Materi Ovitrap
Materi Ovitrap
Materi Ovitrap
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Indonesia adalah negara tropis. Negara ini memiliki wilayah perairan yang luas dan
beranekaragam spesies terutama filum Arthropoda. Beberapa diantaranya seperti kepiting,
udang, laba-laba, dan serangga terutama nyamuk. Nyamuk digolongkan sebagai serangga
penghisap darah, namun hanya nyamuk betina yang menghisap darah untuk bereproduksi.
Dewasa ini penyebaran nyamuk meluas. Bahkan menyebarkan penyakit seperti
DBD, chikungunya,dan baru-baru ini membawa virus zika yang mengakibatkan kecacatan
pada bayi. Biasanya penyakit DBD muncul di daerah panas kini sampai ke daerah dingin.
Bahkan penggunaan obat seperti obat nyamuk bakar,pembunuh jentik-jentik tidak
berpengaruh
besar
pada
pemberantasan
nyamuk.
Penggunaan
obat-obat
kimia
mengakibatkan nyamuk bermutasi menjadi resistan terhadap obat tersebut. Untuk itulah
diperlukan pemberantasan nyamuk secara alami.
Salah satu cara dalam pemberantasan nyamuk dengan alami adalah dengan
menggunakan perangkap botol mineral. Perangkap ini tidak menggunakan bahan kimia,
melainkan menggunakan kerja mikroorganisme sebagai pemancing nyamuk masuk.
Perangkap ini menggunakan bahan bekas.
B. Rumusan Masalah.
Beberapa rumusan masalah dalam latar belakang di atas sebagai berikut:
1. Apa kandungan dalam perangkap nyamuk tersebut?
2. Bagaimana cara kerja perangkap nyamuk tersebut?
3. Bagaimana tahap pembuatan perangkap nyamuk tersebut ?
4. Bagaimana kelebihan dan kekurangan perangkap nyamuk tersebut ?
C. Tujuan
1. Mengetahui kandungan dalam perangkap nyamuk.
2. Mengetahui cara kerja perangkap nyamuk.
3. Mengetahui tahap tahap pembuatan perangkap nyamuk.
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan perangkap nyamuk tersebut
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori Ovitrap
1. Ovitrap (singkatan dari oviposition trap) adalah peralatan untuk mendeteksi
keberadaan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus jika kepadatan nyamuk
rendah dan survei larva menunjukkan hasil yang tidak produktif (misal BI
kurang dari 5), seperti dalam kondisi yang normal. Secara khusus, ovitrap
digunakan untuk mendeteksi infestasi nyamuk ke area baru yang sebelumnya
pernah dibasmi.
2. Ovitrap yang standar berupa tabung gelas kecil bermulut lebar yang dicat
hitam di bagian luarnya. Tabung gelas tersebut dilengkapi dengan tongkat kayu
yang dijepit vertikal di bagian kasarnya menghadap ke arah dalam. Tabung diisi
air sampai setengahnya dan ditempatkan dilokasi yang diduga menjadi habitat
nyamuk, biasanya di dalam atau di sekitar lingkungan rumah.
3. Ovitrap, ditemukan oleh jacob dan bevier th 1969, merupakan salah satu upaya
penanggulangan DBD lewat monitoring, mengontrol dan mendeteksi sekaligus
membatasi populasi nyamuk genus Aedes,dengan menggunakan suatu alat
tertentu yang hasil analisanya akan digunakan untuk merencanakan sistim
surveillance . Beberapa negara telah terbukti berhasil mengendalikan populasi
nyamuk aedes ini. Termasuk dalam hal ini Singapore,salah satu yang sukses
menuntaskan masalah DBD, dengan menggunakan metode ini. Bahkan USA
sampai saat inipun masih konsisten melakukan ovitrapping melalui program2
yang dilaksanakan USAF (United State Air Force ) sejak th 1971 dan secara rutin
melaporkannya.
