Makalah Hubungan Antara Ilmu Dan Agama Menurut Perspektif Filsafat Ilmu
Makalah Hubungan Antara Ilmu Dan Agama Menurut Perspektif Filsafat Ilmu
Makalah Hubungan Antara Ilmu Dan Agama Menurut Perspektif Filsafat Ilmu
Disusun oleh :
DAFTAR ISI.................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.....................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................1
1.3 Metode Penelitian...............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................3
2.1 Pengertian Ilmu dan Agama...............................................................3
2.2 Pengertian Filsafat Ilmu.....................................................................3
2.3 Hubungan Ilmu dan Agama menurut perspektif Filsafat Ilmu............5
BAB III PENUTUP......................................................................................7
3.1 Simpulan.............................................................................................7
3.2 Saran...................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................8
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
3. Bagaimana hubungan Ilmu dan Agama menurut Filsafat Ilmu?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Keyakinan atau prinsip yang harus dipegang seseorang adalah yang dimaksud
dengan kata benda "agama". Dalam Islam, istilah "agama" dapat diterjemahkan ke
dalam beberapa istilah yang berbeda, yang paling umum adalah al-Din, al-Millh, dan
al-Syari'at. Makna al-Din, menurut Ahmad Daudy, identik dengan istilah al-Huda
(petunjuk). Hal ini menunjukkan bahwa agama terdiri dari seperangkat aturan atau
ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap pemeluk agama tersebut.
3
Filsafat ilmu mencakup berbagai disiplin ilmu. Para ahli filsafat telah
mengidentifikasi empat bidang berbeda dalam filsafat ilmu, yakni:
Akan tetapi, filsafat ilmu mengandung dua objek, yaitu objek material dan
objek formal, jika dipetakan seperti filsafat pada umumnya. Semua fakta dan
kebenaran ilmiah berfungsi sebagai objek material filsafat ilmu. Sederhananya, ilmu
itu sendiri berfungsi sebagai subjek untuk epistemologi ilmiah. Filsuf ilmu berfokus
pada pertanyaan seperti “Apa hakikat pengetahuan?” Bagaimana kita
mendapatkannya? “Apa nilai dari apa yang kita pelajari?” karena mereka adalah pusat
usaha ilmiah. Masalah pertama menyangkut landasan ontologi, yang kedua adalah
epistemologis, dan yang ketiga adalah aksiologis. Ketiga pilar ini menjadi landasan
bagi setiap disiplin ilmu, meskipun dengan cara yang berbeda.
Istilah “ontologi” berasal dari istilah Yunani “onta”, yang berarti “makhluk”,
dan “logos”, yang berarti “mengetahui”. Oleh karena itu, ontologi adalah studi tentang
keberadaan di dalam dan tentang dirinya sendiri (teori keberadaan sebagai
keberadaan). Ontologi juga dikenal sebagai ilmu tentang “apa yang ada”, yang
merupakan nama lain dari subjek. Ketika kita mengatakan “di sana”, kita mengacu
pada asal dan tujuannya.
4
mengajukan pertanyaan tentang apa, khususnya tentang apa yang merupakan inti dari
realitas. Ontologi, untuk menempatkannya dalam istilah awam, mengacu pada studi
tentang aspek fundamental dari fenomena yang berada di bawah bidang penyelidikan
ilmiah.
Kata “aksiologi” berasal dari kata Yunani “axios”, yang dapat diterjemahkan
sebagai “nilai”, “sesuai”, atau “masuk akal”, dan “logos”, yang dapat diterjemahkan
sebagai “ilmu”. Filosofi nilai adalah apa yang umumnya dikenal sebagai aksiologi.
Aksiologi adalah subbidang filsafat yang meneliti cara-cara di mana manusia
menggunakan pengetahuan mereka serta utilitas dari berbagai disiplin ilmu. Untuk
memberi makna pada apa yang nyata atau kebenaran, aksiologi sains memasukkan
norma-norma normative. Tidak mungkin untuk memisahkan signifikansi sains dari
aplikasi praktisnya. Aksiologi menyajikan solusi untuk pertanyaan tentang jenis
pengetahuan apa yang digunakan dalam situasi yang berbeda. Apa hubungan antara
cara sesuatu digunakan dan hukum yang mengatur nilainya? bagaimana
mengidentifikasi subjek penelitian berdasarkan nilai-nilai yang tersedia. Apa
hubungan antara standar nilai dan prosedur prosedural yang merupakan
operasionalisasi metode ilmiah?
