Kti - Adelita Lamria Ester - Komunitas - 2020
Kti - Adelita Lamria Ester - Komunitas - 2020
Kti - Adelita Lamria Ester - Komunitas - 2020
Disusun oleh:
NIM. P17320117111
Disusun Oleh :
ADELITA LAMRIA ESTER
NIM. P17320117111
Menyetujui,
Bandung, 14 Mei 2020
Pembimbing
Menyetujui
Ketua Jurusan Keperawatan Bandung
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bandung
ii
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
Disusun Oleh :
ADELITA LAMRIA ESTER
NIM. P17320117111
KTI ini telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji
pada tanggal 19 Mei 2020
Menyetujui
Ketua Jurusan Keperawatan Bandung
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bandung
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
(Yesaya 41:10)
Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan untuk kedua orang tuaku tercinta
memberikan dukungan serta doa selama aku menuntut ilmu sampai selesainya
studi ini. Terima kasih juga untuk kedua kakak-ku Andrew Pascal
Sahat Martua yang selalu memberikan semangat, doa serta hiburan disetiap saat.
memberikan arahan dan bimbingan untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Terima kasih untuk KMK Poltekkes Bandung yang menjadi wadah dan tempat
berkumpul untuk memuji Tuhan dan menjadi berkat di kampus ini, terutama Jane
Christi Puspasari, Dehana Ornela, Zefanya Maylani sahabat satu iman yang
iv
Terima kasih untuk teman-teman seperjuangan, angkatan 2017 MOONS’51
mendukung satu sama lain, menjadi teman yang menerima dan memberi
dukungan setiap saat terutama suka ataupun duka, menjadi pendengar yang baik
dan berjuang bersama dan membuat kenangan dari hal-hal kecil yang sulit untuk
dilupakan.
Annisa KU, Iga Devi, Aurelia yang selalu memberikan doa, dukungan serta
hiburan, mendengarkan ceritaku selama perkuliahan ini, serta Firda Aulia yang
Terima kasih untuk semua orang yang ada disampingku yang tidak bisa aku
sebutkan satu per satu yang selalu memberikan doa, dukungan dan hiburan sampai
Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan,
lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap
syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.
(Kolose 3:17)
v
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung
Jurusan Keperawatan Bandung
Program Studi Keperawatan Bandung
Bandung, Mei 2020
Adelita Lamria Ester. P17320117111
ABSTRAK
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis diberikan kekuatan dan kemampuan
sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini sesuai waktunya dengan
judul ”HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN
KEJADIAN OBESITAS PADA REMAJA DI SMA KOTA BANDUNG”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan program studi Diploma III Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung Jurusan Keperawatan Bandung. Penulis
menyadari bahwa dalam proses penulisan Karya Tulis Ilmiah ini banyak
mengalami kendala namun berkat dari bantuan, bimbingan, arahan serta dukungan
dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tulus
kepada :
1. Bapak Dr. Ir. H. Osman Syarief, MKM selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Bandung.
2. Bapak Dr. H. Asep Setiawan, S.Kp.,M.Kes selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Bandung Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Bandung.
3. Bapak Drs. H. Rukman, S.Kep.,Ners.,MA selaku Pembimbing Akademik
yang selalu memberikan arahan dan semangat dalam perkuliahan
4. Bapak Kuslan Sunandar, SKM., M.Kep, Sp.Kom selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam
penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Seluruh dosen pengajar dan staf Jurusan Keperawatan Bandung yang telah
memberi banyak ilmu dan pengetahuan serta bantuannya kepada penulis.
6. Kedua orang tua dan keluarga besar yang telah memberikan motivasi dan
doa yang tiada henti.
7. Rekan-rekan seperjuangan angkatan 2017 Jurusan Keperawatan Bandung
yang selalu memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis.
vii
8. Serta semua pihak yang telah memberikan bantuan secara langsung
maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, hingga
selesainya Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini, tidak menutup
kemungkinan terdapat kekurangan, baik dari segi isi, struktur kalimat maupun
cara penulisannya, untuk itu Penulis mengharapkan masukan, kritik, dan saran
yang sifatnya membangun demi perbaikan untuk kedepannya. Penulis berharap
semoga penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya
bagi kita semua. Amin.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv
ABSTRAK .......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi
DAFTAR BAGAN.............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii
ix
3.5.1 Sumber Data ......................................................................................... 28
3.5.2 Instrumen.............................................................................................. 28
3.5.3 Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................................... 29
3.5.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 29
3.6 Pengolahan Data............................................................................................ 31
3.7 Analisa Data .................................................................................................. 37
3.7.1 Analisis Univariat....................................................................................... 37
3.7.2 Analisis Bivariat ......................................................................................... 38
3.8 Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 39
3.9 Etika Penelitian ............................................................................................. 39
x
DAFTAR BAGAN
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
penduduk dengan obesitas tertinggi terjadi di Amerika dan Rusia, yaitu 30%
setiap tahun. Dari tahun 1970-2000 angka obesitas meningkat dari 14,5% ke
angka 30,9%. Gambaran masalah gizi lebih pada remaja di dunia terlihat dari data
prevalensi obesitas beberapa negara berikut ini. Prevalensi obesitas pada anak
berusia 6-17 tahun di Amerika Serikat dalam tiga dekade terakhir meningkat dari
7,6% sampai dengan 10,8% menjadi 13-14%. Penelitian yang dilakukan Wang et
al. (2002) pada empat negara menemukan peningkatan prevalensi gizi lebih terjadi
di Brazil dari 4,1% menjadi 13,9%, Cina dari 6,4% menjadi 7,7% dan Amerika
untuk wilayah Asia Tenggara (WHO, 2016). Di Indonesia kelebihan berat badan
bahkan juga mulai terjadi pada masyarakat pedesaan dan masyarakat dengan
tingkat ekonomi rendah (Roemling & Qaim, 2012). Kelebihan berat badan
1
2
dan obesitas akan memberikan dampak buruk bagi kesehatan (WHO, 2012).
peningkatan. Pada tahun 2007, jumlahnya 18,8%, tahun 2013 jumlahnya 26,6%
dan pada tahun 2018 jumlahnya 31,0%. Prevalensi gemuk pada remaja umur 13-
18 tahun di Jawa Barat sebanyak 17,3% yang terdiri dari 13,7% gemuk dan 3,9%
pemeriksaan di 30 Puskesmas Kota Bandung pada usia ≥15 tahun dengan rata-rata
konsumsi makanan cepat saji (fast food), rendahnya aktivitas fisik, faktor genetik,
pengaruh iklan, faktor psikologis, status sosial ekonomi, program diet, usia, dan
atau bahkan kegemukan yaitu faktor genetik, faktor psikologis, pola hidup yang
kurang tepat, kebiasaan makan yang salah, kurang melakukan aktivitas fisik, dan
teratur serta kebiasaan mengemil makanan ringan. Sedangkan faktor pemicu yang
obat-obatan (Purwati,2005)
3
gizi di Amerika Serikat melaporkan bahwa anak-anak dari orang tua dengan berat
badan normal mempunyai peluang 10% menjadi gemuk. Bila salah satu orang
tuanya menderita kegemukan, maka peluang itu akan meningkat menjadi 40-50%.
dan garam yang tinggi namun rendah serat (Muchtadi, 2001). Perubahan pola
terhadap kesehatan. Kebiasaan makan yang tinggi lemak jenuh dan gula, rendah
2004).
Risiko Terhadap Obesitas Pada Remaja di Kota Bitung” dengan metode cross-
berpengaruh terhadap obesitas pada remaja di Kota Bitung yang tertinggi adalah
faktor pola makan yaitu sebesar 98%. Faktor risiko yang berpengaruh kedua
adalah faktor riwayat keturunan yaitu sebesar 76%. Faktor risiko yang
berpengaruh ketiga adalah faktor pola hidup, aktivitas fisik dan lingkungan yaitu
sebesar 24%. Faktor risiko lainnya adalah faktor psikis dalam hal ini stress atau
kekecewaan yaitu sebesar 14%. Penelitian yang dilakukan oleh Weni,dkk (2015)
4
dengan metode case control, dengan p value 0,000 hasil penelitian menunujukkan
bahwa asupan energi merupakan faktor risiko kejadian obesitas pada remaja.
Rerata asupan energi remaja obesitas diperoleh dari jenis makanan tinggi energi
berjudul “Hubungan Pola Makan dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin mengetahui apakah ada
Hubungan Pola Makan dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas Pada
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Hubungan Pola Makan dan Aktivitas
1.4 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan literatur ilmiah bagi mahasiswa
tentang obesitas dan aktivitas fisik pada siswa dan siswi di SMA Kota Bandung.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan informasi
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan dasar bagi peneliti
TINJAUAN PUSTAKA
a. Pengertian Obesitas
antara tinggi dan berat badan akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga
2009).
terjadi akibat asupan energi lebih tinggi daripada energi yang dikeluarkan.
karena kurangnya aktivitas fisik dan sedentary life style (NIH, 2012).
7
8
1) Obesitas primer
makanan.
2) Obesitas sekunder
hiperkortisolisme, dll.
1) Faktor genetik
2) Pola makan
tersebut yaitu makanan cepat saji (ready prepared food) dan makanan
cepat saji (fast food) yang mempunyai densitas energi yang lebih
makanan jenis apa pun, baik itu makanan bergizi, makanan sehat,
makanan tinggi kalori seperti junk food, fast food, softdrink dan masih
untuk mereka.
4) Lingkungan
tinggal atau diam ditempat yang dekat dengan mall, tempat berjualan
5) Aktivitas Fisik
Oleh karena itu, jika asupan energi berlebihan tanpa diimbangi dengn
c. Pengukuran Obesitas
mengukur tingkat populasi berat badan lebih dan obesitas pada orang
dewasa. Indeks massa tubuh (IMT) merupakan kalkulasi angka dari berat
dan tinggi badan seseorang. Nilai IMT didapatkan dari berat dalam
kilogram dibagi dengan kuardrat dari tinggi dalam meter (kg/m2). Nilai
dari IMT pada orang dewasa tidak bergantung pada umur maupun jenis
Tabel 1
Klasifikasi IMT menurut WHO (2000)
Klasifikasi IMT
Normal 18,5-22,9
Berisiko 23,0-24,9
Obesitas I 25,0-29,9
Obesitas II 30,0
Kriteria ini berbeda dengan kawasan lain, hal ini berdasarkan meta-analisis
usia, dan gender yang sama, menunjukkan etnik Amerika berkulit hitam
memiliki IMT lebih tinggi 4,5 kg/m2 dibandingkan dengan etnik kaukasia.
masing-masing adalah 1.9, 4.6, 3.2, dan 2.9 kg/m2 lebih rendah daripada
etnik Kaukasia. Hal ini memperlihatkan adanya nilai cut off IMT untuk
massa tubuh tidak mengukur lemak tubuh secara langsung, tapi hasil riset
tubuh secara langsung, seperti pengukuran dalam air dan dual energy x-ray
a. Pengertian Remaja
2013).
remaja merupakan individu yang berusia 11-12 tahun sampai 20-21 tahun.
jembatan antara masa kanakkanak yang bebas menuju masa dewasa yang
terbagi menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun), remaja
individu yang berusia 11-12 tahun sampai 20-21 tahun. Dimana remaja
bertanggung jawab
1) Perkembangan fisik
tubuh seperti di ketiak dan sekitar alat kemaluan. Pada anak laki-laki
sperma. Anak laki-laki mengalami ejakulasi pertama kali saat tidur atau
panggul yang membesar, dan suara yang berubah menjadi lembut. Pada
2) Perkembangan emosi
emosinya yang masih labil. Remaja awal masih belum terkendali dalam
yang setiap saat dapat berubah-ubah dalam waktu yang cepat (Mubiar,
2011).
16
3) Perkembangan kognitif
4) Perkembangan psikososial
Remaja pada masa ini biasanya mengalami masalah pada teman dan
teman sebayanya maupun orang yang lebih tua pada mereka. Pada masa
seseorang yang sesama jenis ataupun lawan jenisnya (Potter & Perry,
2009).
