Anaerob Digestion - Nurika Andana Putri - 3335190078
Anaerob Digestion - Nurika Andana Putri - 3335190078
Anaerob Digestion - Nurika Andana Putri - 3335190078
Disusun Oleh :
1
BAB I
PENDAHULUAN
masyarakat yang banyak terjadi dewasa ini diakibatkan oleh limbah cair dari
berbagai kegiatan industri, rumah sakit, pasar, restoran hingga rumah tangga. Hal
ini disebabkan karena penanganan dan pengolahan limbah tersebut kurang serius.
Berbagai teknik pengolahan limbah, baik cair maupun padat untuk menyisihkan
bahan polutannya yang telah dicoba dan dikembangankan selama ini belum
memberikan hasil yang optimal. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka diperlukan
suatu metode penanganan limbah yang tepat, terarah dan berkelanjutan. Salah satu
metode yang dapat diaplikasikan adalah dengan cara BIO- PROSES, yaitu
mengolah limbah organik baik cair maupun organik secara biologis menjadi biogas
dan produk alternatif lainnya seperti sumber etanol dan methanol. Dengan metode
ini, pengolahan limbah tidak hanya bersifat “penanganan” namun juga memiliki
nilai guna/manfaat.
untuk mengolah limbah biodegradable karena bahan bakar dapat dihasilkan sambil
buangan. Metana dalam biogas, bila terbakar akan relatif lebih bersih daripada batu
bara, dan menghasilkan energi yang lebih besar dengan emisi karbon dioksida yang
limbah karena metana merupakan gas rumah kaca yang lebih berbahaya dalam
pemanasan global bila dibandingkan dengan karbon dioksida. Karbon dalam biogas
merupakan karbon yang diambil dari atmosfer oleh fotosintesis tanaman, sehingga
2
bila dilepaskan lagi ke atmosfer tidak akan menambah jumlah karbon di atmosfer
Saat ini, banyak negara maju yang meningkatkan penggunaan biogas yang
yang dihasilkan dari sistem pengolahan biologi mekanis pada tempat pengolahan
limbah.
limbah cair dan limbah padat, baik domestik maupun industri yang dibangun harus
dapat dioperasikan dan dipelihara masyarakat setempat. Jadi teknologi yang dipilih
3
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Biogas
Biogas merupakan salah satu jenis yang dapat dibuat dari banyak jenis bahan
buangan dan bahan sisa, jerami, kotoran ternak, eceng gondok, sampah serta
Energi yang terkandung di dalam biogas tergantung dari kandungan metan dalam
biogas. Semakin tinggi kandungan metan dalam biogas maka semakin tinggi pula
kandungan energi atau nilai kalor.Biogas memiliki nilai kalor yang cukup tinggi,
yaitu kisaran 4800–6700 kkal/m3, untuk gas metan murni (100%) mempunyai nilai
Metana dalam biogas, bila terbakar akan relatif lebih bersih daripada batubara,
dan menghasilkan energi yang lebih besar dengan emisi karbon dioksidayang
limbah karena metana merupakan gas rumah kaca yang lebih berbahayadalam
5
6
Komponen utama biogas adalah gas metan (CH4) dan karbondioksida (CO2),
sedikit kandungan hidrogen sulfurida (H2S), ammonia (NH3), serta hidrogen (H2)
dan nitrogen yang kandungannya sangat sedikit (Sukmana dan Anny, 2011).
Pembentukan biogas terjadi pada proses anaerob yaitu kedap udara. Pembentukan
biogas terdiri dari tiga tahapan yaitu tahap hidrolisis, asifikasi dan metanogenesis.
a) Tahap hidrolisis
Pada tahap hidrolisis terjadi pemecahan polimer menjadi polimer yang lebih
sederhana oleh enzim dan dibantu dengan air. Enzim tersebut dihasilkan oleh
bakteri yang terdapat dari bahan-bahan organik. Bahan organik bentuk primer
dirubah menjadi bentuk monomer. Contohnya lidnin oleh enzim lipase menjadi
asam lemak. Protein oleh enzim protease menjadi peptide dan asam amino.
