UJIAN AKHIR SEMESTER Spe
UJIAN AKHIR SEMESTER Spe
UJIAN AKHIR SEMESTER Spe
Disusun oleh:
Nama : Mohammad Nouval Farras
NIM : 225020100111010
Kelas :AB
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Candra Fajri Ananda, S.E., M.Sc.
2023
DAFTAR ISI
Halaman
COVER...................................................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
ABSTRAK..............................................................................................................3
I. PENDAHULUAN...........................................................................................4
1.1 Latar Belakang............................................................................................4
1.2 Tujuan..........................................................................................................4
II. LANDASAN TEORI......................................................................................6
2.1 Definisi Kapitalisme.......................................................................................6
2.2 Mekanisme Sistem Kapitalisme.....................................................................6
2.3 Perkembangan Kapitalisme............................................................................7
III. METODE ANALISIS.....................................................................................9
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH..............................................................10
4.1 Gambaran Geografis Singapura..............................................................10
4.2 Transformasi Singapura...........................................................................10
V. PEMBAHASAN............................................................................................12
VI. PENUTUP.....................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14
2
ABSTRAK
Makalah ini membahas ideologi ekonomi pasar bebas yang menjadi pilar utama
dalam pembangunan ekonomi Singapura dan dampaknya terhadap perkembangan
sosial-ekonomi negara tersebut. Singapura, sebagai negara yang menganut
ideologi kapitalis, telah berhasil mengintegrasikan prinsip-prinsip pasar bebas ke
dalam kebijakan ekonominya. Makalah ini mendalami sejarah pembentukan
ekonomi pasar bebas Singapura, mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang
mendorong keberhasilannya, serta mengevaluasi dampaknya terhadap aspek sosial
dan ekonomi masyarakat.
3
I. PENDAHULUAN
4
ekonomi ini memengaruhi berbagai aspek kehidupan di Singapura. Pada sisi
positif, makalah ini akan mengeksplorasi bagaimana sistem ekonomi pasar bebas
mendukung pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, peningkatan
produktivitas, dan daya saing global Singapura. Di sisi lain, makalah ini juga akan
mengevaluasi dampak negatif seperti potensi kesenjangan pendapatan, kurangnya
perlindungan sosial, dan tantangan yang dihadapi oleh kelompok masyarakat
tertentu.
5
II. LANDASAN TEORI
6
Adam Smith, sebagaimana dikutip dalam Eisenbrauns (2007), menegaskan
bahwa manajemen dan intervensi pemerintah dalam ekonomi dianggap berbahaya
dan tidak dapat diandalkan. Menurutnya, negara sebaiknya berusaha untuk
memberikan arahan kepada pejabat dan sumber daya manusia melalui berbagai
cara, dengan fokus pada memfasilitasi kebutuhan rakyat. Pendapat Smith
menekankan bahwa kekuasaan negara seharusnya dapat dipercaya dan tidak hanya
diberikan kepada satu individu, melainkan kepada sekelompok yang memiliki
otoritas, tetapi yang dianggap tidak membahayakan masyarakat. Negara
seharusnya bersikap seperti seorang ibu yang sabar, membimbing anak-anaknya
agar terlatih menghadapi berbagai bentuk persaingan.
Secara khusus, sistem pasar bebas mengasumsikan bahwa pasar beroperasi
dalam masyarakat di mana individu memiliki akses penuh terhadap informasi,
memungkinkan mereka untuk membuat pilihan yang paling menguntungkan. Hal
ini mencerminkan komitmen terhadap kesetaraan dan kebebasan individu dalam
konsep liberalisme. Dengan demikian, nilai barang dan jasa ditentukan secara
individual melalui dinamika pasar, menciptakan ekonomi yang fleksibel di mana
setiap perubahan harga akan mempengaruhi pola produksi, konsumsi, dan institusi
ekonomi. Penting untuk dicatat bahwa dalam pasar persaingan yang sebenarnya,
terkadang terjadi ketidaksetaraan dalam posisi tawar, namun hal ini bisa saja
disetujui oleh pihak-pihak yang terlibat dan menghasilkan keuntungan bagi kedua
belah pihak. Ini merupakan hasil alami dari persaingan ekonomi di mana
pertukaran terjadi secara sukarela tanpa adanya paksaan.
