Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Ikan Pari

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

Morfologi Ikan Pare

Ikan pari ini memiliki betuk tubuh melebar ( depressed ) dan gepeng, selain itu memiliki satu
pasang sirip dada yang menyatu dan melebar dengan bagian sisi kanan kelapanya. Sehingga,
akan tampak atas dan bawah ikan ini lebih terlihat bulat maupun oval.

Ikan ini memiliki bagian bagian juga seperti ikan lainnya salah satu insang, mulut, anus dan
juga klasper yang terletak pada bagian ventrak pada kelapanya. Bagian ekor pada ikan pare
ini dilengkapi dengan duri penyengat yang mengandung racun untuk perlindungan dari ikan
ini. Ikan ini juga memiliki mata yang terletak menyamping, dan berbentuk hampir seperti
hewan darat.

Selain itu, ikan ini juga memiliki ukuran dan bobot badan dewasa sangat bervariasi
tergantung dengan spesies dan varietesnya. Namun, pada umumnya ikan pari kecil memiliki
panjang mencapai 10 cm dan lebar mencapai 5 cm. Perlu diketahui, bahwa ikan ini dapat
mencapai panjang 700 cm , lebar 610 cm dan berat mencapai 1-3 ton berdasarkan penemuan
dari Bond, 1979.

Ikan pari manta (Manta birostris) adalah salah satu spesies ikan pari terbesar di dunia. Lebar
tubuhnya dari ujung sirip dada ke ujung sirip lainnya mencapai hampir 7 meter
(kemungkinan lebih karena ada laporan yang mengatakan bahwa ada manta yang lebar
tubuhnya mencapai 9,1 meter). Bobot terberat manta sendiri yang pernah diukur mencapai 3
ton.[1]

Manta dapat ditemukan di lautan tropis di seluruh dunia - kurang lebih antara 35o lintang
utara hingga 35o lintang selatan. Persebarannya yang luas dan penampilannya yang unik
menyebabkan ikan ini memiliki banyak nama mulai dari "manta Pasifik", "manta Atlantik",
"devil fish", hingga "sea devil". Di Indonesia sendiri, pari manta memiliki aneka nama lokal
seperti cawang kalung, plampangan, serta pari kerbau[2] (mungkin karena bagian tubuh mirip
tanduk di kepalanya sehingga ia dianggap mirip dengan kerbau).

Pari manta belakangan dikategorikan sebagai "dekat dengan ancaman" (near threatened) oleh
IUCN karena walaupun jumlahnya belum masuk kategori terancam punah, namun pada masa
depan diperkirakan populasinya akan menyusut hingga akhirnya terancam punah.[3] Populasi
pari manta dianggap dekat dengan bahaya karena tingginya kegiatan perikanan dan kondisi
laut yang semakin terpolusi, namun rasio kelahiran mereka rendah.
ikan pari adalah ikan yang termasuk ke dalam sub kelas elasmobrancii (ikan bertulang
rawan), ikan ini disebut ikan bertulang rawan yang ,emiliki ekor seperti cambuk. memiliki
lebih dari 300 spesies du bumi dan bersipat kosmopolitan. ikan pari terdapat hampir disemua
perairan dunia, seperti perairan tropis, sub tropis dan perairan antartika yang sangat dingin.

bertulang rawan

mempunyai ekor seperti cambuk

memiliki celah insang yang terletak di sisi ventral kepala

sirip dada ikan ini melebar menyerupai sayap, dengan sisi bagian depan bergabung dengan
kepala

bagian tubuh sangat pipih sehingga memungkinkan untuk hidup di dasar laut

bentuk ekor seperti cambuk pada beberapa spesies dengan sebuah atau lebih duri tajam di
bagian ventral dan dorsal