6
7
menjadi asam asetat, hidrogen (H2) dan karbondioksida (CO2). Untuk merubah
menjadi asam asetat, bakteri membutuhkan oksigen dan karbon yang diperoleh
dari oksigen terlarut yang terdapat dalam larutan. Asam asetat sangat penting
Pada tahap ini senyawa dengan berat molekul rendah didekomposisi oleh bakteri
Contoh bakteri ini menggunakan asam asetat, hidrogen (H2) dan karbon dioksida
(CO2) untuk membentuk metana dan karbon dioksida (CO2). Bakteri penghasil
metan memiliki kondisi admosfer yang sesuai akibat proses bakteri penghasil asam.
Asam yang dihasilkan oleh bakteri pembentuk asam digunakan oleh bakteri
7
8
8
9
Ada banyak faktor yang mempengarui produksi biogas, dibawah ini akan
a) Temperatur
dingin(Wahyuni, 2011).
b) C/N
C/N yang ideal untuk isian digester adalah 25–30. Jika substrat kekurangan usur
sedangka untuk unsur C misalnya jerami. C/N harus memenuhi syarat ideal yang
Setiap bakteri membutuhkan keadaan air yang sesuai untuk pertumbuhanya, begitu
juga bakteri untuk produksi biogas. Bakteri untuk produksi biogas mengkehendaki
d) Derajat keasaman
Bakteri berkembang biak pada pH 6,6–7. Bakteri menghendaki pH asam, akan tetapi
9
10
kering. Perbedaan mendasar dari fermentasi basah dan fermentasi kering adalah
1. Fermentasi basah
Fermentasi basah menggunakan bahan organik yang memiliki kadar air lebih besar
dari 75% dan sistem membutuhkan cairan untuk pergerakan bahan organik.
Limbah cair yang dihasilkan dari fermentasi basah sampai dengan 70%, hal ini
kontrol temperatur, koleksi gas, posisi digester dan waktu retensi. Pengadukan
sangat diperlukan agar produksi gas tidak terhalang oleh busa yang terbentuk di
ternak. Pada daerah yang panas, penggunaan atap perlu untuk melindungi
digester agar tidak menghambat produksi gas. Gas akan mengalir melalui valve
Digester memiliki fungsi untuk membuat keadaan anaerob, agar proses fermentasi
berlangsung dengan baik. Digester dapat terbuat dari berbagai jenis bahan dan
10
11
Jashu Bhai Patel J kebangsaan India pada tahun 1956 mengembangkan digester
bentuk drum. Digester bentuk drum secara cepat menjadi populer di India dan di
dunia. Digester ini terdiri dari dua bagian utama yaitu tempat isian dan tempat
penampungan hasil gas. Tempat isian terbuat dari semendan mortar sedangkan
penampung gas terbuat dari baja ringan. Kekurangan dari digester drum ini adalah
biaya investasi yang mahal.Digester floating drum terlihat pada Gambar 2 (FAO,
1996).
Penampungg
as Pengeluran Gas
Lubang
pengadukan Lubang
pengeluran
Pipa masukan
Dinding
pemisah
b) Fixed dome
Fixed Dome dibangun di Cina pada awal tahun 1936, terbuat dari semen dan batu
bata. Digester ini menghilangkan pemakaian baja ringan yang mahal selain itu baja
mudah terkorosi. Tempat isian dan tempat penampungan gas menjadi satu bagian.