Jadi, pada prinsipnya metode ovitrap adalah metode melakukan penipuan dan
penjebakan terhadap nyamuk dgn merekayasa suatu artificial breeding places / tempat
perindukan buatan.sehingga memancing mereka untuk tertipu meletakkan telurnya
ditempat yang sudah kita persiapkan dan bukan lagi ditempat lain yg notabene sangat sulit
kita kontrol.lalu dengan memanfaatkan sifat2 dasar alamiah nyamuk genus aedes , suka
bertelur di air bersih yang tidak kontak langsung dengan tanah, suka ditempat gelap,mampu
terbang hingga 100-200 m,kita tempatkan Gelas2 ovitrap tsb
B. Jenis-jenis Ovitrap
1. Ovitrap standar
Ovitrap yang standar berupa tabung gelas kecil bermulut lebar yang dicat hitam di
bagian luarnya. Tabung gelas tersebut dilengkapi dengan tongkat kayu yang dijepit
vertikal di bagian kasarnya menghadap ke arah dalam. Tabung diisi air sampai
setengahnya hingga dan ditempatkan dilokasi yang diduga menjadi habitat
nyamuk, biasanya di dalam atau di sekitar lingkungan rumah. Ditempatkan di
dalam dan di luar rumah yang diduga menjadi habitat nyamuk Aedes sp.
3. Lethal ovitrap
Lethal ovitrap (LO) adalah varian nama untuk ovitrap hasil modifikasi yang dapat
membunuh nyamuk Aedes. LO adalah suatu perangkap untuk tempat bertelur
nyamuk Aedes yang pada bagian atasnya diberi kasa nylon direkatkan pada cincin
gabus dan diisi dengan atraktan. Alat ini dibuat dari bekas kaleng silinder, dicat
hitam dan ditutup dengan kassa. Lethal ovitrap di buat untuk membunuh nyamuk,
dikarenakan nyamuk yang akan bertelur bersentuhan dengan ovistrip (Oviposition
trip) yang mengandung insektisida dan dalam waktu relatif singkat akan mati.
BAB III
MODIFIKASI OVITRAP LETHAL
A. Lethal Ovitrap
Lethal ovitrap (LO) adalah varian nama untuk ovitrap hasil modifikasi yang dapat
membunuh nyamuk Aedes. LO adalah suatu perangkap untuk tempat bertelur nyamuk Aedes
yang pada bagian atasnya diberi kasa nylon direkatkan pada cincin gabus dan diisi dengan
atraktan. Alat ini dibuat dari bekas kaleng silinder, dicat hitam dan ditutup dengan
kassa. Lethal ovitrap di buat untuk membunuh nyamuk, dikarenakan nyamuk yang akan
bertelur bersentuhan dengan ovistrip (Oviposition trip) yang mengandung insektisida dan
dalam waktu relatif singkat akan mati.
Namun kali ini ovitrap lethal di modifikasi dengan menggunakan bahan-bahan yang
ada di sekitar kita secara sederhana, efektif dan murah.
B. Cara kerja
1. Nyamuk yang termasuk kelas insecta ini faktanya suka dengan tempat yang banyak
menghasilkan CO2. Nyamuk juga menyukai tempat yang gelap. Hal inilah banyak
nyamuk menempel pada baju,terutama berwarna hitam. Nyamuk banyak ditemukan di
peternakan,akan tetapi karena di perkotaan jauh dengan peternakan,serangan nyamuk
teralihkan ke penduduk di kota.
2. Perangkap nyamuk ini menggunakan kegiatan mikroorganisme dalam respirasi
anaerob. Hasil dari respirasi ini adalah etanol dan CO2. Gas CO2 ini menarik
perhatian nyamuk untuk masuk dalam perangkap botol aqua. Sebelumnya botol aqua
dibelah dan bagian atas dibalik dan disambungkan dengan bagian bawah (keterangan
lebih lanjut diterangkan dalam tahap pembuatan). Dengan hal ini gas CO2 banyak
terperangkap di botol mineral. Ketika nyamuk masuk ke perangkap,lama kelamaan
nyamuk akan mati lemas karena lebih banyak terkandung gas CO2. Supaya lebih
menarik nyamuk, botol mineral dibungkus plastik hitam.