http://www.academia.edu/8651117/BIOLOGI_PERAIRAN

Ikan pari(rays ) termasuk dalam ikan bertulang rawan dan grup Cartilaginous (Last
andStevens,1994). Ikan pari mempunyai bentuk tubuh gepeng melebar(depressed)
dimanasepasang sirip dada (pectoral, fins )-nya melebar dan menyatu dengan sisi kiri-kanan
kepalanya,sehingga tampak atas atau tampak bawahnya terlihat bundar atau oval. Ikan pari
umumnyamempunyai ekor yang sangat berkembang (memanjang) menyerupai cemeti. Pada
beberapaspesies, ekor ikan pari dilengkapi duri penyengat sehingga disebutsting - rays ,
mata ikan pariumumnya terletak di kepala bagian samping. Posisi dan bentuk mulutnya
adalahterminal ( terminal mouth) dan umumnya bersifat predator. Ikan ini bernapas melalui
celah insang(gill openings ataugill slits ) yang berjumlah 5-6 pasang. Posisi celah insang
adalah dekat mulutdi bagian bawah(ventral).

Ikan pari jantan dilengkapi sepasang alat kelamin yang disebutclasper letaknya di pangkal
ekor. Ikan pari betina umumnya berbiak secara melahirkan anak(vivipar ) dengan jumlah
anak antara 5-6 ekor, menyajikan ilustrasi ikan pari dengan bagian-bagiannya.Ukuran ikan
pari dewasa bervariasi dari ukuran yang relatif kecil, yaitu lebar 5 cm denganpanjang 10 cm
(famili NARKIDAE) hingga berukuran sangat besar yaitu lebar 610 cm denganpanjang 700
cm (pari Manta, famili MOBULIDAE). Jumlah jenis ikan pari yang mendiami perairandi
seluruh dunia belum ada informasi yang tepat. Adapun yang pernah teridentifikasi
secaraakurat di Indonesia sesuai hasil penelitian Sainsburyet,al .(1985) dan Tarp and Ifailola
(1982)yang dilakukan di Samudera Hindia sebanyak 16 spesies. Penelitian lain yang di
lakukan di LautCina Selatan oleh Isa et.al . (1998) mencatat sebanyak 4 spesies. Distribusi
geografis ikan pariadalah sangat luas, ikan pari ditemukan diperairan tropis, subtropis dan
perairan di antartikayang dingin
ikan pari merupakan salah satu jenis ikan yang termasuk kelas Elasmobranchii.Ciri-ciri
Taksonomi & morfologi ikan pari:

Hidup di dasar laut

Ikan ini dikenal sebagai ikan batoid (sekelompok ikan bertulang rawan yang mempunyai
ekorseperti cambuk)

Memiliki celah insang yang terletak disisi ventral kepala

Sirip dada ikan ini melebar menyerupai sayap, dengan sisi bagian depan bergabung
dengankepala

Bagian tubuh sangat pipih

Bentuk ekor seperti cambuk pada beberapa spesies, dengan sebuah atau lebih duri tajam
dibagian ventral dan dorsal (Anonim, 1988)

Ciri Khusus pada Ikan Pari

Sisik ada berbagai macam sisik

Sisik adalah bagian tubuh luar dan merupakan ciri sangat penting baik untuk I ikan tulang
kerasmaupun ikan tulang rawan. Sisik, umumnya sebagai pelindung dan penutup tubuh. Sisik
placoid,hanya ada pada ikan bertulang rawan, terdapat lapisan dentin. Bentuk sisik seperti
bunga mawardengan dasar yang bulat/bujur sangkar, bagian yang menonjol seperti duri
keluar dariepidermis. Contoh: Ikan pari dan hiu. Sisik plakoid pada ikan hiu dan ikan pari
sangat berbedadalam bentuk dan susunannya. Ikan pari, giginya berubah secara berkala
menjadi lebih besar,piringan dasar tergabung menjadi satu sehingga mampu memecah
cangkang moluska, gigi inimerupakan derivate dari sisik.Sisik tipe ktenoid pada dasarnya
sama seperti sikloid mengenai struktur dan susunannya, tetapiberbeda pada bagian
belakangnya yaitu berbentuk seperti sisir. Beberapa spesies mungkinmereduksi menjadi satu
tonjolan atau spina (duri). Sisik ktenoid ditemukan menjadi duri siripdorsal pada ikan pari.

