Makalah Teori Belajar Psikologi Pendidikan
Makalah Teori Belajar Psikologi Pendidikan
Makalah Teori Belajar Psikologi Pendidikan
Bruner
Tugas ini dibuat bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dan UTS mata kuliah
Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu:
Lucky Purwantini.S.Psi.,M.A
Oleh :
Aldila Nursalma (41183507180088)
Widya Saraswati (41183507180098)
Zaky Fadly (41183507180103)
Metriga GS Putra (41183507180104)
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN DAN
BIOGRAFI TOKOH
1.1 Latar belakang masalah
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling penting. Hal ini berarti bahwa berhasil
tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran bergantung kepada bagaimana
proses belajar yang dialami peserta didik. Belajar yang disadari atau tidak,
sederhana atau kompleks, belajar sendiri atau dengan bantuan guru, belajar
dari buku atau dari media elektronik, belajar di sekolah, rumah, lingkungan
kerja atau masyarakat.
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Definisi lainnya yaitu,
belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dari pengertian tersebut diketahui bahwa belajar memang selalu berkaitan
dengan perubahan, baik yang meliputi keseluruhan tingkah laku maupun
yang hanya terjadi pada beberapa aspek dari kepribadian individu.
Di dunia pendidikan guru memiliki peran penting dalam pencapaian
tujuan pembelajaran. Guru memberikan pelayanan agar peserta didik
belajar. Proses belajar mengajar yang dilaksanakan harus menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan dan menjadikan siswa lebih aktif
dibandingkan guru (student dominated class). Akan tetapi, pada umumnya
mayoritas guru masih menggunakan pembelajaran yang bersifat
konvensional. Guru lebih berperan aktif dibandingkan dengan peserta didik
(teacher dominated class). Hal ini dapat menghambat perkembangan kognitif,
afektif, dan psikomotorik peserta didik.Peserta didik tidak dibiasakan berpikir
kritis, dan kreatif. Hal ini juga dapat dipandang bahwa belajar hanya
merupakan proses transfer pengetahuan yang dimiliki guru ke peserta didik,
bukan membantu untuk mengembangkan penalaran berpikir dan
pemahaman konsep peserta didik.
Menanggapi masalah tersebut diperlukan suatu teori belajar yang dapat
mengembangkan potensi, penalaran berpikir, dan pemahaman konsep
1
peserta didik, sehingga menjadikan peserta didik lebih aktif dibandingkan
dengan guru.
2
yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting
bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu bahwa interaksi sosial
dengan teman sebaya, khususnya berargumetasi dan berdiskusi membantu
memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih
logis.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Belajar Piaget
Teori perkembangan kognitif disebut juga teori perkembangan intelektual
atau teori perkembangan mental. Teori ini berkenaan dengan kesiapan anak untuk
belajar yang dikemas dalam tahap – tahap perkembangan intelektual sejak lahir
hingga dewasa. Menurut piaget perkembangan kognitif merupakan suatu proses
genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis
perkembangan sistem saraf. Dengan semakin bertambahnya usia seseorang, maka
makin kompleks susunan sel sarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya.
Atas dasar pemikiran ini maka Piaget disebut – sebut cenderung menganut teori
psikogenesis, artinya pengetahuan sebagai hasil belajar berasal dari dalam
individu.
Menurut piaget, setiap anak mengembangkan kemampuan berpikirnya
menurut tahapan yang teratur (dalam Dr. Suyono & Drs. Hariyanto 2014 : 83).
Proses berpikir anak merupakan suatu aktivitas gradual, tahap demi tahap dari
fungsi intelektual, dari konkret menuju abstrak.
Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang
perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif
membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-
pengalaman dan interaksiinteraksi mereka.Untuk menunjukakan struktur kognitif
yang mendasari pola-pola tingkah laku yang terorganisir, Piaget menggunakan
istilah skema dan adaptasi berikut penjelasannya, yaitu:
1. Skema (Struktur kognitif) adalah proses atau cara mengorganisir dan merespon
berbagai pengalaman. Dengan kata lain skema adalah suatu pola sistematis dari
tindakan, perilaku, pikiran, dan strategi dalam menghadapi berbagai tantangan
dan jenis situasi.
2. Adaptasi (struktur fungsional) adalah sebuah istilah yang digunakan piaget
untuk menunjukkan pentingnya pola hubungan individu dengan lingkungannya
dalam proses perkembangan kognitif. Menurut Piaget adaptasi ini terdiri dari
dua proses yang saling melengkapi, yaitu asimilasi dan akomodasi.
4
a) Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan
persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang
sudah ada dalam pikirannya. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses
kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau
rangsangan baru dalam skema yang telah ada.
b) Akomodasi dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang
tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skema yang
telah dipunyai. Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok
dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan
mengadakan akomodasi. Akomodasi tejadi untuk membentuk skema baru
yang cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang
telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu
5
menyembunyikan objek dibawah bantal untuk melihat apakah bayi dapat
menemukan objek.
Karakteristik tambahan anak-anak ini tahap adalah kemampuan mereka
untuk menghubungkan nomor ke objek (misalnya,satu anjing, dua kucing, tiga
kelinci, empat ayam). Untuk mengembangkan kemampuan matematika anak
ditahap ini, kemampuan anak mungkin akan meningkat jika diberikan banyak
kesempatan untuk bertindak terhadap lingkungan yang tidak terbatas (namun
aman) sebagai cara untuk mulai membangun konsep. Bukti menunjukkan bahwa
anak-anak pada tahap sensorik motorik memiliki beberapa pemahaman tentang
konsep angka dan menghitung. Pendidik dalam tahap pengembangan anak harus
meletakkan pondasi matematika yang kuat dengan menyediakan kegiatan yang
menggabungkan menghitung dan dengan demikian meningkatkan pengembangan
konseptual anak-anak mengenai angka. Misalnya, guru dan orangtua dapat
membantu anak-anak menghitung jari-jari mereka, mainan, dan permen. Kegiatan
lain yang bisa meningkatkan perkembangan matematis anak-anak pada tahap ini
yaitu menghubungkan matematika dan bahasa. Ada banyak buku anakanak yang
berisi matematika karena anak-anak pada tahap ini dapat menghubungkan angka
ke objek, didapat manfaat dari melihat gambar benda dan angka mereka
masingmasing secara bersamaan.Seiring dengan manfaat matematika, buku anak-
anak dapat berkontribusi untuk pengembangan keterampilan membaca dan
pemahaman.
6
dalam tahap pengembangan ini harus menggunakan kuisioner yang efektif tentang
karakteristik objek. Misalnya, ketika siswa menyelidiki bentuk-bentuk geometris,
guru bisa meminta siswa untuk berkelompok sesuai dengan bentuk dengan
karakteristik yang sama. Terlibat dalam diskusi atau interaksi dengan anak-anak
dapat menimbulkan penemuan anak-anak dari berbagai cara untuk kelompok
suatu objek, sehingga membantu anakanak berpikir tentang kuantitas dalam cara
baru.
7
dewasa. Ini menandai perubahan yang berbeda pada proses berpikir anak, berpikir
lebih logis dan abstrak. Anak pada tahap ini mampu membentuk hipotesis dan
konsekuensi yang mungkin menyusun kesimpulan, memungkinkan anak untuk
membangun matematika sendiri.Selain itu, biasanya mulai berkembang pola pikir
abstrak dimana penalaran menggunakan simbol-simbol murni tanpa perlu
gambaran data. Misalnya, peserta didik operasional formal dapat memecahkan x +
2x = 9 tanpa harus mengacu pada situasi konkret yang disajikan oleh guru, seperti,
"Toni makan permen dengan jumlah tertentu. Kakaknya makan dua kali lebih
banyak.Mereka makan bersama-sama sembilan permen. Berapa banyak permen
yang dimakan Tony?"