Gizi yang baik selama masa remaja sangat berarti tidak hanya untuk
dilihat dari nilai AKG yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan tahun
2019. AKG dapat diartikan sebagai rata-rata jumlah zat gizi yang
diperlukan setiap hari bagi hampir semua orang menurut umur, jenis
kelamin, berat badan dan tinggi badan untuk mencapai gizi yang optimal
dan mencegah terjadinya defisiensi zat gizi. Nilai AKG bagi remaja di
Tabel 2
Angka Kecukupan Gizi bagi Remaja (13-18 tahun) per orang per hari
13-15
50 163 2400 70 80 350
Laki- tahun
laki 16-18
60 168 2650 75 85 400
tahun
13-15
48 156 2050 65 70 300
Peremp- tahun
uan 16-18
52 159 2100 65 70 300
tahun
Tabel 3
Prosentase AKG
1 ≥120% Lebih
2 60-120% Normal
3 ≤60% Defisit
obesitas adalah adanya perubahan gaya hidup dan pola makan. Pola makan
terutama di kota besar, bergeser dari pola makan tradisional ke pola makan
barat (terutama dalam bentuk fast food). Pergeseran pola makan yang
natrium, namun rendah serat seperti fast food dan soft drink menimbulkan
1. Pola Makan
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan
a. Kebiasaan Sarapan
lima tahun pada 2000 remaja didapatkan fakta bahwa remaja yang
20
b. Kebiasaan Jajan
2. Aktivitas Fisik
Gaya hidup di era modern dengan aktivitas fisik ringan akan memudahkan
berlangsung perlahan, lama, dan sering kali tidak disadari. Gaya hidup
pada sebagian besar remaja di abad ini yang menjadikan mereka tidak aktif
secara fisik, rata-rata lebih dari tiga jam per hari untuk menonton televisi,
dan mendorong remaja untuk mengemil, hanya sebagian kecil saja dari
3. Lingkungan
informasi yang tepat tentang makanan sehat dari para guru, teman sebaya
Obesitas pada remaja berisiko menjadi obesitas pada saat usia dewasa dan
Konsumsi makanan tinggi kalori dan lemak serta pola hidup kurang gerak
Pola Makan:
1. Kebiasaan sarapan
2. Kebiasaan jajan
3. Kebiasaan makan
fast food Obesitas
4. Kebiasaan
konsumsi serat
(sayur dan buah)
Aktivitas Fisik
Faktor Genetik
Lingkungan
Keterangan :
Variabel Dependen
----- tidak diteliti
Variabel Independen
diteliti
(Notoatmodjo, 2018)
2. Hipotesis no (Ho)
METODOLOGI PENELITIAN
hubungan antara dua variabel yang dilakukan untuk melihat hubungan antara
variabel satu dengan yang lain dan diuji statistik menggunakan analisis
korelasi dengan cara melihat skors rata-rata dari variabel satu dengan skors
dilakukan secara simultan, sesaat atau satu kali saja dalam satu kali waktu (at
one point in time). Rancangan ini tidak melakukan follow up atas data yang
pada remaja (variabel dependent), pola makan dan aktivitas fisik (variabel
24
25
Tabel 4
Definisi
No. Variabel Definisi Konseptual Alat Ukur Hasil Ukur Cara Ukur Skala
Operasional
1. Dependen Obesitas merupakan Obesitas adalah Timbangan 1. Tidak Obesitas Menghitung IMT Nominal
Obesitas keadaan yang gangguan yang injak dan (IMT <22,9) dengan cara berat
menunjukkan terjadi pada tubuh Microtoise 2. Obesitas badan dalam
akibat terjadinya (IMT ≥23,0) kilogram (kg)
ketidakseimbangan
penimbunan lemak (WHO, 2000) dibagi tinggi
antara tinggi dan berat yang dapat dalam meter
badan akibat jaringan mengakibatkan dikuadratkan
lemak dalam tubuh masalah kesehatan. (m²).
sehingga terjadi
kelebihan berat badan
yang melampaui ukuran
ideal (Sumanto, 2009).
2. Independen: Pola makan adalahsuatu Pola makan adalah 1. Kurang Responden Ordinal
Pola Makan cara atau usaha dalam pengaturan jumlah Kuesioner dan (AKG ≤60%) mengisi angket
pengaturan jumlah dan asupan dan Food Recall 2. Normal dan memilih
jenis makanan dengan frekuensi makan (AKG 60-120%) jawaban sesuai
informasi gambaran seseorang yang 3. Lebih dengan opsi yang
dengan meliputi menjadi kebiasaan (AKG ≥120%) ada.
mempertahankan dalam kegiatan (Kemenkes, 2019)
kesehatan, status nutrisi, makan (Frekuensi
mencegah atau sarapan, frekuensi
membantu kesembuhan jajan dan frekuensi
26
Populasi adalah semua subjek atau objek yang akan diteliti dalam suatu
kelas X, XI, dan XII dengan usia 15-18 tahun yang secara administratif
terdaftar dan aktif di SMA Kota Bandung dengan jumlah kira-kira 1152 siswa
setiap sekolahnya.
Sampel adalah sebagian dari subjek atau objek populasi yang diteliti.
ini adalah non probability sampling, yaitu dengan cara insidental sampling,
yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat
digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu
Kriteria inklusi:
a. Siswa dan siswi SMA di Kota Bandung yang terdaftar aktif di sekolahnya.
27
3.5. Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan adalah data primer. Data primer adalah data
menggunakan kuisioner pola makan dan kuesioner aktivitas fisik serta survei
3.5.2. Instrumen
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
peneliti dalam kegiatannya. Dalam penelitian ini instrumen yang dipilih berupa
yang dibuat oleh Nur Ratna tahun 2008 dan kuisioner aktivitas fisik sebanyak
28
3.5.3 Uji Validitas dan Reliabilitas
dikatakan bahwa alat tersebut mengukur apa yang ingin diukur. Tinggi
Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang telah
dilakukan uji konten kepada ahli. Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas,
pada kuesioner pola makan terdapat 11 soal dan terdapat 1 soal yang tidak valid
pada google form yang nantinya akan diisi oleh calon responden.
3. Peneliti membuat kuesioner dalam bentuk google form dan survei food recall
29
SMAN 6, SMAN 10, SMAN 17, SMAN 22, SMA Advent Cimindi, dan
salah satu perwakilan responden dari sekolah yang dituju atau teman peneliti
diri dan menjelaskan tujuan serta prosedur penelitian yang akan dilakukan
selanjutnya, namun jika tidak bersedia menjadi responden maka siswa tidak
8. Setiap responden diminta untuk mengisi survei food recall terlebih dahulu
selama 2x24 jam secara lengkap lalu mengisi kuesioner sesuai dengan
mengunggah dokumen food recall dikolom yang sudah tersedia dalam google
form.
9. Data yang sudah terkumpul kemudian diperiksa kembali oleh peneliti dengan
melihat ringkasan jawaban melalui google form dan microsoft word, jika
30
10. Setelah lengkap, data yang sudah terkumpul dikelompokkan sesuai
program komputer.
Hasil pengolahan sebuah data ditentukan oleh kualitas data yang di input
(Notoatmodjo,2018) :
a. Editing
b. Coding
(IMT <22,9) dengan kode 0, obesitas: (IMT ≥23,0) dengan kode 1”.
31
3) Untuk variabel aktivitas fisik peneliti mengganti dengan kode “aktivitas
ringan: (≤7,5) dengan kode 1 dan aktivitas sedang: (>7,5) dengan kode
2”.
c. Entry Data
d. Cleaning
dihitung melalui program nutrisurvey yang dibantu oleh teman peneliti dari
jurusan gizi. Komponen zat gizi yang dihitung adalah energi (kkal), protein
(g), lemak (g), karbohidrat (g), dan serat (g). Komponen zat gizi tersebut
32
Cara mengitung variabel aktivitas fisik:
Data aktivitas fisik diolah sesuai dengan skala aktivitas fisik kuesioner
Indeks Bekerja
33
Kadang-kadang 3
Jarang 4
Tidak pernah 5
7. Di tempat kerja, apakah anda Sangat sering 1
berkeringat? Sering 2
Kadang-kadang 3
Jarang 4
Tidak pernah 5
8. Bila dibandingkan orang yang Lebih sangat berat 1
sebaya dengan saya, pekerjaan Lebih berat 2
saya termasuk?
Sama berat 3
Lebih ringan 4
Lebih sangat ringan 5
Indeks Olahraga
34
melakukan olahraga tsb 1-3 bulan 0.17
dalam setahun? 4-7 bulan 0.42
7-9 bulan 0.67
> 9 bulan 0.92
13. Olahraga apa yang kedua Intensitas rendah 0.76
paling sering anda (biliard, melaut, bowling, golf dll)push
lakukan? up banding
Sebutkan...................... Intensitas sedang 1.26
(badminton, bersepeda, menari,
berenang, tenis) lari
Intensitas tinggi 1.76
(bertinju, bola basket, sepak bola)
14. Berapa jam anda melakukan < 1 jam 0.5
olahraga tsb dalam seminggu 1-2 jam 1.5
? 2-3 jam 2.5
3-4 jam 3.5
>4 jam 4.5
15. Berapa bulan anda < 1 bulan 0.04
melakukan olahraga tsb 1-3 bulan 0.17
dalam setahun? 4-7 bulan 0.42
7-9 bulan 0.67
> 9 bulan 0.92
16. Bila dibandingkan orang Sangat lebih banyak 1
yang sebaya dengan saya, Lebih banyak 2
aktivitas saya selamawaktu Sama banyak 3
senggang? Kurang 4
Sangat kurang 5
17. Selama waktu senggang Sangat sering 1
apakah anda berkeringat? Sering 2
Kadang-kadang 3
Jarang 4
Tidak pernah 5
18. Selamawaktu senggang Sangat sering 1
apakah anda berolahraga? Sering 2
Kadang-kadang 3
Jarang 4
Tidak pernah 5
35
Indeks waktu senggang
Index aktivitas fisik = index kerja + index olahraga + index waktu senggang
36
3.7. Analisa Data
presentase frekuensi makan fast food remaja, presentase pola makan remaja, dan
presentase aktivitas fisik remaja yang dilakukan dengan cara membuat tabel
Setelah pengolahan data selesai maka kuesioner yang terkumpul akan dihitung
P = 𝑓 x 100%
𝑛
Keterangan:
P : presentase
n : jumlah responden
37
Setengahnya : 50%
Seluruhnya : 100%
bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola makan
dan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas menggunakan uji statistik Chi
Square. Peneliti melakukan analisa data menggunakan SPSS for windows. Uji
chi square disebut juga dengan kai kuadrat. Chi square adalah salah satu jenis
uji komparatif dan dapat digolongkan juga sebagai uji korelasi non parametris
yang dilakukan pada dua variabel, dimana skala data kedua variabel adalah
1) Jika nilai signifikansi atau probabilitas lebih kecil dari 0,05 (p value<0,05),
2) Jika nilai signifikansi atau probabilitas lebih besar dari 0,05 (p value>0,05),
Uji statistik yang dilakukan adalah uji Chi Square dengan derajat kepercayaan
38
(𝑓𝑜 − 𝑓ℎ)2
𝑥2 = ∑
𝑓ℎ
Keterangan :
BPK Penabur Bandung tetapi ditolak dengan alasan banyak orang tua siswa yang
selama belajar dari rumah secara online sehingga peneliti mencari sekolah lain
banyak siswa yang tidak merespon dan mengisi kuesioner karena masih
39
a. Informed Consent
data.
c. Kerahasiaan (Confidentiality)
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan kepada pihak
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas tentang hasil penelitian mengenai Hubungan
Pola Makan dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas di SMA Kota
ke 7 sekolah yaitu SMAN 4, SMAN 6, SMAN 10, SMAN 17, SMAN 22,
SMA Advent Cimindi dan SMA Angkasa tetapi ada 1 sekolah yang
Hasil analisis univariat dari variabel pola makan dan aktivitas fisik
41
42
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Obesitas di SMA Kota Bandung
Tahun 2020
Kejadian Obesitas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak obesitas 12 70.6 70.6 70.6
obesitas 5 29.4 29.4 100.0
Total 17 100.0 100.0
Interpretasi Data:
Berdasarkan tabel 5 dapat di interpretasikan bahwa dari 17 responden sebagian
besar tidak obesitas, yaitu 12 orang atau (70,6%) dan hampir setengahnya
obesitas, yaitu 5 orang atau (29,4%).