C. Kandungan Perangkap Nyamuk Botol mineral
1. Salah satu sifat air adalah tidak tetap dan selalu menyesuaikan dengan bentuk
wadahnya. Sifat permukaan air yang tenang selalu mendatar sangat disukai nyamuk
untuk proses perkembangbiakannya. Air juga merupakan suatu pelarut yang kuat,
dan dapat melarutkan zat-zat padat. Salah satunya, air digunakan untuk melarutkan
gula dan ragi yang digunakan untuk proses fermentasi. Perangkap nyamuk ini terdiri
dari larutan gula merah dengan ragi.
2. Gula merah berguna untuk membantu ragi berkembang dengan baik, sehingga
larutan gula merah tidak terlalu banyak dicampurkan. Ragi yang digunakan adalah
Saccharomyces cereviceae.
3. Ragi ini biasa digunakan dalam fermentasi alcohol, ragi tidak perlu diaduk sehingga
mampu menghasilkan reaksi respirasi anaerob. Reaksi respirasi anaerob yang
dilakukan mikroorganisme dan gula menghasilkan etanol dan CO2 juga dihasilkan
ATP. Ragi ini berbentuk bulat telur, dan dilindungi oleh dinding membran yang semi
berpori (semipermeable), melakukan reproduksi dengan cara membelah diri
(budding), dan dapat hidup di lingkungan tanpa oksigen (anaerob). Untuk bertahan
hidup, ragi membutuhkan air, makanan dan lingkungan yang sesuai. Bakteri bersel
satu ini akan mudah bekerja bila ditambahkan dengan gula dan kondisi suhu yang
hangat. Kandungan karbondioksida yang dihasilkan akan membuat suatu adonan
menjadi mengembang dan terbentuk pori pori. Ragi memiliki sifat dan karakter
yang sangat penting dalam industri pangan. Ragi akan berkembang dengan baik dan
cepat bila berada pada temperatur antara 25o 30oC.
4. Pembuatan larutan ragi dan gula merah akan menyebabkan proses fermentasi,
dimana hasil proses fermentasi ini akan dihasilkan gas CO2 atau karbon dioksida
yang merupakan senyawa kimia yang paling menarik nyamuk. Sehingga, makin
banyak karbon dioksida, semakin banyak nyamuk yang terperangkap.
.
D. Tahap Tahap Pembuatan Perangkap Nyamuk.
Pembuatan perangkap nyamuk menggunakan beberapa alat dan bahan yang sering kita
jumpai dalam kehidupan sehari hari, adapun yakni sebagai berikut;
Alat dab Bahan
Masukkan gula merah dalam botol mineral dan tuang air hangat, aduk atau kocok hingga
gula larut, biarkan sampai dingin.
Selanjutnya, ambil bagian atas potongan botol, tempatkan dengan posisi terbalik sehingga
menyerupai corong, ke atas botol yang sudah diisi larutan. Kemudian berikan selotip
(solasi) di sepanjang pinggir botol mineral.
Langkah terakhir, bungkus sekeliling botol dengan kertas, plastik atau kain berwarna
hitam.
Hasilnya seperti gambar dibawah ini, nyamuk terperangkap pada cairan gula merah dan
campuran ragi.
Perangkap nyamuk ini merupakan efisiensi agar kenyamanan ketika sedang melakukan
aktivitas dalam ruangan terutama pada saat musim hujan, adapun kelebihannya yakni
sebagai berikut;
Mudah dan hemat.
