A
Yudith Gladyes. S (230306501025)
Adibah Nur Khalizah (230306501024)
Amaliyah Ramadhani (230306501011)-
Dhini Damaiyanti Y (230306500030)
Nurul khairiyah Rahmah (230306502014)
Andrian Adinata Sinulingga (230306500010)
Nur Annisa Aulia Rahman (230306501028)
Annisa Salsabila (230306500025)-
Masyikuratun Nur Azizah (230306501039)-
Nurul Qaisyah (230306502001)-
Najwah Mutiah Ruslan (230306501031)
Ainun Mutmainna (230306501013)
Muh. Nuzul Fadli (230306502024)
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................3
BAB I..............................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................4
1.3 Tujuan......................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................6
PEMBAHASAN.............................................................................................................6
2.1 Pengertian Ilmu Secara Etimologi.........................................................6
2.2 Definisi Ilmu Secara Terminologi.........................................................6
2.3 Perkembang Ilmu Fisafat dan Ilmu Lainnya Sampai Saat Ini...........8
2.3.1 Perkembangan Ilmu Filsafat...........................................................8
2.3.2 Sejarah Perkembangan Ilmu.........................................................12
2.3.3 Perkembangan Ilmu Menurut George J. Maouly..........................13
2.4 Klasifikasi Ilmu Pengetahuan..............................................................14
2.5 Hubungan beberapa Ilmu dengan Filsafat.........................................16
BAB III.........................................................................................................................22
PENUTUP....................................................................................................................22
3.1 Kesimpulan............................................................................................22
3.2 Saran...............................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembahasan tentang ilmu tidak akan terlepas dengan pendidikan
(paedagogie). Arti pendidikan secara etimologi, paedagogie berasal dari bahasa
Yunani, terdiri dari kata “PAIS“ artinya anak, dan “AGAIN“ diterjemahkan
membimbing, jadi paedagogie yaitu bimbingan yang diberikan kepada anak.
Definisi pendidikan banyak dikemukakan oleh para tokoh pendidikan, John
Dewey berpendapat pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan
fondamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia.
Bratanta berpendapat pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan baik langsung
maupun dengan cara yang tidak langsung untuk membantu anak dan
perkembanganya mencapai kedewasaanya. Dan Rousseau berpendapat pendidikan
adalah memberi kita pembekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi
kita membutuhkanya pada masa tua. Sedangkan Ki Hajar Dewantoro berpendapat
mendidik adalah menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar
manusia sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pengertian dari banyak tokoh
tersebut berbeda tetapi mempunyai inti yang sama yaitu pendidikan adalah proses
usaha mengembangkan kepribadian untuk pembekalan dan bermanfaat untuk masa
tua.

Pada perkembangan ilmu dari masa ke masa selalu mengalami perubahan


terutama dalam bidang filsafat yang merupakan akar dari ilmu pengetahuan. Pokok
persoalan filsafat adalah apa yang pernah terbesit di pikiran manusia, karena tanpa
kita sadari bahwa kita pernah mempertanyakan sesuatu, namun sulit untuk
diucapkan. Pertanyaan itu terkadang muncul setelah kita melakukan perenungan dan
pemikiran mendalam.

1
Logika merupakan ilmu yang masih satu dalam pelajaran matematika dan
filsafat. Secara garis besar, filsafat bisa juga dikatakan sebagai sudut pandang.
Sedangkan objek pemikiran filosofis adalah ribuan bahkan jutaan pertanyaan yang
selalu terngiang di pikiran kita. Jadi, secara tidak langsung kita tidak menyadari
bahwa kita sudah berfilsafat. Dengan catatan jika kita menemukan kesimpulan sesuai
dengan sudut pandang kita masing-masing.
Filsafat sendiri memiliki unsur spekulasi, keraguan, ingin tahu, dan jawaban.
Filsafat juga dikatakan lebih mendalam soal permasalahan hal ini juga terdapat
dalam prinsip ilmu fisioterapi. Meski begitu banyak yang masih belum menyadari
sehingga bisa dikatakan bahwa sebagian orang beranggapan bahwa filsafat hampir
tidak tersentuh oleh ilmu lain yang bersifat skeptis, tentang pertanyaan dan tidak
berkaitan dengan ilmu lain khususnya fisioterapi. Maka hal dasar inilah yang
melatarbelakangi dalam pembuatan makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya sebagai
berikut :
1. Apa pengertian ilmu secara etimologi ?
2. Apa definisi ilmu secara terminologi ?
3. Bagaimana perkembangan ilmu dan ilmu filsafat sampai saat ini ?
4. Bagaimana pengklasifikasian ilmu-ilmu yang ada ?
5. Apa hubungan ilmu dengan ilmu filsafat ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah
ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian ilmu secara etimologi.
2. Untuk memahami definisi ilmu secara terminology.
3. Perkembangan ilmu filsafat sampai saat ini.
4. Klasifikasi ilmu yang ada.
5. Hubungan ilmu dengan ilmu filsafat.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ilmu Secara Etimologi