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi Sarapan di SMA Kota Bandung
Tahun 2020
frekuensi_sarapan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid jarang 6 35.3 35.3 35.3
sering 11 64.7 64.7 100.0
Total 17 100.0 100.0
Interpretasi Data:
besar sering sarapan yaitu, 11 orang atau (64,7%) dan hampir setengahnya jarang
Tabel 7
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi Jajan di SMA Kota Bandung
Tahun 2020
frekuensi_jajan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid jarang 6 35.3 35.3 35.3
sering 11 64.7 64.7 100.0
Total 17 100.0 100.0
Interpretasi Data:
sebagian besar sering jajan yaitu, 11 orang atau (64,7%) dan hampir setengahnya
Tabel 8
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan Fast food di SMA Kota
Bandung Tahun 2020
frekuensi_makan_fast_food
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid jarang 8 47.1 47.1 47.1
sering 9 52.9 52.9 100.0
Total 17 100.0 100.0
Interpretasi Data:
sebagian besar sering makan fast food yaitu, 9 orang atau (52,9%) dan hampir
Tabel 9
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pola Makan di SMA Kota Bandung Tahun
2020
Pola Makan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 10 58.8 58.8 58.8
lebih 7 41.2 41.2 100.0
Total 17 100.0 100.0
Interpretasi Data:
sebagian besar pola makannya kurang yaitu, 10 orang atau (58,8%) dan hampir
Tabel 10
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik di SMA Kota Bandung
Tahun 2020
aktivitas_fisik
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid aktivitas ringan 11 64.7 64.7 64.7
aktivitas sedang 6 35.3 35.3 100.0
Total 17 100.0 100.0
Interpretasi Data:
besar melakukan aktivitas ringan yaitu, 11 orang atau (64,7%) dan hampir
dan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada remaja. Analisis statistik
Tabel 11
Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Obesitas pada Remaja di SMA Kota Bandung
Tahun 2020
Obesitas
Pola Tidak P
Obesitas Total %
Makan Obesitas Value
(ƒ) % (ƒ) %
Kurang 10 100 0 0.0 10 100 0,003
Lebih 2 28,6 5 71,4 7 100
Total 17 100
Berdasarkan tabel 11, dapat dilihat bahwa dari 17 responden dengan pola makan
kurang terdapat 10 orang dengan yang tidak mengalami obesitas yaitu 10 siswa
(100%) dan mengalami obesitas yaitu tidak ada. Sedangkan responden dengan
pola makan lebih terdapat 7 siswa dengan tidak mengalami obesitas yaitu 2 siswa
Hasil uji statistik antara variabel angka kecukupan gizi dengan variabel obesitas
diperoleh nilai signifikan 0,003 pada α 0,05 yang berarti 0,003 < 0,05 Ho ditolak,
maka dapat disimpulkan terdapat hubungan antara pola makan dengan kejadian
Tabel 12
Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas pada Remaja di SMA Kota Bandung
Tahun 2020
Obesitas
Aktivitas Tidak P
Obesitas Total %
Fisik Obesitas Value
(ƒ) % (ƒ) %
Ringan 6 54,5 5 45,5 11 100 0,102
Sedang 6 100 0 0 6 100
Total 17 100
Berdasarkan tabel 12, dapat dilihat bahwa dari 17 responden dengan aktivitas
ringan terdapat 11 orang yang tidak mengalami obesitas yaitu 6 siswa (54,5%),
aktivitas sedang tidak mengalami obesitas yaitu 6 siswa (100%) dan mengalami
Hasil uji statistik antara variabel angka kecukupan gizi dengan variabel obesitas
diperoleh nilai signifikan 0,102 pada α 0,05 yang berarti 0,102 > 0,05 Ho diterima
maka dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan yang signifikan atara aktivitas
4.2 Pembahasan
pengumpulan data pada 22-30 April 2020 terhadap 17 orang responden, yaitu
siswa SMA di Kota Bandung yang berusia 15-18 tahun, didapatkan hasil 17
yang mengalami obesitas masih ditemukan dan dapat berlangsung cukup lama
akibat dari tersimpannya kalori dalam jaringan lemak. Obesitas terjadi akibat
pengeluaran energi yang lebih kecil dibandingkan dengan jumlah energi yang
aktivitas fisik yang rendah, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut
fisiologikal, metabolisme, dan faktor genetik Stein (2004) dalam Sudargo, dkk
obesitas adalah pola makan, riwayat keturunan, pola hidup, aktivitas fisik dan
yang berasal dari gorengan, penumpukan lemak tubuh karena jumlah kalori
yan terdapat pada makanan siap saji dalam sekali makan melebihi jumlah
responden sebagian besar pola makannya kurang yaitu, 10 siswa (58,8%) dan
hampir setengahnya pola makannya lebih yaitu, 7 siswa (41,2%). Pola makan
siswa pada penelitian ini didasarkan pada frekuensi sarapan, frekuensi jajan,
frekuensi makan fast food dan jumlah asupan harian melalui food recall 2x24
jam. Pada tabel 6, siswa yang sering sarapan sebanyak 11 orang (64,7%) dan
siswa yang sering jajan sebanyak 11 orang (64,7%) dan siswa yang jarang
jajan sebanyak 6 orang (35,3%). Jajanan adalah makanan yang dimakan antara
makanan besar, terutama antara makan pagi dan makan siang dan antara
makan siang dan makan malam. Remaja pada penelitian ini lebih banyak
pemasukan energi juga meningkat. Pada tabel 8, siswa yang sering makan fast
food sebanyak 9 orang (52,9%) dan siswa yang jarang makan fast food
sebanyak 8 orang (47,1%). Remaja pada penelitian ini memilih makanan fast
food seperti ayam goreng, spaghetti, kentang goreng, nugget, donat, dan
rasanya yang lebih enak, mudah didapatkan dan praktik. Selain itu juga
dan obesitas dengan nilai p = 0,024. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi
obesitas pada anak dan remaja. Berdasarkan survei food recall 2x24 jam
menunjukkan bahwa anak dengan obesitas lebih banyak makan pada makan
siang berupa makanan jajanan dan juga makan malam berupa makanan cepat
saji seperti mie dan juga camilan. Peningkatan konsumsi makanan olahan
remaja. Makanan tersebut yaitu makanan cepat saji yang mempunyai densitas
energi yang lebih tinggi dari pada makanan tradisional pada umumnya,
teh, minuman ringan mampu meningkatkan kadar gula darah, baik secara
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dibantu oleh otot rangka
sedang yaitu, 6 siswa (35,3%). Aktivitas fisik dalam penelitian ini dibagi
menjadi aktivitas ringan dan aktivitas sedang. Aktivitas fisik adalah hal yang
yang sering dilakukan oleh remaja adalah olahraga seperti lari, jalan cepat,
senam, lompat tinggi (skipping), latihan kekuatan otot seperti push up, back
up, sit up, bermain badminton dan juga sepak bola. Penelitian yang dilakukan
pada remaja ditemukan data bahwa lebih banyak melakukan aktivitas dengan
aktivitas fisik atau olahraga. Rendahnya aktivitas fisik dapat disebabkan oleh
asupan energi yang masuk hanya sedikit terpakai utnuk beraktivitas dan
sebagian besar tersimpan sebagai lemak tubuh, dengan kata lain, kelompok
aktivitas fisik. Perilaku sedentari adalah perilaku duduk atau berbaring dalam
rumah (menonton tv, bermain game, dll), di perjalanan atau transportasi (bis,
remaja dengan pola makan lebih cenderung mengalami obesitas yaitu 71,4%.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin berlebih pola makan seseorang maka
rendah serat. (Sudargo dkk, 2014). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji
obesitas pada remaja diperoleh nilai signifikan p < α yaitu 0,003 < 0,05, maka
makan dengan kejadian obesitas pada remaja di SMA Kota Bandung. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hendra, dkk
yang menyatakan bahwa faktor pola makan adalah faktor tertinggi yang
perkotaan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti industri yakni iklan dan
dengan tersedianya makanan dimana saja mulai dari sekolah, kantor dan
cepat saji (fast food) yang buka 24 jam dalam sehari sehingga seseorang dapat
makan kapan saja dengan kandungan energi, lemak, protein, karbohidrat dan
garam yang tinggi namun rendah serat dapat merubah pola makan (Sudargo
dkk, 2014).
obesitas yaitu 100%. Hal ini membuktikan bahwa semakin sering aktivitas
fisik remaja dilakukan maka tidak akan terjadi penurunan kejadian obesitas,
hal ini tidak sejalan dengan teori yang disampaikan oleh Peters (2002) dalam
Sudargo, dkk (2014) yang menyatakan bahwa rendahnya aktivitas fisik akan
kejadian obesitas diperoleh nilai signifikan p > α yaitu 0,102 > 0,05, maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara aktivitas
fisik dengan kejadian obesitas pada remaja di SMA Kota Bandung. Hasil
yang menyatakan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas
pada remaja. Namun hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hendra, dkk (2016) di Kota Bitung yang dilakukan dengan menggunakan uji
risiko yang berpengaruh ketiga yaitu sebesar 24% yang artinya bukan faktor
dengan aktivitas fisik karena obesitas dapat disebabkan oleh banyak faktor dan
disimpulkan bahwa:
obesitas.
kurang.
fisik ringan.
5.2 Rekomendasi
5.2.1 Bagi Institusi
keperawatan.
54
55
makan dan aktivitas fisik sangatlah penting untuk diperhatikan terutama untuk
preventif bagi siswa dan siswi SMA dengan memberikan pendidikan kesehatan
tentang obesitas dan dampaknya bagi kesehatan sehingga dapat digunakan oleh
perawat komunitas yang bekerja sama dengan pihak sekolah agar senantiasa dapat
Arisman, (2009). Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC
Rineka Cipta.
RI. http://www.depkes.go.id/resources/download/info-
terkini/materi_rakorpop_2018/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf.(Diakses
Hamzah, Ali dkk (2020). Panduan Karya Tulis Ilmiah (KTI) Tahun 2020.
persen lemak tubuh pada remaja di SMA Islam Terpadu Nurul Fikri
Indonesia.
56
Kementerian Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan (2015). Pusat
Data dan Informasi. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.Kementerian
Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan (2013). Hasil Utama
Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
. (2018). Hasil
Utama Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Khomsan dkk., (2004). Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Jakarta:
Gramedia Widiasarana.
Medika
Aditama
Medika.
Penebar Swadaya.
57
Ratna, N. (2008). Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Obesitas
Berdasarkan Persen Lemak Tubuh Pada Remaja di SMA IT Nurul Fikri
Depok. (1). 54-60.
Graha Ilmu
Sudargo dkk., (2014). Pola Makan dan Obesitas. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Sumanto, A. (2009). Tetap Langsing dan Sehat dengan Terapi Diet. Jakarta: Agro
Media Pustaka
https://medium.com/@irmasuryani0601/distribusi-frekuensi-relatif-dan-
2020.
WHO. 2000. Klasifikasi Berat Badan berdasarkan BMI pada Penduduk Asia.
58
Lampiran 1: Informed Consent
INFORMED CONSENT
Perkenalkan nama saya Adelita Lamria Ester, mahasiswa D-III Jurusan
Saya sedang melakukan penelitian tentang hubungan pola makan dan aktivitas
fisik dengan kejadian obesitas pada remaja, penelitian ini ditujukan sebagai tugas
Bandung.
Saya akan menanyakan beberapa hal terkait pola makan dan aktivitas fisik serta
memberikan formulir food recall. Saya berharap Anda bersedia untuk menjawab
kuesioner ini dengan lengkap dan jujur. Identitas dan jawaban anda akan saya jaga
sangat berharap Anda dapat menjawabnya sesuai dengan pengalaman Anda dan
tanpa berkerja sama dengan orang lain. Atas perhatian dan kesediaan Anda, saya
Peneliti
Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Responden
Nama :
Kelas :
Sekolah :
Dengan ini saya menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden dalam
penelitian “Hubungan Pola Makan dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Obesitas
Pada Remaja” tanpa paksaan dan saya telah memahami penjelasan yang telah
disampaikan oleh peneliti dan telah memahami tugas saya sebagai responden dalam
penelitian ini.
Bandung, 2020
Responden
( )
Lampiran 3: Kisi-kisi Kuesioner
KISI-KISI KUESIONER
A. Pola Makan
B. Aktivitas Fisik
Indikator Item Jumlah
Aktivitas Ringan 1, 2, 7, 17, 18, 19 6
Aktivitas Sedang 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 16
12, 13, 14, 15, 16, 20,
21, 22
Total 22 soal
Lampiran 4: Kuesioner Hubungan Pola Makan dan Aktivitas Fisik dengan
Kejadian Obesitas
KUESIONER
Petunjuk pengisian:
Isilah identitas Anda dengan lengkap dan benar, pilihlah salah satu jawaban Anda
I. Identitas Responden
Nama Lengkap :
Jenis Kelamin :
Usia :
Asal Sekolah :
Kelas :
II. Antropometri
Berat badan :
Tinggi Badan :
11. Berapa jam anda melakukan olahraga tersebut (yang anda sebutkan
di nomor 10) dalam seminggu?