2.3 Perkembangan Kapitalisme
Kapitalisme, yang berasal dari struktur sosial feodal, kini menjadi alat yang
efektif bagi negara Singapura dalam menggerakkan perekonomian mereka.
Namun, dampaknya terhadap negara berkembang atau yang lebih miskin menjadi
sangat merugikan. Kapitalisme, sebagai konsep yang telah menyebar secara
global, menjadi kenyataan yang tidak dapat dihindari bagi negara maju maupun
negara ketiga. Tanpa disadari, kapitalisme menjadi ancaman serius bagi
masyarakat di negara-negara berkembang, menciptakan bentuk neo-imperialisme
yang merupakan bentuk baru dari penjajahan dengan pendekatan yang lebih
modern.
7
Sistem kapitalisme telah mengalami berbagai masa kejayaan sepanjang
sejarahnya, dengan setiap periode penuh perubahan dan inovasi yang
mempercepat pertumbuhan ekonomi. Salah satu tonggak utama dalam sejarah
kapitalisme adalah Revolusi Industri pada abad ke-18 hingga awal abad ke-19.
Perubahan besar terjadi dalam produksi, transportasi, dan teknologi dengan
munculnya pabrik-pabrik besar dan mekanisasi yang menggantikan metode
tradisional, mendorong pertumbuhan ekonomi yang pesat.
Pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, terjadi masa kejayaan
kapitalisme yang dikenal sebagai Gilded Age, terutama di Amerika Serikat.
Periode ini ditandai oleh pertumbuhan ekonomi yang cepat dan peningkatan
industri. Meskipun demikian, kemajuan ini juga menyertai ketidaksetaraan yang
meningkat dan munculnya masalah sosial.
Pasca Perang Dunia II, dari tahun 1945 hingga tahun 1970-an, banyak
negara mengalami pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Amerika Serikat dan
negara-negara Eropa Barat memasuki era kejayaan kapitalisme pasca-perang
dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, inovasi teknologi, dan peningkatan
standar hidup. Ekspansi kapitalisme ke seluruh dunia dan era globalisasi, terutama
pada tahun 1980-an hingga 2000-an, menciptakan kesempatan baru bagi
pertumbuhan ekonomi. Negara-negara berkembang, seperti Tiongkok dan India,
membuka diri terhadap investasi dan perdagangan internasional, sementara
perusahaan multinasional semakin mendominasi pasar global.
Dalam dua dekade terakhir, revolusi teknologi dan era digital telah
membawa kapitalisme ke tingkat baru. Perkembangan teknologi informasi dan
internet, yang dimulai pada tahun 1990-an, mengubah lanskap bisnis secara
fundamental. Revolusi digital ini menciptakan perusahaan-perusahaan teknologi
besar dan mempercepat pertumbuhan ekonomi di era digital saat ini. Masa-masa
kejayaan kapitalisme ini ditandai oleh pertumbuhan ekonomi yang signifikan,
inovasi, dan transformasi dalam berbagai sektor. Namun, keberhasilan kapitalisme
juga seringkali disertai oleh tantangan seperti ketidaksetaraan, masalah sosial, dan
dampak lingkungan. Evaluasi terhadap sistem kapitalisme dapat bervariasi
tergantung pada perspektif dan nilai-nilai yang diterapkan oleh masing-masing
individu atau kelompok.
8
9
III. METODE ANALISIS
III.1
10
I. GAMBARAN UMUM WILAYAH
11
untuk menjaga daya saingnya. Meskipun krisis ekonomi terus berlangsung,
Singapura berhasil tetap tidak terpengaruh dan terus bergerak menuju tujuannya
sebagai pusat internasional yang menarik. Kesuksesan ini sebagian besar berkat
strategi adaptasi yang cerdas, fokus pada keberagaman, dan komitmen terhadap
perbaikan terus-menerus. Singapura, sebagai negara tanpa sumber daya alam yang
signifikan, memandang dirinya sebagai pusat global dalam bidang transportasi,
kesehatan, dan keuangan. Dengan sejarah yang panjang dan perjalanan
pembangunan yang penuh liku, Singapura tetap menjadi contoh sukses bagaimana
sebuah negara dengan sumber daya terbatas dapat berkembang menjadi salah satu
pusat ekonomi terkemuka di dunia.