Ilmu adalah bentuk pengetahuan tentang sesuatu yang datang dari Allah, yang
mana ilmu tersebut diturunkan kepada para nabi dan rasul serta alam yang
diciptakan-Nya termasuk manusia dan apa saja yang ada pada di antara langit dan
bumi ini, atau pengetahuan yang sistematis dan bersifat ilmiah.
Secara etimologi Kata Ilmu ini berasal dari bahasa Arab,
yaitu `ilm ( ‫ ) علم‬yang memiliki makna mengetahui atau perbuatan yang bertujuan
untuk mengetahui segala sesuatu. Dan juga kata ilmu ini berasal dari bahasa inggris
yakni science atau bahasa latin, yakni scientia yang bermakna pengetahuan,
mengetahui atau memahami.
Pengetahuan merupakan sumber utama peradaban suatu bangsa, maju dan
tidaknya suatu bangsa bermula dari perhatian bangsa tersebut terhadap ilmu. Hal ini
sudah dibuktikan oleh berbagai peradaban dunia yang karena pemikiran tokoh-tokoh
yang hidup pada masanya, sehingga membuat bangsanya menjadi lebih maju dan
berperadaban. Maka, pengetahuan merupakan sesuatu yang sangat penting yang
harus mendapatkan perhatian agar dapat mengantarkan kepada kehidupan yang yang
lebih baik.

2.2 Definisi Ilmu Secara Terminologi


Ilmu pengetahuan secara terminologi terdapat beberapa pendapat para ahli,
diantaranya:
a. Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag menulis: “Science is empirical,
rational, general and cumulative; and it is all four at once” (ilmu adalah yang
empiris, yang rasional, yang umum dan bertimbun-bersusun dan keempat-empatnya
serentak).
b. Karl Pearson (1857-1936) merumuskan: “Science is the complete and
consistent description of the facts of experience in the simplest possible terms” (Ilmu
pengetahuan adalah lukisan atau keterangan yang lengkap dan konsisten tentang
fakta pengalaman dengan istilah yang sesederhana/sesedikit mungkin).
c. Prof. Dr. Ashley Montagu, guru besar antropologi di Rutgers University
menyimpulkan: “Science is a systematized knowledge derived from observation,
study and experimentation carried on order to determine the nature of principles of
what being studied ” (ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang disusun dalam satu
sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat
dan prinsip tentang hal yang sedang dipelajari).
d. Driver dan Bel, pakar konstruktivis, mengatakan bahwa ilmu pengetahuan
bukan hanya kumpulan hukum atau daftar fakta. Ilmu pengetahuan, terutama sains,
adalah ciptaan pikiran manusia dengan semua gagasan dan konsepnya yang
ditemukan secara bebas.
e. Menurut Endang Saefuddin Anshori (1987: 50) ilmu pengetahuan adalah
usaha pemahaman manusia yang disusun dalam satu sistem mengenai kenyataan,
struktur, bagian-bagian dan hukum-hukum tentang hal-ihwal yang diselidiki (alam,
manusia, dan agama) sejauh yang dapat di jangkau daya pemikiran yang di bantu
penginderaan yang kebenarannya di uji secara empiris, riset dan eksprimen.
Dari berbagai pendapat di atas, maka dapat diambil benang merah bahwa
ilmu pengetahuan adalah suatu fakta yang bersifat empiris atau gagasan rasional
yang dibangun oleh individu melalui percobaan dan pengalaman yang teruji
kebenarannya. Dari definisi tersebut diperoleh ciri-ciri ilmu pengetahuan yaitu;
sistematis, objektif, rasional, general, reliabel dan komunitas.
Sistematis mengandung makna ilmu pengetahuan disusun secara berurutan
atau teratur yang memiliki fakta-fakta penting yang saling berkaitan. Objektif berarti
menjelaskan apa adanya sesuai dengan fenomena yang terjadi. Sementara rasional
bermakna bersumber pada pemikiran rasio yang mematuhi kaidah-kaidah logika.
General bermakna kualitas ilmu pengetahuan dapat merangkum keseluruhan
fenomena yang bersifat umum, artinya kebenaran yang didapatkan dapat diterapkan
untuk fenomena yang sama tanpa terikat ruang dan waktu.
Reliabel bermakna dapat diperiksa kebenarannya, diselidiki kembali atau
diuji ulang oleh setiap anggota lainnya dari masyarakat ilmuan. Komunitas, dapat
diterima secara umum, setelah diuji kebenarannya oleh ilmuwan.
Adapun objek dalam ilmu pengetahun terbagi menjadi dua; objek material
dan formal. Objek material adalah objek yang dihadirkan dalam pemikiran atau
penelitian; baik yang bersifat materi (seperti benda-benda) maupun yang non-materi
(seperti masalah, konsep, ide-ide). Sementara, obyek formal berarti dari sudut
pandang mana suatu obyek itu diselidiki. Misalnya penelitian tentang manusia
ditinjau dari aspek faal tubuhnya; maka obyek materialnya adalah manusia sementara
obyek formalnya adalah aspek susunan tubuhnya.
Sumber Pengetahuan Menurut Mulyadi Kartanegara, sumber ilmu
pengetahuan merupakan alat atau sesuatu darimana individu memperoleh informasi
tentang suatu objek. Karena manusia mendapatkan informasi dari indera dan akal,
maka tiga alat itulah yang dianggap sebagai sumber ilmu pengetahuan. Dengan kata
lain, sumber ilmu pengetahuan adalah empirisme (indera) dan rasionalisme (akal).
Empirisme Empirisme adalah pengetahuan yang diperoleh dengan perantaraan panca
indera. Paham empirisme berpendirian bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman.
John Locke yang merupakan tokoh 14 dalam teori ini, yang mengemukakan bahwa
manusia ibarat kertas putih, maka pengamalan panca inderawinya yang akan
menghiasi jiwa manusia dari mempunyai pengetahuan yang sederhana hingga
menjadi pengetahuan yang kompleks.
Selain itu, David Hume mengemukakan bahwa manusia sejak lahir tidak
mempunyai pengetahuan sama sekali, pengetahuannya didapatkan melalui
pengideraan. Hasil dari pengamatan melalui inderanya, maka menghasilkan dua hal;
kesan (impression) dan ide (idea). Rasionalisme merupakan kebalikan dari
empirisme yang berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada akal. Akal
memang membutuhkan bantuan panca indera untuk memperoleh data dari alam
nyata, tetapi hanya akal yang mampu menghubungkan data satu sama lainnya,
sehingga terbentuklah pengetahuan
2.3 Perkembang Ilmu Fisafat dan Ilmu Lainnya Sampai Saat Ini
2.3.1 Perkembangan Ilmu Filsafat
Adapun zaman pembagian perkembagan ilmu filsafat yaitu :
A. Zaman Yunani Kuno (600 SM – 200 M)
Periode filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam
sejarah peradaban manusia karena pada waktu itu terjadi perubahan pola
pikir manusia dari mite-mite menjadi lebih rasional. Pola pikir mite adalah
pola pikir yang mengandalkan mitos-mitos untuk menjelaskan fenomena
alam seperti gempa bumi dan pelangi. Gempa bumi tidak dianggap kejadian
alam biasa, tapi dewa bumi sedang menggoyangkan kepalanya. Namun
setelah filsafat ditemukan, fenomena tersebut tidak lagi dianggap sebagai
aktivitas dewa melainkan fenomena alam yang terjadi secara kausalitas.
Dan hal ini terus dikembangkan oleh manusia melalui filsafat sehingga
alam dijadikan obyek penelitian dan pengkajian sampai dalam bentuk yang
paling mutakhir, seperti yang kita kenal sekarang.
a) Filsafat Pra Socrates
Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan
filsafat, karena pada zaman ini orang memiliki kebebasan untuk
berpendapat atau mengungkapkan ide-idenya. Pada masa itu,
Yunani dipandang sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena bangsa
Yunani sudah tidak lagi mempercayai mitosmitos.
Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima pengalaman yang
didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima begitu
saja) melainkan menumbuhkan sikap yang senang menyelidiki atau
kritis. Sikap kritis inilah yang menjadikan bangsa Yunani berada
pada barisan terdepan dalam ilmu pengetahuan.
Filsafat zaman Yunani kuno mencakup zaman Pra Socrates
dan zaman keemasan filsafat. Tokoh-tokoh filosof pada masa itu
adalah Thales, Anaximandros, Anaximenes, Pythagoras, dan
Heraklitos. Mereka dikenal dengan filosof alam.
b) Zaman Keemasan Filsafat:
Socrates, Plato, Aristoteles Puncak filsafat Yunani dicapai
pada Socrates, Plato dan Aristoteles. Filsafat dalam periode ini
ditandai oleh ajarannya yang "membumi" dibandingkan ajaran-
ajaran filosof sebelumnya. Seperti dikatakan Cicero (sastrawan
Roma) bahwa Socrates telah memindahkan filsafat dari langit ke
atas bumi. Maksudnya, filosof praSocrates mengkonsentrasikan diri
pada persoalan alam semesta sedangkan Socrates mengarahkan
obyek penelitiannya pada manusia diatas bumi.

