LAPORAN PRAKTIKUM
LAPORAN ORGANIK
SINTESIS
PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK
MODUL I
NAMA
: SINTIA K. IBRAHIM
KELOMPOK
: II
JUDUL PERCOBAAN
: ASAM OKSALAT (OKSIDA SUKROSA)
JURUSAN
: Kimia
PRODI/KELAS
: Kimia/B
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
T.A 2018/2019
PERCOBAAN IV
A. Judul
Asam oksalat (oksida sukrosa)
B. Tujuan
Membuat asam oksalat dari sukrosa (gula pasir) melalui reaksi oksidasi
C. Dasar teori
Asam oksalat, ethanedioic acid merupakan salah satu anggota dari asam
karboksilat yang mempunyai rumus molekul C2H2O4. Secara komersial asam
oksalat dikenal dalam bentuk padatan dihidrat yang mempunyai rumus molekul
C2H2O4.2H2O. Kegunaan asam oksalat sangat banyak antara lain bahan
pencampur zat warna dalam industry tekstil dan cat,menetralkan kelebihan alkali
pada pencucian dan sebagai bleaching. Asam oksalat pada industry logam dipakai
sebagai bahan pelapis yang melindungi logam dari kerak, sedangkan dalam pabrik
polimer dipakai sebagai inisiator.
Asam oksalat pertama kali disintesisi oleh Carl W.Scheele pada tahun 1776
dengan cara mengoksidasi gula dengan asam nitrat (Kirk-Othmer,1996). Pada
tahun 1784 telah dibuktikan asal oksalat terdapat pada tanaman sorrel. Pada tahun
1829, Gay lussac menemukan bahwa asam oksalat dapat diproduksi dengan cara
meleburkan serbuk gergaji dengan larutan alkali. Asam oksalat merupakan
turunan dari asam karboksilat yang mengandung dua gugus karboksil yang
terletak pada ujung-ujung rantai karbon yang lurus yang mempunyai rumus
molekul C2H2O4 tidak berbau, higroskopis, berwarna putih sampai tidak berwarna
dan mempunyai berat molekul 90 gr/mol.
Ada beberapa cara untuk membuat asam oksalat dari selulose, yaitu peleburan
dengan hidroksida logam alkali, peragian dan oksidasi dengan peroksid. Cara
peragian tidak banyak dilakukan karena hasil asam oksalatnya rendah.
Diantaranya yang paling banyak dilakukan adalah proses hidrolisis dan oksidasi.
Sebelum dilakukan proses oksidasi, selulose dihidrolisis lebih dahulu dalam
suasana basa. Asam oksalat yang dihasilkan dalam proses oksidasi ini merupakan
larutan tidak berwarna, dan apabila diproses lebih lanjut dengan cara pengeringan
akan menghasilkan kristal yang tidak berwarna. Jika suhu reaksi terlalu tinggi
yaitu 180°C mengakibatkan asam oksalat akan terurai menjadi air, gas CO dan
gas CO2. Asam oksalat banyak digunakan dalam industri sebagai bahan pembuat
selulosa, rayon, bahan peledak, penyamakan kulit, pemurnian gliserol dan
pembuatan zest warns selain itu asam oksalat juga des at digunakan sebagai
pembersih peralatan dari besi, katalis, reagen laboratorium. (Kirk Othmer, 1952).
Untuk proses oksidasi dengan peroksid ini peubah-peubah yang berpengaruh
adalah suhu reaksi, waktu reaksi, konsentrasi pereaksi dan kecepatan pengadukan.
Semakin tinggi suhu dan waktu reaksi untuk proses oksidasi maka semakin besar
konversi selulosa menjadi asam oksalat. Dari penelitian sebelumnya didapatkan
konversi selulosa terbesar menjadi asam oksalat pada waktu oksidasi yang
optimum yakni 50 menit, begitu juga jumlah peroksid yang ditambahkan dapat
mempengaruhi proses oksidasi. Jika peroksida yang ditambahkan semakin besar
maka makin besar pula konversi selulosa menjadi asam oksalat (Penelitian Ardias
Rizaldi dan Vonny Agustina).