11
12
c) Tipe balon
Digester ini dikembangkan di Taiwan pada tahun 1960. Digester balon terbuat
dari plastik dan pipa PVC. Tipe ini memecahkan mahalnya investasi
menggunakan batu bata atau semen. Selain itu pemakaian mudah dan mudah
dipindahkan. Namun berdasarkan hasil studi plastik yang dapat digunakan tidak
12
13
2. Fermentasi kering
Fermentasi kering pencernaan anaerobik bahan organik yang memiliki kadar air
kurang dari 75%. Tidak ada perlakuan khusus pada bahan sebelum proses
yang sama seperti proses fermentasi basah dan memiliki beberapa keuntungan.
Proses penguraian anaerobic dengan fermentasi kering lebih efisien secara energi
dan kerja. Fermentasi kering tidak membutuhkan bahan untuk dipadatkan dengan
banyak air, hasilnya pun kering tidak perlu disterilkan/dikeringkan. Tidak seperti
fermentasi basah substrat organik difermentasi kering tidak perlu diaduk secara
mekanis atau ditekan melalui pipa dan prosesnya tidak terhambat dengan gangguan
di sistem. Dengan ruangan tertutup dan kepadatan udara tinggi reaktor penguraian
anaerobik dengan fermentasi kering tidak akan mengeluarkan aroma tidak sedap
dan kondisi anaerobik dan termopilis direaktornya akan memastikan produk yang
13
14
14
15
penguraian anaerobik dengan fermentasi kering lebih tepat untuk substrat yang
lebih yang lebih kering, seperti sampah organik, sampah rumah tangga, sampah
keuntungan: Sisa penguraian lebih kecil; proses penguraian lebih cepat; hemat
2011).
Sampah rumah tangga sedang diproses untuk meningkatkan jumlah substrat dan
sampah rumah tangga adalah sumber utama sampah organik yang mengeluarkan
biogas atau gas rumah kaca yang turut memberi efek global warming. Kalau biogas
bisa dipanen dan digunakan untuk membangkitkan listrik maka biogas bisa menjadi
sumber penting untuk energi yang dapat diperbaharui. Biogas bukan hanya
membantu menurunkan emisi gas rumah kaca, tetapi juga bisa membantu
Energi yang kembali dari per satuan ukuran tanah adalah ukuran indikator yang
program pembuatan biofuel. Dari seluruh lahan pertanian dibutuhkan 6,3% untuk
mencapai target yang diinginkan. Dari seluruh lahan yang digunakan 70% adalah
lahan yang digunakan untuk menanan gandum. Potensi metana dari rumput gajah
15
16
0,35 m3/kg, bunga matahari 0,22 m3/kg, kulit kentang 0,31 m3/kg, kacang polong
0,39 m3/kg dan gandum 0,34 m3/kg. Di Irlandia 1,6% dari lahan pertanian dapat
terkompresi yang dihasilkan dari rumput atau limbah tanaman (Murphy dan
Power, 2008).
Pada umumnya rumput diurai dengan cara dicampurkan dengan air dan dengan
dipermukaan air didalam alat pengurainya dan hal tersebut menambahkan biaya
masalah teknis dan solusinya masih perlu penelitian lebih lanjut (Prochnow dkk.,
2009).
dengan proses ini akan ditentukan dengan menganalisis substrat sisa fermentasi
volume 25 liter dan untuk fermentasi basah 10 liter. Agar dapat melihat proses
yang terjadi didalam digunakan tangki yang transparan. Pada saat ini 30% dari
16
17
menunjukan lebih tinggi dari nilai yang ada pada literatur. Biogas yang dihasilkan
dengan sistem fermentasi kering 540–750 dry organic matter (dom)/kg, pada
fermentasi basah senilai 460–640 dom/kg. Biogas yang dihasilkan yang didapat
Menurut Hanson dkk. (2000), limbah lingkungan merupakan sumber dari polusi
udara, polusi air dan polusi tanah. Harus ada alternatif pemprosesan limbah ini
untuk mengurai limbah ini dan meminimalkan efek ke-lingkungan. Sistem bio
fermentasi dua fase yang terdiri dari fase solid dan fase metana, sudah digunakan
dalam bahan tersebut. Lalu bahan kimia tersebut ditransfer ke-reaktor metana di
mana VFA diubah menjadi metana. Hasilnya menunjukkan bahwa 67% dari VFA
bisa diubah menjadi chemiloxygendemand yang dapat diubah menjadi cair dalam
enam bulan. Proses ini menghasilkan rata-rata 0,15 m3 metana per 1 kg rumput.