1. <1 jam
2. 1-2 jam
3. 2-3 jam
4. 3-4 jam
5. >4 jam
12. Berapa bulan anda melakukan olahraga tersebut dalam setahun?
1. <1 bulan
2. 1-3 bulan
3. 4-7 bulan
4. 7-9 bulan
5. >9 bulan
13. Olahraga KEDUA apa yang PALING SERING anda lakukan?
Sebutkan
1. 5 menit
2. 5-15 menit
3. 15-30 menit
4. 30-45 menit
5. >45 menit
24 HOUR FOOD RECALL
Petunjuk pengisian:
1. Pengisian tabel ini dilakukan selama 24 jam terakhir (dari waktu tengah
malam sampai waktu tengah malam lagi, atau dari bangun tidur sampai
bangun tidur lagi)
2. Terdiri dari 2 tabel dengan pengisan hari yang tidak berturut-turut misal
T1 hari Rabu, maka T2 hari Jumat.
3. Makanan dan minuman yang anda tulis harus sesuai dengan porsi yang
anda makan, jika makanan dan minuman tidak habis tuliskan berapa
banyak sisanya pada tabel yang tersedia.
4. Jika makanan dan minuman berbentuk kemasan, tuliskan merknya
pada tabel
5. Tuliskan semua makanan dan minuman yang Anda makan termasuk
cemilan atau jajanan atau minuman kemasan seperti ciki, roti, batagor,
cimol, kopi, teh, coca-cola, teh pucuk, thai tea dll.
6. Waktu makan diisi dengan waktu Anda mengkonsumsi makana,
misalnya jam 07.00, 10.00, 13.00, 17.00, 20.00
7. Nama hidangan diisi dengan nama makanan yang dikonsumsi misalnya:
nasi goreng kambing/ sup daging ayam dan jagung/ ayam goreng/sayur
bayam/ telur mata sapi/tempe mendoan dll
8. Bahan makanan: semua bahan yang digunakan untuk membuat hidangan
tsb misal: nasi goreng kambing, bahan makanan: nasi, telur, minyak,
bawang, daging kambing, sayur sosin, kecap, kerupuk dst, tempe
mendoan: tempe, minyak, tepung terigu
9. URT (ukuran rumah tangga) seperti piring, mangkuk, gelas, centong,
sendok makan sendok teh, sendok sayur, potong, lembar, buah, bungkus,
biji, dll (untuk ukuran URT lihat gambar dari jenis alat masing-masing
pada file BUKU FOTO MAKANAN)
10. Cara Pengolahan diisi dengan cara mengolah dari makanan seperti:
digoreng, direbus, dikukus, dibakar dll.
CONTOH PENGISIAN FOOD RECALL
T1 hari:
Waktu Nama Bahan Makanan URT Cara Makanan
Makan Hidangan Makanan bermerk Pengolahan bersisa
(jika (jika ada)
ada)
T2 hari:
Waktu Nama Bahan Makanan URT Cara Makanan
Makan Hidangan Makanan bermerk Pengolahan bersisa
(jika (jika ada)
ada)
Lampiran 8: Lembar Bimbingan KTI
TANDA
NO HARI/ TOPIK REKOMENDASI TANDA TANGAN
TANGAN
TANGGAL BIMBINGAN MAHASISWA
PEMBIMBING
Analisis Univariat
jenis_kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid laki-laki 2 11.8 11.8 11.8
perempuan 15 88.2 88.2 100.0
Total 17 100.0 100.0
usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 15 tahun 2 11.8 11.8 11.8
16 tahun 9 52.9 52.9 64.7
17 tahun 4 23.5 23.5 88.2
18 tahun 2 11.8 11.8 100.0
Total 17 100.0 100.0
kelas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 10 9 52.9 52.9 52.9
11 5 29.4 29.4 82.4
12 3 17.6 17.6 100.0
Total 17 100.0 100.0
tinggi_badan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 152cm 1 5.9 5.9 5.9
153cm 2 11.8 11.8 17.6
155cm 3 17.6 17.6 35.3
156cm 2 11.8 11.8 47.1
157cm 1 5.9 5.9 52.9
158cm 3 17.6 17.6 70.6
160,5cm 1 5.9 5.9 76.5
160cm 2 11.8 11.8 88.2
176cm 1 5.9 5.9 94.1
178cm 1 5.9 5.9 100.0
Total 17 100.0 100.0
berat_badan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 40kg 2 11.8 11.8 11.8
44kg 2 11.8 11.8 23.5
45kg 3 17.6 17.6 41.2
46,8kg 1 5.9 5.9 47.1
46kg 1 5.9 5.9 52.9
48kg 1 5.9 5.9 58.8
49kg 1 5.9 5.9 64.7
57kg 1 5.9 5.9 70.6
58kg 1 5.9 5.9 76.5
60kg 2 11.8 11.8 88.2
65kg 1 5.9 5.9 94.1
73kg 1 5.9 5.9 100.0
Total 17 100.0 100.0
kejadian_obesitas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak obesitas 12 70.6 70.6 70.6
obesitas 5 29.4 29.4 100.0
Total 17 100.0 100.0
frekuensi_sarapan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid jarang 6 35.3 35.3 35.3
sering 11 64.7 64.7 100.0
Total 17 100.0 100.0
frekuensi_jajan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid jarang 6 35.3 35.3 35.3
sering 11 64.7 64.7 100.0
Total 17 100.0 100.0
pola_makan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 10 58.8 58.8 58.8
lebih 7 41.2 41.2 100.0
Total 17 100.0 100.0
aktivitas_fisik
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid aktivitas ringan 11 64.7 64.7 64.7
aktivitas sedang 6 35.3 35.3 100.0
Total 17 100.0 100.0
Analisis Bivariat
pola_makan * kejadian_obesitas Crosstabulation
kejadian_obesitas
tidak obesitas obesitas Total
pola_makan kurang Count 10 0 10
% within pola_makan 100.0% 0.0% 100.0%
lebih Count 2 5 7
% within pola_makan 28.6% 71.4% 100.0%
Total Count 12 5 17
% within pola_makan 70.6% 29.4% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 10.119a 1 .001
Continuity Correctionb 6.971 1 .008
Likelihood Ratio 12.221 1 .000
Fisher's Exact Test .003 .003
Linear-by-Linear Association 9.524 1 .002
N of Valid Cases 17
a. 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.06.
b. Computed only for a 2x2 table
1)
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang
2)
Dosen Program Studi KeperawatanPoltekkes Kemenkes Malang
3)
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang
Email : jurnalpsik.unitri@gmail.com
ABSTRAK
Remaja sebagai golongan individu yang sedang mencari identitas diri biasanya memiliki
sifat suka menirukan atau mengagumi terhadap sifat-sifat yang dimiliki seseorang yang
diidolakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara aktivitas
fisik dan pola makan dengan kejadian obesitas pada remaja di SMA Laboratorium
Malang. Metode penelitian dengan pendekatan cross sectional (potong lintang) yaitu
rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat
bersamaan. Populasi yang diambil dalam penelitian ini yaitu siswa kelas X dan XI SMA
Laboratorium Malang tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah 590 siswa dengan 236
responden (40% dari jumlah populasi). Teknik sampling yang digunakan pada penelitian
ini adalah simple random sampling yang berarti pengambilan sampel dengan cara acak
tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi. Berdasarkan hasil
penelitian dari 236 siswa SMA Laboratorium Malang didapatkan kategori kurang aktif
yaitu sebanyak 150 responden (64%) dan didapatkan rata-rata kalori dalam seminggu
berkategori normal dengan 167 responden (71%). Berdasarkan IMT (Indeks Massa
Tubuh) terdapat 153 responden (65%) yang berkategori normal. Aktivitas Fisik dengan
Obesitas Hasil pengukuran uji statistik spearman rank pada taraf kesalahan 5% diperoleh
nilai p value 0,01<0,05 maka H1 diterima, Pola Makan dengan Obesitas diperoleh nilai p
value 0,05=0,05 maka H2 diterima. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan metode lain
yang lebih akurat seperti metode kualitatif dan menggunakan analisis multivariat.
1
Nursing News
Volume 1, Nomor 1, 2016 Hubungan antara aktivitas fisik dan pola makan dengan
kejadian obesitas pada remaja di SMA Laboratorium
Malang
ABSTRACT
Teens as the individuals who are searching for self identity usually have properties like
mimicked or admire against properties owned by someone who diidolakan. The purpose of
this research is to know the relation between physical activity and eating patterns with obesity
in teens in high school Lab was unfortunate. Research method with cross sectional approach,
namely the draft research by doing the measurements or observations at the same time. The
population taken in research is a student grade X and XI in SMA Laboratorium Malang year
2015/2016 of 590 students with 236 respondents (40% of a population). Sampling techniques
used in research is simple random sampling which means the sample by means of random
without regard to strata in members of the population. Based on the research done of the 236
SMA Laboratorium Malang’s student in category less active with 150 respondents (64%) and
obtained the average calories in a week in category normal with 167 respondents (71%).
Based on BMI (Body Mass Index) there are 153 respondents (65%) in category normal.
Physical activity by obesity the measurement result statistical tests the spearman rank the first
error 5% obtained value p value 0.01 < 0.05 so H1 accepted, food consumption pattern by
obesity obtained value p value 0.05 = 0.05 so H2 accepted. Researchers next can use other
methods more accurate as the qualitative method and using analysis multivariate.
2
Nursing News
Volume 1, Nomor 1, 2016 Hubungan antara aktivitas fisik dan pola makan dengan
kejadian obesitas pada remaja di SMA Laboratorium
Malang
urutan 10 besar dengan orang kegemukan makan dengan kejadian obesitas pada
berjumlah 40 juta orang atau setara dengan remaja di SMA Laboratorium Malang.
seluruh penduduk Jawa Barat. Hasil
Riskesdes (Riset Kesehatan Dasar) tahun
2007 menunjukkan prevalensi obesitas METODE PENELITIAN
pada penduduk umur >15 tahun adalah
19,10% yang terdiri dari 8,80% Penelitian ini dalah penelitian non
overweight dan 10,30% obesitas. eksperimental yang menggunakan
Meningkat pada tahun 2010 menjadi desain penelitian korelasi. Metode
21,70% yang terdiri dari overweight penelitian dengan pendekatan cross
10,00% dan obesitas sebesar 11,70%. sectional (potong lintang) yaitu
Tahun 2013 dari hasil Riskesdas prevalensi rancangan penelitian dengan melakukan
obesitas pada remaja umur 16-18 tahun pengukuran atau pengamatan pada saat
sebanyak 7,30% yang terdiri dari bersamaan atau sekali waktu.
overweight 5,70% dan obesitas 1,60%.
Lima belas provinsi dengan prevalensi
sangat gemuk diatas prevalensi nasional, HASIL DAN PEMBAHASAN
yaitu Bangka Belitung, Jawa Tengah,
Sulawesi Selatan, Banten, Kalimantan Tabel 1. Distribusi Frekuensi
Tengah, Papua, Jawa Timur, Kepulauan Responden Berdasarkan
Riau, Gorontalo, DI Yogyakarta, Bali, Aktivitas Fisik pada
Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, dan Remaja di SMA
DKI Jakarta. Laboratorium Malang
Berdasarkan hasil studi Aktivitas f (%)
pendahuluan tanggal 9 Juni 2015 yang Fisik
dilakukan di SMA Laboratorium Malang, Aktif 47 20
Kurang
dari 10 siswa terdapat 6 siswa yang 14 63
Aktif
memasuki kriteria pra-obesitas dan 1 9
siswa yang memasuki kriteria obesitas. Inaktif 39 17
Dari 6 siswa yang berkriteria pra- Total 236 100
obesitas tersebut mengaku suka
Berdasarkan hasil penelitian pada
mengkonsumsi makanan ringan hanya 2
Tabel 1. dapat diketahui bahawa, aktifitas
siswa yang melakukan kegiatan sedang
fisik remaja di SMA Laboratorium Malang
dan 4 siswa yang hanya melakukan
adalah kurang aktif (63%).
kegiatan ringan. Sedangkan 1 siswa yang
Berdasarkan hasil penelitian pada
berkriteria obesitas hanya melakukan
Tabel 2. menunjukkan bahwa, pola
kegiatan ringan dan sering mengkonsumsi
makan remaja di SMA Laboratorium
makanan ringan. Tujuan umum dari
Malang adalah normal (71%).
penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara aktivitas fisik dan pola
3
Nursing News
Volume 1, Nomor 1, 2016 Hubungan antara aktivitas fisik dan pola makan dengan
kejadian obesitas pada remaja di SMA Laboratorium
Malang
4
Nursing News
Volume 1, Nomor 1, 2016 Hubungan antara aktivitas fisik dan pola makan dengan
kejadian obesitas pada remaja di SMA Laboratorium
Malang
5
Nursing News
Volume 1, Nomor 1, 2016 Hubungan antara aktivitas fisik dan pola makan dengan
kejadian obesitas pada remaja di SMA Laboratorium
Malang
6
HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIFITAS FISIK DENGAN KEJADIAN
OBESITAS DI SMPN 30 PADANG TAHUN 2018
Oleh;
Yuanita Ananda1)
1)
Staf Pengajar STIKes Alifah Padang, Email: Yuanita_ananda88@yahoo.com
ABSTRAK
Latar belakang; Menurut World Health Orgaization (WHO) tahun 2014 sekitar 3,4 juta
orang dewasa meninggal setiap tahun sebagai akibat dari kelebihan berat badan atau obesitas.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2013, angka
overweight dan obesitas pada penduduk usia di atas 18 tahun tercatat sebanyak 27,1%. Data
Puskesmas Andalas menyatakan siswa yang mengalami obesitas yang terbanyak di SMPN 30
Padang yaitu 32 orang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola makan
dan aktifitas fisik dengan kejadian obesitas di SMPN 30 Padang tahun 2018
Metode; Jenis penelitian analitik dengan pendekatan retrospektif desain case control.