Alat Gerak (appendages) dan Lokomosi


Kelompok ikan sejenis ikan pari, sirip pektoralnya sangat membesar dan menempel
sepanjangtubuh mulai dari belakang kepala sampai di depan sirip pelvik. Bahkan pada ikan
electric ray sirip tersebut menyatu pada ujungnya sebagai alat untuk memancarkan cahaya.
Ikan pariumumnya memiliki dua sirip median dorsal yang letaknya jauh dari ekor, tetapi
tidakada pada ikan pari berduri (sting ray ). Sirip anal jelas tidak ada. Meski sirip ekor tidak
ditemukanpada kebanyakan ikan pari, tetapi berkembang baik pada ikan pari elektrik. Bagian
dalam darisirip pelvik ikan hiu jantan dan ikan pari jantan berubah menjadi klasper sebagai
alat untukmemindahkan sperma kepada hewan betina.Ikan pari duri (ray-finned ) siripnya
disokong oleh duri lembut yang mudah terlihat, selamanyatidak tertutup oleh kulit keras
seperti elasmobranchii.Ikan pari berenang dengan gerakan menggelombang sirip pectoral
yang lebar. Warna punggungdari ikan pari mirip dengan warna dasar sekitar dan beberpa
jenis mempunayi duri beracun atauorgan elektrik yang juga merupakan alat pelindung diri.

Ikan berbisa dan beracun

Luka yang disebabkan oleh ikan berbisa umumnya karena injeksi racun ke dalam tubuh
korbandengan menggunakan duri yang sangat pendek. Ikan beracun, dapat meneyebabkan
sakit ataukematian bila daging atau sebagian organ tubuhnya dimakan hewan pemangsa.
Beberapa ikanhiu dan pari, spina dorsal berhubungan dengan kelenjar bisa yang sangat
beracun. Kelenjarracun ikan pari (Dasyatis), yaitu pada duri ekor yang bengkok & dalam
(jaringan vasodentine).

Ikan bioluminesen

Bioluminesen adalah pancaran sinar oleh organisme, sebagai hasil oksidasi dari
berbagaisubstrat dalam memproduksi enzim. Susunan substratnylusiferin , dan enzim yang
sangatsensitive sebagai katalisator oksidasi, disebutlusiferase .Bioluminesen diproduksi oleh
bakteri, jamur ataupun binatang invertebrate. Diantara hewanbertulang, hanya ikan yang
mampu memproduksi sinar. Organ luminesen ditemukan pada ikanpari berlistrik dan
beberapa ikan tulang keras khsusnya ikan yang tinggal di laut dalam

Adanya organ yang memproduksi sinar ini dapat digunakan untuk menaksir kadalaman
laut,dimana ikan tersebut tinggal. Ini dimaksudkan juga bahwa ikan tersebut memproduksi
sinaruntuk mendapatkan makanan, mengacaukan musuh, menerangi lingkungan ataupun
menarikperhatian lawan jenisnya. Semua ini masih dugaan, akan tetapi pada prinsipnya
berfungsi untuk

mendapatkan penghargaan antar indivdu dala


m satu jenis.Ikan memproduksi bioluminesen dengan 2 cara, yaitu oleh pori-pori yang
bercahaya ataupunorgan bersimbiose dengan bakteri pengahasil sinar. Intensitas
bioluminesen mungkin bertambahatau berkurang. Cara lain dalam memproduksi sinar
bergantung pada ekspansi dan kontraksikromatofora pada permukaan kulit.

Organ Listrik

Mengapa ikan listrik tidak menyengat dirinya sendiri, hal tersebut sulit untuk dipahami
meskipunada dua penjelasan, yaitu bahwa system saraf ikan selalu diseliputi oleh lemak dan
arus listrikmengalir selalu tegak lurus.