5
pengetahuan ilmiah dan ketaatan pada ajaran agama keduanya merupakan langkah
yang
5
diperlukan untuk membuat kehidupan manusia lebih beradab; yang pertama memupuk
dalam praktisinya kapasitas yang lebih besar untuk alasan, yang terakhir apresiasi
yang lebih dalam terhadap nilai-nilai spiritual. Yang paling dapat dipercaya dari
semua ilmu adalah ilmu. Selain itu, penerapan penelitian yang terus berlanjut ke ranah
teknologi telah menghasilkan berbagai teknologi yang dapat memudahkan atau
bahkan memperpanjang usia manusia. Ada komponen rasional bahkan dalam praktik
keagamaan yang tidak dapat dipisahkan dari keterlibatan teknologi (hanya butuh
beberapa menit bagi jemaah untuk menemukan pesawat, misalnya). Ini adalah salah
satu cara di mana penyelidikan ilmiah dapat membantu penganut agama bergerak
melampaui mistisisme sederhana dan menuju pemahaman iman mereka yang lebih
dalam dan bernuansa.
Betocci, seorang filsuf, mengatakan bahwa hanya ada perbedaan cara pandang
antara sains dan agama. Anda tidak perlu sakit di kepala atau tubuh untuk menjadi
ilmuwan yang andal atau orang yang sangat percaya. Karena penduduknya
berpendidikan tinggi di daerah tertentu dan bersifat religius, tidak ada kejadian
penyakit psikosomatis yang ditemukan di sana. Pada kenyataannya, penguasaan
seseorang yang lebih luas dan mendalam atas kumpulan informasi tertentu, semakin
terasa bodoh. Ini karena, di atas langit, masih ada langit. Oleh karena itu, semakin
kuat dia mengenali bahwa ada kekuatan yang kuat yang mengatur kosmos secara
teratur atas perintah-Nya, semakin yakin dia pada keyakinan itu.
Ajaran moralitas agama sangat penting bagi pemeluk agama yang berbeda
untuk berkomunikasi dan saling menyambut. Konflik dan perpecahan dalam umat
beragama merupakan akibat umum dari kegagalan masyarakat untuk menghargai
keragaman keyakinan agama yang dianut oleh penganutnya. Jadi, wacana keagamaan
yang misalnya bertujuan mendiskreditkan paradigma agama lain sangat tidak etis bagi
manusia yang berakal.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pembahasan yang menyertainya tidak dimaksudkan untuk memberikan
pandangan yang komprehensif tentang filsafat ilmu, melainkan untuk memberikan
konsep-konsep untuk memahami dasar-dasarnya. Sedangkan dalam komunitas ilmiah,
para filsuf dapat membantu dengan mempertanyakan asumsi yang diterima begitu saja
di lapangan dan mengawasi konsekuensi penelitian yang jauh lebih abstrak.
Menghindari jebakan pemikiran naif-empiris-teknis, atau pandangan bahwa kehidupan
manusia hanyalah masalah fakta dan masalah teknologi, itulah mengapa filsafat sangat
penting.
Ada hubungan yang kuat antara sains, agama, dan filsafat. Penalaran sepanjang
garis ini berasal dari fakta bahwa ketiganya berniat untuk menemukan kebenaran.
Ketika melihat hubungan antara ketiganya pada bidang horizontal, ketiganya saling
berhubungan, tetapi hanya agama yang memilikinya ketika melihatnya secara vertikal.
Tidak seperti padanannya yang berhubungan secara horizontal, filsafat dan sains,
agama memiliki jalur komunikasi langsung dengan Sang Pencipta. Oleh karena itu,
kesimpulan dari diskusi ini tidak berarti bahwa semua aspek dari tantangan ini telah
disajikan dan tidak diperlukan lagi penelitian analitis. Semuanya pada akhirnya
menemukan jalan kembali kepada Tuhan.
3.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca.
7
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Wahid. 2012. Korelasi Agama, Filsafat Dan Ilmu. Jurnal Substantia, 14(2, 224–231
Fanani, M. 2009. Ilmu Ushul Fiqh di Mata Filsafat Ilmu. Semarang: Walisongo Press.
Hidayat, Ferry. 2016. Pengantar Teori Teori Filsafat, Jakarta: HPI Press
Kattsoff, L.O. 1992. Pengantar Filsafat. Diterjemahkan oleh Soejono Soemargono dari “Elements of
Philosophy.” Tiara Wacana.
Muhadjir, N. 1998. Filsafat Ilmu Telaah Sistematis, Fungsional Komparatis. Yogyakarta: Rake
Sarasin.
Muslih, M. 2016. Integrasi Keilmuan; Isu Mutakhir Filsafat Ilmu. Kalimah, 142, 245.
Siswati, V. L. 2017. Hakikat Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Modern dan Islam. Ta’dibia:
Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam, 71, 81.
Soyomukti, Nurani. 2011. PENGANTAR FILSAFAT UMUM: Dari Pendekatan Historis, Pemetaan
Cabang-Cabang Filsafat, Pertarungan Pemikiran, Memahami Filsafat Cinta, hingga Panduan
Berpikir Kritis-Filosofis. Depok: Ar Ruzz Media