12
II. PEMBAHASAN
13
a. Pengembangan Industri
Pada tahun 1980an, Singapura menghadapi transformasi dalam pengelolaan
tenaga ahli industri. Sebelumnya, telah dilakukan pengiriman tenaga ahli ke
beberapa negara melalui program Joint Government Training Centres, seperti
India, Belanda, dan Jerman. Pada saat ini, pemerintah mengamati perlunya
restrukturisasi sektor industri dengan pengurangan bertahap dalam penggunaan
tenaga ahli asing, namun tetap memfasilitasi kemudahan investasi bagi calon
investor asing.
Program pendidikan untuk calon tenaga ahli terus ditingkatkan melalui kerjasama
internasional, seperti dengan Jepang, Jerman, dan Perancis. Institut-institut seperti
German Singapore Institute, French Singapore Institute, dan Japan Singapore
Institute didirikan untuk mendidik generasi muda Singapura di bidang elektronik,
teknik, dan manajemen keuangan. Singapura juga membuka pintu bagi tenaga ahli
dari berbagai negara, termasuk Indonesia, untuk mengajar di berbagai disiplin
ilmu, seperti sosiologi, psikologi, pemasaran, dan bidang lainnya. Di sisi lain,
terjadi pengurangan tenaga kerja oleh perusahaan, terutama Multi National
Corporation (MNC), sebagai respons terhadap tingginya biaya tenaga kerja. Hal
ini menyebabkan tingkat pengangguran meningkat menjadi 3,5% pada tahun
1980, sedikit di atas tingkat sebelumnya.
Pemerintah merespons peningkatan tingkat pengangguran dengan memberikan
insentif, pemotongan pajak, dan melakukan revisi Undang-undang Perpajakan dan
Ketenagakerjaan. Meskipun usaha-usaha ini dilakukan, pertumbuhan ekonomi
tidak mencapai tingkat signifikan. Pertumbuhan PDB rata-rata hanya sebesar
6,8% per tahun, dengan sektor manufaktur menyumbang 6,9%. Perubahan yang
lebih signifikan terjadi pada tingkat keterampilan tenaga kerja, di mana pada
periode ini, 22% tenaga kerja Singapura diketahui memiliki kemampuan (skills),
meningkat dari 11% pada periode sebelumnya (1965-1979). Transformasi ini
mencerminkan fokus Singapura pada pengembangan sumber daya manusia,
pengurangan ketergantungan pada tenaga ahli asing, dan upaya pemerintah untuk
menjaga daya saing ekonomi nasional dalam menghadapi perubahan global pada
era tersebut.
Meskipun terjadi restrukturisasi dengan pengurangan tenaga ahli asing,
pemerintah Singapura tetap memberikan insentif pajak sebagai upaya untuk
mempertahankan daya tarik bagi investor. Ini mencerminkan pendekatan kapitalis
yang mengutamakan kebebasan bisnis dan pemotongan pajak untuk merangsang
aktivitas ekonomi. Kerjasama dengan negara-negara maju seperti Jepang, Jerman,
dan Perancis dalam mendirikan institut pendidikan menunjukkan orientasi
kapitalis yang menghargai keahlian dan inovasi. Pendidikan diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan industri dan meningkatkan keterampilan tenaga kerja,
mendukung efisiensi ekonomi. Pengurangan tenaga kerja oleh perusahaan,
terutama MNC, sebagai respons terhadap biaya tinggi tenaga kerja mencerminkan
strategi kapitalis untuk meningkatkan efisiensi dan profitabilitas perusahaan.