Keterampilan penalaran dalam tahap ini mengacu pada proses mental yang
terlibat dalam generalisasi dan evaluasi argumen yang meliputi klarifikasi,
inferensi, evaluasi, dan aplikasi. Klarifikasi mengharuskan siswa untuk
mengidentifikasi dan menganalisis unsur-unsur masalah, yang memungkinkan
mereka untuk menguraikan informasi yang dibutuhkan dalam memecahkan suatu
masalah.Inferensia mengharuskan untuk membuat kesimpulan induktif dan
deduktif dalam matematika. Evaluasi mengharuskan kriteria menilai kecukupan
solusi masalah. Aplikasi melibatkan siswa menghubungkan konsepkonsep
matematika kekehidupan nyata.
8
c. Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan
perkembangan teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh
melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan ini
berlangsung pada kecepatan yang berbeda.
9
2. Kesiapan Untuk Belajar
Bruner menganggap bahwa anak-anak dari segala usia dapat belajar jika
bahan pendukung disajikan dalambentuk yang tepat dan kurikulum harus
meninjau kembali dan membangun ide-ide dasar berulang (Spiral Curriculum).
Menurut Bruner, kesiapan terdiri atas penguasaan keterampilan-keterampilan
yang lebih sederhana yang dapat memungkinkan seseorang untuk mencapai
keterampilan-keterampilan yang lebih tinggi. Misalnya kesiapan untuk
geometri euclidian, dapat diperoleh dengan memberikan kesempatan pada para
siswa untuk membangun konstruksi-konstruksi yang makin kompleks dengan
menggunakan poligon-poligon.
10
2.4 Belajar Sebagai Proses Kognitif
Bruner dikenal sebagai tokoh psikologi kognitif. Bruner menegaskan bahwa
tujuan akhir dari pengajaran adalah untuk meningkatkan pemahaman umum
tentang struktur materi pelajaran.
Bruner menekankan pentingnya pembentukan konsep global dalam
pembelajaran dan membangun hubungan konsep secara umum. Bruner
menghimbau guru untuk membantu menciptakan (membangun) kondisi di mana
siswa dapat melihat struktur dari subyek tertentu. Ketika pembelajaran didasarkan
pada struktur, materi yang dipelajari akan lebih tahan lama atau cenderung tidak
mudah dilupakan. Kondisi yang demikian, dikenal dengan “teori pengajaran
Bruner” bukan teori belajar Bruner. Menurut Bruner, teori belajar itu deskriptif,
yaitu mendeskripsikan apa yang terjadi sesudah ada fakta. Sebaliknya, teori
pengajaran bersifat menentukan (prescriptive), teori pengajaran ditentukan
terlebih dahulu sebelum dilakukan praktek mengajar yang dianggap paling baik.
1. Tiga Proses Berpikir Bruner
Jerome Bruner secara mendalam menulis mengenai pemikiran manusia
atau lebih tepatnya proses berpikir siswa dalam pembelajaran. Tulisannya
dalam pendidikan menunjukkan adanya kecenderungan dalam filsafat Piaget
yang kaya akan ide, meskipun penekanan teori pada bukti eksperimental dari
masing-masing ide agak kurang.
Menurut Bruner, berpikir merupakan gabungan dari tiga proses, yaitu
penerimaan (acquisition), transformasi (transformation), dan menguji
ketepatan (testing of adequacy). Tiga langkah tersebut merupakan
pengorganisasian aktif dari individu dalam memperoleh pengetahuan, yang
merupakan ciri khas dari teori dasar kognitif. Penerimaan (acquisition) sama
halnya dengan penerimaan sensorik dan sintesis. Penerimaan (acquisition)
merupakan proses menerima persepsi dan pengetahuan yang diperoleh dari
pengalaman. Dangan kata lain, adanya pengalaman baru akan menambahkan
pengetahuan yang lama, memperluas dan memperdalam dan kemungkinan
informasi yang baru bertentangan dengan informasi yang lama.