Konsentrasi rata-rata metana yang dihasilkan dalam proses ini adalah 71%. Model
Reaktor fase solid terdiri dari wadah besi dengan kapasitas 8 m3 dilapisi dengan
untuk bahan dan sistem pengairan sprinkleruntuk sirkulasi bahan kimia. Bahan
organik terdiri dari 155 kg rumput dengan berat jenis 24 kg per m3 di taruh
17
18
didalam kontainer. Rumput tersebut memiliki kelembapan rata-rata 89% per satuan
beratnya. Fase metan terdiri dari dua reaktor dengan tinggi 3,66 m dan Pipa PVC
30,5 cm untuk keluar masuk bahan. Agar bakteri dapat berkembangbiak kolom
rektor tersebut dilengkapi dengan media inert. Media inert memiliki porositas 90%
dari 190 liter per kolom. Kolom tersebut didesain beroperasi seperti penyaringan
anaerobicbersirkulasi.
COD per m3 per hari. Efek dari sirkulasi bahan kimia di alat pengurainya diamati
menggunakan OLR yang berbeda dari liquid yang dihasilkan dari rumput. Hasil
ini menunjukkan bahwa ketika OLR, meningkat maka metan berkurang apabila
proses biologi dengan cara memisahkan proses hydrolysis dan acidification dari
tahap acetogenesis dan metanogenesis. Bacth rektor diisi lebih dahulu dengan
ini adalah sistem laboratorium yang digunakan untuk mengukur potenai metana
dari bahan biologis. Penelitian ini malaporkan bahwa rumput bisa menghasilkan
metan berkualitas tinggi hingga 70% dan 80% dari sistem batch dan continous.
18
19
limbah organik agar tidak beracun. Biogas yang diproduksi dapat digunakan
sebagai alternatif sumber energi yang dapat diperbaharui. Fermentasi kering (15%
TS) mempunyai keuntungan lebih dari fermentasi basah (10% TS) karena fermentsi
kering dapat menggunakan rektor yang lebih kecil. Fermentasi kering mengurangi
penggunaan air berlebih dan menghasilkan pupuk yang mudah dibawa. Penguraian
anaerobik dari kotoran ternak atau dicampur dengan rumput diamati dikondisi
kering dan thermophailic (15% TS) dan (55 ºC). Campuran dari tiga kotoran ternak
(kotoran babi, kotoran ayam dan kotoran sapi) yang dicampur dengan rumput.
masing 24% dan 31%. Selama lebih dari 30 hari penguraian kotoran babi
menunjukkan jumlah metana yang paling tinggi sebanyak 0,229 liter CH4 per
gram volatilsolid. Kotoran sapi menunjukan hasil yang kurang bagus yaitu 0,009
liter CH4, dan untuk kotoran ayam 0,02 liter CH4 per gram volatil solid. Hasil ini
mengindikasi bahwa kotoran babi memiliki potensi produksi biogas yang paling
tinggi diantara ketiga kotoran hewan tersebut (Ahn dan Smith, 2008).
D. Anaerobic Co-Digestion
Anaerobic co-digestion adalah proses pencernaan organik lebih dari satu substrat,
19
20
limbah tinggi kandungan lemak, minyak dan limbah tanaman biasanya dibuang di
pemanfaatan yang lebih efektif. Dalam penelitian ini, limbah tanaman sebagai co-
substrat dalam anaerobic digestion limbah padat perkotaan pada kondisi suhu
dibawah (37 ºC) . Percobaan Batch dilakukan pada rasio co-digestion yang berbeda
penambahan limbah tanaman. Saat ini telah ditemukan limbah tanaman yang
2009).