Populasi pada penelitian ini adalah siswa yang mengalami obesitas sebanyak 44 orang.
Teknik pengambilan sampel total sampling. Pengambilan sampel kasus dan kontrol
menggunakan 1 : 1 dengan maching jenis kelamin. Data dianalisis secara univariat
menggunakan tabel distribusi frekuensi dan bivariat menggunakan uji statistik Chi-Square
dengan tingkat kemaknaan 95% α = 0,05.
Hasil; Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 50,0% mengalami obesitas, 47,7%
memiliki pola makan kurang baik, 45,6% tidak melakukan aktifitas fisik. Terdapat hubungan
pola makan dengan kejadian obesitas di SMPN 30 Padang (pvalue = 0,016). Terdapat
hubungan aktifitas fisik dengan kejadian obesitas di SMPN 30 Padang (pvalue =0,034).
Kesimpulan; Diharapkan Kepala Sekolah dan guru-guru agar dapat lebih menjelaskan pada
siswa tentang pola makan yang baik dan memberi informasi pada siswa untuk melakukan
olah raga setiap hari > 30 menit dan menganjurkan untuk melakukan aktifitas fisik seperti
mengadakan senam setiap pagi hari.
35
THE RELATIONSHIP & DIET AND PHYSICAL ACTIVITY WITH OBESITY IN
JUNIOR HIGH SCHOOL (SMPN) 30 PADANG 2018
By;
Yuanita Ananda1)
1)
Lecturer of STIKes Alifah Padang, Email: Yuanita_ananda88@yahoo.com
ABSTRACT
Background; According to the World Health Organization (WHO, about 3.4 million adults
die each year as a result of being overweight or obese in 2014. Based on the results of Health
Research (Riset Kesehatan Dasar) Indonesia in 2013, the rate of overweight and obesity of
the population aged over 18 years was (27.1%). Data (Puskesmas Andalas) declared
students who were obese were most, 32 people. The purpose of this study was to determine
the relationship of diet and physical activity with obesity in (SMPN) 30 Padang in 2018.
Method; This type of research is retrospective analytic with case control design. The
population in this study were students who were obese, was 44 people. The sampling
technique is total sampling. Sampling of cases and controls using 1: 1 with maching gender.
Data were analyzed using univariate and bivariate frequency distribution table using
statistical test Chi-Square with a 95% significance level α = 0.05.
Result; The results showed that there were 50.0% were obese at SMPN 30 Padang, 47.7%
had a poor diet, 45.6% did not perform physical activity. There is a relationship of diet with
the incidence of obesity in SMPN 30 Padang (pvalue = 0.016. An association of physical
activity with obesity in SMPN 30 Padang (pvalue = 0.034).
Conclusion; It is expected that the headmaster and teachers in Junior High School (SMPN)
30 Padang will explain to the students about good diet and provide information to exercise
every day at least 30 minutes and advocate them for physical activity such as running, every
morning.
36
PENDAHULUAN berkembang telah meningkat tiga kali lipat
Kesehatan merupakan hak dasar (Pujiati, 2010).
manusia dan merupakan salah satu faktor Berdasarkan data dari World Health
yang sangat menentukan kualitas sumber Organisation (WHO) obesitas merupakan
daya manusia. Oleh karena itu kesehatan risiko bagi kematian global terkemuka.
perlu dipelihara dan ditingkatkan Sekitar 3,4 juta orang dewasa meninggal
kualitasnya serta dilindungi dari ancaman setiap tahun sebagai akibat dari kelebihan
yang merugikannya. Masalah gizi kurang berat badan atau obesitas. Pada tahun 2008
masih belum teratasi sepenuhnya, lebih dari 1,4 miliar orang dewasa
sementara sudah muncul masalah gizi mengalami obesitas. Dari jumlah tersebut
lebih. Kelebihan gizi yang menimbulkan 200 juta orang laki-laki dan hampir 300
obesitas dapat terjadi baik pada anak-anak juta orang wanita mengalami obesitas
hingga usia dewasa. (WHO, 2014).
Obesitas disebabkan oleh Berdasarkan hasil Riset Kesehatan
ketidakseimbangan antara jumlah energi Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2013,
yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh angka overweight dan obesitas pada
tubuh untuk berbagai fungsi biologis penduduk usia di atas 18 tahun tercatat
seperti pertumbuhan fisik, perkembangan, sebanyak 27,1%. Prevalensi obesitas pun
aktivitas, pemeliharaan kesehatan lebih tinggi di daerah perkotaan dibanding
(Kemenkes RI, 2014). dengan pedesaan. Berdasarkan jenis
Obesitas dinyatakan sebagai salah kelamin prevalensi obesitas pada
satu dari sepuluh masalah kesehatan utama perempuan lebih tinggi (32,9%) dibanding
di dunia dan kelima teratas di negara laki-laki (19,7%) (Riskesdas, 2013).
berkembang seperti di Indonesia. Obesitas Prevalensi nasional obesitas umum
adalah keadaan dimana seseorang pada penduduk usia 15 tahun lebih adalah
memiliki berat badan lebih berat dari pada 2,5% terdiri dari laki-laki 2,9%,
berat badan ideal karena adanya perempuan 2,0%. Sedangkan, prevalensi
penumpukan lemak di tubuhnya berat badan berlebih untuk remaja umur
(Proverawati, 2010). Obesitas telah 16-18 tahun yaitu 1,4% terdiri dari remaja
menjadi masalah epidemi global di seluruh laki-laki sebanyak 1,3% dan pada remaja
dunia dan cenderung meningkat tajam. perempuan 1,5% (Mendrofa, 2012).
Menurut data dari WHO prevalensi Obesitas meningkat pada usia
obesitas di negara maju dan negara remaja, karena penurunan aktifitas fisik
dan peningkatan konsumsi tinggi lemak,
37
tinggi karbohidrat dimana memiliki gizi makmur. Orang-orang yang tidak aktif
rendah. memerlukan lebih sedikit kalori.
Pada remaja hal ini dapat Kegemukan dapat diturunkan dari generasi
disebabkan faktor yang bersifat sebelumnya pada generasi berikutnya
multifaktorial baik yang bersifat genetik, didalam sebuah keluarga. Itulah sebabnya
lingkungan maupun faktor psikologis. seringkali dijumpai orang tua yang gemuk
Masa remaja atau masa Adolesensi adalah cenderung memiliki anak-anak yang
suatu fase perkembangan yang dinamis gemuk pula. Dalam hal ini tampaknya
dalam kehidupan seorang individu. faktor genetik telah ikut campur dalam
Masa ini merupakan periode transisi menentukan jumlah unsur sel lemak dalam
dari masa anak ke masa dewasa yang tubuh (Wulandari, 2010).
ditandai dengan percepatan perkembangan Penelitian Sartika (2011) tentang
fisik, mental, emosional dan sosial yang faktor risiko obesitas pada anak 5 – 15
berlangsung pada dekade kedua masa tahun di Indonesia ditemukan hasil riwayat
kehidupan. Remaja apabila mencapai umur orang tua yang obesitas 83,7%, tidak
10 – 18 tahun untuk anak perempuan dan melakukan aktifitas fisik 91,6% dan sering
10 – 12 tahun untuk anak laki-laki mengkonsumsi makanan 85%. Ada
(Proverawati, 2010). hubungan riwayat orang tua, aktifitas fisik
Menurut Wulandari (2010) faktor- dan riwayat obesitas orang tua dengan
faktor yang berhubungan dengan kejadian kejadian obesitas. Hasil penelitian Sumira
obesitas yaitu genetik, lingkungan, pola (2012) tentang faktor yang berhubungan
makan, psikis, kesehatan, perkembangan, dengan kejadian obesitas di Kelurahan PAI
aktifitas fisik, ras dan hormon. Penyebab Kecamatan Biringkanaya Makaasar
kegemukan yang tidak bisa diabaikan ditemukan hasil pola makan baik 41,6%,
adalah faktor pola makan. Terlalu banyak aktifitas fisik ringan 45,5%, tidak stres
makan akan menyebabkan penambahan 67,4% dan tidak ada hubungan pola
berat badan terutama jika makanan yang makan, aktifitas fisik dan stres dengan
dikonsumsi banyak mengandung lemak kejadian obesitas.
dan gula, misalnuya makanan siap saji, Berdasarkan data Dinas Kesehatan
makanan yang di goreng dan manisan. Kota Padang tahun 2015, dari 22
Kurangnya aktifitas fisik Puskesmas yang ada di Kota Padang,
kemungkinan merupakan salah satu Puskesmas Andalas merupakan urutan
penyebab utama dari memingkatkan angka pertama yang terbanyak siswanya yang
kegemukan di tengah masyarakat yang obesitas yaitu sebanyak 111 orang. Dari 13
38
SMP yang ada di wilayah kerja Puskesmas dan kelompok kontrol untuk mengetahui
Andalas, SMPN 30 merupakan angka proporsi kejadian berdasarkan riwayat ada
terbanyak siswanya mengalami obesitas 32 tidaknya paparan yaitu desain case
orang. control. Penelitian ini telah dilaksanakan
Berdasarkan survey awal yang tahun 2018 di SMPN 30 Padang dengan
dilakukan di SMPN 30 Padang dengan jumlah sampel sebanyak 44 orang. .
melakukan wawancara terhadap 10 orang Teknik pengambilan sampel total
murid yang mengalami berat badan lebih, sampling.
6 orang (60%) mengatakan sering
mengkonsumsi makanan olahan serba HASIL
instan, minuman soft drink, memakan Tabel 1; Distribusi Frekuensi
makanan jajanan cepat saji, 4 orang (40%) Berdasarkan Pola Makan di SMPN 30
mengatakan melakukan olah raga hanya Padang
disekolah saja sekali seminggu dan pada Kejadian Kasus Kontrol
saat di rumah tidak ada melakukan olah Obesitas f % f %
raga. Obesitas 15 68,2 6 9,5
Berdasarkan latar balakang diatas Tidak
7 31,2 16 72,3
maka peneliti tertarik melakukan Obesitas
penelitian tentang hubungan pola makan Jumlah 22 100 100 100
dan aktifitas fisik dengan kejadian obesitas
di SMPN 30 Padang tahun 2018. Tabel 2; Distribusi Frekuensi
Berdasarkan Aktifitas Fisik di SMPN 30
METODE Padang
Jenis penelitian yang digunakan Aktifitas Kasus Kontrol
adalah analitik dengan menggunakan Fisik f % f %
pendekatan retrospektif yaitu rancang Tidak
bangun dengan melihat kebelakang dari 14 63,6 6 27,3
Dilakukan
suatu kejadian yang berhubungan dengan Dilakukan 8 36,4 16 72,7
obesitas yang diteliti. Desain penelitian ini
Jumlah 22 100 100 100
membandingkan antara kelompok kasus
39
Tabel 3; Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Obesitas di SMPN 30 Padang
Kejadian Obesitas
Jumlah
Pola Makan Kasus Kontrol p-value OR
F % f % f %
Kurang Baik 15 68,2 6 9,5 21 100
Baik 7 31,8 16 72,3 23 100 0,016 5,714
Jumlah 22 100,0 22 100,0 68 100
40
ini hampir sama dengan penelitian yang yang digunakan dalam melakukan olah
dilakukan Sumira (2012) tentang faktor raga tersebut.
yang berhubungan dengan kejadian Hasil penelitian menunjukkan
obesitas di Kelurahan PAI Kecamatan menunjukkan bahwa proporsi yang
Biringkanaya Makasar ditemukan hasil memiliki pola makan kurang baik lebih
tidak melakukan aktifitas fisik 41,6%. banyak mengalami obesitas (68,2%)
Kurangnya aktifitas fisik kemungkinan dibandingkan dengan yang baik (31,8%)
merupakan salah satu penyebab utama dari dan. Hasil uji statistik didapatkan nilai p =
meningkatkan angka kegemukan di tengah 0,016 (p < 0,05) dengan OR 5,714 yang
masyarakat yang makmur. menunjukkan ada hubungan yang
Orang-orang yang tidak aktif signifikan antara pola makan dengan
memerlukan lebih sedikit kalori. kejadian obesitas di SMPN 30 Padang.
