Proposal Penelitian
Proposal Penelitian
Proposal Penelitian
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
JUMARLAN. A. MAKKOLAU
MAKASSAR
2014
KATA PENGANTAR
PULAU SULAWESI SELATAN “.Proposal ini disusun untuk memenuhi salah satu
syarat
bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus
kepada semua pihak yang telah membantu, sejak persiapan hingga pembuatan
yang diberikan menjadi amal ibdaha bagi kelurga bapak, ibu, dan rekan-
rekan, sehinggah memperoleh balasan yang lebih baik dari Allah Swt.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
bermanfaat bagi pembaca serta dapat dijadikan sebagai sumbangan pikiran untuk
perkembangan pendidikan
Penulis
DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan
A. Klorofil ...................................................................................................... 3
B. Suhu .......................................................................................................... 7
D. Prosedur Penelitian.................................................................................. 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
untuk diketahui karena sebaran suhu permukaan laut dapat memberikan informasi
menyentuh objek secara langsung. Sistem ini dapat mencakup suatu areal yang
luas dalam waktu bersamaan, selain itu sistem ini relatif lebih murah
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sebaran klorofil-a dan suhu permukaan air laut dengan citra
C. Tujuan Penelitian
Tujuan
1. Menentukan sebaran klorifl dan suhu permukaan air laut di pantai barat
pulau Sulawesi
Kegunaan
air laut.
jauh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Klorofil
Istilah klorofil berasal dari bahasa Yunani yaitu Chloros artinya hijau dan
phyllos artinya daun. Ini diperkenalkan tahun 1818, dimana pigmen tersebut
peneliti klorofil yang memperoleh nobel prize winner pada tahun 1915 berasal
Klorofil adalah pigmen pemberi warna hijau pada tumbuhan, alga dan bakteri
dengan menyerap dan mengubah tenaga cahaya menjadi tenaga kimia. Dalam
energi matahari, memicu fiksasi CO2 menjadi karbohidrat dan menyediakan dasar
spektrum kasat mata dari merah sampai violet, tetapi seluruh panjang gelombang
unsurnya tidak diserap dengan baik secara merata oleh klorofil. Klorofil dapat
menampung energi cahaya yang diserap oleh pigmen cahaya atau pigmen lainnya
hijau tua dan berwarna hijau muda. Klorofil-a dan b paling kuat menyerap cahaya
di bagian merah (600-700 nm), sedangkan yang paling sedikit cahaya hijau (500-
600 nm). Sedangkan cahaya berwarna biru dari spektrum tersebut diserap oleh
sehingga spektrum matahari dapat dimanfaatkan dengan lebih baik. Energi yang
a. Klorofil -a
Klorofil-a adalah suatu senyawa kompleks antara magnesium dengan
senyawa kompleks planar yang mantap. Rantai sampingnya yang bersifat hidrofob
adalah suatu terpenoid alkohol dan fitol yang dihubungkan secara ikatan ester
dengan gugus propionat dari cincin IV. Klorofil a merupakan salah satu bentuk
Klorofil b juga terikat pada protein didalam sel. Klorofil B terdapat pada
C55 H70 O6 N4 Mg
Klorofil a dan klorofil b paling kuat menyerap cahaya bagian merah dan
ungu spektrum,cahaya hijau yang paling sedikit diserap maka apabila cahaya
maka sinar hijau akan dikirimkan dan dipantulkan sehingga strukturnya tampak
c. Klorofil -c
Klorofil C terdapat pada ganggang coklat Phaeophyta serta diatome
d. Klorofil -d
Klorofil d terdapat pada ganggang merah Rhadophyta. Akibat adanya
matahari.
Laju produktifitas primer di laut juga dipengaruhi oleh sistem angin muson.
