Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Melakukan Pengelolaan Sampah Organik Dengan Cara Pengomposan Dan Vermikomposting

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

Melakukan Pengelolaan Sampah Organik Dengan Cara Pengomposan

Dan Vermikomposting

vermikomposting

Disusun oleh:

Kelompok 4 2D3A

Dewi Fuji Astuti (P2.31.33.1.17.007)

Fathan Arief Rachmansyah (P2.31.33.017.012)

Keko Jehan Farhanah (P2.31.33.0.17.020)

Siti Nuraini (P2.31.33.017.037)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KESEHATAN LINGKUNGAN

POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II

Jakarta, Maret 2019


1. Pengertian Kompos, Jenis Dan Manfaat Kompos
Composting merupakan proses pembusukan secara alami dari materi organic,
misalnya daun, limbah pertanian (sisa panen), sisa makanan dan lain – lain. Pembusukan
itu menghasilkan materi yang kaya unsur hara, antara lain nitrogen, fostor dan kalium yang
disebut kompos atau humus yang baik untuk pupuk tanaman. Menurut wahyono, dkk
(2003) pengomposan didefinisikan sebagai proses dekomposisi materi organic secara
biologis menjadi material seperti humus dalam kondisi aerobic yang terkendali.
Secara umum telnologi pengomposan dibagi menjadi dua sistem, yaitu sistim in
visel (tertutup) dan sistim non vessel (terbuka). Pengomposan tertutup adalah
pengomposan yang dilakukan secara tertutup didalam reactor, pengomposan sistem
terbuka adalah pengomposan yang dilakukan secara terbuka dan tanpa reactor.
Manfaat kompos diantaranya kompos dapat memberikan nutrisi bagi tanaman,
kompos memperbaiki struktur tanah, menambah kemampuan tanah untuk menahan air.
Selain itu kompos juga memiliki nilai ekonomis, yaitu dapat dipasarkan yang
mendatangkan income bagi pembuatnya.

2. Peralatan Dan Bahan Pembuatan Kompos

Pada dasarnya bahan baku kompos dapat diperoleh dari semua bahan organik yang ada di
alam :

1. Dedaunan, limbah pertanian


2. Sampah organik rumah tangga
3. Kotoran hewan dan lain-lain.

Alat dan bahan pembuatan kompos diantaranya adalah :

1. Starter pengomposan :

 Sampah dedaunan
 EM4,
 air,
 gula pasir
2. Alat alat pengomposan

 Wadah pengomposan
 Drum plastik
 Drum tanah liat
 Keranjang strimin
 Liang tanah (jugangan)
 Penumpukan masal
 Parang/pisau atau mesin pencacah kompos
 Sekop

3. Prosedur Pembuatan Kompos

1. Sampah daun dipotong kecil – kecil.


2. Semua bahan di campur secara merata kemudian dimasukkan dalam gentong.
3. EM4 + air + gula putih yang telah dicampur dan didiamkan selama sehari, dimasukkan
dalam gentong sampai semua bahan tercelup air.
4. Setiap 1 minggu sekali diaduk/dibalik dan ditutup kembali.
5. Setelah ± 1,5 bulan sedah menjadi kompos.

 Proses pengomposan

Proses pengomposan akan berlangsung setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses


pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap
pematangan.

Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah


terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos
akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos.
Suhu akan meningkat hingga di atas 50°C – 70° C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu
tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba
yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik
yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan
menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas.

Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur
mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu
pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan
volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30 – 40% dari
volume/bobot awal bahan.

 Sistem pengomposan

1. Drum Plastik

Sistem ini merupakan sistem pengomposan menggunakan sistem anaerob yaitu sistem
pengomposan tanpa menggunakan oksigen. Sistem ini menggunakan drum plastik yang
bagian bawah drum diberi lubang untuk pembuangan leachet. Selain itu diberi arang untuk
menyerap bau. Keuntungan dari sistem adalah tidak mudah pecah dan tertutup sehingga
bau dapat ditahan. Adapun kelemahannya yaitu idak berpori sehingga pengadukan harus
lebih sering (2-3 hari) dengan kisaran harga Rp 35-75 ribu.

2. Gentong tanah liat

Merupakan sistem pengomposan anaerob dimana pada bagian bawah genthong


terdapat lubang untuk pembuangan leachet dan diberi arang untuk menyerap bau.
Keuntungan sistem ini adalah bahan berpori sehingga kelembaban terjamin. Motif bisa
dipesan dengan estetika bagus. Selain itu gentong tanah liat bertutup sehingga bau dapat
dicegah. Adapun kelemahannya adalah mudah pecah dengan kisaran harga Rp 25-50 ribu.

3. Sistem Keranjang/ Takakura

Sistem ini merupakan sistem Pengomposan aerob atau membutuhkan oksigen. Pada
beberapa bagian diberi sekam untuk penyerapan bau dan lebih menjamin sirkulasi udara.
Satu keluarga dengan jumlah anggota keluarga misal sebanyak 7 orang dapat menggunakan
keranjang standar dengan starter maka 8 kg. Sampah rumah tangga yang diolah di
keranjang ini maksimal 1,5 kg per hari. Keuntungan darisistem ini Sirkulasi udara terjamin
tidak perlu sering mengaduk dan Motif bisa diatur estetika bagus. Adapun Kelemahannya
adalah Konstruksi tidak stabil dengan kisaran harga Rp 25-30 ribu.

4. Sistem Galian Tanah

Pengomposan sistem ini merupakan pengomposan anaerob. Keuntungannya adalah


pengomposan bisa dilakukan dalam jumlah besar namun Kelemahannya yaitu tidak bisa
diterapkan untuk yang tidak punyalahan. Adapun harga hanya ongkos biaya penggalian.