Seseorang yang cenderung mengkonsumsi Berarti pola makan yang kurang baik
makanan kaya lemak dan tidak melakukan berpeluang 5,7 kali mengalami obesitas.
aktifitas fisik yang seimbang akan Obesitas meningkat pada usia remaja,
mengalami kegemukan. Olah raga sangat karena penurunan aktifitas fisik dan
penting dalam penurunan berat badan tidak peningkatan konsumsi tinggi lemak, tinggi
saja karena dapat membakar kalori, karbohidrat dimana memiliki gizi rendah.
melainkan juga karena sapat membantu Pada remaja hal ini dapat disebabkan
mengatur berfungsinya metabolisme tubuh faktor yang bersifat multifaktorial baik
secara normal (Wulandari, 2010). yang bersifat genetik, lingkungan maupun
Menurut asumsi peneliti kurangnya faktor psikologis.
siswa melakukan aktifitas fisik setiap hari Masa remaja atau masa Adolesensi
ini dikarenakan siswa sibuk dengan proses adalah suatu fase perkembangan yang
belajar dan mengajar, dimana jam masuk dinamis dalam kehidupan seorang
sekolah pada 07.30 – 15.00 WIB, sepulang individu. Masa ini merupakan periode
sekolah siswa melakukan istirahat makan transisi dari masa anak ke masa dewasa
dan tidur sehingga tidak ada waktu untuk yang ditandai dengan percepatan
melakukan kegiatan olah raga. Jam olah perkembangan fisik, mental, emosional
raga di sekolah hanya dilakukan sekali dan sosial yang berlangsung pada dekade
seminggu. Untuk melakukan aktifitas fisik kedua masa kehidupan. Remaja apabila
olah raga setiap hari > 30 menit siswa mencapai umur 10 – 18 tahun untuk anak
sangat susah karena tidak adanya waktu perempuan dan 10 – 12 tahun untuk anak
laki-laki (Proverawati, 2010).
41
Menurut asumsi peneliti mengurangi signifijan antara aktifitas fisik dengan
asupan lemak dan garam yang selanjutnya kejadian obesitas (p value = 0,000).
akan menurunkan tekanan darah dan Kurangnya aktifitas fisik
mencegah peningkatan berat badan. kemungkinan merupakan salah satu
Berbagai intervensi dalam mencegah penyebab utama dari memingkatkan angka
obesitas termasuk meningkatkan konsumsi kegemukan di tengah masyarakat yang
sayur dan buah dapat menggantikan makmur. Orang-orang yang tidak aktif
makanan dengan densitas energi tinggi memerlukan lebih sedikit kalori.
yang sering dikonsumsi anak dan remaja, Kegemukan dapat diturunkan dari generasi
sehingga secara tidak langsung dapat sebelumnya pada generasi berikutnya
menurunkan berat badan. didalam sebuah keluarga. Itulah sebabnya
Selain itu ditemukan juga 31,8% seringkali dijumpai orang tua yang gemuk
yang memiliki pola makan tetapi tetap cenderung memiliki anak-anak yang
mengalami obesitas. Ini dikarenakan gemuk pula. Dalam hal ini tampaknya
remaja memiliki faktor keturunan, faktor genetik telah ikut campur dalam
lingkungan, psikis, kesehatan, menentukan jumlah unsur sel lemak dalam
pekembangan, hormon dan ras. tubuh (Wulandari, 2010).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Menurut asumsi peneliti aktivitas
proporsi kejadian obesitas yang tidak fisik didefinisikan sebagai pergerakan
melakukan aktifitas fisik lebih banyak tubuh khususnya otot yang membutuhkan
mengalami obesitas (63,6%) dibandingkan energi dan olahraga adalah salah satu
dengan yang dilakukan (36,4%). Hasil uji bentuk aktivitas fisik. Rekomendasi dari
statistik didapatkan nilai p = 0,034 (p < Physical Activity and Health menyatakan
0,05) dengan OR 4,667 yang berarti ada bahwa ‘aktivitas fisik sedang’ sebaiknya
hubungan aktifitas fisik dengan kejadian dilakukan sekitar 30 menit atau lebih
obesitas di SMPN 30 Padang. Berarti yang dalam seminggu. Aktivitas fisik sedang
tidak melakukan aktifitas fisik berpeluang antara lain berjalan, jogging, berenang,
4,6 kali mengalami obesitas. dan bersepeda. Aktivitas fisik yang
Hasil penelitian ini hampir sama dilakukan setiap hari bermanfaat bukan
dengan penelitian yang dilakukan Sumira hanya untuk mendapatkan kondisi tubuh
(2012) tentang faktor yang berhubungan yang sehat tetapi juga bermanfaat untuk
dengan kejadian obesitas di Kelurahan PAI kesehatan mental, hiburan dalam
Kecamatan Biringkanaya Makasar, dimana mencegah stres.
ditemukan adanya hubungan yang
42
KESIMPULAN Karim, 2012. Panduan Kesehatan Olah
Raga Bagi Petugas Kesehatan,
1. Kurang dari separuh 47,7% memiliki
Jakarta : Tim Departemen
pola makan kurang baik. Kesehatan.
2. Kurang dari separuh 45,6% tidak
Proverawati, 2010. Obesitas dan
melakukan aktiftas fisik. Gangguan Perilaku Makan Pada
Remaja, Jakarta : Nuha Medika
3. Terdapat hubungan yang bermakna
antara pola makan dengan kejadian Pujiati, 2010. Prevalensi dan Faktor
Risiko Obesitas Sentral pada
obesitas di SMPN 30 Padang.
Penduduk Dewasa Kota dan
4. Terdapat hubungan yang bermakna Kabupaten Indonesia, Tesis Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas
antara aktifitas fisik dengan kejadian
Indoneia
obseitas di SMPN 30 Padang.
Rahmawati, 2009. Faktor Resiko
Terhadap Obesitas Pada Orang
DAFTAR PUSTAKA Dewasa, Indonesian Journal of
Clinical Nutrition
Arisman, 2014. Obesitas, Diabetes Melitus
dan Dislipidemia, Jakarta : EGC
Sartika, 2011. Faktor Risiko Obesitas
Pada Anak 5 – 15 tahun di
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Indonesia, Jurnal Skripsi
Universitas Indonesia. 2012. Gizi
dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta :
Sumira, 2012. Faktor yang Berhubungan
FKM UI
dengan Kejadian Obesitas di
Kelurahan Pai Kecamatan
Hastono, 2006. Basic Data Analysis For
Biringkanaya Makassar, Jurnal
Health Research Training, Jakarta :
Skripsi
FKUI
Setiadi, 2013. Konsep dan Penulisan Riset
Hidayat, 2010. Metode Penelitian
Perawatan, Yogyakarta : Graha Ilmu
Keperawatan dan Teknik Analisis
Data, Jakarta : Salemba Media.
Soekidjo Notoatmodjo, 2012. Metodologi
Penelitian Kesehatan, Jakarta :
Mendrofa, 2012. Faktor yang
Rineka Cipta.
berhubungan dengan Kejadian
Obesitas Pada Pada Remaja di SMA
Wiramihardja, 2009. Obesitas
Negeri 1 Medan, Jurnal Skripsi
Permasalahan dan Terapi Praktis,
Jakarta : Sagung Seto
Misnadiarly, 2007. Obesitas Sebagai
Faktor Risiko Beberapa Penyakit,
Wulandari, 2010. Cara Jitu Mengatasi
Jakarta : Pustaka Obor Pustaka
Kegemukan, Yogyakarta : Andi
Offset
Nurmalina, 2011. Pencegahan dan
Manajemen Obesitas, Bandung :
Yatim, 2010. Kendalikan Obesitas dan
Elex Media Komputindo
Diabetes, Mengatur Pola Hidup dan
Pola Makan, Jakarta : Indocomp
43
HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP
OBESITAS PADA REMAJA DI SMA NEGERI 5 PEKANBARU
Tuti Restuastuti
Mailani jihadi
Yanti Ernalia
jihadimailanigmail.com
ABSTRACT
Obesity is a multifactorial disease, caused by excessive accumulation of fat tissue, which can
damage the health. Many factors can influence the occurrence of obesity, including age, sex, diet
and physical activity. Diet is the way or the behavior of a person or group of people in choosing,
using food ingredients in food consumption on a daily basis based on the type of food, amount of
food and frequency of consumption. The aim of this study is to describe the characteristics of
respondents by sex nutritional status, energy intake and macro-nutrients (carbohydrates,
protein, fat) and physical activity in adolescents in SMAN 5 Pekanbaru. This research is an
analytical study with cross sectional study design. The population studied were students of class
X and XI SMAN 5 Pekanbaru obese with a sample size of 40 people and non-obese with a sample
size of 40 people. This research instrument uses a measuring tape as a measuring tool and
questionnaire. Results of the analysis of the number of respondents 80 people, consists of 30 men
and 50 women. Based on the results obtained in the energy intake of 20 people declared quite
tends risky adolescent obesity, based on macro nutrients mostly shows the macro nutrient intake
(carbohydrate, protein, fat) fairly and in others a high intake of protein intake showed that in 20
(95.2 %) adolescents were high protein intake. Compared to non-obese adolescents showed 40
people had less energy intake. From the table 4.3 it can be seen that physical activity is less
active significant association with obesity and physical activity are less active have a greater
chance obese than students whose activities are more active
Key words : obesity; food pattern; activity pattern; adolescent
Page 1
Jom FK vol.3 No.I Februari 2016
Obesitas merupakan suatu penyakit untuk usia 16-18 tahun adalah 1% pada
multifaktor, terjadi akibat akumulasi tahun 2010 dan pada tahun 2013 menjadi
jaringan lemak berlebihan, sehingga dapat 2,4%.3,4 Salah satu penelitian yang
mengganggu kesehatan. Apabila seseorang dilakukan oleh Anisa M N terhadap siswa
mengalami bertambah berat badannya maka Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1
ukuran sel lemak akan bertambah besar dan Pekanbaru pada tahun 2012 menunjukkan
kemudian jumlahnya bertambah banyak.1 proporsi obesitas pada siswa SMAN 1
Berdasarkan hasil penelitian Pekanbaru sebesar 26,2%.5
National Health and Nutrition Examination Obesitas meningkat di kalangan
Survey pada tahun 2011-2014 di Amerika anak-anak dan remaja. Menurut segi
persentase obesitas pada usia 2-19 tahun kesehatan masyarakat, kecenderungan ini
sebesar 17% dengan kategori berdasarkan menghawatirkan, sebab berawal dari
kelompok umur, anak usia 2-5 tahun sebesar peningkatan resiko penyakit yang
8,9%, usia 6-11 tahun sebesar 17,5% dan berhubungan dengan obesitas. Kenaikan
usia 12-19 tahun sebesar 20,5%. Prevalensi berat badan terjadi bila asupan energi
obesitas di beberapa negara Asia Tenggara melebehi keluaran energi dalam jangka
juga menunjukkan cukup tinggi. waktu tertentu.6 Meskipun faktor genetik
Berdasarkan United Nations Children’s memegang peranan penting dalam
Fund (UNICEF) 2012 Indonesia menempati menentukan asupan makanan dan
urutan kedua setelah Singapura dengan metabolisme, faktor gaya hidup dan faktor
jumlah remaja obesitas terbesar yaitu 12,2% lingkungan merupakan penyebab utama
kemudian Thailand sebesar 8%, Malaysia obesitas. Berhubungan dengan dua faktor
sebesar 6% dan Vietnam sebesar 4,6%.2 tersebut dapat memicu terjadinya obesitas,
Hasil Riset Kesehatan Dasar dengan pola makan yang berlebih dan
(Riskesdas) menunjukkan terjadi aktivitas yang kurang aktif.7
peningkatan prevalensi anak usia 16-18 Hasil penelitian Hudha (2006)
tahun untuk kategori gemuk dari 1,4% pada mengenai hubungan antara pola makan dan
tahun 2010 menjadi 7,3% yang terdiri dari aktivitas fisik dengan obesitas menunjukkan
gemuk 5,7% dan obesitas 1,6% pada tahun bahwa pola makan remaja termasuk kategori
2013.3,4 Di Provinsi Riau prevalensi obesitas baik sebesar 71,44% dan aktivitas fisik
Page 2
Jom FK vol.3 No.I Februari 2016
termasuk jenis aktivitas ringan sebesar Teori menyebutkan sebagian besar
77,28%.8 remaja (12-20 tahun) memiliki pola