Hal ini berhubungan dengan daerah asal dimana massa air diperoleh. Dari sebaran
tertinggi dijumpai pada muson tenggara, dimana pada saat tersebut terjadi
Sedangkan klorofil-a terendah dijumpai pada muson barat laut. Pada saat ini di
perairan Indonesia tidak terjadi upwelling dalam skala yang besar sehingga nilai
fotosintesis dimana air dan karbondioksida dengan adanya sinar surya dan garam-
kemampuan untuk membentuk zat organik dari zat anorganik maka fitoplankton
disebut sebagai produsen primer. Oleh karena itu kandungan korofil-a dalam
adalah pencampuran vertikal, penetrasi cahaya di kolom air dan laju tenggelam sel
lipat produktifitas perairan lepas pantai. Hal ini disebabkan oleh tingginya kadar
zat hara dalam perairan pantai bila dibandingkan dengan perairan lepas pantai.
Perairan pantai menerima sejumlah unsur-unsur kritis yaitu P dan N dalam bentuk
PO4 dan NO3 melalui run off (aliran air) dari daratan. Zat-zat hara ini menjadi
B. Suhu.
Salah satu parameter yang mencirikan massa air di lautan ialah suhu. Suhu
adalah suatu besaran fisika yang menyatakan banyaknya bahang (heat) yang
terkandung dalam suatu benda. Secara alamiah sumber bahang utama adalah sinar
matahari. Pada umumnya perairan yang banyak menerima bahang dari matahari
adalah daerah yang terletak pada lintang rendah dan akan semakin berkurang bila
diantaranya ialah jumlah bahang yang diterima oleh masing-masing tempat, arus-
arus lautan yang membawa bahang dari khatulistiwa ke arah kutub-kutub serta
hakekatnya di daerah tropis terdapat amplitude suhu permukaan yang kecil. Oleh
karena itu, perubahan pada penyebaran suhu vertikal juga kecil, hanya di daerah-
daerah upwelling dapat ditemukan perbedaan yang cukup berarti (Illahude, 1999).
Menurut Ilahude (1999) berdasarkan lapisan kedalaman, penyebaran suhu di
lapisan bawah paras laut (subsurface layer) menunjukkan bahwa adanya pelapisan
1. Lapisan Homogen.
Pada daerah tropis, pengadukan ini dapat mencapai kedalaman 50-100 m
dengan suhu berkisar 26-30°C dan gradien tidak lebih dari 0,03°C /m. Lapisan ini
sangat dipengaruhi oleh musim dan letak geografis. Pada Musim Timur, lapisan
ini dapat mencapai 30-40 m dan bertambah dalam pada saat musim barat, yaitu
2. Lapisan Termoklin.
Lapisan termoklin dapat dibagi menjadi 2 lapisan yaitu lapisan termoklin
atas (main thermocline) dan termoklin bawah (secondary thermocline). Suhu pada
termoklin bawah, yaitu 27°C pada 100 m menjadi 8°C pada kedalaman 300 m
atau rata-rata penurunan suhu dapat mencapai 9,5°C /100 m, sedangkan pada 6
termoklin bawah suhu masih terus turun dari 8°C pada 300 m menjadi 4°C pada
3. Lapisan Dalam.
Pada lapisan ini suhu turun menjadi sangat lambat dengan gradien suhu
hanya mencapai 0,05°C /100 m, lapisan ini dapat mencapai kedalaman 2500 m.
4. Lapisan Dasar.
Di lapisan ini suhu biasanya tak berubah lagi hingga ke dasar perairan. Pada
penguapan, curah hujan, suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin, dan
musim barat lebih banyak berada di belahan bumi selatan sehingga suhu berkisar
antara 29-30˚C dan di bagian khatulistiwa suhu berkisar antara 27-28˚C. Pada
musim Timur, suhu perairan Indonesia bagian utara akan naik menjadi 28-30˚C
dan suhu permukaan di perairan sebelah selatan akan turun menjadi 27-28oC
(Wyrtki, 1961).
