LAPORAN PRAKTIKUM
LAPORAN ORGANIK
SINTESIS
PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK
MODUL I
NAMA
: SILVANA ABDULLAH
KELOMPOK
:I
JUDUL PERCOBAAN
: ASAM OKSALAT (OKSIDA SUKROSA)
JURUSAN
: Kimia
PRODI/KELAS
: Kimia/B
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
T.A 2018/2019
PERCOBAAN IV
A. Judul
Asam oksalat (oksida sukrosa)
B. Tujuan
Membuat asam oksalat dari sukrosa (gula pasir) melalui reaksi oksidasi
C. Dasar teori
Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H 2C2O4 dengan
nama sistematis asam etanadioat. Asam dikarboksilat paling sederhana ini biasa
digambarkan dengan rumus HOOC-COOH. Merupakan asam organik yang relatif
kuat, 10.000 kali lebih kuat daripada asam asetat. Di-anionnya, dikenal sebagai
oksalat, juga agen pereduktor. Banyak ion logam yang membentuk endapan tak
larut dengan asam oksalat, contoh terbaik adalah kalsium oksalat(CaOOCCOOCa), penyusun utama jenis batu ginjal yang sering ditemukan.
Asam oksalat ada 2 macam yaitu asam oksalat anhidrat dan asam oksalat
dihidrat. Asam oksalat anhidrat (H2C2O4) yang mempunyai berat molekul 90,04
gr/mol dan mempunyai melting point 187ºC. Sifat dari asam oksalat anhidrat
adalah tidak berbau berwarna putih, dan tidak menyerap air. Asam oksalat
dihidrat merupakan jenis asam oksalat yang dijual di pasaran yang mempunyai
rumus bangun (C2H4O2.2H2O), dengan berat molekul 126,07 gr/mol dan melting
point 101,5ºC dan mengandung 71,42 % asam oksalat anhidrat dan 28,58 % air,
bersifat tidak bau dan dapat kehilangan molekul air apabila dipanaskan sampai
suhu 100ºC.
Asam oksalat terdistribusi secara luas dalam bentuk garam pottasium dan
kalsium yang terdapat pada daun, akar dan rhizoma dari berbagai macam
tanaman. Asam oksalat juga terdapat pada air kencing manusia dan hewan dalam
bentuk garam kalsium yang merupakan senyawa terbesar dalam ginjal. Kelarutan
asam oksalat dalam etanol pada suhu 15,6ºC dan etil eter pada suhu 25ºC adalah
23,7 g / 100 g solvent dan 1,5 g / 100 g solvent. Makanan yang banyak
mengandung asam oksalat adalah coklat, kopi, strawberry, kacang dan bayam.
Titik leleh suatu zat padat adalah suatu temperature dimana terjadinya
keadaan setimbang antara fasa padat dan fasa cair pada tekanan satu atmosfer.
Untuk mengukur titik leleh suatu senyawa dapat digunakan alat melthing point.
Prinsipnya yaitu suatu zat bisa meleleh karena ikatan antarmolekul terputus
dimana putusnya molekul itu yang memerlukan suhu berbeda-beda tergantung
pada kekuatan ikatan tersebut. Semakin kuat ikatannya maka semakin tinggi suhu
yang dibutuhkan untuk memutuskan ikatan tersebut. Dengan adanya zat pengotor,
ikatan yang terputus akan lebih banyak atau intinya tergantung pada zat
pengotornya. Titik leleh juga bisa untuk mengukur gaya intermolekul antar
senyawa
dimana
makin
tinggi
titik
leleh
maka
makin
besar
gaya
intermolekulernya, beberapa molekul dengan berat molekul sama, maka molekul
yang lebih polar dan struktur molekul yang lebih simetris akan lebih tinggi.
Angka titik leleh dan kisarannya tergantung pada kecepatan pemanasan,
keakuratan pada thermometer yang digunakan dan sifat padatan senyawa yang
terdapat pada suatu padatan yang telah diisolasi, rentang lelehannya harus
ditentukan untuk memastikan identitas dan kemurniannya. Dalam percobaan ini
dilakukan proses penentuan titik leleh dengan tujuan menentukan titik leleh dan
mengetahui kemurnian dari asam oksalat.
Dalam dunia industri asam oksalat digunakan yaitu untuk:
1. “Metal Treatment”
Asam oksalat digunakan pada industri logam untuk menghilangkan
kotoran-kotoran yang menempel pada permukaan logam yang akan di cat. Hal ini
dilakukan karena kotoran tersebut dapat menimbulkan korosi pada permukaan
logam setelah proses pengecatan selesai dilakukan.