Jha dkk. (2012), menyebutkan produksi biogas dari kotoran sapi mencapai 44,10
Metan yang dihasilkan 25,21 liter/kg dan 26,72 liter/kg pada perlakuan kotoran
sapi dan kotoran sapi dengan campuran. Kotoran sapi yang digunakan memiliki
Total Solid16,28%, Volatil Solid 130,21 gram, dan C/N25%. Reaktor yang
digunakan sistem batch, volume 3,6 liter dengan volume efektif 3 liter. Produksi
Fermentasi kering kotoran sapi murni dan sluge, dalam rasio campuran yang
laboratoruim selama 63 hari. Produksi biogas diperoleh dengan rasio kotoran sapi
murni dan sluge 1:0, 4:1, 3:2, 2:3, 1:4, dan 0:1 adalah 56,94 liter/kg, 58,51
liter/kg, 61,64 liter/kg, 63,12 liter/kg, 59,30 liter/kg, dan 55,39 liter/kg, dengan
20
21
komposisi metan 32,01 liter/kg, 33,14 liter/kg, 35,31 liter/kg, 36,91 liter/kg, 34,76
liter/kg, dan 32,63 liter/kg. Hasil menunjukkan dengan pencampuran bahan dapat
meningkatkan gas metan hingga 3,11–13,99%. Hal ini karena pengaruh nutrisi
bernilai. Sampah organik segar dicampur dengan kotoran sapi perah menjadi biogas
dalam skala laboratorium, dimasukan dalam reaktor sistem batch. Sampah organik
yang berumur tiga hari dihaluskan lalu dilarutkan denagan aquades dengan
perbandingan 1:1, begitu juga dengan kotoran sapi. Komposisi campuran kotoran
sapi dan sampah organik diberagamkan menjadi lima yaitu (1:0; 3:1; 1:1; 1:3; 0:1)
agar mendapatkan komposisi yang terbaik. Volume bahan penelitian 4 liter dan
regresi. Parameter yang diamati perhari yaitu: C/N, pH isian, BOD/COD, TS, serta
terbaik yaitu 1,03 liter biogas per liter bahan 12 L/kg TS (C/N 9,7) kandungan
Rumput Gajah memiliki beberapa varietas, antara lain varietas Afrika dan
Hawai:
1. Varietas Afrika ditandai dengan daun dan batang kecil, berbunga, tumbuh
2. Varietas Hawai ditandai daun dan batang lebar, pertumbuhan rumpun sedikit
21
22
Produksi bahan kering Rumput Gajah varietas Hawai mencapai 6,3 kg/m2/tahun
ton/ha/tahun (Yohanis dkk., 2013). Karakteristik dari Rumput Gajah dapat dilihat
pada Tabel 2.
Rumput Gajah dapat digunakan sebagai tanaman hias, telah banyak ditanam
untuk penahan angin dan masih direkomendasikan sebagai rumput hijauan yang
sangat produktif. Rumput Gajah memiliki tampilan seperti tebu, tetapi memiliki
daun yang lebih sempit.Biji Rumput Gajah dapat disebarkan dengan angin, air,
Rumput Gajah sebagian besar dimanfaatkan sebagai pakan ternak, selain itu
sebagai bahan ransum pakan ternak yang memiliki persentasi besar ransum
22
23
Penelitian yang telah dilakukan oleh Flores dkk. (2012) memperlihatkan C/N rata–
rata dari Rumput Gajah yaitu 37,3. Flores dkk. (2012) memberikan perlakuan pada
penanaman Rumput Gajah yaitu pemberian pupuk nitrogen sebesar 100 kg/ha dan
0 kg/ha. Pada perlakuan pemberian pupuk nitrogen 100 kg/ha C/N pada varietas
Paraiso dan Roxo yaitu 37,0 dan 35,6 sedangkan pemberian pupuk nitrogen 0
23