Tindakan pemerintah dalam melakukan revisi kebijakan perpajakan dan
14
ketenagakerjaan sebagai respons terhadap tingkat pengangguran menunjukkan
pendekatan kapitalis yang mencari solusi pasar dan memberikan insentif bagi
sektor swasta.
15
wirausaha yang kondusif, kreatif, dan responsif, sambil menjaga kondisi bisnis
yang optimal. Dalam upaya membangun ekosistem pengetahuan, Singapura
mengadopsi pendekatan kosmopolitan dengan membuka diri kepada para pakar
global dan mengintegrasikan pengetahuan global. Proses manufaktur tetap
menjadi bagian integral dari ekonomi Singapura, dengan kemampuannya
mencakup seluruh rantai nilai manufaktur, mulai dari riset dan pengembangan
(R&D) hingga desain, pemasaran, dan penjualan.
Singapura telah mencapai keunggulan dalam bidang pendidikan melalui
perkembangan yang konsisten selama empat puluh tahun terakhir. Perkembangan
ini melibatkan beberapa tahap, seperti masa survival (1959-1978), efisiensi (1979-
1996), kemampuan (1997-2011), dan student-centric, values-driven (2012).
Dalam menghadapi keterbatasan geografis dan sumber daya alam, Singapura telah
berhasil melaksanakan sejumlah program reformasi pendidikan yang efektif,
seperti Thinking School, Learning Nation; Teach Less, Learn More, dan School
Excellent Model. Gagasan utama yang mendasari reformasi ini adalah "Thinking
schools, learning nation" (TSLN), yang menekankan pembangunan kemandirian
dan keterampilan berpikir kritis siswa, serta kebiasaan belajar berkelanjutan untuk
menghadapi tantangan globalisasi dan era informasi.
Strategi utama dalam mewujudkan TSLN melibatkan pengajaran eksplisit
keterampilan berpikir kritis dan kreatif, pengurangan konten mata pelajaran, revisi
model penilaian, dan penekanan pada proses daripada hasil akhir. Gagasan "Teach
Less, Learn More" (TLLM) kemudian diajukan sebagai kelanjutan dari TSLN,
dengan fokus pada refleksi guru terhadap metode pengajaran dan kurikulum untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran siswa. Pendekatan ini mendorong budaya
berbagi dan mengurangi jumlah materi yang diajarkan, memberikan ruang bagi
refleksi dan inovasi dalam proses pembelajaran. Sistem pendidikan Singapura
menekankan fleksibilitas, memberikan kontrol kepada guru dan sekolah untuk
melaksanakan tugas mereka.
Kementerian Pendidikan Singapura berperan sebagai fasilitator dan pendukung,
meninggalkan kontrol yang lebih besar kepada tingkat sekolah untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran. Kebijakan Singapura dalam
mengembangkan kualitas pendidikan berbuah hasil. Menurut laporan Human
Index Capital (HCI) di tahun 2018 hingga 2020 yang diterbitkan oleh bank dunia,
Singapura menempati peringkat ke-4 di dunia dengan nilai HCI sebesar 0,88.
Nilai ini menunjukkan bahwa sumber daya manusia di Singapura memiliki
kualitas yang tinggi dan memiliki potensi yang besar untuk berkontribusi pada
perekonomian.
16
HCI Index From World Bank
d. Kebijakan dan Strategi Ekonomi Singapura
Singapura telah mengambil langkah-langkah proaktif untuk memajukan
ekonominya melalui kebijakan pro-bisnis yang melibatkan beberapa elemen
kunci. Pertama, pemangkasan birokrasi dilakukan untuk menciptakan lingkungan
bisnis yang lebih efisien, mempercepat proses perizinan dan pengelolaan bisnis.
Kedua, negara ini menawarkan insentif pajak guna menarik investasi, memberikan
kebijakan pemotongan pajak yang menarik bagi perusahaan domestik maupun
asing. Ketiga, Singapura secara aktif mendukung investasi asing dengan
menciptakan lingkungan bisnis kondusif, termasuk penyediaan infrastruktur,
fasilitas penelitian, dan dukungan untuk keberlanjutan lingkungan.