B. Zaman Pertengahan (200 M – 1500 M)


Zaman ini sering dianggap sebagai zaman di mana filsafat begitu
erat, bahkan berada di bawah naungan agama. Zaman ini, dibagi kedalam
empat periode, yaitu Zaman Patristik, Zaman Awal Skolastik, Zama
Keemasan Skolastik, dan Zaman Akhir Abad Pertengahan.
 Zaman Patristik Istilah patristik berasal dari kata Latin patres yang
berarti Bapak dalam lingkungan kehidupan gereja. Bapak yang
mengacu pada pujangga Kristen, mencari jalan menuju teologi
Kristiani, melalui peletakan dasar intelektual untuk agama Kristen.).
 Zaman Awal Skolastik Zaman ini ditandai dengan migrasi penduduk,
yaitu perpindahan bangsa Hun dari Asia ke Eropa, sehingga bangsa
Jerman berpindah melintasi perbatasan kekaisaran Romawi yang
secara politik mengalami kemerosotan.
 Zaman keemasan Skolastik terjadi pada abad ke-13. Sama dengan
Abad Pertengahan, pada Zaman Keemasan Skolastik ini, filsafat
dipelajari dalam hubungannya dengan teologi.
 Masa Akhir Abad Pertengahan Pada akhir abad XIV terjadi sikap
kritis atas berbagai usaha pemikiran yang menyintesiskan pemikiran
filsafati dan teologi yang semakin menyimpang dari pendapat
Aristoteles.
C. Zaman Pencerahan (1500M – 1700M)
Pengetahuan yang luas menjadikan Nicolaus bukan saja sebagai
eksponen Abad Pertengahan, melainkan juga pecinta eksperimen yang
membawanya kepada pemikiran ilmu masa modern. Meskipun demikian,
perlu diperhatikan suatu masa yang relatif singkat yang membatasi Abad
Pertengahan dan Abad Modern yaitu Abad Pencerahan, enlightment, atau
Aufklaerung. Meskipun singkat, sekitar satu sampai dua abad saja, namun
apa yang terjadi dalam masa itu penting untuk direnungkan.
Dengan demikian, tokoh-tokoh yang mengawali Modernisme
dapat dianggap tokoh Abad Pencerahan. Misalnya Michel de Montaigne
(1533- 1592). Kemudian Descrates, Leibnitz, dan Wolf di Eropa Daratan,
serta Locke, Hume dan Berkeley di Inggris.