10 Pemangsa

Hewan laut yang diketahui sebagai pemangsa utama pari manta adalahikan-ikan hiusemisal
hiumacan(Galeocerdo cuvier) . Manta tidak memiliki alat pertahanan semisal gigi tajam atau
sengatsehingga ia mengandalkan kemampuan berenangnya untuk melarikan diri dari
musuhnya(termasuk mungkin dengan melompat keluar dari air). Manta juga diketahui bisa

: Rajiformes Famili : Dasyatidae Genus: Dasyatis Spesies: Specific name : kuhlii Dasyatis
kuhlii Common name in England : Blue Spotted StingrayCommon name Ikan pari
merupakan salah satu jenis ikan yang termasuk kelas Elasmobranchii. Ikan ini
dikenal sebagai ikan batoid, yaitu kelompok ikan

bertulang rawan yang mempunyai ekor seperti cambuk. Ikan pari memiliki celah insang yang
terletak di sisi ventral kepala. Sirip dada ikan ini melebar menyerupai sayap, dengan sisi
bagian depan bergabung dengan kepala. Bagian tubuh sangat pipih sehingga
memungkinkan untuk hidup di dasar laut. Bentuk ekor seperti cambuk pada beberapa
spesies dengan sebuah atau lebih duri tajam di bagian ventral dan dorsal (Allen, 2000). in
Indonesia : Pari Kuku, Pari Totol, Pari Kotak

Last dan Stevens (2009) menyatakan bahwa ikan pari (rays) t ermasuk ikan bertulang
rawan dalam grup Cartilaginous. Ikan pari mempunyai bentuk tubuh gepeng melebar
(depressed), sepasang sirip dada (pectoral fins) melebar dan menyatu dengan sisi kiri-
kanan kepalanya, sehingga tampak atas atau tampak bawahnya terlihat bundar atau oval.
Ikan pari umumnya mempunyai ekor yang sangat berkembang (memanjang) menyerupai
cemeti (Gambar 1). Pada beberapa spesies, ekor ikan pari dilengkapi duri penyengat
sehingga disebut sting-rays. Mata ikan pari umumnya terletak di bagian samping
kepala. Posisi dan bentuk mulutnya adalah terminal dan umumnya bersifat predator.
Ikan ini bernapas melalui celah insang (gill openings atau gill slits) yang berjumlah 5-6
pasang. Posisi celah insang adalah dekat mulut di bagian bawah (ventral). Ikan pari
jantan dilengkapi sepasang alat kelamin yang disebut clasper letaknya di pangkal
ekor. Ikan pari betina umumnya memijah secara melahirkan anak (vivipar) dengan
jumlah anak antara 5-6 ekor

DAFTAR PUSTAKA

Aimirawati, Chondrichthyes,Blog Aimirawati. http://aimirawati.blogspot.com/ikan-


hiu.html(28 November 2011)

Anonim,Chondrichthyes.Wikipedia Ensiklopedia Bebas. http://www.wikipedia.org ( 28


November 2011)

Campbell, dkk. Biologi Edisi kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga. 2003

Danar Prastyo, Chondrichthyes.Blog Danar Prasetyo. http://danarprasetyo-


scientific.blogspot.com (9 Desember 2011)

Departemen Agama RI. Alquran dan terjemahnya. Bandung: CV. Penerbit J-ART, 2005.

Djarubito, Mukayat. Zoologi Dasar. Jakarta; Erlangga. 1989

Jasin, Maskoeri. Zoologi Vertebrata. Surabaya; Wijaya utama. 1984

Kimball, Jhon W., Siti Tjitrosomo, dan Nawangsari Sugiri. Biologi Jilid 3 edisi ke 5. Jakarta;
Erlangga. 2009

Pak Uhan, Chondrichthyes. Blog Pak Uhan.http://uhanbiosintang.blogspor.com (9 Desember


2011)

Radiopetra. Zoologi Dasar. Jakarta; Erlangga. 1993

PERTUMBUHAN Dasyatis sp.

Seperti ikan pada umumnya, pertumbuhan ikan pari dipengaruhi oleh dua faktor; faktor
dalam dan faktor luar. Faktor dalam dapat berupa genetik, umur atau ukuran, ketahanan
terhadap penyakit, dan kemampuan memanfaatkan makanan. Faktor luar berupa pengaruh
lingkungan meliputi sifat fisika kimia perairan serta komponen hayati seperti ketersediaan
makanan dan kompetisi.