Pemerintah Singapura juga mengadopsi strategi ekonomi cerdas dengan fokus
pada keahlian bisnis, investasi asing, dan kerangka kebijakan berorientasi ekspor,
termasuk arah investasi pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang strategis.
Strategi ini terbukti sukses, tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang mencapai
puncak pada tahun 2000 dengan pertumbuhan sebesar 9,4%. Namun, pada tahun
2001, terjadi penurunan signifikan sebesar 2,4% akibat resesi ekonomi di
Amerika, Jepang, dan Uni Eropa, serta penurunan permintaan global untuk barang
elektronik. Meskipun demikian, keseluruhan pertumbuhan ekonomi Singapura
dari tahun 1960 hingga 1999 menunjukkan kesuksesan luar biasa, dengan
pertumbuhan rata-rata sebesar 8,0%.
Meskipun mengalami hambatan pada tahun 2001, Singapura berhasil pulih pada
tahun 2002 dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 4,0%. Tahun 2003
mengalami penurunan kembali sebesar 2,9%, dipengaruhi oleh sindrom
pernafasan akut (SAR) selama setengah tahun pertama. Dalam kurun waktu 2004-
2006, Singapura berhasil meraih pertumbuhan ekonomi secara berturut-turut
sebesar 8,8%, 6,6%, dan 7,9%. Pertumbuhan ini didorong oleh permintaan pasar
yang berkembang dalam industri elektronik, farmasi, manufaktur, dan jasa
keuangan. Singapura menjalin kemitraan dagang utama dengan Amerika Serikat,
17
Uni Eropa, Jepang, dan China, sambil terus mengembangkan pasar baru di India.
Strategi ekonomi yang fleksibel dan responsif terhadap perubahan pasar telah
menjadi kunci kesuksesan Singapura dalam membangun ekonomi yang dinamis
dan tahan banting.
Kaitannya dengan situasi saat ini, kebijakan pro-bisnis ini masih menjadi landasan
kuat ekonomi Singapura. Pemerintah terus berkomitmen untuk menciptakan
lingkungan bisnis yang menarik bagi investor dengan terus menerapkan kebijakan
pemangkasan birokrasi, memberikan insentif pajak yang bersaing, dan
memastikan fasilitas infrastruktur yang memadai. Upaya ini mendukung reputasi
Singapura sebagai pusat finansial dan bisnis yang menarik, serta terus
memperkuat daya saingnya di tingkat global. Dengan demikian, kebijakan pro-
bisnis dan investasi asing tetap menjadi pilar utama dalam strategi ekonomi
Singapura.
e. Peningkatan Ekspor dan Impor
Pada tahun 2006, nilai total perdagangan Singapura mencapai $510 miliar,
mengalami peningkatan sebesar 13,2% dibandingkan dengan tahun 2005. Impor
total Singapura mencapai $239 miliar, sementara total ekspor mencapai $271
miliar pada tahun yang sama. Malaysia merupakan sumber impor terbesar bagi
Singapura dengan porsi sebesar 13,1%, diikuti oleh Uni Eropa (10,4%), Hong
Kong (10%), dan Amerika Serikat (9,9%). Produk impor utama Singapura
melibatkan pesawat terbang, minyak mentah, produk minyak dan gas bumi,
komponen elektronik, elektronika konsumen, peralatan manufaktur,
mikroelektronik, kendaraan bermotor, bahan kimia, makanan dan minuman, besi
atau baja, benang tekstil, dan pabrik-pabrik.
Singapura merupakan salah satu mitra dagang terbesar Amerika Serikat, dengan
re-ekspor mencapai 47,3% dari total penjualan Singapura ke negara-negara lain
pada tahun 2006. Produk utama yang diekspor oleh Singapura meliputi minyak
dan gas bumi, makanan dan minuman, bahan kimia, tekstil, pakaian, komponen
elektronik, alat telekomunikasi, dan peralatan pengangkutan. Meskipun
lingkungan bisnis di Singapura relatif mahal, negara ini terus berhasil menarik
investasi besar-besaran.