11
Transformasi (transformation) merupakan perubahan persepsi baru dan
pengetahuan ke dalam bentuk yang lebih bermakna. Menguji ketepatan
(testing) merupakan tindakan yang dirancang untuk menilai kecukupan dan
ketepatan pengetahuan yang ada dalam rangka menilai proses transformasi.
Proses kedua dan ketiga menyerupai ide Piaget mengenai asimilasi dan
akomodasi. Transformasi dan asimilasi keduanya mengarah pada proses
mengubah informasi sesuai dengan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.
Menguji ketepatan dan akomodasi keduanya merupakan proses penyesuaian
pengetahuan lama ke dalam pengetahuan yang baru.
Ketiga proses belajar tersebut berlangsung dalam waktu yang bersamaan.
Anak tidak dapat menerima (acquire) pengetahuan tanpa melakukan
transformasi dan mengetes (menguji) pengetahuan tersebut dalam waktu yang
hampir bersamaan. Dalam pembelajaran, guru bertanggung jawab untuk
memberikan informasi dan keterampilan kepada anak serta memungkinkan
anak untuk memproses informasi dan keterampilan tersebut.
2. Teori Kontruktivisme
Konstruktivisme adalah epistemologi pembelajaran yang berdasarkan pada
refleksi pengalaman saat membangun pemahaman. Konstruktivisme berkaitan
dengan proses kognitif dimana siswa mengembangkan pengetahuannya.
Konstruktivisme juga merupakan kerangka konseptual yang sangat luas dengan
perspektif banyak variasi. Jerome Bruner yang dianggap sebagai salah satu
pendiri Konstruktivisme.
Teori Bruner tentang Konstruktivisme dipengaruhi oleh teori penelitian
sebelumnya yaitu Lev Vygotsky, dan Jean Piaget.Kerangka teoretisnya
meyakinkan bahwa peserta didik membangun ide-ide atau konsep baru
berdasarkan pengetahuan yang ada. Proses pembelajaran aktif dan melibatkan
transformasi informasi, memaknai pengalaman, membentuk hipotesis, dan
pengambilan keputusan. Melalui karyanya ia menyajikan gagasan bahwa
anakanak bisa menjadi pemecah masalah yang aktif dan mampu
mengeksplorasi pengetahuan yang lebih sulit.
12
Teori Bruner tentang Konstruktivisme jatuh ke dalam domain kognitif.
Siswa dianggap sebagai pencipta dan pemikir melalui inquiry dan peran
pengalaman dalam belajar. Proses dimana peserta didik membangun
pengetahuan. Peluang disediakan bagi peserta didik untuk membangun
pengetahuan baru dan makna baru dari pengalaman otentik.
2) Tahap Ikonik
Tahap ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan dimana
pengetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual
(visual imaginery), gambar, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan
kongkret atau situasi kongkret. Pada tahap ini, pemahaman anak masih
diperoleh dari benda nyata dalam wujud gambar bukan benda abstrak.Jadi pada
tahap ini, pengetahuan sebagian besar lebih diwujudkan dalam citra visual.
3) Tahap Simbolik
Dalam tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik, anak memanipulasi
simbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu.Anak tidak lagi terikat
dengan objek-objek seperti pada tahap sebelumnya. Anak pada tahap ini sudah
mampu menggunakan notasi tanpa ketergantungan terhadap objek riil.
13
Pembelajaran direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak (abstract
symbols), yaitu simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan
orang-orang dalam bidang yang bersangkutan, baik symbolsimbol verbal
(misalnya huruf-huruf, kata-kata, kalimat-kalimat), lambanglambang
matematika, maupun lambang-lambang abstrak yang lain. Jadi, pada tahap ini
pengetahuan sebagian besar dinyatakan dalam bentuk katakata, simbol
matematika dan sistem simbol lainnya.