Pembuatan perangkap nyamuk sangat mudah dan hemat biaya, dikarenakan bahan
dan alat mudah dijangkau dan tidak mengeluarkan biaya yang cukup mahal.
Bahan dan alat yang sangat familiar.
Bahan dan alat yang digunakan sering kita jumpai, dalam lingkungan rumah,
maupun dalam lingkup tetangga.
Penggunaan cukup lama berkisar antara 5 7 hari.
Penggunaannya cukup tahan lama sehingga tidak perlu repot mengganti cairan
lama dengan cairan baru.
Tidak terkandung zat kimia yang membahayakan tubuh.
Karena nyamuk terperangkap akibat mikroorganisme yang terdapat pada ragi,
sehingga aman dari campuran bahan kimia.
Kekurangan
Selain terdapat kelebihan, tentunya perangkap nyamuk memiliki kekurangan yang
menjadi nilai minus penggunaannya, yakni sebagai berikut;
Aromanya kurang sedap
Aroma dari ragi akibat fermentasi tidak mengakibatkan bau tidak sedap,
sehingga terkadang dapat menghambat aktivitas.
Tampilan kurang menarik
Tampilan yang masih sangat sederhana sehingga kurang menarik jika
disimpan di ruangan utama seperti ruang tamu atau ruang keluarga.
Hanya dapat digunakan sekali
Penggunaan perangkap nyamuk hanya dapat digunakan sekali saja, jadi
ketika nyamuk sudah banyak maka cairan harus diganti dengan yang baru.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penggunaa perangkap nyamuk sederhana sebagai teknologi terapan memang alternative
untuk menghindari dari nyamuk dan bahaya zat kimia dari sebuah asap dan obat nyamuk.
Harga jangkauan untuk membuat perangkap nyamuk sederhana tidak semahal harga sebotol
obat nyamuk, sehingga sangat ekonomis untuk semua kalangan masyarakat. Ada baiknya
bila perangkap nyamuk dikembangkan dengan sebaik mungkin, digunakan untuk
melindungi keluarga dari bahaya nyamuk demam berdara terutama di saat musim hujan.
Referensi :
Anggraini, D.S. 2010. Stop Demam Berdarah Dengue. Cita Insan Madani. Bogor.
Astari S, Ahmad I. 2005. Insecticide Resistance and Effect of Piperonyl Butoxide as a
Synergist in Three Strain nof Aedes aegypti (Linn) (Diptera: Cullicidae) on Insecticide
Permethrin, Sypermethrin, and d-Allethrin. Bul. Penel. Kesehatan. Vol 33 (2) : 73 79.
Bagian Humas dan Protokol Setda Kabupaten Banyumas. 2014. Awali Peringati Hari Jadi,
Pemkab Lakukan PSN di Daerah Endemis.www.banyumaskab.go.id.Diakses tanggal 3 Mei
214.
Baskoro T, Nalim S. . 2007. Pengendalian Nyamuk Penular Demam Berdarah Dengue di
Indonesia. Makalah disampaikan dalam Simposium Demam Berdarah Dengue. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2007. Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah
Dengue (PSN DBD) Oleh Juru Pemantauan Jentik. Jakarta.
Deschamps, Timothy D. 2005. A Preliminary Study Of The Attractiveness Of Ovitrap Cups
In Collecting Container Species In Massachusetts.http://www.cmmcp.org/2005ovitrap.htm.
Diakses tanggal 8 Mei 2014.
Kemenkes RI. 2011. Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue. Kementerian
Kesehatan RI. Jakarta.
Mackay, Andrew J ., Manuel Amador and Roberto B. 2013. An improved autocidal gravid
ovitrap for the control and surveillance of Aedes aegypti.Jurnal Parasites & Vectors. Vol. 6
(225): 1-13.
Ooi, Eng-Eong., Kee-Tai G., dan Duane J. G. 2006. Synopsis: Dengue Prevention and 35
Years of Vector Control in Singapore. Vol. 12 (6).http://wwwnc.cdc.gov/eid/article/12/6/051210-f3.htm. Diakses tanggal 8 Mei 2014.