D. Zaman Modern (1700-2000)


Zaman modern menjadi identitas di dalam filsafat Modern. Pada
masa ini rasionalisme semakin dipikirkan.Tidak gampang untuk
menentukan mulai dari kapan Abad Pertengahan berhenti. Namun, dapat
dikatakan bahwa Abad Pertengahan itu berakhir pada abad 15 dan 16 atau
pada akhir masa Renaisans. Masa setelah Abad Pertengahan adalah masa
Modern.

E. Pasca moderenisme
Pembicaraan mengenai fenomenologi dan eksistesialisme
menandai masuknya babak baru yang disebut Pascamodernisme. Tokoh
tokoh kedua aliran itulah yang membawa pemikiran ke arah pascamodern
dengan meninggalkan cara berpikir modernisme, atau dapat disebut
sebagai Abad Ilmiah. Istilah “pascamodernisme” muncul dalam konteks
yang luas, dari wacana akademik sampai susunan kata yang singkat dalam
sebuah iklan. Maknanya berbeda dalam koneks yang bermacam-macam,
seperti “floating signifier” Levi-Strauss; tidak banyak mengekspresikan
suatu nilai dan tetap membuka ruang bagi ekspresi yang luas. Kapasitas
“pascamodern” yang demikian luas menyangkut ruang lingkup perubahan
kultural (Suharto,2020)

2.3.2 Sejarah Perkembangan Ilmu


Sejarah adalah suatu rentetan kejadian yang berlangsung di dalam
kehidupan manusia.Sejarah dapat dikatakan sebagai suatu system rentetan
kejadian yang bersumber dari kesadaran, dengan objek khusus yaitu kesadaran
tentang perlunya perubahan-perubahan demi perkembangan dan kemajuan bagi
kehidupan umat manusia.
Francis Bacon melihat ilmu atau filsafat sebagai salah satu hasil
pemahaman atau belajar manusia melalui pemikiran. Berdasarkan objeknya,
ilmu atau filsafat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu; 1) Filsafat Tuhan
(de Numine) atau teologi Rasional/alamiah, 2) Filsafat Alam dan 3) Filasafat
manusia. Teologi alamiah merupakan pengetahuan tentang Tuhan yang dapat
diperoleh melalui cahaya alam dan perenungan tentang hal-hal yang diciptakan
oleh Tuhan, yang mengungkapkan tentang adanya Tuhan dan sifatNya, serta
ditambah dengan ajaran tentang malaikat-malaikat dan roh (doctrina de angles
et spiritibus).
Dorongan ingin tahu (curiosity) sebagai hasrat alamiah manusia
merupakan titik masuk bagi lahirnya segala ilmu pengetahuan. Dengan kata
lain, kelahiran ilmu pengetahuan akan selalu oleh rasa keingintahuan manusia
akan segala sesuatu. Ilmu yang mengkaji pengetahuan manusia disebut Filsafat
Pengetahuan (Epistemology atau Theory of Knowledge) (Suharto, 2020).

Kunto Wibisono mengatakan ilmu ini lahir semenjak Immanuel Kant


(1724-1804 M) menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang
menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan secara tepat. Ilmu ini
sebagai kelengkapannya mempunyai empat sarana untuk mengkaji
pengetahuan manusia, yaitu bahasa, logika, matematika dan statistika. Bahasa
digunakan untuk menyampaikan isi pikiran kepada orang lain dengan
didasarkan pada proseslogika deduktif dan induktif. Matematika berperan
membantu berfikir deduktif, sedangkan statistika berperan membantu berfikir
induktif (Thaha, 1996).