Selulose pada makanan karbohidrat dapat dipisahkan menjadi dua bagian
substansi, serat dan nitrogen. Selulose yang tidak terikat pada karbohidrat
sedangkan yang mudah terikat pada karbohidrat yaitu gula, asam organik, dan
karbohidrat kompleks yang lain. (Philip J. Schaible, Ph. D, 1976) Selulose adalah
senyawa berbentuk benang-benang fiber, terdapat sebagai komponen terbesar
dalam dinding sel pepohonan, jerami, rumput, enceng gondok, dan tanaman
lainnya. Selulose yang telah dimurnikan sangat luas sekali pemakaiannya dalam
industri yakni sebagai bahan baku, harganya tidak mahal selain itu juga teknik
pemakaiannya saat ini sudah berkembang. Pemakaian selulose sebagai bahan
baku antara lain digunakan untuk industri kertas, derivat selulose dan industri
olahan dari selulose seperti rayon, cellophan dan lainnya. Sebelum dilakukan
proses oksidasi, selulose dihidrolisis lebih dahulu dalam suasana basa. Tujuannya
supaya pori-pori selulose mengembang dan hancur, sehingga mudah bereaksi
dengan peroksida. Hidrolisis dapat terjadi pada senyawa organik maupun
anorganik, dimana air mempengaruhi peruraian ganda pada senyawa lainnya.
Pada proses tersebut air akan-menyerang selulose pada ikatan β glukosid 1,4 yang
akan menghasilkan glukosa. Selulose digunakan untuk membentuk dinding sel
dan susunan kerangka tanaman.
Selulose terdiri dari tiga susunan, yaitu alpha (α), beta (β) dan gamma (γ).
Alpha selulose merupakan selulose rantai panjang yang tak larut dalam alkali,
selulose alpha juga memiliki derajat paling tinggi dalam polimerisasi. Selulose
alpha dapat larut dalam larutan natrium hidroksida 10% dengan suhu diatas 20o
C. Beta dan gamma memiliki derajat polimerisasi yang rendah seperti pada
hemiselulose. Sedangkan selulose beta merupakan rantai pendek yang larut dalam
alkali dan bila diberi asam akan menguap, larut dalam larutan NaOH 10%
(Hawley, G.G., 1977). Molekul selulose sangat besar dan berbeda dalam
susunannya dengan karbohidrat jenis lain. Molekul-molekul tersebut berikatan
dan membentuk rantai panjang dari kesatuan D-glukose yang dihubungkan oleh
rantai β glukosid 1,4 sehingga berat molekul selulose besar (Kirk Othmer,1952).
Rumus molekul selulose dapat ditulis : C Selulose pada tanaman merupakan seratserat panjang yang bersama-sama hemiselulose membentuk 5 dan 6 carbon gula
dan lignin. Selulose dapat terkomposisi jadi glukosa dengan bantuan enzim
selulose atau dengan cara hidrolisis.
Molekul selulose sangat besar dan berbeda dalam susunannya dengan
karbohidrat jenis lain. Molekul-molekul tersebut berikatan dan membentuk rantai
panjang dari kesatuan D-glukose yang dihubungkan oleh rantai β glukosid 1,4
sehingga berat molekul selulose besar. Rumus molekul selulose dapat ditulis : C
Selulose pada tanaman merupakan serat-serat panjang yang bersama-sama
hemiselulose membentuk 5 dan 6 carbon gula dan lignin. Selulose dapat
terkomposisi jadi glukosa dengan bantuan enzim selulose atau dengan cara
hidrolisis. (Schaible, 1976). C6H11O6 - (C6H10O5) - C6H11O6 Jika molekul selulose
terjadi dari sebuah rantai terbuka dari n sisa glukosa, maka susunan bagiannya
dinyatakan dengan n (C5. 6H12O6) - (n - 1) H20, artinya untuk harga n yang
tinggi susunan bagian iiji mendekati C6H1005 Selulose tidak dapat larut dalam air,
alkohol, aceton maupun pelarut yang merupakan rumus empiric selulose. Organik
dan selulose akan pecan pada suhu diatas ISOT. Setelah suhu reaksi mencapai
150°C semua air akan teruapkan tanpa terjadi penmaian selulose.