Sebagai contoh, dalam mempelajari penjumlahan dua bilangan cacah,
pembelajaran akan terjadi secara optimal jika mula-mula siswa mempelajari
hal itu dengan menggunakan benda-benda konkret (misalnya menggabungkan
3 kelereng dengan 2 kelereng, dan kemudian menghitung banyaknya kelereng
semuanya ini merupakan tahap enaktif). Kemudian, kegiatan belajar
dilanjutkan dengan menggunakan gambar atau diagram yang mewakili 3
kelereng dan 2 kelereng yang digabungkan tersebut (dan kemudian dihitung
banyaknya kelereng semuanya, dengan menggunakan gambar atau diagram
tersebut/ tahap yang kedua ikonik), siswa bisa melakukan penjumlahan itu
dengan menggunakan pembayangan visual (visual imagenary) dari kelereng
tersebut. Pada tahap berikutnya yaitu tahap simbolis, siswa melakukan
penjumlahan kedua bilangan itu dengan menggunakan lambang-lambang
bialngan, yaitu : 3 + 2 = 5.
Bruner menyatakan bahwa peserta didik melewati berbagai tahap
perkembangan tapi dia tidak menentukan usia pelajar di mana tahap ini akan
berlangsung. Hal ini sangat mungkin bagi orang dewasa untuk beralih dari
ikonik ke simbolis atau bahkan dari enaktif ke ikonik atau simbolis sebagai
lawan dari operasional formal ke motor sensorik. Pengajaran akan menentukan
manfaat tingkatan dari peserta didik ketika membangun interpretasi konsep.
14
pengajaran. Bruner mengembangkan metode pengajaran yang disebut Belajar
Penemuan dengan memanfaatkan teori Konstruktivisme. Belajar Penemuan
adalah salah satu cara bahwa guru dapat memanfaatkan teori karena teori itu
sendiri merupakan penyelidikan.
Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian
pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan
hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah
serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-
benar bermakna.
Bruner menyarankan agar siswa-siswa hendaknya belajar melalui
berpartisispasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar
mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman, dan melakukan
eksperimeneksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-
prinsip itu sendiri.
Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan
beberapa kelebihan:
a. Pengetahuan itu bertahan lama atau lama dapat diingat, atau lebih mudah
diingat.
b. Hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik dengan kata
lain konsep-konsep dan prinsip-prinsip pada kognitif seseorang dapat lebih
mudah diterapkan pada situasi-situasi baru.
c. Secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan
kemampuan untuk berpikir secara bebas.
d. Secara khusus belajar penemuan melatih keterampilan-keterampilan kognitif
siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang
lain dan meminta siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi tidak
hanya menerima saja.
e. Membangkitkan keingintahuan siswa, memberikan motivasi untuk bekerja
terus sampai menemukan jawaban.
15
Bruner menyadari bahwa belajar penemuan yang murni memerlukan waktu,
sehingga ia menyarankan agar dalam menerapkan belajar penemuan ini hanya
diterapkan sampai batas-batas tertentu, misalnya pada bidang studi matematika,
maka menggunakan belajar penemuan dengan mengarahkannya pada struktur
matematika. struktur matematika diberikan oleh konsep-konsep dan prinsip-
prinsip matematika itu sendiri. Bila seorang siswa telah menguasai struktur dasar,
maka kurang sulit baginya untuk mempelajari konsep-konsep maupun prinsip-
prinsip yang lain serta siswa akan lebih mudah mengingatnya. Hal ini disebabkan
karena siswa telah memperoleh kerangka pengetahuan yang bermakna yang dapat
digunakan uttuk melihat hubungan-hubungan yang esensial dalam matematika,
dan demikian dapat memahami hal-hal yang mendetail. Menurut Bruner, mengerti
struktur matematika ialah memahami matematika itu sedemikian rupa sehingga
dapat menghubungkan hal-hal lain pada struktur itu secara bermakna.