2. “Oxalate Coatings”
Pelapisan oksalat telah digunakan secara umum, karena asam oksalat dapat
digunakan untuk melapisi logam stainless stell, nickel alloy, kromium dan
titanium. Sedangkan lapisan lain seperti phosphate tidak dapat bertahan lama
apabila dibandingkan dengan menggunakan pelapisan oksalat.
3. “Anodizing”
Proses pengembangan asam oksalat dikembangkan di Jepang dan dikenal
lebih jauh di Jerman. Pelapisan asam oksalat menghasilkan tebal lebih dari 60 μm
dapat diperoleh tanpa menggunakan teknik khusus. Pelapisannya bersifat keras,
abrasi dan tahan terhadap korosi dan cukup atraktif warnanya sehingga tidak
diperlukan pewarnaan. Tetapi bagaimanapun juga proses asam oksalat lebih
mahal apabila dengan dibandingkan dengan proses asam sulfat.
4. “Metal Cleaning”
Asam oksalat adalah senyawa pembersih yang digunakan untuk
automotive radiator, boiler, “railroad cars” dan kontaminan radioaktif untuk plant
reaktor pada proses pembakaran. Dalam membersihkan logam besi dan non besi
asam oksalat menghasilkan kontrol pH sebagai indikator yang baik. Banyak
industri yang mengaplikasikan cara ini berdasarkan sifatnya dan keasamannya.
5. “Textiles”
Asam oksalat banyak digunakan untuk membersihan tenun dan zat warna.
Dalam pencucian, asam oksalat digunakan sebagai zat asam, kunci penetralan
alkali dan melarutkan besi pada pewarnaan tenun pada suhu pencucian, selain itu
juga asam oksalat juga digunakan untuk membunuh bakteri yang ada didalam
kain.
6. “Dyeing”
Asam oksalat dan garamnya juga digunakan untuk pewarnaan wool. Asam
oksalat sebagai agen pengatur mordan kromium florida. Mordan yang terdiri dari
4 kromium florida dan 2% berat asam oksalat. Wool di didihkan dalam waktu 1
jam. Kromic oksida pada wool diangkat dari pewarnaan. Ammonium oksalat juga
digunakan sebagai pencetakan Vigoreus pada wool, dan juga terdiri dari mordan
(zat kimia) pewarna.
D. Alat dan bahan
1. Alat
No
Nama alat
Kategori
1.
Gelas kimia
1
Gambar
Fungsi
Wadah
penampungan
larutan
2.
Gelas ukur
1
Mengukur
volume larutan
3
Kertas saring
1
Untuk
menyaring
larutan
4
Pipet tetes
1
Untuk
mengambil
larutan
dalam
jumlah sedikit
5
Corong
1
Memindahkan
larutan ketempat
lain
6.
Erlenmeyer
1
Wadah larutan
7.
Batang pengaduk
1
Mengaduk
larutan
8.
Termometer
1
Untuk mengukur
suhu
9.
Lemari asam
2
Tempat
untuk
mereaksikan
larutan asam
10.
Penangas
2
Memanaskan
larutan
11.
Neraca analitik
2
Untuk
menimbang
sampel/bahan
2. Bahan
No
Nama bahan
Kategori
Sifat fisik
1.
Aquades
Umum
-
Cairan
Sifat kimia
tak -
berwarna
-
Titik didih 100
0
2.
Sukrosa (gula pasir)
Umum
-
Pelarut
universal
C
-
Titik beku 0 0C
-
Padatan kristal
-
putih
-
Polar
Larut dalam
air
Cp 0.275 gcal/g
-
pada suhu 20ºC
dapat
dioksidasi
oleh
silver
atau
ion
Cupper
3.