D. Alat dan bahan
1. Alat
No
Nama alat
Kategori
1.
Gelas kimia
1
Gambar
Fungsi
Wadah
penampungan
larutan
2.
Gelas ukur
1
Mengukur
volume larutan
3
Kertas saring
1
Untuk
menyaring
larutan
4
Pipet tetes
1
Untuk
mengambil
larutan
dalam
jumlah sedikit
5
Corong
1
Memindahkan
larutan ketempat
lain
6.
Erlenmeyer
1
Wadah larutan
7.
Batang pengaduk
1
Mengaduk
larutan
8.
Termometer
1
Untuk mengukur
suhu
9.
Lemari asam
1
Tempat
untuk
mereaksikan
asam
10.
Penangas
2
Memanaskan
larutan
11.
Neraca analitik
2
Untuk
menimbang
sampel/bahan
2. Bahan
No
Nama bahan
Kategori
Sifat fisik
1.
Aquades
Umum
-
Cairan
Sifat kimia
tak -
berwarna
-
Titik didih 100
0
2.
Sukrosa (gula pasir)
Umum
-
Pelarut
universal
C
-
Titik beku 0 0C
-
Padatan kristal
-
putih
-
Polar
Larut dalam
air
Cp 0.275 gcal/g
-
pada suhu 20ºC
dapat
dioksidasi
oleh
silver
atau
ion
Cupper
3.
Asam nitrat (HNO3)
Khusus
-
-
Cairan
tidak
-
dapat
berwarna
bereaksi
Berat molekul :
langsung
63 gr/mol
dengan
-
titik leleh -41,8ºC
alkali,
-
titik didih pada
oksida-
1 atm : 120,5ºC.
oksida dan
bahan dasar
lain
membentuk
garam
berperan
sebagai
zat
pengoksidasi
yang kuat
E. Prosedur Kerja
Gula pasir
Menimbang sebanyak 20 gram
Menambahkan 25 mL HNO3 pekat dari 75 mL aquades
kedalam erlenmeyer
Memanaskan diatas penangas air perlahan-lahan sampai uap
coklat NO2 keluar dari erlenmeyer
Melanjutkan reaksi tanpa pemanasan selama 15 menit
dalam lemari asam
Menambahkan kembali 10 mL asam nitrat dan 10 mL
aquades
Memanaskan larutan tersebut sampai uap coklat NO2 keluar
dan volume cairan berkurang
Mendinginkan larutan pada suhu kamar
Kristal asam oksalat
Menyaring kristal yang terbentuk
Melarutkan dalam air panas
Mendinginkan larutan hingga terbentuk kristal yang murni
Menyaring dan mengeringkan kristal
Menimbang kristal yang terbentuk
Berat kristal =
10,23 gram
F. Hasil Pengamatan
No Perlakuan
Hasil
1
gula pasir 20 gram berwarna putih
Menimbang gula pasir sebanyak 20
gram
2
Menambahkan 25 mL asam nitrat
gula pasir larut dalam asam nitrat dan
pekat dari 75 mL aquades kedalam
aquades membentuk larutan bening
Erlenmeyer
3
Memanaskan diatas penangas air
uap coklat NO2 keluar dari erlenmeyer
perlahan-lahan sampai uap coklat
NO2 keluar dari erlenmeyer
4
Memindahkan erlenmeyer ke balok
larutan berwarna bening dan terdapat
kayu lemari asam untuk
kristal jarum didasar erlenmeyer
melanjutkan reaksi tanpa
pemanasan selama 15 menit
5
6
Memanaskan kembali larutan dan
endapan kristal kembali larut membentuk
kristal yang terbentuk
campuran berwarna coklat
Menambahkan kembali 10 mL
terbentuk larutan bening
asam nitrat dan 10 mL aquades
7
Memanaskan larutan tersebut
uap coklat NO2 keluar dari erlenmeyer
sampai uap coklat NO2 keluar dan
volume cairan berkurang
8
Mendinginkan larutan pada suhu
terbentuk kristal berbentuk kubus dan
kamar
berwarna kuning
berat kristal = 9,643 gr
Perhitungan
Dik : Mr C6H12O6 : 180 gr/mol
M C6H12O6 : 20 gr
Mr 3C2H2O4. 2H2O : 126 gr/mol
M 3C2H2O4. 2H2O : 10,23 gr