2.3.3 Perkembangan Ilmu Menurut George J. Maouly

George J. Mouly membagi perkembangan ilmu menjadi tiga (3) tahap


yaitu animisme, ilmu empiris dan ilmu teoritis. George J. Mouly dalam
bukunya Jujun S Suriasumantri, (1985:87) menjelaskan bahwa permulaan ilmu
dapat ditelusuri sampai pada permulaan manusia. Tak diragukan lagi bahwa
manusia purba telah menemukan beberapa hubungan yang bersifat empiris
yang memungkinkan mereka untuk mengerti keadaan dunia. Usaha mula-mula
di bidang keilmuan yang tercatat dalam lembaran sejarah dilakukan oleh
bangsa Mesir dimana banjir Sungai Nil terjadi tiap tahun ikut menyebabkan
berkembangnya sistem almanak, geometri dan kegiatan survey.
George J. Mouly menjelaskan bahwa pada tahap animisme, manusia
menjelaskan gejala yang ditemuinya dalam kehidupan sebagai perbuatan dewa-
dewi, hantu dan berbagai makhluk halus. Pada tahap inilah pola pikir
mitosentris masih sangat kental mewarnai pemikiran bangsa Yunani sebelum
berubah menjadi logosentris. Sebagai contoh, gempa bumi pada saat itu tidak
dianggap fenomena alam biasa, tetapi Dewa Bumi yang sedang
menggoyangkan kepalanya. Namun, ketika filsafat diperkenalkan, fenomena
alam tersebut tidak lagi dianggap sebagai aktivitas dewa, tetapi aktivitas alam
yang terjadi secara kualitas.
Dari hal tersebut diketahui bahwa proses berpikir manusia menuntut
mereka untuk menemukan sebuah metode belajar dari pengalaman dan
memunculkan keinginan untuk menyusun sesuatu hal secara empiris, serta
dapat diukur.
Dalam sejarah mencatat bangsa Yunanilah yang pertama diakui oleh
dunia sebagai perintis terbentuknya ilmu karena telah berhasil menyusunnya
secara sistematis. Implikasi dari hal tersebut manusia akan mencoba
merumuskan semua hal termasuk asal-muasal mitos-mitos karena mereka
menyadari bahwa hal tersebut dapat dijelaskan asalusulnya dan kondisi
sebenarnya. Sehingga sesuatu hal yang tidak jelas yang hanya berupa tahu atau
pengetahuan dapat dibuktikan kebenarannya dan dapat dipertanggungjawabkan
pada saat itu. Dari sinilah awal kemenangan ilmu pengetahuan atas mitos-
mitos, dan kepercayaan tradisional yang berlaku di masyarakat.

2.4 Klasifikasi Ilmu Pengetahuan


Ilmu Pengetahuan dapat digolongkan 3 golongan yaitu sebagai berikut
 Ilmu alamiah (natural sciences) adalah ilmu yang mengkaji tentang
keteraturan-keteraturan dalam alam semesta dengan menggunakan
metode ilmiah. Seperti : Ilmu fisika, kimia, biologi, dan lain-lain.
 Ilmu sosial (social science) ialah ilmu yang mengkaji tentang
keteraturan-ketetaturan dalam hubungan antar manusia satu dengan
manusia yang lainnya. Seperti: Ilmu sosiologi, ekonomi, antropologi,
dll.
 Ilmu budaya (Humanities) ialah ilmu yang mengkaji tentang masalah-
masalah manusia dan budaya yang bersifat manusiawi. Seperti: Ilmu
bahasa, agama, kesenian, dan lain-lain.

Klasifikasi atau penggolongan ilmu pengetahuan menurut para ahli


diantaranya adalah dari filsuf Auguste Comte, Karl Raimund Popper, Thomas
S Kuhn dan Habermas berbeda-beda
Auguste Comte.
Pada dasarnya penggolongan ilmu pengetahuan sejalan dengan
sejarah ilmu pengetahuan itu sendiri, yang menunjukkan bahwa gejala-gejala
dalam ilmu pengetahuan yang paling umum akan tampil terlebih dahulu.
Kemudian disusul dengan gejala-gejala pengetahuan yang semakin lama
semakin rumit atau kompleks dan semakin konkret. Urutan dalam
penggolongan ilmu pengetahuan menurut Auguste Comte sebagai berikut :
- Ilmu pasti (matematika).
- Ilmu perbintangan (astronomi)
- Ilmu alam (fisika)
- Ilmu kimia
- Ilmu hayat (fisiologi atau biologi)
- Fisika sosial (sosiologi).

Karl Raimund Popper.


Mengemukakan bahwa sistem ilmu pengetahuan manusia dapat
dikelompokkan ke dalam tiga dunia (world), yaitu dunia 1, 2, dan 3. Popper
menyatakan bahwa dunia 1 merupakan kenyataan fisis dunia, sedang dunia 2
adalah kejadian dan kenyataan psikis dalam diri manusia, dan dunia 3 yaitu
segala hipotesa, hukum, dan teori ciptaan manusia dan hasil kerjasama antara
dunia 1, dan dunia 2, serta seluruh bidang kebudayaan, seni, metafisik,
agama, dan lain sebagainya.
Menurut Popper dunia 3 itu hanya ada selama dihayati, yaitu dalam
karya dan penelitian ilmiah, dalam studi yang sedang berlangsung, membaca
buku, dalam ilham yang sedang mengalir dalam diri para seniman, dan
penggemar seni yang mengandaikan adanya suatu kerangka.
Sesudah penghayatan itu, semuanya langsung ‘mengendap’ dalam
bentuk fisik alat-alat ilmiah, buku-buku, karya seni, dan lain sebagainya.
Semua itu merupakan bagian dari dunia 1. Dalam pergaulan manusia dengan
sisa dunia 3 dalam dunia 1 itu, maka dunia 2 lah yang membuat manusia bisa
membangkitkan kembali dan mengembangkan dunia 3 tersebut.
Menurut Popper dunia 3 itu mempunyai kedudukannya sendiri. Dunia
3 berdaulat, artinya tidak semata-mata begitu saja terikat pada dunia 1, tetapi
sekaligus tidak terikat juga pada subyek tertentu. Maksudnya dunia 3 tidak
terikat pada dunia 2, yaitu pada orang tertentu, pada suatu lingkungan
masyarakat maupun pada periode sejarah tertentu.