Asam nitrat (HNO3)
Khusus
-
-
Cairan
tidak
-
dapat
berwarna
bereaksi
Berat molekul :
langsung
63 gr/mol
dengan
-
titik leleh -41,8ºC
alkali,
-
titik didih pada
oksida-
1 atm : 120,5ºC.
oksida dan
bahan dasar
lain
membentuk
garam
berperan
sebagai
zat
pengoksidasi
yang kuat
E. Prosedur Kerja
Gula pasir
Menimbang sebanyak 20 gram
Menambahkan 25 mL HNO3 pekat dari 75 mL aquades
kedalam erlenmeyer
Memanaskan diatas penangas air perlahan-lahan sampai uap
coklat NO2 keluar dari erlenmeyer
Melanjutkan reaksi tanpa pemanasan selama 15 menit
dalam lemari asam
Menambahkan kembali 10 mL asam nitrat dan 10 mL
aquades
Memanaskan larutan tersebut sampai uap coklat NO2 keluar
dan volume cairan berkurang
Mendinginkan larutan pada suhu kamar
Kristal asam oksalat
Menyaring kristal yang terbentuk
Melarutkan dalam air panas
Mendinginkan larutan hingga terbentuk kristal yang murni
Menyaring dan mengeringkan kristal
Menimbang kristal yang terbentuk
Berat kristal =
10,23 gram
F. Hasil Pengamatan
No Perlakuan
Hasil
1
gula pasir 20 gram berwarna putih
Menimbang gula pasir sebanyak 20
gram
2
Menambahkan 25 mL asam nitrat
gula pasir larut dalam asam nitrat dan
pekat dari 75 mL aquades kedalam
aquades membentuk larutan bening
erlenmeyer
3
Memanaskan diatas penangas air
uap coklat NO2 keluar dari erlenmeyer
perlahan-lahan sampai uap coklat
NO2 keluar dari erlenmeyer
4
Memindahkan erlenmeyer ke balok
larutan berwarna bening dan terdapat
kayu lemari asam untuk
kristal jarum didasar erlenmeyer
melanjutkan reaksi tanpa
pemanasan selama 15 menit
5
6
Memanaskan kembali larutan dan
endapan kristal kembali larut membentuk
kristal yang terbentuk
campuran berwarna coklat
Menambahkan kembali 10 mL
terbentuk larutan bening
asam nitrat dan 10 mL aquades
7
Memanaskan larutan tersebut
uap coklat NO2 keluar dari erlenmeyer
sampai uap coklat NO2 keluar dan
volume cairan berkurang
8
Mendinginkan larutan pada suhu
terbentuk kristal berbentuk kubus dan
kamar
berwarna kuning
berat kristal =
10,4732 gr- 0,2432 gr = 10,2300 gram
Perhitungan
Dik : Mr C6H12O6 : 180 gr/mol
M C6H12O6 : 20 gr
Mr 3C2H2O4. 2H2O : 126 gr/mol
M 3C2H2O4. 2H2O : 10,23 gr
V HNO3 : 35 mL : 0,035 L
Dit : % rendemen
Peny :
mol mula C6H12O6 =
mol HNO3 = V x M
20 𝑔𝑟𝑎𝑚
180 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,6 mol
= 0,035 L x 12 M
= 0,42 mol
→
C6H12O6 + 12 HNO3
3C2H2O4. 2H2O + 3H2O + 3NO + 9NO2
M
0,6
0,42
R
0,42
0,42
0,105
S
0,18
-
0,105 mol
C2H2O4. 2H2O
massa teoritis = mol x Mr
= 0,105 mol x 126 gr/mol
= 13,23 gram
% rendemen =
10,23 𝑔𝑟𝑎𝑚
13,23 𝑔𝑟𝑎𝑚
x 100% = 76,8 %
G. Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan pembuatan sintesis asam oksalat. Asam
oksalat yang terbentuk pada percobaan ini merupakan campuran dari gula pasir
atau sukrosa dengan asam nitrat pekat (HNO3). Reaksi pembentukkan asam
oksalat ini merupakan rekasi oksidasi antara gula pasir atau sukrosa dengan asam
nitrat pekat (HNO3). Persamaan reaksinya yaitu :
C6H12O6 + 12 HNO3
→
3C2H2O4. 2H2O + 3H2O + 3NO + 9NO2
Campuran antara gula pasir atau sukrosa dengan asam nitrat (HNO 3) pekat
akan menyebabkan larutan menjadi berwarna orange kecoklatan. Larutan yang
telah berisi campuran antara gula pasir atau sukrosa dengan asam nitrat pekat
(HNO3) yang menghasilkan larutan berwarna orange kecoklatan diberikan
perlakuan yaitu berupa pemanasan hingga mendidih. Proses pemanasan berfungsi
untuk menjenuhkan larutan yang terbentuk Pemanasan hingga mendidih larutan
tersebut akan menyebabkan terbentuknya atau timbulnya uap yang berwarna
coklat yang merupakan gas NO2 (nitro).
