Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Pembuatan Kompos Menggunakan Em4

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

PEMBUATAN KOMPOS MENGGUNAKAN

EM4
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
LISTY WIRA PASARIBU (173313010050)
ROPITA CLAUDIA BANJARNAHOR (173313010055)
RIZHAL DAVID SIBURIAN (173313010041)
Latar Balakang

Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik
yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam
kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik (J.H. Crawford,
2003).

Menurut Sutedjo (2002), kompos merupakan zat akhir suatu proses fermentasi, tumpukan
sampah/ seresah tanaman dan ada kalanya pula termasuk bingkai binatang. Sesuai dengan
humifikasi fermentas suatu pemupukan, dirincikan oleh hasil bagi C/N yang menurun.
Perkembangan mikrobia memerlukan waktu agar tercapai suatu keadaan fermentasi yang
optimal. Pada kegiatan  mempercepat proses dipakai aktifator, baik dalam jumlah sedikit
ataupun banyak, yaitu bahan dengan perkembangan mikrobia dengan fermentasi
maksimum. Aktifator misalnya: kotoran hewan. Akhir fermentasi untuk C/N kompos 15 –
17.
Rumusan Masalah
 
Bagaimana cara pembuatan kompos menggunakan EM4

 
Tujuan
 
Untuk mengetahui cara membuat kompos menggunakan EM4
PEMBAHASAN
Kompos
Secara garis besar membuat kompos berarti merangsang pertumbuhan bakteri
(mikroorganisme) untuk menghancurkan atau menguraikan bahan-bahan yang
dikomposkan sehingga terurai menjadi senyawa lain.Proses yang terjadi adalah
dekomposisi, yaitu menghancurkan ikatan organik molekul besar menjadi molekul yang
lebih kecil, mengeluarkan ikatan CO2 dan H2O serta penguraian lanjutan yaitu transformasi
ke dalam mineral atau dari ikatan organik menjadi anorganik.Proses penguraian tersebut
mengubah unsur hara yang terikat dalam senyawa organik yang sukar larut menjadi
senyawa organik yang larut sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Membuat kompos
adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih
cepat.Proses pengomposan oleh bahan organik mengalami penguraian secara
biologis,khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai
sumber energi.Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut
agar kompos dapat terbentuk lebih cepat.
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:
1. Aspek Ekonomi
a. menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah.
b.mengurangi volume/ukuran limbah.
c.Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
 2. Aspek lingkungan
a. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari
sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah.
b.Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan.
3. Aspek bagi tanah/tanaman:
a. Meningkatkan kesuburan tanah
b. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
c. Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
d. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
e. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
f. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
g. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
h. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
Faktor – faktor yang mempengaruhi proses pengomposan yaitu :
1. Rasio C/N
Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30: 1 hingga 40:1. Mikroba
memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis protein. Pada rasio
C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein.
Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga
dekomposisi berjalan lambat.
2. Ukuran Partikel
Aktivitas mikroba berada diantara permukaan area dan udara. Permukaan area yang lebih luas akan
meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih
cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk
meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.
3. Aerasi
Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen (aerob). Aerasi secara
alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan
udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh posiritas dan
kandungan air bahan(kelembaban). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob
yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan
pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.
4. Porositas
adalah ruang diantara partikel di dalam tumpukan kompos. Porositas dihitung
dengan  mengukur volume rongga dibagi dengan volume total. Rongga-rongga ini
akan diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplay Oksigen untuk proses
pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan
berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu.
5. Kelembaban (Moisture content)
Kelembaban memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme
mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplai oksigen. Kelembaban
40 – 60 % adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba. Apabila
kelembaban di bawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan akan
lebih rendah lagi pada kelembaban 15%. Apabila kelembaban lebih besar dari 60%,
hara akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan
menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap.
6. Temperatur/suhu panas dihasilkan dari aktivitas mikroba.
Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan
semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan
cepat pada tumpukan kompos. Temperatur yang berkisar antara 30 – 60oC
menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60oC
akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan
tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba
patogen tanaman dan benih-benih gulma.
6. pH
Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum
untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5
7. Lama pengomposan.
Lama waktu pengomposan tergantung pada karakteristik bahan yang
dikomposakan, metode pengomposan yang dipergunakan dan dengan atau tanpa
penambahan aktivator pengomposan. Secara alami pengomposan akan berlangsung
dalam waktu beberapa minggu sampai 2 tahun hingga kompos benar-benar matang.
(Jakmi,2009)
EM4
EM-4 yaitu suatu cairan yang berwarna kecoklatan dan beraroma manis asam
(segar) yang mana didalamnya terkandung campuran dari beberapa mikroorganisme
hidup yang sangat bermanfaat dan menguntungkan guna proses
penyerapan/persediaan unsur hara didalam tanah.
Bentuk EM4 adalah berupa cairan yang berwarna kecokelatan dan beraroma segar.
EM4 sendiri mengandung bakteri fermentasi, mulai dari genus Lactobacillus, jamur
fermentasi, bakteri fotosintetik Actinomycetes, bakteri pelarut fosfat, dan juga ragi.
Cairan EM4 sangat berguna dan dapat dimanfaatkan pada tanaman cabai, padi,
pepaya, sayuran, bawang merah, karet, jahe, jagung, jeruk, ataupun tanaman hias.
EM4 bukanlah pupuk tetapi bahan yang dapat mempercepat proses pembuatan
pupuk organik dan kualitas pupuk. Dalam bidang pertanian, cairan EM4 seringkali
diaplikasikan dalam pembuatan kompos, pupuk bokashi, serta pembuatan POC.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kegunaan dari EM4 dalam bidang
pertanian adalah untuk:
1. Memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah
2. Meningkatkan jumlah produksi tanaman
3. Menjaga kestabilan hasil pertanian ataupun perkebunan
4. Memfermentasi bahan organik
5. Mempercepat proses dekomposisi bahan-bahan organik di dalam tanah
6. Meningkatkan kualitas kuantitas panen
7. Menciptakan pertanian yang berwawasan ramah terhadap lingkungan
8. Memperkaya keragaman mikroba yang sangat menguntungkan di dalam media
tanam atau tambak
9. Memperbaiki nutrisi, senyawa yang dibutuhkan tanaman/ikan dari dalam tanah
10. Mempercepat proses fiksasi/bintil akar
11. Meminimalisir atau mengurangi kebutuhan pupuk bahkan pestisida
METODE KERJA
Alat dan Bahan
a) Alat :
1. Ember / keranjang plastik ( 2 buah )
2. Plastik sampah ( Trash bag ) ( 2 buah)
3. pisau / cutter
4. botol bekas air mineral ( 2 buah)
5. sarung tangan
 b) Bahan :
1. Dedaunan hijau basah ( rumput, daun singkong, kedebong pisang)
2. Larutan EM4
3. air sampah
4. sekam / sisa serbuk kayu
5. gula pasir
6. tanah
7. air
Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dedaunan hijau seperti rumput, daun singkong, kedebong pisang
dicacah atau dipotong kecil-kecil dengan menggunakan
pisau / cutter. Setelah itu dicuci bersih.
3. Cairkan gula pasir dengan air sebanyak 250 gram ke dalam sebuah
botol air mineral. Kocok atau aduk hingga rata.
4. kemudian, larutkan larutan EM4 sebanyak 10 ml dengan air
sebanyak 250 ml di botol bekas air mineral yang lainnya.
5. Plastik sampah kemudian dimasukkan ke dalam masing- masing
keranjang plastik.
6. Serbuk kayu dimasukkan ke dalam plastik sampah secukupnya. Kemudian
masukkan dedaunan yang telah dicacah tersebut sekitar 2 genggaman. Lalu,
ditumpuk lagi dengan sebaran tanah sekitar 1 genggam. Siram dengan
larutan gula pasir dan larutan starter sekitar 50ml. Keranjang plastik I
disiram dengan larutan EM4, sedangkan keranjang plastik II disiram dengan
air sampah. Dan diaduk hingga merata.
7. Setelah itu, lakukan hal yang sama hingga beberapa lapis dan keranjang
plastiknya hampir penuh. Dan aduk hingga merata.
8. kemudian ikat ujung plastik sampah dengan kuat, hingga tertutup rapat.
Dan simpan di tempat yang teduh.
9. Secara berkala sekitar 2-3 hari, amati perubahan yang terjadi pada
kompos sambil ditambahkan larutan gula, dan aduk kembali hingga merata.
Plastik kompos ditutup kembali.
Proses Pembuatan Bahan
Observasi I
Observasi II

Anda mungkin juga menyukai