Melakukan Pengelolaan Sampah Organik Dengan Cara Pengomposan Dan Vermikomposting
Melakukan Pengelolaan Sampah Organik Dengan Cara Pengomposan Dan Vermikomposting
Melakukan Pengelolaan Sampah Organik Dengan Cara Pengomposan Dan Vermikomposting
Dan Vermikomposting
vermikomposting
Disusun oleh:
Kelompok 4 2D3A
Pada dasarnya bahan baku kompos dapat diperoleh dari semua bahan organik yang ada di
alam :
1. Starter pengomposan :
Sampah dedaunan
EM4,
air,
gula pasir
2. Alat alat pengomposan
Wadah pengomposan
Drum plastik
Drum tanah liat
Keranjang strimin
Liang tanah (jugangan)
Penumpukan masal
Parang/pisau atau mesin pencacah kompos
Sekop
Proses pengomposan
Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur
mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu
pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan
volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30 – 40% dari
volume/bobot awal bahan.
Sistem pengomposan
1. Drum Plastik
Sistem ini merupakan sistem pengomposan menggunakan sistem anaerob yaitu sistem
pengomposan tanpa menggunakan oksigen. Sistem ini menggunakan drum plastik yang
bagian bawah drum diberi lubang untuk pembuangan leachet. Selain itu diberi arang untuk
menyerap bau. Keuntungan dari sistem adalah tidak mudah pecah dan tertutup sehingga
bau dapat ditahan. Adapun kelemahannya yaitu idak berpori sehingga pengadukan harus
lebih sering (2-3 hari) dengan kisaran harga Rp 35-75 ribu.
Sistem ini merupakan sistem Pengomposan aerob atau membutuhkan oksigen. Pada
beberapa bagian diberi sekam untuk penyerapan bau dan lebih menjamin sirkulasi udara.
Satu keluarga dengan jumlah anggota keluarga misal sebanyak 7 orang dapat menggunakan
keranjang standar dengan starter maka 8 kg. Sampah rumah tangga yang diolah di
keranjang ini maksimal 1,5 kg per hari. Keuntungan darisistem ini Sirkulasi udara terjamin
tidak perlu sering mengaduk dan Motif bisa diatur estetika bagus. Adapun Kelemahannya
adalah Konstruksi tidak stabil dengan kisaran harga Rp 25-30 ribu.
Pengomposan ini menggunakan sistem aerob dengan volume per satu tumpukan adalah
minimal 1 s/d 1,5 m3 (untuk memudahkan pengadukan). Keuntungan dari sistem ini
pengomposan bisa dilakukan dalam jumlah besar. Adapun kelemahannya diperlukan lahan
khusus dan pencacahan dalam jumlah besar memerlukan mesin pencacah biomassa.
Dengan Harga tergantung jumlah, mesin yang digunakan.
Kompos cacing atau vermicompost adalah pupuk yang berasal dari kotoran cacing
(vermics). Pupuk ini dibuat dengan memelihara cacing dalam tumpukan sampah organik
hingga cacing tersebut berkembang biak di dalamnya dan menguraikan sampah organik dan
menghasilkan kotoran. Proses ini dikenal sebagai vermiksisasi (Murbandono, 1994). Proses
pembuatan kompos jenis ini tidak berbeda dengan pembuatan kompos pada umumnya; yang
membedakan hanya starternya yang berupa cacing.
Kompos cacing dapat menyuburkan tanaman karena kotoran cacing memiliki bentuk dan
struktur yang mirip dengan tanah namun ukuran partikel-partikelnya lebih kecil dan lebih kaya
akan bahan organik sehingga memiliki tingkat aerasi yang tinggi dan cocok untuk dijadikan
media tanam. Pengomposan dengan menggunakan cacing tanah tersebut selain diperoleh
vermikompos yang kaya unsur hara, juga menghasilkan biomassa cacing sebagai sumber
protein hewani. Kompos cacing memiliki kandungan nutrisi yang hampir sama dengan bahan
organik yang diurainya. Spesies cacing yang umum digunakan dalam proses ini
diantaranya Eisenia foetida, Eisenia hortensis, dan Perionyx excavatus, namun cacing biasa
(Lumbricus terestris) juga dapat digunakan.
Vermicomposting menghasilkan dua macam produk utama, yakni biomassa cacing dan
kascing (bekas cacing). Vermikomposting berbeda dari pengomposan tradisional dalam
beberapa hal. Proses vermicomposting lebih cepat dari pada pengomposan tradisional, karena
bahan-bahan organik melewati sistem pencernaan cacing tanah yang mengandung banyak
aktivitas mikroorganisme yang membantu proses dekomposisi bahan organic.
Puspawati, Catur, dkk. 2012, Penyehatan Tanah Dan Pengolahan Sampah Padat (A),
Politeknik Kesehatan Jakarta II, Jakarta.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kompos_cacing
https://sergabblog.wordpress.com/2017/05/27/cara-membuat-kompos/
http://lingkungan.itats.ac.id/2018/06/vermicomposting-sampah-pasar-menggunakan-cacing-
lumbriccus-rubellus-dan-eisenia-foetida/
https://bioter.wordpress.com/2010/03/28/pembuatan-kompos-dengan-bantuan-cacing-
vermikompos/ .
https://www.scribd.com/doc/19420131/Mengolah-Sampah-Dengan-Vermicomposting