Thomas S. Kuhn.
Berpendapat bahwa perkembangan atau kemajuan ilmiah bersifat
revolusioner, bukan kumulatif sebagaimana anggapan sebelumnya. Revolusi
ilmiah itu pertama-tama menyentuh wilayah paradigma, yaitu cara pandang
terhadap dunia dan contoh-contoh prestasi atau praktek ilmiah konkret.

Menurut Kuhn cara kerja paradigma dan terjadinya revolusi ilmiah


dapat digambarkan ke dalam tahap-tahap sebagai berikut :
Tahap pertama, paradigma ini membimbing dan mengarahkan
aktivitas ilmiah dalam masa ilmu normal (normal science). Dalam tahap ini
para ilmuwan tidak bersikap kritis terhadap paradigma yang membimbing
aktivitas ilmiahnya. Selama menjalankan aktivitas ilmiah itu para ilmuwan
menjumpai berbagai fenomena yang tidak dapat diterangkan dengan
paradigma yang dipergunakan sebagai bimbingan atau arahan aktivitas
ilmiahnya itu, ini dinamakan anomali. Anomali adalah suatu keadaan yang
memperlihatkan adanya ketidakcocokan antara kenyataan (fenomena) dengan
paradigma yang dipakai.
Tahap kedua, menumpuknya anomali (penyimpangan) menimbulkan
krisis kepercayaan dari para ilmuwan terhadap paradigma, paradigma mulai
diperiksa dan dipertanyakan dan para ilmuwan mulai keluar dari jalur ilmu
normal.
Tahap ketiga, para ilmuwan bisa kembali lagi pada cara-cara ilmiah
yang sama dengan memperluas dan mengembangkan suatu paradigma
tandingan yang dipandang bisa memecahkan masalah dan membimbing
aktivitas ilmiah berikutnya. Proses peralihan dari paradigma lama ke
paradigma baru inilah yang dinamakan revolusi ilmiah.

Jurgen Habermas.
Pandangan Jurgen Habermas tentang klasifikasi ilmu pengetahuan
sangat terkait dengan sifat dan jenis ilmu, pengetahuan yang dihasilkan, akses
kepada realitas, dan tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri.
2.5 Hubungan beberapa Ilmu dengan Filsafat

a. Ilmu Pasti (Matematika)


Filsafat mempelajari ilmu matematika dengan tujuan menggali dan
menganalisis dasar-dasar konseptual, metodologis, dan ontologis di balik
praktik matematika. Filsafat mempertanyakan tentang sifat alamiah
matematika, bagaimana matematika ditemukan atau dikonstruksi, dan
apakah matematika merupakan entitas objektif atau subjektif. Selain itu,
filsafat juga membahas tentang hubungan antara matematika dengan realitas
fisik dan pengaruhnya terhadap pengetahuan dan pemikiran manusia. Dalam
hal ini, filsafat dapat memberikan sudut pandang tambahan dan bahkan
mempengaruhi perkembangan matematika itu sendiri.

b. Ilmu Perbintangan
Meskipun ilmu astronomi memiliki kemampuan untuk menjawab
banyak pertanyaan tentang kosmos dan alam semesta, ada beberapa
pertanyaan yang melibatkan pertimbangan filsafat yang tidak dapat dijawab
sepenuhnya oleh ilmu astronomi. Misalnya, pertanyaan tentang makna atau
tujuan dari keberadaan alam semesta atau tentang asal-usul dan sifat dasar
ruang-waktu. Pertanyaan semacam ini melibatkan konsep-konsep lebih luas
di luar batasan sains empiris, dan membutuhkan pemikiran filosofis yang
mendalam untuk mencoba menjawabnya.

c. Ilmu alam (Fisika)