5. Sistem pengomposan masal

Pengomposan ini menggunakan sistem aerob dengan volume per satu tumpukan adalah
minimal 1 s/d 1,5 m3 (untuk memudahkan pengadukan). Keuntungan dari sistem ini
pengomposan bisa dilakukan dalam jumlah besar. Adapun kelemahannya diperlukan lahan
khusus dan pencacahan dalam jumlah besar memerlukan mesin pencacah biomassa.
Dengan Harga tergantung jumlah, mesin yang digunakan.

4. Pengertian Vermikomposing, Jenis Dan Manfaat

Kompos cacing atau vermicompost adalah pupuk yang berasal dari kotoran cacing
(vermics). Pupuk ini dibuat dengan memelihara cacing dalam tumpukan sampah organik
hingga cacing tersebut berkembang biak di dalamnya dan menguraikan sampah organik dan
menghasilkan kotoran. Proses ini dikenal sebagai vermiksisasi (Murbandono, 1994). Proses
pembuatan kompos jenis ini tidak berbeda dengan pembuatan kompos pada umumnya; yang
membedakan hanya starternya yang berupa cacing.

Kompos cacing dapat menyuburkan tanaman karena kotoran cacing memiliki bentuk dan
struktur yang mirip dengan tanah namun ukuran partikel-partikelnya lebih kecil dan lebih kaya
akan bahan organik sehingga memiliki tingkat aerasi yang tinggi dan cocok untuk dijadikan
media tanam. Pengomposan dengan menggunakan cacing tanah tersebut selain diperoleh
vermikompos yang kaya unsur hara, juga menghasilkan biomassa cacing sebagai sumber
protein hewani. Kompos cacing memiliki kandungan nutrisi yang hampir sama dengan bahan
organik yang diurainya. Spesies cacing yang umum digunakan dalam proses ini
diantaranya Eisenia foetida, Eisenia hortensis, dan Perionyx excavatus, namun cacing biasa
(Lumbricus terestris) juga dapat digunakan.

Vermicomposting menghasilkan dua macam produk utama, yakni biomassa cacing dan
kascing (bekas cacing). Vermikomposting berbeda dari pengomposan tradisional dalam
beberapa hal. Proses vermicomposting lebih cepat dari pada pengomposan tradisional, karena
bahan-bahan organik melewati sistem pencernaan cacing tanah yang mengandung banyak
aktivitas mikroorganisme yang membantu proses dekomposisi bahan organic.

5. Peralatan Dan Bahan Pembuatan Vermikomposing


1. Wadah (tempat) peternakan cacing (dapat dibuat dari kotak kayu) atau karung plastik.
2. Cacing 2 kg
3. Bahan Organik berserat tinggi (jerami, batang pisang, sabut kelapa, kertas) yang telah
dikering anginkan 5 kg
4. Air secukupnya
5. Pakan untuk cacing (sayuran yang telah digiling atau kotoran ternak yang telah
diencerkan)

6. Prosedur Pembuatan Vermikomposing

Pembuatan vermikompos dapat dibagi menjadi 3 tahap:

A. Tahap Pengumpulan Bahan


Kumpulkan sampah-sampah organik, misalnya rumput-rumputan, jerami, sampah daun,
sisa sayuran, atau sisa makanan (sampah rumah tangga). Sampah jenis ini umumnya
mengandung unsur C. Di daerah pedesaan yang umumnya membudidayakan hewan ternak,
kotoran ternaknya dapat pula dipakai. Kotoran ini digunakan sebagai sumber N. Jika tidak ada
kotoran ternak, bisa menggunakan tanaman jenis polong-polongan.

B. Tahap Fermentasi Substrat


1. Cacah (potong-potong menjadi bagian yang lebih kecil) rumput-rumputan, jerami,
sampah daun, atau sisa sayuran, kemudian campurkan. Pencacahan dan pencampuran
ini bertujuan agar bahan menjadi lebih homogen dan pengomposan akan relatif lebih
cepat.
2. Susun/tumpuk secara bergantian antara sampah dedaunan dan kotoran ternak. Volume
(p x l x t) tumpukan ini kira-kira 1m x 1m x 1m.
3. Tutup dengan terpal/karung beras/trash bag/bahan yang mampu menahan air.
4. Aduk 3 hari sekali hingga 2 minggu.
5. Kompos dasar telah jadi setelah kira-kira 2 minggu dan siap digunakan sebagai media
cacing.

C. Tahap Komposting Sampah oleh Cacing

1. Kompos yang sudah jadi dimasukkan ke dalam ember/wadah yang memadai.


2. Masukkan cacing ke dalam wadah tersebut.
3. Biarkan selama kira-kira 2 minggu.
4. Vermikompos siap digunakan.
Daftar Pustaka

Puspawati, Catur, dkk. 2012, Penyehatan Tanah Dan Pengolahan Sampah Padat (A),
Politeknik Kesehatan Jakarta II, Jakarta.

https://id.wikipedia.org/wiki/Kompos_cacing

https://sergabblog.wordpress.com/2017/05/27/cara-membuat-kompos/

http://lingkungan.itats.ac.id/2018/06/vermicomposting-sampah-pasar-menggunakan-cacing-
lumbriccus-rubellus-dan-eisenia-foetida/

https://bioter.wordpress.com/2010/03/28/pembuatan-kompos-dengan-bantuan-cacing-
vermikompos/ .

https://www.scribd.com/doc/19420131/Mengolah-Sampah-Dengan-Vermicomposting

Anda mungkin juga menyukai