Kota Pekanbaru merupakan kota konsumsi tidak seimbang.10 Pemilihan
terbesar di Riau, sebagian besar makanan juga tidak didasari kandungan gizi
perekonomiannya di bidang pembangunan tetapi sekedar bersosialisasi, untuk
dan perdagangan, perkebunan.9 SMA Negeri kesenangan hal ini dapat memicu terjadinya
5 Pekanbaru merupakan salah satu SMA obesitas.11 Pada usia muda yang melakukan
yang lokasinya terletak di pusat kota latihan fisik menurun, hampir 50% usia
Pekanbaru. Banyaknya pembangunan dan muda tidak melakukan latihan fisik yang
perdagangan modern seperti pusat rutin. 12
perbelanjaan modern seperti mal dan café berdasarkan uraian diatas, peneliti
tempat nongkrong anak remaja diikuti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan restoran yang menyajikan makanan mengenai “Hubungan pola makan dan
jenis fast food dan junk food yang beresiko Aktivitas Fisik Terhadap Obesitas pada
pada anak remaja sekolah menengah bisa remaja di SMA Negeri 5 Pekanbaru”
menyebabkan obesitas
Page 3
Jom FK vol.3 No.I Februari 2016
menggmenggunakan rumus prosesive n = 61,7 + 10%
sampling yaitu: n = 67,8
Dari hasil perhitungan diperoleh besar
sampel adalah 68 orang
Page 4
Jom FK vol.3 No.I Februari 2016
Tabel 4.1 Gambaran karakteristik responden
Jenis kelamin
Laki – laki 30 37,7
Perempuan 50 62,5
Status Gizi
Obesitas 40 50
Non Obesitas 40
Asupan energi
Tinggi (>100% AKG) 4
5.0
Cukup (80-100% AKG) 20 25.0
Kurang (<80% AKG) 56 70.0
Asupan karbohidrat
Tinggi (>100% AKG) 3 3.8
Cukup (80-100% AKG) 23 28.8
Kurang (<80% AKG) 54 67.5
Asupan protein
Tinggi (>100% AKG) 21 26.3
Cukup (80-100% AKG) 26 32.5
Kurang (<80% AKG) 33 41.3
Asupan lemak
Tinggi (>100% AKG) 9 11.3
Cukup (80-100% AKG) 19 23.8
Kurang (<80% AKG) 52 65.0
Kebiasaan Olahraga
Olahraga Kurang 33 41.25
Olahraga Cukup 47 58.75
Hasil tabel 4.1 diatas menunjukkan karbohitrat (67,5%), asupan protein (41.2%),
asupan energi dan zat gizi makro subjek asupan lemak (65%). Namun terdapat juga
penelitian lebih banyak yang kurang ( <80% asupan energi dan zat gizi makro yang lebih
AKG) yaitu asupan energi (70%), asupan (>80% AKG) yaitu asupan energi (5%),
Page 5
Jom FK vol.3 No.I Februari 2016
asupan karbohitrat (3,75%), asupan protein responden. Namun terdapat juga kebiasaan
(26,3%), asupan lemak (11,2%). Hasil tabel olahraga yang cukup sebanyak (58,75%)
4.1 menunjukkan kebiaasan olahraga yang dari 47 orang responden.
kurang sebanyak (41,25% ) dari 33 orang
Hubungan Asupan energi dan Zat Gizi makro dengan kejadian obesitas digunakan uji chi
dengan kejadian Obesitas pada remaja square. Hasil uji statistik hubungan asupan
siswa/siswi SMA N 5 Pekanbaru energi dan zat gizi makro dengan kejadian
Untuk menilai ada tidaknya obesitas pada remaja siswa/siswi SMA
hubungan asupan energi dan zat gizi makro Negeri 5 Pekanbaru pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Hubungan Asupan Energi dan Zat Gizi Makro dengan kejadian obesitas pada
remaja siswa/siswi SMA Negeri 5 Pekanbaru
Variabel Obesitas Tot P Value
Obes Non obes al
N % N %
Asupan 0.0
energi
Tinggi 4 100 0 0 4
Cukup 20 100 0 0 20
Kurang 16 28.6 40 71.4 56
Asupan 0,0
karbohidrat
Tinggi 3 100 0 0 3
Cukup 22 95,7 1 4,3 23
Kurang 15 27,8 39 72,2 54
Asupan 0,0
Protein
Tinggi 20 95,2 1 4,8 21
Cukup 17 65,4 9 34,6 26
Kurang 3 9,1 30 90,9 33
Asupan 0,0
lemak
Tinggi 9 100 0 0 9
Cukup 15 78,9 4 21,1 19
Kurang 16 30,8 36 69,2 52
secara keseluruhan asupan energi yaitu asupan energi tinggi seluruh (100%) dan
Page 6
Jom FK vol.3 No.I Februari 2016
pada asupan energi kurang sebanyak 16 yang kurang yaitu asupan karbohidrat
(71,4%) responden lain nya asupan energi seluruh (9,1%) responden, asupan lemak
kurang tidak berisiko obesitas yaitu non sebanyak 16 orang seluruh (30,8%) lebih
obesitas. Pada asupan zat gizi makro yaitu berisiko obesitas sedangkan yang tidak
seluruh (100%), asupan protein tinggi keseluruhan zat gizi makro kurang yang
sebanyak 20 orang seluruh (95,2%), asupan terlihat tabel 4.2 diatas. Jadi terdapat
lemak tinggi sebanyak 9 orang seluruh hubungan asupan energi dan zat gizi makro
Namun terdapat juga asupan zat gizi makro SMA Negeri 5 Pekanbaru.
Dari tabel 4.3 di atas dapat dilihat olahraga sebanyak 27 orang responden
bahwa 33 orang responden yang jarang (81,8%) diantaranya mengalami obesitas,
Page 7
Jom FK vol.3 No.I Februari 2016
sedangkan dari 47 orang responden yang siswi 19 orang. Jumlah obesitas pada laki-
cukup olahraga yang mengalami obesitas 13
laki lebih banyak daripada perempuan. Hasil
orang responden (27,65%). Sedangkan
uji statistik membuktikan bahwa tidak ada
siswa/siswi yang tidak obesitas dapat dilihat
dari 33 orang responden kebiasaan olahraga beda signifikan antara jumlah siswa dan
kurang 6 orang responden (18,2%)
siswi. Hasil penelitian ini sejalan dengan
sedangkan dari 47 orang responden
penelitian Manurung (2009), terhadap
dikatakan kebiasaan olahraga cukup
sebanyak 34 orang responden (72,35%). Jadi remaja di SMU Tri Sakti Medan yang
berdasarkan hasil diatas responden yang
menunjukkan bahwa sebagian besar obesitas
jarang melakukan olahraga lebih berisiko
terjadi pada remaja laki-laki yaitu sebanyak
obesitas dibandingkan responden yang
melakukan olahraga cukup dinyatakan non 11,6% sedangkan perempuan sebanyak
obesitas, jadi hasil diatas terdapat hubungan
9,4%.13
kebiasaan olahraga terhadap kejadian
Perbedaan persentase yang
obesitas. Nilai p = 0,0
didapatkan dari penelitian ini dapat terjadi
PEMBAHASAN
karena perbedaan cakupan populasi antara
Secara keseluruhan, jumlah subjek
penelitian ini dengan penelitian Riskesdas.
penelitian sebanyak 80 orang. Jumlah subjek
Populasi penelitian ini hanya terbatas pada
siswi lebih banyak (50 orang)
siswa siswi kelas X dan XI SMA Negeri 5
dibandinkangkan dengan subjek siswa (30
Pekanbaru sedangkan penelitian yang
orang). Berdasarkan jumlah murid kelas X-
dilakukan oleh Riskesdas populasinya
XI di SMA Negeri 5 Pekanbaru.
berasal dari beberapa daerah yang ada di
Kebanyakan siswi dari pada siswa, jadi
Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh
jumlah subjek lebih banyak pada siswi
Virgianto (2005) terhadap remaja usia 15-17
dibanding siswa. Persentase obesitas lebih
tahun dari populasi kelas 1 dan 2 SMU
tinggi pada siswa 21 orang dibandingkan
Page 8
Jom FK vol.3 No.I Februari 2016
Negeri 3 Semarang, didapatkan siswa-siswi dengan kebiasaan olahraga kurang jadi
Menurut teori menyebukan bahwa Untuk setiap 9,3 kalori energi yang
sebagian besar remaja memilki pola makan berlebihan masuk dalam tubuh, disimpan 1
yang tidak seimbang.15 Asupan makanan gram lemak. Pemasukan jumlah makanan
dipengaruhi dengan berbagai faktor, yaitu : lebih besar daripada yang dapat dipakai
faktor sosial budaya.11,16 pemilihan makanan baik lemak, karbohidrat, protein, kemudian
tidak didasari pada kandungan gizi tetapi disimpan sebagai lemak jaringan adiposa
Berdasarkan data yang diteliti bahwa asupan energi dan zat gizi makro
disekolah, berupa gorengan dan jajanan terhadap kejadian obesitas pada anak,
instan cepat saji, dalam kandungan zat gizi dimana makanan dapat meningkatkan total
diperoleh hasil penelitian ini menunjukkan asupan energi dan asupan energi yang
bahwa asupan energi dan zat gizi makro berlebih tanpa diimbangi dengan
terhadap kejadian obesitas pada siswa/siswi pengeluaran energi dapat menjadi faktor
SMA Negeri 5 Pekanbaru, dan didapatkan risiko obesitas. Studi lain menyebutkan
hasil asupan energi dan zat gizi makro tentang makanan jajanan di sekolah juga
Page 9
Jom FK vol.3 No.I Februari 2016
memberikan konstribusi yang signifikan maka cadangan protein tubuh digunakan
terhadap asupan energi anak sekolah.17 dengan cepat untuk menghasilkan energi. 9
yaitu karbohidrat, protein, lemak ≤ 30% Hubungan Asupan energi dan Zat Gizi
dinyatakan asupan kurang tetapi mengalami makro dengan kejadian Obesitas pada
melewatkan makan pagi dan berusaha diet. Tabel 4.2 dapat dilihat responden
Keterbatasan penelitian, responden tidak yang memiliki pola makan yang terdiri dari
jujur mengisi recall. Kenapa bisa asupan asupan energi dan asupan gizi makro
energi dan zat gizi makro kurang, sumber (karbohidrat, protein, lemak) dikonsumsi
energi berasal dari protein dan lemak, berlebihan berisiko mengalami obesitas dari
seseorang yang berusaha diet kemungkinan pada responden yang memiliki pola makan
asupan energi dan karbohidrat, protein, yang seimbang tidak berisiko obesitas. Jadi
lemak akan berkurang dimana terjadi salah satu faktor penyebab obesitas yaitu
penurunan berat badan, apabila protein dan bisa dilihat dari pola makan seseorang yang
media berair sehingga setiap zat biasanya normal makan 2 atau 3 kali makan sehari.
lemak dianggap sebagai penghemat protein. sehari-hari 3 kali sehari ditambah dengan
Sebaliknya, pada saat kelaparan, setelah jajanan dan makan makanan cepat saji
karbohidrat dan lemak menjadi kurang, dengan jumlah yang berlebihan lama
Page 10
Jom FK vol.3 No.I Februari 2016
kelamaan berat badan makin bertambah terdapat dalam makanan. Lemak merupakan
Asupan energi yang tinggi dapat dibanding dengan protein dan karbohidrat.
menyebabkan obesitas jika tidak diimbangi Pada penelitian ini didapatkan adanya
dengan pengeluaran energi yang tinggi juga. perbedaan asupan lemak makanan pada
Penelitian yang dilakukan terhadap siswa kelompok obesitas dan non obesitas.
remaja yang kontribusi energi makanan dikonsumsi dalam jumlah berlebih maka
jajanan > 300 kkal berisiko 3,1 kali lebih tubuh akan meningkatkan laju oksidasi
besar menderita obesitas dan remaja dengan protein dan lemak, tetapi oksidasi lemak
aktivitas fisik ringan berisiko 5,1 kali lebih ditekan.11 Hal ini disebabkan tubuh memiliki
Hal ini sesuai dengan teori yang menyimpan protein dan karbohidrat. Hasil
badan dapat dipicu oleh pola konsumsi persentase protein makanan dengan kejadian
Amerika , didapatkan bahwa orang yang makanan tinggi protein dapat menyebabkan
lebih berisiko obesitas dibanding orang yang Makanan cepat saji umumnya
memiliki pola konsumsi yang tidak mengandung kalori, kadar lemak, gula dan
Menurut teori energi yang dihasikan vitamin A, asam akorbat, kalsium dan folat.
tubuh berasal dari oksidasi zat gizi yang Makanan cepat saji adalah gaya hidup
Page 11
Jom FK vol.3 No.I Februari 2016
remaja. Peningkatan kemakmuran dan disimpan setara dengan sekitar 3 gram air.
pengaruh westernisasi dapat mengakibatkan Tetapi jika diikuti dengan latihan fisik atau
pemilihan makanan yang cenderung terbuang. Disaat yang sama, tubuh juga akan
menyukai makanan cepat saji (fast food) mengalirkan kelebihan cairan yang
yaitu mengandung energi, garam, dan lemak kegemukan, dinyatakan benar. Tapi bukan
termasuk kolesterol dalam jumlah tinggi dan berarti tubuh tidak membutuhkan lemak.