Ilmu fisika dan filsafat memiliki hubungan yang erat sepanjang
sejarah. Filsafat sering memberikan kerangka konseptual dan teoretis bagi
perkembangan ilmu fisika. Di sisi lain, penemuan dan pencapaian dalam
ilmu fisika sering kali telah menimbulkan pertanyaan dan tantangan
filosofis.
Contohnya, fisikawan seperti Albert Einstein dan Werner Heisenberg
telah memberikan pemikiran filosofis yang mendalam tentang sifat realitas,
ruang-waktu, dan dasar ontologis dari alam semesta. Filsafat juga membahas
masalah-masalah seperti interpretasi mekanika kuantum, hubungan antara
fisika dan kesadaran, dan pertanyaan-pertanyaan tentang basis realitas fisik.
Selain itu, filsafat juga berperan dalam mempertanyakan asumsi dan
metode ilmu fisika sendiri. Dalam bidang epistemologi, filsafat membahas
tentang apakah ilmu fisika dapat mencapai kebenaran objektif atau hanya
memberikan model yang berguna. Selain itu, filsafat juga membahas tentang
peran teori atau hukum dalam fisika, dan bagaimana mereka berhubungan
dengan dunia nyata.
Jadi, dapat dikatakan bahwa ilmu fisika dan filsafat bekerja secara
saling melengkapi dan terus saling mempengaruhi satu sama lain dalam
upaya pemahaman kita tentang alam semesta.

d. Ilmu Kimia
Ilmu kimia dan filsafat memiliki hubungan yang erat dalam beberapa
aspek. Berikut beberapa cara di mana kedua disiplin ini saling terkait:
1. Metodologi Ilmiah:
Filsafat memainkan peran dalam mengembangkan metodologi ilmiah
yang digunakan dalam ilmu kimia dan ilmu alam lainnya. Konsep
seperti epistemologi (teori pengetahuan) dan filsafat sains membantu
dalam pemahaman tentang bagaimana pengetahuan ilmiah dibangun,
diuji, dan dikembangkan.
2. Ontologi:
Filsafat membahas pertanyaan tentang apa yang ada dan bagaimana
sesuatu ada. Dalam kimia, pertanyaan tentang sifat dan eksistensi materi
adalah relevan. Misalnya, filsafat ontologi membantu kita memahami
apakah atom dan molekul dianggap sebagai entitas yang nyata atau
hanya sebagai konsep.
3. Etika dan Tanggung Jawab
Filsafat etika terkait dengan pertimbangan maujud dalam penelitian
dan praktik ilmiah, termasuk dalam kimia. Pertanyaan tentang tanggung
jawab dalam pengembangan dan penggunaan bahan kimia serta
dampaknya pada lingkungan dan manusia adalah isu yang
dipertimbangkan dalam kaitannya dengan filsafat.
4. Filsafat Kimia
Ada subbidang dalam filsafat yang khusus membahas isu-isu yang
muncul dalam kimia, seperti filsafat kimia. Ini melibatkan pertanyaan
tentang konsep-konsep kimia seperti unsur, reaksi kimia, dan struktur
molekul.
5. Hubungan antara Alam dan Manusia
Filsafat juga mencari pemahaman tentang hubungan antara manusia
dan alam. Ini relevan dalam konteks kimia, terutama dalam konteks
sumber daya alam, pemahaman tentang polusi, dan pengembangan
teknologi kimia.

Jadi, ilmu kimia dan filsafat memiliki banyak titik persilangan


dalam pemahaman dan penerapan ilmu kimia serta implikasi etisnya.

e. Ilmu Hayat (Fisiologi dan Biologi)


Ilmu hayat, termasuk fisiologi dan biologi, memiliki hubungan yang
kuat dengan filsafat. Filsafat memainkan peran penting dalam membahas
konsep-konsep dan pertanyaan-pertanyaan filosofis yang timbul dari ilmu
hayat. Pertama-tama, fisiologi dan biologi mempelajari fenomena kehidupan
dan organisme hidup. Namun, pertanyaan tentang esensi kehidupan, asal-
usul kehidupan, dan sifat dasar organisme hidup melibatkan pertimbangan
filosofis yang mendalam.
Filsafat bisa membahas konsep-konsep seperti identitas diri,
kesadaran, kebebasan, dan etika dalam konteks kehidupan dan sifat
organisme hidup. Selain itu, konsep evolusi dan seleksi alam yang
merupakan dasar dari biologi juga memiliki konsekuensi filosofis yang
signifikan. Pertanyaan tentang pandangan tentang keberadaan dan desain
alam semesta, peran evolusi dalam penciptaan kehidupan, dan hubungan
antara kehidupan dan proses alam melibatkan pertimbangan filosofis yang
mendalam.
Secara keseluruhan, ilmu hayat dan filsafat saling terkait. Ilmu hayat
memberikan kerangka empiris dan data tentang fenomena kehidupan,
sedangkan filsafat memberikan pemikiran kontekstual dan konseptual yang
mendalam untuk memahami implikasi dan makna filosofis dari ilmu hayat.

f. Fisiologi Sosial (Sosiologi)


Sosiologi ilmu adalah sebuah disiplin yang secara teoritis berusaha
menganalisis kaitan antar pengetahuan dengan kehidupan secara
metodologis berupaya menelusuri bentuk-bentuk yang diambil oleh kaitan
itu dalam perkembangan intelektual manusia. Sosiologi adalah ilmu sosial
yang dulunya berinduk pada ilmu filsafat. Dengan demikian pokok - pokok
pikiran sosiologi tidak bisa terlepas dari pemikiran para ahli filsafat yang
mengkaji tentang kehidupan manusia.
Sudah menjadi sifat bawaannya, bahwa sosiologi sejak berkembang
hingga dewasa ini menjadi disiplin yang berdiri sendiri, yang selalu berada
di dalam suasana pergulatan pemikiran dikalangan tokoh-tokohnya.
Sosiologi memberikan informasi yang cukup tentang adanya keterkaitan
antara proses keilmuan tertentu dengan faktor-faktor lain diluar keilmuan
misalnya ideologi, tradisi keagamaan, otoritas politik, ekonomi dan lain-
lain.
Seperti yang kita ketahui pada zaman Thales yakni ketika dia berhenti
di wilayah Mesir, dia melihat keadaan masyarakat dimana mereka sangat
membutuhkan air, dari situlah muncul pernyataan dia bahwa air adalah
sesuatu yang penting setelah dia melihat keadaan di wilayah tersebut. Inilah
yang menjadikan filsafat sangat berhubungan dengan sosiologi.