Palgunadi, bagus U. dan Asih R. 2011. Aedes Aegypti Sebagai Vektor Penyakit Demam
Berdarah Dengue. Jurnal Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Vol. 2 (1).
Polson KA, Curtis C, Seng CM, Olson JG, Chanta N, Rawlins SC. 2002. The Use of
Ovitrap Baited with Hay Infusion as a Surveillance Tool for Aedes aegyptiMosquitoes in
Cambodia. Dengue Bulletin. Vol. 26: 178 184.
Purnamasari, Ira N., Ratih S. W., dan Sayono. Efektifitas Berbagai Jenis Atraktan Bumbu
Dapur Terhadap Jumlah Telur Aedes Sp Yang Terperangkap.Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Semarang. Semarang.
Puspitasari, Diah N., dkk. 2012. Tingkat Kerawanan Wilayah Berdasarkan Insiden
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Indeks Ovitrap Di Kecamatan
Gajahmungkur Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 1 (2): 305 314.
Rakkang, Y., dkk. 2013. Efektivitas Lethal Ovitrap Atraktan Terhadap Penurunan
Kepadatan Larva Aedes aegypti di Kelurahan Adatongeng Kecamatan Turikale
Kabupaten Maros.http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/6068.Diakses tanggal 3
Mei 2014.
Ramadhani, Tri dan Bondan F. W. 2013. Pengaruh Penggunaan Lethal Ovitrap Terhadap
Populasi Nyamuk Aedes Sp Sebagai Vektor Demam Berdarah Dengue.Jurnal BALABA.
Vol. 9 (1) : 21-26.
Rueda LM. Zootaxa. 2004. Pictorial Keys for the Identification of Mosquitoes (Diptera:
Culicidae) Associated with Dengue Virus Transmission. Mongolia Press. Auckland, New
Zealand.
Saifur, Rahman G. M., Hamady Dieng, A. Abu H., Md R. C. Salmah, T. Satho, F. Miake,
dan A. Hamdan. 2012. Changing Domesticity of Aedes aegypti in Northern Peninsular
Malaysia: Reproductive Consequences and Potential Epidemiological Implications. Jurnal
Plos One.Vol. 7 (2): 1- 10.
Santana AL, Roque RA, dan Eiras AE. 2006. Characteristics of Grass Infusion as
Oviposition Attractants to Aedes (Stegomyia) (Diptera: Culicidae). J Med Entomol. Vol 43:
214 220.
Santos SRA, Melo-Santos MAV, Regis L dan Albuquerque CMR. 2003. Field Evaluation
of Ovitrap with Grass Infusion and Bacillus thuringiensis var israelensis to Determine
Oviposition Rate of Aedes aegypti. Dengue Bulletin Vol 27: 156 162.
Santoso, J., Retno H., Ratih S. W., dan Sayono. 2007. Pengaruh Warna Kasa
Penutup Autocidal ovitrap Terhadap Jumlah Jentik Nyamuk Aedes aegyptiYang
Tertangkap. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia. Vol. 4 (2): 85-90.
Sayono S. 2008. Pengaruh Modifikasi Ovitrap Terhadap Jumlah Nyamuk Aedes yang
Terperangkap. Tesis. Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang. 105 hal.
Tanjung, Nadya U. 2011. Hubungan Difusi Inovasi dengan Pemanfaatan Ovitrap Oleh Ibu
Rumah Tangga di Kelurahan Sei Kera Hilir I Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan
Tahun 2010. Skripsi. Universitas Sumatra. Medan.
Wong, Ngai S., Yan LC, Kwan LM, Shan LS, Hui L. 2007. An Alert System For Informing
Environmental Risk Of Dengue Infections. GIS For Health And The
Environment. Springer-Verlag Berlin Heidelberg.