Pola pertumbuhan Dasyatis imricatus telah diteliti oleh Devadoss (1983). Hasil yang
didapatkan bahwa hubungan panjang berat ikan jantan adalah W = 0,00004070 x L2,9838
dan untuk ikan betina W = 0,0000009114 x L3,6907. Berdasarkan pola tersebut dapat
diketahui bahwa nilai b pada ikan betina lebih besar dibandingkan ikan jantan. Pola
pertumbuhan D. imricatus tidak sepenuhnya bersifat isometrik.

Tingkat kedewasaan ikan pari jantan dilihat pada ukuran klaspernya (berfungsi sebagai alat
kelamin), sedangkan pari betina didaasarkan pada ada tidaknya telur pada indung telur. Ikan
pari jantan muda dicirikan oleh ukuran klasper yang lebih pendek dari sirip perut (pelfic fin),
ikan pari mulai dewasa memiliki klasper yang sejajar dengan sirip perut, dan ikan pari
dewasa mempunyai klasper yang ukurannya lebih panjang dari sirip perut (gambar 4)

4. REPRODUKSI Dasyatis sp.

Ikan pari merupakan dioecious. Ikan pari jantan dilengkapi sepasang alat kelamin, disebut
klasper (clasper) yang terletak di pangkal ekor. Ikan pari betina tidak dilengkapi klasper,
tetapi lubang kelaminnya mudah dilihat. Ikan pari berkembang biak secara ovovivivar
dengan jumlah anak sekitar 5-6 ekor.

Pengamatan yang dilakukan pada reproduksi ikan pari Dasyatis pastinaca menunjukkan hasil
bahwa setelah terjadi pembuahan, embrio pada akan mendapatkan energi dari kuning telur
yang selanjutnya diberikan suplemen oleh histotrof (uterine milk yang diperkaya dengan
protein, lemak, dan mukosa). Transfer energi ini dilakukan dari induk betina melalui
sejumlahuterine epithelium yang disebut troponemata.

Ukuran pertama kali matang gonad ditentukan berdasarkan rata-rata berat tubuh dan rata-rata
panjang ikan dan dapat juga berdasarkan perhitungan persentase berat hati dibandingkan
berat tubuh (Devadoss 1983). D. americana jantan umumnya matang gonad pada ukuran
lebar tubuh 48-52 cm, sedangkan ikan betina pada ukuran lebar tubuh 75-80 cm. Umur saat
pertama kali matang gonad pada ikan jantan sekitar 3-4 tahun, sedangkan betina sekitar 5-6
tahun. Karakteristik ini juga mengindikasikan bahwa pertumbuhan dan umur pada saat
matang gonad dari D. americana sama seperti pada Dasyatis sp. pada umumnya(Henningsen
&Leaf 2010).

Meskipun umur dan ukuran pada saat matang gonad hampir sama pada setiap spesies
Dasyatis, terdapat juga variasi ukuran antar individu pada spesies yang sama. Variasi ini jelas
terlihat berbeda berdasarkan sebaran geografis (Henningsen & Leaf 2010). Hal ini
mengindikasikan bahwa faktor lingkungan berperan sangat penting bagi pertumbuhan dan
kematangan gonad Dasyatis sp. Kesesuaian habitat, kecukupan makanan, dan kenyamanan
ikan (faktor fisika-kimia perairan, predator, pencemaran) menjadi hal penting yang
berpengaruh pada proses biologis ikan.

Ilmuwan terdahulu telah melakukan studi untuk melihat hubungan antara ukuran hati dengan
saat pertama kali matang gonad. Devadoss (1983) menjelaskan bahwa ada suatu mekanisme
perkembangan tertentu pada hati yang terjadi secara signifikan sebelum dan sesudah awal
kematangan individu. Berat hati maksimum Dasyatis imbricatus sebesar 6,5% dari berat
tubuh rata-rata (220 gr) ditemukan pada ikan-ikan yang betina yang sedang tidak memijah,
dan sebesar 3,2% pada ikan jantan dengan berat tubuh rata-rata 190 gr.

Tahap awal dari proses pemijahan menyebabkan berat hati mencapai maksimum, akan tetapi
secara berangsur-angsur akan menurun selama perkembangan periode kehamilan. Hati
berfungsi sebagai tempat penyimpanan energi yang dikonsumsi selama proses kehamilan
sebagai makanan selama perkembangan embrio (Devadoss 1983).