16
BAB III
APLIKASI TEORI
3.1 Implikasi Teori Piaget
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
a. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena
itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara
berfikir anak.
b. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan
dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan
lingkungan sebaik-baiknya.
c. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak
asing.
d. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
e. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara
dan diskusi dengan teman-temanya.
17
b. Mengorganisasikan pengetahuan untuk membantu pembelajaran
Guru sebagai edukator harus mentransformasikan materi yang
mereka ajarkan menjadi bentuk yang bermanfaat bagi siswa dengan cara
menghubungkan materi tersebut dengan pengalaman siswa dalam
kehiduan sehari-hari. Siswa akan lebih mudah memahami suatu
pengetahuan, ketika pengetahuan tersebut mempunyai hubungan dengan
pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.
18
d. Memberikan informasi mengenai keberhasilan dan kegagalan dengan
cara memberikan penguatan dan hukuman
Dalam situasi yang kompleks termasuk juga dalam kelas, Bruner
percaya bahwa penguatan dan hukuman berfungsi sebagai pemberi
informasi mengenai keberhasilan dan kegagalan.
19
Berikut ini disajikan contoh penerapan teori belajar Bruner dalam
pembelajaran matematika di sekolah dasar.
Guru akan mengajarkan konsep perkalian, objek digunakan misalnya
sapi. Tahap enaktif, anak kita bawa ke kandang sapi, dengan mengamati dan
mengotak-atik dari 3 ekor sapi, jika kita perhatikan adalah:
• banyaknya kepala .................... ada 3
• banyaknya ekor ........................ ada 3
• banyaknya telinga ..................... ada 6
• banyaknya kaki ......................... ada 12
20
• banyaknya kaki 3 sapi = 12 ( kaki sapi 1 + kaki sapi 2 + kaki sapi 3) = 4
+4+4
Dengan konstruksi berpikir semacam ini maka banyaknya kaki untuk
• 1 sapi = 1 x 4 = 4
• 2 sapi = 2 x 4 = 4 + 4 = 8
• 3 sapi = 3 x 4 = 4 + 4 + 4 = 12
Melanjutkan perkalian tersebut, tanpa menunjukkan gambar sapi,
anak dapat menyelesaikan,
• 4 x 4 = 4 + 4 + 4 + 4 = 16
• 4 x 4 = 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 20
• 4 x 4 = 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 24 dan seterusnya.
Dengan cara yang sama dapat dilanjutkan dengan perkalian fakta
dasar lainnya.
21
dengan cara-cara yang tidak perlu sama oleh para siswa yang mengikuti
pelajaran yang sama itu.
Dalam belajar penemuan siswa mendapat kebebasan sampai batas-
batas tertentu untuk menyelidiki, secara perorangan atau dalam suatu tanya
jawab dengan guru, atau oleh guru dan atau siswa lain, untuk memecahkan
masalah yang diberikan oleh guru, atau oleh guru dan siswa secara bersama-
sama. Sehingga dalam belajar penemuan ini guru tidak begitu
mengendalikan proses belajar mengajar.
22
guru hendaknya mengikuti aturan penyajian dari enkatif, ikonik lalu
simbolik.
Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis,
guru hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor. Guru
hendaknya jangan mengungkapkan terlebih dahulu prinsip atau aturan yang
akan dipelajari, tetapi ia hendaknya memberikan saran-saran bilamana
diperlukan. Sebagai tutor, guru sebaiknya memberikan umpan balik pada
waktu yang tepat. Umpan balik sebagai perbaikan hendaknya diberikan
dengan cara siswa tidak tergantung pada bantuan guru. Dan akhirnya siswa
harus melakukan sendiri fungsi tutor itu.