V HNO3 : 35 mL : 0,035 L
Dit : % rendemen
Peny :
mol mula C6H12O6 =
mol HNO3 = V x M
20 𝑔𝑟𝑎𝑚
180 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,6 mol
= 0,035 L x 12 M
= 0,42 mol
→
C6H12O6 + 12 HNO3
3C2H2O4. 2H2O + 3H2O + 3NO + 9NO2
M
0,6
0,42
R
0,42
0,42
0,105
S
0,18
-
0,105 mol
C2H2O4. 2H2O
massa teoritis = mol x Mr
= 0,105 mol x 126 gr/mol
= 13,23 gram
% rendemen =
9,643 𝑔𝑟𝑎𝑚
13,23 𝑔𝑟𝑎𝑚
x 100% = 72,8 %
G. Pembahasan
Asam oksalat, ethanedioic acid merupakan salah satu anggota dari asam
karboksilat yang mempunyai rumus molekul C2H2O4. Secara komersial asam
oksalat dikenal dalam bentuk padatan dihidrat yang mempunyai rumus molekul
C2H2O4.2H2O. Kegunaan asam oksalat sangat banyak antara lain bahan
pencampur zat warna dalam industry tekstil dan cat,menetralkan kelebihan alkali
pada pencucian dan sebagai bleaching. Asam oksalat pada industry logam dipakai
sebagai bahan pelapis yang melindungi logam dari kerak, sedangkan dalam pabrik
polimer dipakai sebagai inisiator.
Berdasarkan hasil percobaan diatas, gula pasir (sukrosa) yang diperlukan
sebesar 2gram dan ditambahkan 25 ml asam nitrat dan 75 ml aquadest, untuk
menghasilkan larutan menjadi warna kecokelatan.
Sukrosa dihidrolisis sehingga terpecah menjadi monosakarida yang terdiri
dari fruktosa dan glukosa. Fruktosa dan glukosa hasil pemecahan sukrosa tersebut
kemudian dioksida dengan menggunakan asam nitrat (HNO3) pekat disertai
dengan kalor atau pemanasan sehingga menghasilkan produk akhir yaitu berupa
asam oksalat.
Proses pemanasan
Ketika dipanaskan pada selama kurang lebih 15 menit timbul uap gas NO 2
yang bersifat karsinogenik apabila terhirup, oleh sebab itu percobaan dilakukan di
dalam lemari asam. Setelah keluar asap kemudian reaksi dilakukan pada keadaan
dingin untuk menghindari kerusakan struktur dan tidak diperoleh kristal.
Proses pemanasan berfungsi untuk menjenuhkan larutan yang terbentuk.
Untuk mendapatkan kristal asam oksalat yang benar-benar murni, perlu dilakukan
pemanasan berulang kali sehingga gas NO2 yang dikeluarkan sudah tidak
berwarna coklat lagi yang dilakukan dengan penambahan 75 ml aquades dan 25
ml HNO3 pekat. Kristal asam oksalat akan mudah larut dalam suasana panas
dalam larutan, oleh karena itu pembentukan kristal dilakukan pada keadaan
dingin. Proses pendinginan bertujuan agar terbentuk kristal berwarna kuning. Hal
ini dapat terjadi dikarenakan, gas N2 yang dihasilkan ketika pemanasan dan
penambahan aquades sudah habis bereaksi sehingga diperoleh kristal yang
berwarna kuning dan berat Kristal yang didapat 9,643gr
H. Kesimpulan
Dari percobaan yang kami dapat Massa kristal yang terbentuk adalah 9,643gr,
dan % yield yaitu 72,8%.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, R.J., dan Fessenden, J.S.. 1997. Dasar-dasar Kimia Organik. Jakarta:
Bina Aksara.
Fessenden. 1989. Kimia Organik, edisi ke 3. Jakarta: Erlangga.
Lide, David R. 2005. CRC Handbook of Chemistry and Physics. New York :
CRC Press
LLC.