5. MAKANAN DAN KEBIASAAN MAKAN Dasyatis sp.

Ikan pari termasuk pemakan di dasar perairan (bottom feeder). Ikan ini umumnya bersifat
sebagai predator, memiliki gigi kecil-kecil yang berfungsi sebagai penghancur. Tubuh yang
berbentuk pipih dorsoventral dengan mulut pada posisi ventral membuat ikan ini sangat
cocok untuk mengkonsumsi hewan dasar, baik infauna maupun epifauna.

Garcia et al. (2012) menjelaskan bahwa preferensi makanan untuk ikan-ikan predator, seperti
halnya Dasyatis sp. termasuk kompleks. Pilihan makanan ini dipengaruhi oleh berbagai
faktor misalnya ketersediaan, pergerakan dan kelimpahan mangsa, faktor lingkungan, tahapan
perkembangan individu, serta umur.

Berdasarkan analisis isi lambung yang dilakukan Devadoss (1983), dapat diketahui bahwa
ikan Dasyatis imbricatus mengkonsumsi krustasea (64,8%); polichaeta (33,5%); gastopoda
dan bivalvia (0,3%); serta larva ikan dan ikan muda (1,4%). Umumnya juga ditemukan
berbagai jenis butiran pasir pada organ pencernaan ikan pari.

Penelitian yang dilakukan Garcia et al. (2012) memberikan hasil bahwa Dasyatis
longamemiliki ruas relung makanan yang sempit. Sebagian besar makanannya berupa udang
(49,5%), ikan (26%), dan stomatopod (15,6%). Penelitian ini juga membuktikan bahwa
terdapat perbedaan makanan yang dikonsumsi berdasarkan tahapan perkembangan individu.
D. longamuda hanya mengkonsumsi udang. Bertambahnya usia menyebabkan kebutuhan
nutrisi juga berubah. D. longa dewasa mengonsumsi tidak hanya udang melainkan juga
kepiting, stomatopod, dan ikan teleostei. Kebiasaan makan D. longa dipengaruhi oleh ukuran,
bukan pada jenis kelamin atau musim. D. longa pada trofik level digolongkan sebagai
konsumen sekunder atau tersier.

6. PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP PROSES BIOLOGIS Dasyatis


sp.
Theiss et al. (2007) melakukan penelitian paparan cahaya yang berbeda terhadap adaptasi
sistem sensori pada Dasyatis kuhlii. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa
paparan cahaya yang berbeda menyebabkan perubahan sistem sensori pada D. kuhlii. Paparan
cahaya maksimum untuk sistem sensori D. kuhlii terletak pada panjang gelombang 497 nm,
sedangkan panjang gelombang <380 nm tidak dapat direspon. Hal ini memandakan bahwaD.
kuhlii tidak sensitif terhadap radiasi ultraviolet.

Perubahan lingkungan juga berpengaruh terhadap proses reproduksi pada Dasyatis Sabina.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Johnson dan Snelson (1996) diperoleh hasil bahwa
perubahan musim yang ekstrim menyebabkan stress fisiologi pada Dasyatis sabina. Hal ini
berdampak pada penurunan heparosomatic index dan lemak hati yang mengindikasikan
adanya perubahan proses fisiologis dalam tubuh D. Sabina. Perubahan ini menyebabkan
kegagalan proses reproduksi D. Sabina selama akhir musim gugur dan musim semi tahun
1991 di sungai St. Johnson, Florida.

Perubahan lingkungan juga menyebabkan adanya migrasi Dasyatis sabrina dari laut hingga
ke perairan tawar sungai St. Johns, sekitar 300 km dari laut. Migrasi ini merupakan migrasi
yang konstan dilakukan oleh D. sabrina. Hasil penelitian Piermarini dan Evans (1998)
menunjukkan bahwa D. sabrina telah memiliki mekanisme osmoregulasi untuk beradaptasi
terhadap perubahan salinitas.

Berra TM. 2001. Freshwater Fish Distribution. California: Academis Press. 606 hal.