Uap atau gas NO2 (nitro) yang dihasilkan dari proses pencampuran antara
gula pasir atau sukrosa dengan asam nitrat (HNO3) pekat tersebut memiliki
toksisitas serta bersifat karsinogenik apabila terhirup oleh saluran pernafasan.
Oleh sebab itu, proses berlangsungnya reaksi ini dilakukan di dalam lemari asam.
Hal ini dimaksudkan agar uap atau gas NO2 (nitro) yang terbentuk dapat diserap
oleh lemari asam sehingga uap atau gas NO2 tersebut tidak menyebar luas
ketempat yang lain.
Ketika uap atau gas NO2 tersebut sudah mulai terbentuk, rekasi yang
berlangsung dilakukan tanpa adanya pemanasan hingga selama 15 menit. Reaksi
yang berlangsung tanpa pemanasan ini hingga selama 15 menit akan mengubah
warna larutan yang terbentuk yang pada awalnya berwarna orange kecoklatan
berubah menjadi berwarna kecoklatan. Larutan yang terbentuk tersebut diberikan
penambahan berupa aquadest dingin dengan asam nitrat (HNO3) pekat. Larutan
yang telah berisi campuran – campuran tersebut diberikan perlakuan yaitu berupa
penguapan hingga volume cairan larutan tersebut hanya tinggal menjadi 20 mL.
Pada saat volume cairan larutan tersebut hanya tinggal menjadi 20 mL,
penambahan aquadest terus dilakukan hingga aquadest yang ditambahkan
mencapai 40 mL. Penambahan aquadest ini pun disertai dengan diuapkannya
kembali volume cairan larutan tersebut hingga menjadi 20 mL. Penambahan
aquadest serta diuapkannya volume cairan tersebut akan menyebabkan
berubahnya warna larutan yang semula berwarna kecoklatan menjadi larutannya
berwarna kuning dan berkurangnya volume cairan yang hanya tinggal menjadi 20
mL. Volume cairan larutan yang hanya tinggal mencapai 20 mL didinginkan.
Perlakuan yang diberikan berupa pendinginan tersebut bertujuan agar kristal asam
oksalat segera terbentuk. Kristal asam oksalat yang terbentuk terlihat ketika cairan
larutan tersebut telah membeku dan berubah menjadi es batu. Dalam keadaan
cairan larutan yang telah membeku menjadi es batu tersebut terlihat jelas
pemisahan antara asam oksalat dengan filtratnya.
Kristal asam oksalat yang telah terbentuk tersebut direkristalisasi dengan
menggunakan aquadest panas sehingga kristal asam oksalat menjadi larut dan
untuk memperoleh kristal asam oksalat yang jauh lebih murni. Kristal asam
oksalat yang terbentuk yaitu berwarna kuning muda . Mekanisme rekasi yang
terbentuk pada sintesis asam oksalat yaitu sebagai berikut :
Sukrosa dihidrolisis sehingga terpecah menjadi monosakarida yang terdiri
dari fruktosa dan glukosa. Fruktosa dan glukosa hasil pemecahan sukrosa tersebut
kemudian dioksida dengan menggunakan asam nitrat (HNO 3) pekat disertai
dengan kalor atau pemanasan sehingga menghasilkan produk akhir yaitu berupa
asam oksalat.
Kristal asam oksalat yang diperoleh berdasarkan teoritis maupun secara
praktikum menghasilkan massa kristal yang sangat jauh berbeda. Massa kristal
asam oksalat yang diperoleh secara teorits atau literatur yaitu sebesar 13, 23 gram
sedangkan massa kristal asam oksalat yang diperoleh secara praktikum yaitu
sebesar 10,23 gr. Dari kedua massa kristal asam oksalat tersebut diperoleh
rendemen (% hasil) yaitu sebesar 76, 8 %..
H. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
pembentukan kristal asam oksalat menggunakan reaksi oksidasi antara sukrosa
(gula pasir) dengan asam nitrat (HNO3). % rendemen yang diperoleh pada hasil
percobaan sintesis asam oksalat yaitu sebesar 76, 8 %.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, R.J., dan Fessenden, J.S.. 1997. Dasar-dasar Kimia Organik. Jakarta:
Bina Aksara.
Fessenden. 1989. Kimia Organik, edisi ke 3. Jakarta: Erlangga.
Hermanto, Sandra. 2008. Diktat Perkuliahan Biokimia. Jakarta : UIN Syarif
Hidayatullah
Lehninger. 1984. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Erlangga