Secara alami suhu air permukaan merupakan lapisan hangat karena mendapat
radiasi siang hari. Karena pengaruh angin maka lapisan teratas antara 50–70 m
280C) yang homogen. Oleh sebab itu lapisan ini sering disebut lapisan homogen.
Namun, karena adanya pengaruh arus dan pasang surut, lapisan ini bisa menjadi
lebih tebal lagi. Di perairan dangkal lapisan homogen bisa mencapai kedalaman
hingga ke dasar. Lapisan permukaan laut yang hangat terpisah dari lapisan dalam
yang dingin oleh lapisan tipis dengan perubahan suhu yang cepat disebut
termoklin atau lapisan diskontinuitas suhu. Suhu pada lapisan permukaan adalah
seragam karena percampuran oleh angin dan gelombang sehingga lapisan ini
Makassar selama musim timur berkisar 28,2-28,7oC dan pada musim barat naik
sebesar 0,8oC dengan suhu sekitar 29,4oC. Lapisan termoklin utama ditemukan 7
pada 60-300 m dengan suhu menurun dari 27,0oC hingga 10,0oC dengan
digunakan untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau gejala dengan
dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah, atau
tersebut akan direkam oleh sebuah alat yang dinamakan sensor. Pada sistem
penginderaan jauh, warna air laut menjadi transfer radiasi dalam sistem sinar
matahari ke perairan dan ke sensor satelit. Sensor pada satelit menerima pantulan
radiasi sinar matahari dari permukaan dan kolom perairan. Radiasi sinar matahari
pada saat menuju perairan akan diserap atau dihamburkan oleh awan, molekul
udara, dan aerosol. Sinar matahari yang masuk ke dalam kolom perairan akan
diserap atau dipantulkan oleh partikel-partikel yang ada pada perairan seperti
fitoplankton (Sutrisno,2002).
Karakter utama dari suatu image (citra) dalam penginderaan jauh adalah
Beberapa radiasi yang bisa dideteksi dengan sistem penginderaan jarak jauh
seperti radiasi cahaya matahari atau panjang gelombang dari visible dan near
sampai middle infrared, panas atau dari distribusi spasial energi panas yang
dipantulkan permukaan bumi (thermal), serta refleksi gelombang mikro (Susilo,
1997)
D. Satelit Modis.
satu instrumen utama yang dibawa Earth Observing System (EOS) Terra satellite,
atmosfir bumi dan interaksi diantara faktor-faktor ini. Satelit Terra berhasil
MODIS mengamati seluruh permukaan bumi setiap 1-2 hari dengan whisk-
broom scanning imaging radiometer. MODIS dengan lebar view atau tampilan
lebih dari 2300 km menyediakan citra radiasi matahari yang direfleksikan pada
siang hari dan emisi termal 13 siang/malam di seluruh penjuru bumi. Resolusi
705 km dan melewati garis khatulistiwa pada jam 10:30 waktu lokal. Lebar
cakupan lahan pada permukaan bumi setiap putarannya sekitar 2330 km. Pantulan
μm=1/1.000.000 meter). Data terkirim dari satelit dengan kecepatan 11 mega byte
setiap detik dengan resolusi radiometrik 12 bit, artinya obyek dapat dideteksi dan
dibedakan sampai 212 (= 4.096) derajat keabuan (grey levels). Satu elemen
citranya pixel (picture element) berukuran 250 m (band 1-2), 500 m (band 3-7)
dan 1.000 m (band 8-36) dalam dunia penginderaan jauh (remote sensing), ini
dikenal dengan resolusi spasial. MODIS dapat mengamati tempat yang sama di
permukaan bumi setiap hari untuk kawasan di atas lintang 30, dan setiap 2 hari
Data yang merupakan produk MODIS untuk perairan mencakup tiga hal
yakni warna perairan, suhu permukaan laut (SPL), dan produktifitas primer
berguna untuk membantu penelitian mengenai sirkulasi lautan, biologi laut, dan
ER Mapper 7.0
Envi 4.7
ArcGis 10.1
C. Analisis Data
Penelitian ini dibagi dalam tiga tahap yaitu tahap pengumpulan data,
pengolahan data dan pembahasan. Data yang digunakan dalam penelitian adalah
data citra satelit MODIS level 2 dengan resolusi 1 km dalam format HDF
(Hierarchical Data Format). Data sebaran SPL dan Klorofil-a adalah data Mingguan
klorofil-a sebagai data pendukung dilakukan dengan mendownload data tahun 2014
di http://oceancolor.gsfc.nasa.gov/.
D. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian dalam pendugaan sebaran klorofil-a dan suhu
Kemudian data hasil download di ekstrak terlebih dahulu sehingga data tersebut
dapat kita proses lebih lanjut. Hasil dari ekstrak fail tersebut dapat kita
yang ada pada citra yang diakibatkan kelengkungan permukaan bumi dan
beberapa faktor lain seperti variasi tinggi satelit, ketegakan satelit dan
kecepatannya, sehingga posisi spasial dari suatu area pada citra sesuai
untuk pembuatan layout sebaran klorofil. Untuk lebih jelas dapat dilihat
pada Gambat 1.
Gambar 1. Diagram Alir Pengolahan Data Klorofil-a Berbasis Data MODIS
2. Pengolahan data untuk ekstrasi SPL dari data Modis.
nilai SPL menggunakan metode Brown dan Minnet. Untuk lebih jelasnya
diperoleh dari Terra/Aqua MODIS) dan data SPL (yang diperoleh dari data
SPL.
yang akan telah ditentukan. dan untuk lebih jelas dapat dilihat di
Data Citra
Modis Level 1
Klorofil -a SPL
Dwi fajriyati inaku. 2011. Analisis pola sebaran dan perkembangan area
upwelling di bagian selatan Perairan selat makassar.Skripsi. Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Institut Pertanian Bogor Syafi’i, M. 2006. Sebaran Konsentrasi Klorofil-a Dan
Suhu Permukaan Laut Menggunakan Citra Satelit Terra Modis Di Perairan
Natuna. Tugas Akhir Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan
IPB.Bogor
Indrawatit, A,2000. Studi tentang Hubungan Suhu Permukaan Laut Hasil
Pengukuran Satelit Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Lemuru ( Sardinella
lemuru Bleeker 1853) di Selat Bali. Program Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor.
Lillesand, Thomas M., dan Ralph W. Kieffer. 1990. Penginderaan jauh dan
Interpretasi Citra. Gadjah Mada Unversity Press, Yogyakarta
Prahasta, E. 2002. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis.Informatika.
Bandung.
Prahasta, E. 2008. Remote Sensing: Praktis Penginderaan Jauh Dan Pengolahan
Rais, M, 2009. Pemetaan Daerah Penangkapan Ikan Tuna (Thunnus Albacores)
Dan Cakalang(Katsuwonus Pelamis) Di Perairan Teluk Bone. Skripsi.
Program studi PSP. Jurusan perikanan. Fakultas ilmu kelautan dan
perikanan. UNHAS. Makassar
Susilo, S.B. 2000. Penginderaan Jauh Terapan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan
Team ZPPI Balai Pengindraan Jauh,Modul SIG Dasar Untuk Pengolahan Lanjut
ZPPI.
Topan, Basuma, 2009. Penentuan Daerah Penagkapan Ikan Tongkol
Berdasarkan Suhu Permukaan Laut Dan Hasil Tangkapan Di Perairan
Binuangeun, Banten. Program Studi, Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan.Institut Pertanian Bogor. Skripsi
Yoel, Hutagalung, 2011 Pengolahan Data Suhu Permukaan Laut Perairan
Selatan Jawa Dari Citra Satelit Noaa/Avhrr Di Lembaga Penerbangan Dan
Antariksa Nasional (Lapan) Jakarta).