g. Ilmu budaya
Hubungan antara ilmu budaya dan ilmu filsafat dapat dilihat dari
perspektif berikut:
1. Pengaruh budaya terhadap filsafat.
Budaya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perkembangan pemikiran filsafat. Nilai-nilai, keyakinan, dan tradisi
budaya dapat membentuk pandangan hidup dan sudut pandang filosofis
seseorang. Misalnya, budaya Timur seperti Taoisme atau Hinduisme
memiliki pengaruh yang kuat terhadap filosofis kehidupan dan alam.

2. Filsafat dalam memahami budaya.


Filsafat juga dapat digunakan sebagai alat untuk memahami dan
menganalisis budaya. Konsep-konsep filosofis seperti keadilan,
kebebasan, atau kebenaran dapat digunakan untuk menganalisis nilai-
nilai dan praktik budaya yang ada. Misalnya, filsafat politik dapat
membantu memahami sistem politik suatu budaya dan bagaimana nilai-
nilai tersebut mempengaruhi kehidupan masyarakat.

3. Refleksi filosofis tentang budaya.


Filsafat juga dapat digunakan untuk merenungkan dan
mempertanyakan aspek-aspek budaya tertentu. Filosofi budaya
melibatkan pertanyaan-pertanyaan tentang identitas, keberagaman, dan
konstruksi sosial dalam budaya. Misalnya, filsafat feminis dapat
digunakan untuk mempertanyakan peran gender dalam budaya atau
filsafat postmodernisme dapat digunakan untuk merenungkan tentang
konstruksi realitas dalam budaya.
Dapat disimpulkan, ilmu budaya dan ilmu filsafat saling terkait
dan saling mempengaruhi dalam memahami dan menganalisis nilai-
nilai, keyakinan, dan praktik budaya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ilmu secara etimologi adalah suatu proses kegiatan penelitian terhadap
suatu gejala atau kondisi pada suatu bidang dengan menggunakan berbagai
prosedur, metode ilmiah untuk menghasilkan suatu kebenaran ilmiah yang empiris,
sistematis, objektif, analitis, dan verifikatif. Sedangkan Ilmu secara terminologi
adalah pengetahuan yang sistematis dan bersifat ilmiah. Terdapat 3 golongan ilmu
yaitu Ilmu alamiah (natural science), Ilmu social (social science), dan Ilmu budaya
(Humaities)

3.2 Saran
Kami sebagai penulis menyarankan agar pembaca mampu mengetahui
dasar maupun teori – teori terkait beberapa ilmu dan filsafat dalam kehidupan
sehari-hari, serta berfikir radikal tentang hakikat ilmu. Melatih berfikir reflektif di
dalam lingkup ilmu. Menghindarkan diri dari memutlakkan kebenaran ilmiah, dan
menganggap bahwa ilmu sebagai satu-satunya cara memperoleh kebenaran.
DAFTAR PUSTAKA

A, R. (2014). Filsafat Pendidikan Islam Sebagai Landasan Membangun Sistem Pendidikan


Islami. Jurnal Pendidikan Agama Islam, 1-18.
Achmadi A, K. F. (2020). Integrasi Ilmu dan Agama dalam Perspektif Filsafat Islam. Jurnal
al-afaq, 1-18.
Doktoral UIN Jambi, Indonesia. (2021). Kontribusi Filsafat Ilmu dalam Kehidupan Sosial.
Jurnal Filsafat, 13.
Fadli, M. R. (2015). HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN ILMU PENGETAHUAN DAN
RELEVANSINYA DI ERA 5.0. Jurnal Flsafat, 32.
M, H. (2018). Eksistensi filsafat pendidikan. istiqra.
Rusuli, I. (2015). Ilmu Pengetahuan dari John Locke ke Al-Attas. Journal Pencerahan, 2-3.
S, B. (2016). Epistemologi Perspektif Islam Dan Barat. Jurnal Studi Islam, 173-196.
Siti Mariyah, Ahmad Syukri, Badarussyamsi. (2021). Filsafat dan Sejarah Perkembangan
Ilmu. Jurnal Filsafat Indonesia, 5.
Suaedi. (2016). Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor: PT Penerbit IPB .
Surajiyo. (2014). Sejarah Klasifikasi dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan. Jurnal
Publication, 8.
Widyawati, S. (2013). Filsafat Ilmu Sebagai Landasan Pengembangan Ilmu Pendidikan.
Jurnal Seni Budaya, 10.

Anda mungkin juga menyukai