Pertanian Bogor Prof Ali Khomsan, gram setiap harinya.12 Saat menghindari
kegemukan juga bisa karena kalori yang sebagai pengganti. Namun menurut Prof Ali,
bersumber pada karbohidrat dan protein.11 khomsan protein juga dapat menyebabkan
diungkap Prof Ali Khomsan. Karbohidrat mengandung protein tinggi yang juga dapat
karbohidrat tinggi seperti nasi, kentang, secara berlebih. dengan kacang dan susu
menyimpan jenis karbohidrat yang disebut membuat mereka akhirnya memiliki banyak
glikogen. Setiap gram glikogen yang pilihan makanan. Hal itu yang sering tidak
Page 12
Jom FK vol.3 No.I Februari 2016
terkontrol. Beberapa faktor yang berisiko lemak akan berkurang dimana terjadi
obesitas yaitu faktor psikogen yang penurunan berat badan, apabila protein dan
hipotalamus sendiri. Psikogen adalah media berair sehingga setiap zat biasanya
kebiasaan makan yang sehat yaitu tiga kali mewakili kurang. Karbohidrat maupun
makan sehari, dan setiap waktu harus lemak dianggap sebagai penghemat protein.
mengikuti kebiasaan ini oleh orang tua yang karbohidrat dan lemak menjadi kurang,
anak meneruskan kebiasaan ini selama dengan cepat untuk menghasilkan energi. 9
hidupnya. 12
Seseorang yang dikatakan
Pada penelitian ini ada beberapa
kekurangan karbohidrat berarti tubuhnya
responden asupan energi dan zat gizi makro
tidak akan mampu menciptakan energi yang
yaitu karbohidrat, protein, lemak ≤ 30%
cukup. Hal ini bisa mengakibatkan tubuh
dinyatakan asupan kurang tetapi mengalami
mudah lelah dan terasa lemah.
obesitas, hal tersebut kemungkinan recall
Menyebabkan seseorang memiliki perilaku
melewatkan makan pagi dan berusaha diet.
yang buruk. Bagi orang-orang yang
Keterbatasan penelitian, responden tidak
melakukan diet rendah karbohidrat,
jujur mengisi recall. Kenapa bisa asupan
Menimbulkan rasa malas. Otot-otot pada
energi dan zat gizi makro kurang, sumber
tubuh manusia memerlukan asupan makanan
energi berasal dari protein dan lemak,
berupa glikogen yang berfungsi untuk
seseorang yang berusaha diet kemungkinan
mengoptimalkan dan memperkuat fungsi
asupan energi dan karbohidrat, protein,
otot. Jika seseorang kekurangan karbohidrat
Page 13
Jom FK vol.3 No.I Februari 2016
sebagai penghasil glikogen, . 9makan otot- sehat, kurangnya konsumsi makanan yang
ototnya tidak akan bisa bekerja optimal mengandung protein seperti daging dan
karena tidak tersedianya energi, sehingga ikan. Cukup banyak alas an sebagian orang
akan menimbulkan tubuh terasa lemas dan mengurangi konsumsi daging dan ikan salah
Page 14
Jom FK vol.3 No.I Februari 2016
yang menyebutkan bahwa orang yang Hasil penelitian Ekelund et al,
memikili pola aktivitas yang kurang aktif penurunan penggunaan kalori akibat
memiliki risiko yang lebih besar mengalami kegiatan yang bersifat menetap berhubungan
obesitas dari pada orang yang aktif.11 dengan penambahan berat badan.8 Dari
energi untuk bergerak. Pengeluaran energi pada 280 siswa SLTP di Yogyakarta dan di
untuk aktivitas fisik harian ditentukan oleh Bantul, didapatkan bahwa kelompok remaja
jenis, intensitas dan lama aktivitas fisik. obesitas menghabiskan lebih banyak
digunakan lebih kecil dari pada jumlah Hal ini disebabkan karena kemajuan
kalori yang masuk dalam tubuh yang dapat teknologi saat ini, mulai dari kegiatan yang
lama kelebihan kalori ini akan terakumulasi rumah. Tersedianya teknologi canggih pada
dalam tubuh dan dapat menyebabkan zaman sekarang ini menyebabkan seseorang
peningkatan berat badan dan dikatakan kurang dalam hal aktivitas fisik baik dari
berisiko obesitas.11 dilihat lagi berdasarkan aktivitas fisik ringan sampai aktivitas fisik
orang yang berisiko obesitas yang kebiasaan berat. Kurangnya aktivitas fisik yang
yang non obesitas sehingga berat badan obesitas karena terjadinya ketidak
seorang yang berisiko obesitas semakin seimbangan energi dimana asupan lebih
Page 15
Jom FK vol.3 No.I Februari 2016
Semakin modern zaman semuanya canggih jumlah siswa dan siswi. Status gizi
sebanding antara obesitas sebanyak 40
ada nya kendaraan semakin malas orang
responden dan non obesitas sebanyak 40,
berjalan kaki. Disini membuktikan bahwa
sebagian besar responden obesitas
orang yang berkendaraan sedikit menunjukkan asupan energi dan zat gizi
makro karbohitrat, protein, lemak cukup
mengeluarkan energi dibandingkan dengan
dibandingkan dengan non obesitas sebagian
orang yang berjalan kaki lebih banyak
besar menunjukkan asupan energi dan gizi
mengluarkan energi dengan aktivitas fisik makro karbohitrat, protein, lemak kurang.
Sedangkan kebiasaan olahgara kurang lebih
yang aktif.
berisiko mengalami obesitas dibandingkan
Strategi untuk meningkatkan
dengan kebiasaan olahraga cukup aktif
aktivitas fisik harus mencakup peningkatan menandakan tidak berisiko obesitas.
2. Terdapat hubungan Asupan energi dan
aktivitas fisik terstruktur dan tidak
Zat Gizi makro dengan kejadian
terstruktur. Sekolah memiliki kombinasi
Obesitas pada remaja siswa/siswi SMA
unik dari berbagai faktor, termasuk fasilitas, N 5 Pekanbaru dalam penelitian ini.
3. Terdapat hubungan kebiasaan olahraga
instruktur kebugaran, dan kontak dengan
terhadap kejadian obesitas remaja di
orang banyak selama berjam-jam setiap hari,
SMA Negeri 5 Pekanbaru dalam
yang membuat mereka biasa bersosialisasi penelitian ini.
Page 16
Jom FK vol.3 No.I Februari 2016
yang disertai aktivitas fisik lebih penyebab dari obesitas agar dapat
aktif. mencegah terjadinya
2. SMA Negeri 5 Pekanbaru peningkatan prevalensi obesitas pada
Kepada pihak sekolah untuk remaja.
meningkatkan kegiatan yang
meningkatkan aktivitas fisik lebih
UCAPAN TERIMA KASIH
banyak seperti diadakannya kegiatan
Penulis mengucapkan terima kasih
ekstrakurikuler dan kegiatan
kepada dekan Fakultas Kedokteran
olahraga di sekolah dan memberikan
Universitas Riau beserta staf pengajar yang
pelajaran mengenai asupan energi
telah memberikan bekal ilmu yang
dan zat gizi makro (karbohidrat,
bermanfaat sehingga dapat diaplikasikan
protein, lemak) dan risiko obesitas
dalam kehidupan. Kepada pembimbing,
kepada siswa siswinya tentang
penguji yang bersedia memberikan
pentingnya menjaga pola makan
masukan, nasehat, bimbingan serta
dan pola aktivitas yang seimbang
meluangkan waktu dan pikiran demi
untuk menghindari terjadinya obesitas.
kesempurnaan penelitian ini dan kepada
kepala sekolah beserta seluruh guru SMA
Negeri 5 Pekanbaru yang telah memberikan
3. Peneliti lain
bantuannya kepada penulis serta siswa siswi
Penelitian lebih lanjut dapat
SMA Negeri 5 Pekanbaru yang telah
dilakukan untuk meneliti mengenai
bersedia meluangkan waktunya untuk
hubungan pengetahuan pola makan
menjadi subjek penelitian. Penulis juga
dan aktivitas fisik obesitas dengan
mengucapkan terima kasih kepada semua
kejadian obesitas pada remaja dan
pihak yang telah turut serta membantu
mengidentifikasi faktor-faktor
sehingga penelitian ini dapat terlaksana.
Page 17
Jom FK vol.3 No.I Februari 2016
DAFTAR 6. Barasi M.E. Nutrition At a Glance
Edition. Published by Blackwell
PUSTAKA
publishing Ltd, penerbit Erlangga
Perbedaan kualitas hidup antara status Krause’s Food, Nutrition, and Therapy
gizi lebih dan status gizi normal pada 11th Edition.USA: Elsevier
Page 18
Jom FK vol.3 No.I Februari 2016
12. Guyton. AC, Ball JE. Obesitas. Buku M. Physical activity but not energy
ajar fisiologi kedokteran. Ed 9. expenditure is reduced in obese
Jakarta .EGC: 1997; 1086,1116-1118 adolesents: a cere- control study.
13. Manurung, NK. Pengaruh American Journal of Clinic Nutrition
Karakteristik Remaja, Genetik, 2002; 76: 935-941
Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu,
18. Gizi di Era Otonomi Daerah dan
Pola Makan dan Aktivitas Fisik
Globalisasi. Jakarta : Depkes, Badan
Terhadap Kejadian Obesitas di SMU
POM, Bappenas, Deptan, Ristek.
RK Tri Sakti Medan 2008 [tesis].
2009. 19. Huriyati E, Hadi H, Julia M. aktivitas
14. Virgianto. Konsumsi Fast fisik pada remaja SLTP kota
Food sebagai Faktor Risiko Yogyakarta dan kabupaten Bantul
Terjadinya Obesitas pada Remaja serta Hubunganya dengan kejadian
Usia 15-17 Tahun. Semarang. MFDU. Obesitas.The Indonesian Journal of
2005. Clinical Nutrition 2004; Vol.1 No.2
15. Satgas Remaja IDAI. Nutrisi pada
20. McArdle WD, Katch FI, Katch VL.
remaja. Indonesian pediatric seociety.
Obesitas and weight Control. Body
Buku Bunga Rampai Kesehatan
Composition Assessment Exercise
Remaja. 2009 th
Physiology. 4 Edition.
16. Van Dam RM, grievink L, Ocke M, Pennsylvania: Lippincott Williams &
Feskens E. Patterns of food Wilkins, 1996, 603-630
consumption and risk factor for
Kesehatan Program Studi S2 IKM,
cardiovascular disease in the general
Fakultas Kedokteran, Universitas
dutch population. American Journal of
Gajah Mada.
Clinic Nutrition 2003; 77: 1156-1163.
Page 19
Jom FK vol.3 No.I Februari 2016
Page 20
Jom FK vol.3 No.I Februari 2016
Lampiran 8: Daftar Riwayat Hidup
DAFTAR RIWAYAT HIDUP