Bond CE. 1979. Biology of Fishes. Philadephia: W.B. Saunders Company. 514 hal.

Devadoss P. 1983. Further Observations on the Biology of the Stingray, Dasyatis imbricatus (Schneider) at
PortoNovo. Matsya 9-10; 129-134.

Garcia JL, AF Navia, PAM Falla, EA Rubio. 2012. Feeding Habits and Trophic Ecology of Dasyatis longa
(Elasmobranchii: Myliobatiformes): sexual, temporal and ontogenetic effects. Journal of Fish Biology
(2012) 80, 15631579.

Henningsen AD, RT Leaf. 2010. Observations on the Captive Biology of the Southern Stingray. Transactions
of the American Fisheries Society 139:783791.

http://www. discoverlife.org. [diakses tanggal 28 Juni 2012].

http://www.wikipedia.org. [diakses tanggal 28 Juni 2012].

Jerez PB, DF Jover, I Uglem, PA Lopez, T Dempster, JTB Sempere, CV Prez, D Izquierdo, PA Bjrn, R
Nilsen.2011. Artificial Reefs in Fisheries Management. Edited by Bortone SA,FP Brandini, G Fabi, S
Otake. Florida: CRC Press Taylor & Francis Group.

Jobling M. 1995. Environmental Biology of Fishes. London: Chapman & Hall. 454 hal.
Johnson MR, FF Snelson. 1996. Reproductive Life History of the Atlantic Stingrays Dasyatis sabina (Pisces,
Dasyatidae) in the Freshwater St. Johns River, Florida. Bulletine of Marine Science 59(1): 74-88.

Piermarini PM, DH Evans. 1998. Osmoregulation of the Atlantic Stingray (Dasyatis sabina) from the
Freshwater Lake Jesup of the St. Johns River, Florida. Physiological Zoology 71(5): 553-560.

Schwartz FJ. 2007. A Survey of Tail Spine Characteristics of Stingrays Frequenting African, Arabian to
Chagos-Maldive Archipelago Waters. Smithiana Bulletin 8: 41-52.

Theiss SM, TJ Lisney, SP Collin, NS Hart. 2007. Colour Vision and Visual Ecology of the Blue-spotted
Maskray, Dasyatis kuhlii Mu ller & Henle, 1814. J Comp Physiol A 193:6779.

Seperti ikan pada umumnya, pertumbuhan ikan pari dipengaruhi oleh dua faktor; faktor
dalam dan faktor luar. Faktor dalam dapat berupa genetik, umur atau ukuran, ketahanan
terhadap penyakit, dan kemampuan memanfaatkan makanan. Faktor luar berupa pengaruh
lingkungan meliputi sifat fisika kimia perairan serta komponen hayati seperti ketersediaan
makanan dan kompetisi.
Pola pertumbuhan Dasyatis imricatus telah diteliti oleh Devadoss (1983). Hasil yang
didapatkan bahwa hubungan panjang berat ikan jantan adalah W = 0,00004070 x L2,9838 dan
untuk ikan betina W = 0,0000009114 x L3,6907. Berdasarkan pola tersebut dapat diketahui
bahwa nilai b pada ikan betina lebih besar dibandingkan ikan jantan. Pola pertumbuhan D.
imricatus tidak sepenuhnya bersifat isometrik.
Tingkat kedewasaan ikan pari jantan dilihat pada ukuran klaspernya (berfungsi sebagai
alat kelamin), sedangkan pari betina didaasarkan pada ada tidaknya telur pada indung telur.
Ikan pari jantan muda dicirikan oleh ukuran klasper yang lebih pendek dari sirip perut (pelfic
fin), ikan pari mulai dewasa memiliki klasper yang sejajar dengan sirip perut, dan ikan pari
dewasa mempunyai klasper yang ukurannya lebih panjang dari sirip perut (gambar 4)
a

Gambar 4. Perkembangan ikan pari jantan berdasarkan identifikasi klasper dan sirip perut
(a:Ikan pari muda, b: ikan pari pertama dewasa, c: ikan pari dewasa)

Anda mungkin juga menyukai