Menilai hasil belajar merupakan suatu masalah dalam belajar
penemuan. Seperti yang kita ketahui, tujuan-tujuan tidak dapat dirumuskan
secara detail, dan tujuan-tujuan tidak diminta sama. Lagi pula tujuan dan
proses tidak selalu seiring. Secara garis besar, tujuan belajar penemuan ialah
mempelajari generalisasi-generalisasi dengan menemukan generalisasi-
generalisasi itu. Di kelas, penilaian hasil belajar penemuan meliputi
pemahaman tentang prinsipprinsip dasar mengenai suatu bidang studi, dan
kemampuan siswa untuk menerapkan prinsip-prinsip itu pada situasi baru.
23
Penjelasan:
Anak usia Taman kanak-kanak masuk kategori praoperasional pada
perkembangan Teori Piaget. Jadi anak-anak hanya mampu melihat gambar
dan tidak berbentuk penalaran atas pengalamannnya sendiri.
Penjelasan:
Sesuai kurikulum pembelajaran tematik bangun ruang ini, baru
diperkenalkan di kelas II SD, itu artinya pembelajaran-pembelajaran
sebelumnya tentu masi mengacu pada praoperasional dan pada
pembelajaran selanjutnya di SD inisudah memiliki tahap operasi konkret
sesuai dengan teori perkembangan teori Piaget.
24
c. Aplikasi dengan dunia nyata juga penting dilakukan sebagai aplikasi
materi yang diajarkan.
d. Khusus di jenjang SMA hanya jika dalam dengan mengkaji unsur-
unsur yang terdapat pada bangun ruang, di samping mengulangnya
kembali pembelajaran itu.
e. Pembelajaran di SMA sudah sampai pada tingkat penalaran oleh
pengalaman sendiri.
Penjelasan:
Materi bangun ruang di SMP diajarkan di kelas VII semester 2, itu artinya
erat dengan keterstukturan materi sebelumnya yang menjadi pendukung
dalam pembelajaran materi ini. Anak di usia ini sudah pada tingkat operasi
formal, sesuai tingkat perkembangan kognitif Piaget.
25
BAB IV
SIMPULAN
4.1 SIMPULAN
Teori belajar menurut Piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang
perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif
membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-
pengalaman dan interaksi-interaksi mereka.
Penerapan teori Piaget dalam proses pembelajaran yaitu memusatkan pada
proses berpikir atau proses mental. dan bukan sekedar pada hasilnya,
mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam
pembelajaran, dan memaklumiakan adanya perbedaan individual dalam hal
kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa
tumbuh melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan ini
berlangsung pada kecepatan yang berbeda.
Teori Belajar menurut Bruner adalah belajar sebagai proses kognitif dimana
Bruner menekankan pentingnya pembentukan konsep global dalam pembelajaran
dan membangun hubungan konsep secara umum. Bruner mengembangkan metode
pengajaran belajar penemuan dimana siswa belajar sesuai dengan pencarian
pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil
yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta
pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar
bermakna.
26
DAFTAR PUSTAKA
Ansari, Bansu. 2001. Komunikasi Matematik. Jakarta: Pena
Bruner, Jerome. 1960. The Process Of Education. Cambridge : Harvard.
Educational Review. [Online]. Tersedia Di
http:judzrunchildren.googlecode.com
Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori-Teori Belajar. Jakarta: P2lptk.
Desmita, 2007, Psikologi Perkembangan. Bandung: Pt Remaja Rosdakarya.
Panem, Paulina. 2002. Belajar Dan Pembelajaran 1. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Pahliwandari, R. 2016. Penerapan Teori Pembelajaran Kognitif Dalam
Pembelajaran Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan. Jurnal Pendidikan
Olahraga, 5(2), 154-164
Sutarto. 2017. Teori Kognitif Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran. Jurnal
Konseling Islam, 1(2), 1-26
27