Saat ini Singapura tetap menjadi negara dengan jumlah nilai ekspor dan impor
salah satu terbesar di dunia. Nilai ekspor sejumlah US$ 457,474 juta pada tahun
2021 mencerminkan besarnya kontribusi ekspor terhadap perekonomian
Singapura. Nilai impor sejumlah US$ 406,622 juta pada tahun 2021
mencerminkan besarnya total belanja yang dikeluarkan oleh Singapura untuk
mengimpor barang dari negara-negara lain. Pada tingkat HS6 digit, yang
mencakup klasifikasi produk berdasarkan Harmonized System (HS), Singapura
mengekspor 4,213 produk ke 215 negara. Singapura mengimpor 4,299 produk
dari 225 negara.
f. Jumlah Investasi yang Masif
18
Amerika Serikat menjadi pemimpin dalam investasi asing di Singapura pada
tahun 2006, menyumbang 25% dari sektor manufaktur. Investasi perusahaan
Amerika Serikat di sektor manufaktur dan jasa Singapura mencapai $60,4 miliar
(total aset). Investasi terbesar Amerika Serikat terfokus pada manufaktur
elektronika, penyulingan minyak, penyimpanan, dan industri kimia. Pada tahun
2006, terdapat sekitar 1.500 perusahaan multinasional Amerika Serikat yang
beroperasi di Singapura. Dalam Total Fixed Investment by Region pada tahun
2006, Amerika Serikat masih memegang porsi investasi terbesar sebesar 27,0%,
diikuti oleh Uni Eropa (23,6%), Jepang (19,7%), Singapura sendiri (21,0%), dan
negara-negara lainnya (7,8%). Ketika melihat distribusi Fixed Assets Investment
By Cluster, sektor elektronik tetap menjadi sektor dengan investasi terbesar,
mencapai 51,6% dari total aset tetap, diikuti oleh sektor kimia (22,5%), rekayasa
presisi (10,7%), dan biomedis (9,5%).
2,500
2,000
1,500
1,000
500
Dalam0Dolar
Singapura 2018 2019 2020 2021 2022
19
membuat Singapura menjadi pilihan utama bagi investor. Meskipun terjadi
peningkatan nilai investasi pada tahun 2020 ($2.153 triliun) dibandingkan tahun
sebelumnya, penting untuk mempertimbangkan pengaruh pandemi COVID-19
pada investasi global. Peningkatan nilai investasi asing dapat terkait dengan
kondisi ekonomi global, termasuk kebijakan suku bunga yang rendah dan mencari
peluang investasi yang lebih baik di tengah ketidakpastian global. Peningkatan
investasi asing dapat memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan
ekonomi lokal, menciptakan lapangan kerja, dan merangsang inovasi dan
pembangunan sektor-sektor kunci.
20
terutama dalam sektor pabrikasi.
21
(R&D) serta inovasi. Hal ini mencakup bidang-bidang seperti teknologi medis,
bioteknologi, dan ilmu kesehatan lainnya, yang dapat meningkatkan kesehatan
masyarakat dan kontribusi pada HCI yang tinggi.
c. PDB per Kapita yang Semakin Meningkat
Singapura telah mengadopsi model ekonomi yang sangat terbuka dan berorientasi
ekspor. Dengan fokus pada perdagangan internasional dan investasi asing, negara
ini berhasil meningkatkan kapasitas produksi dan daya saingnya di pasar global.
Singapura berhasil melakukan diversifikasi sektor ekonomi, termasuk sektor jasa
keuangan, teknologi informasi, bioteknologi, dan manufaktur canggih.
Diversifikasi ini membantu mengurangi ketergantungan pada sektor tertentu dan
menciptakan sumber-sumber pertumbuhan baru. Stabilitas politik dan kebijakan
yang konsisten dari pemerintah Singapura telah menciptakan lingkungan bisnis
yang stabil. Kepemimpinan yang kuat dan visi jangka panjang telah menjadi
faktor penting dalam membentuk ekonomi yang berkelanjutan. Kebijakan
perdagangan bebas dan keterbukaan ekonomi mendukung pertumbuhan ekonomi
Singapura dengan memungkinkan akses yang lebih besar ke pasar global dan arus
modal internasional. Semua faktor tersebut bersama-sama menciptakan
lingkungan ekonomi yang mendukung pertumbuhan PDB per kapita di Singapura.
PDB per kapita Singapura telah meningkat secara signifikan sejak awal
kemerdekaan. Pada tahun 1965, PDB per kapita Singapura hanya $516,5. Angka
tersebut meningkat menjadi $82.807,6 pada tahun 2022. Peningkatan PDB per
kapita ini menunjukkan bahwa Singapura telah berhasil mencapai pertumbuhan
ekonomi yang pesat.
Dampak Negatif
a. Ketidaksetaraan Ekonomi
Penerapan kapitalisme seringkali dapat menyebabkan ketidaksetaraan ekonomi
yang signifikan. Meskipun Singapura mencapai kemajuan ekonomi yang pesat,
kesenjangan antara kelompok kaya dan miskin bisa menjadi masalah, terutama
dalam hal pendapatan dan akses ke peluang ekonomi. Meskipun Singapura
memiliki pendapatan per kapita yang tinggi secara keseluruhan, tetapi
ketidaksetaraan dapat muncul dalam distribusi pendapatan dan kekayaan.
Kelompok yang memiliki keterlibatan yang tinggi dalam sektor keuangan dan
bisnis akan mengalami peningkatan pendapatan dan kekayaan, sementara
kelompok lain, seperti pekerja berpendapatan rendah, akan menghadapi kesulitan
ekonomi. Kondisi perumahan adalah aspek penting lainnya yang dapat
menciptakan ketidaksetaraan. Harga perumahan yang tinggi di Singapura dapat
menyulitkan kelompok berpendapatan rendah untuk memiliki atau menyewa
properti yang layak, sementara kelompok berpendapatan tinggi dapat memperoleh
properti yang lebih besar dan mewah. Kelompok dengan pendapatan tinggi
mungkin lebih mampu untuk mempertahankan keseimbangan antara kehidupan
kerja dan kehidupan pribadi. Sebaliknya, pekerja dengan pendapatan rendah
22
mungkin terjebak dalam pola kerja yang panjang dan kurangnya waktu untuk
kehidupan pribadi.
b. Tekanan pada Lingkungan
Model ekonomi yang berfokus pada pertumbuhan dan produksi dapat
menimbulkan tekanan pada lingkungan. Singapura, sebagai pusat keuangan dan
perdagangan, akan menghadapi tantangan terkait degradasi lingkungan, polusi,
dan konsumsi sumber daya yang berlebihan. Pertumbuhan ekonomi yang pesat
seringkali diikuti oleh peningkatan produksi industri dan aktivitas transportasi. Ini
dapat menyebabkan peningkatan emisi polutan udara dan pencemaran air. Di
Singapura, meskipun pemerintah telah mengambil langkah-langkah untuk
mengatasi polusi, masih ada tantangan terkait kualitas udara dan air.
Pembangunan perkotaan yang pesat dapat mengakibatkan konversi lahan dan
peningkatan pemakaian tanah. Ini dapat menciptakan tekanan pada ekosistem
alami dan menyebabkan pencemaran tanah. Perubahan dalam penggunaan lahan
juga dapat mengancam keberlanjutan ekosistem alam. Aktivitas ekonomi yang
tinggi sering memerlukan konsumsi energi yang besar. Singapura, sebagai pusat
keuangan dan perdagangan regional, akan mengandalkan sumber energi yang
tidak ramah lingkungan, seperti energi fosil. Hal ini dapat meningkatkan jejak
karbon dan berkontribusi pada perubahan iklim global. Singapura telah
melakukan reklamasi lahan laut untuk memperluas wilayahnya. Proses ini dapat
merugikan ekosistem laut, termasuk terumbu karang dan kehidupan laut lainnya.
Pengurangan luas laut juga dapat berdampak pada keberlanjutan ekosistem laut.
23
III. PENUTUP
III.1 Kesimpulan
III.2 Saran
24
DAFTAR PUSTAKA
25