Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Pengukuran Waterpass 1 Kel II Stb.2013

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

WATERPASS 1

PENGUKURAN WATERPASS ( W1 )
I.

NAMA PERCOBAAN

: PENGUKURAN WATERPASS (W1)

II.

TUJUAN PERCOBAAN :
1. Mengenal prinsip kerja dan kegunaan dari waterpas
2. Menggunakan

alat

waterpass

dengan

baik

dan

benar

cara

menggunakannya
3. Mencari ketinggian titik pada suatu lokasi beserta jaraknya sehingga
dapat digambarkan areal yang diukur ke dalam suatu media dengan
skala tepat
4. Penentuan sudut horizontal
III.

ALAT ALAT YANG DIGUNAKAN


1. Waterpass

2.

Statis

GRUP PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2014


GROUP : II

WATERPASS 1

3. Baak ukur

4. Jalon

5. Patok Kayu

6. Unting unting

GRUP PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2014


GROUP : II

WATERPASS 1

7. Payung

8. Meter gulung

9. Kompas

Gambar 1. Alat alat pendukung waterpas

IV.

FUNGSI MASING MASING ALAT


1. Waterpass

datar.
2. Statif

Tempat

berdirinya alat alat


Waterpass
3. Baak Ukur
:
Waterpass

untuk

Alat Ukur penyipat


kedudukan

dan

Alat

pembantu

menentukan

bedatinggi,

membaca Benang Atas, Benang Tengah dan


Benang Bawah
4. Jalon / Rambu Ukur

Untuk

membantu alat Waterpass dalamMemperjelas


sasaran yang akan di bidik.

GRUP PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2014


GROUP : II

WATERPASS 1

5. Patok kayu

Untuk

menentukan

letak titik yang akan di ukur.


6. Unting Unting :
Untuk menyetel dasar
( untuk pendekatan ) sumbupertama terhadap
patok tempat berdirinya alat
7. Payung :
Untuk
melindungi
Waterpass dari pengaruhcuaca.
8. Meter gulung :
Untuk

alat

mengukur

tinggi alat dan jarak pegas.


9. Kompas :
untuk menentukan arah utara
dan selatan
V.

GAMBAR DAN BAGIAN BAGIAN WATERPASS (B21)


5

7
4

1
2

Gambar 2. Waterpass

1. Lensa objektif
Untuk melihat/membentuk bayangan dari objek yang baik sejelas mungkin

baak ukur

2. Nivo

GRUP PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2014


GROUP : II

WATERPASS 1

Untuk mengetahui bahwa kedua garis yakni garis bidik dan sumbu mekanis
sudah dalam keadaan horizontal

Gambar 3. Gelembung nivo

3. Skrup pengatur nivo


Untuk mengatur bidan nivo agar datar dan tegak lurus pada sumbu pertama
4. Lensa okuler
Untuk melihat bayangan silang pada bak ukur yang menjadi benda (bacaan
benang baak) yang terlihat atau jatuh pada fokus mata (benang diagragma)
5. Skrup pengatur lensa objektif
Untuk mengatur pembentukan bayangan nagar sasaran atau baak ukur terlihat
jelas
6. Skrup pengatur halus
Untuk mengatur dan memutar waterpasss seccara halus ke arah sasaran
sehingga garis silang diafragma berada tepat di baak ukur.
7. Skrup pengatur bidikan
Untuk memperjelas pembentukan bayangan benang silang diagragma pada
waterpass.
VI.

TEORI
A. Pemakaian dalam sifat datar / Waterpass dalam menetukan beda tinggi
1.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan


pengukuran adalah sebagai berikut :

Garis bidik teropong harus sejajar dengan garis nivo.


Garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu pertama.
Garis mendatar diafragma harus tegak lurus pada sumbu pertama.

GRUP PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2014


GROUP : II

WATERPASS 1

2.

Sistem pembacaan Baak Ukur


Posisi pembacaan dilakukan pada saat :

Benang Nivo mendatar di tengah-tengah.

Benang vertikal berhimpit dengan garis tengah rambu.

Benang datar diafragma tegak lurus sumbu pertama.

Rambu dalam sumbu Vertikal (tegak lurus)

Nivo harus dalam posisi koinsudensi.


Setelah syarat terpenuhi maka pembacaan rambu sudah dapat dilakukan.

Garis Sumbu Utama

Garis Bidik Teropong

Pada gambar diatas terlihat bayangan sebagian dari baak ukur dan terliahat
pula adanya tiga benang yang sejajar secara horizontal satu sama lain. Benang itu
adalah benang tengah yaitu benang melalui optis dan benang atas serta benang
bawah yang sejajar benang tadi. Untuk kontrol, apakah pembacaan kita sudah
tepat dipakai rumus:

Rumus : BT =

BA BB
2

Hal ini memberi kita kontrol terhadap pengamatan benag tengah. dan hasil
pembacan Ba,Bt,Bb kita dapat menentukan panjangnya jarak optis antara tempat
berdirinya baak ukur, jika dimisalkan tempay berdirinya alat titik A dan tempat
berdirinya baaj ukur titik B maka :
d = ( Ba Bb ) x 100

GRUP PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2014


GROUP : II

WATERPASS 1

jarak optis (d )

baak ukur

titik A

titik B

Penentuan beda tinggi antara dua titik dilakukan dengan cara waterpassing
atau sifat datar.
Waterpassing adalah suatu pengukuran titik atau tinggi titik dimana selisih
tinggi antara titik-titik yang berdekatan ditentukan dengan sisi horizontal yang
ditujukan ke yang rambu-rambu (baak ukur) yang vertical. Dengan pertolongan
suatu nivo maka garis bidik dibuat horizontal. Garis bidik yang horizontal tersebut
diarahkan pada baak ukur yang ditempatkan pada titik yang akan ditentukan
selisihnya.

TB
TA
A

GRUP PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2014


GROUP : II

HA-B

WATERPASS 1

H(AB)

= Ta BtB

TA

= tinggi alat di titik A

BtB

= benang tengah pada titik B

HA-B

= TA TB,

Pada jarak yang datar, bidang-bidang nivo dianggap sebagai bidang mendatar
yang saling sejajar satu sama lain.

..............................................................................................Bidang datar
A

Pada titik A
Pada titik B
Prinsip pengukuran beda tinggi dengan cara waterpassing adalah garis
mendatar pada alat yang diarahkan pada mistar yang berdiri tegak. Pengukuran
dengan cara waterpassing merupakan cara penentuan beda tinggi yang paling teliti
dan cara baromatis adalah paling tidak teliti. Pada percobaan ini dilaksanakan atau
digunakan adalah dengan waterpassing atau sifat datar .
Pada pengukuran tinggi dengan cara menyipat datar, yang dicari selalu
titik potong garis bidik yang mendatar dengan mistar yang dipasang diatas titik,
sedang diketahui bahwa garis bidik adalah garis lurus yang menghubungkan titik
potong dua benang atau garis diafragma titik tengah lensa obyektif teropong,

GRUP PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2014


GROUP : II

WATERPASS 1

maka pada pengukuran akan selalu dibaca pada mistar mistar tempat titik
potong dua garis diafragma itu pada mistar.
Waktu melakukan pembacaan pada mistar-mistar, gelembung nivo selalu
ditempatkan ditengah-tengah supaya pembacaan dilakukan dengan garis bidik
yang mendatar ( syarat utama telah dipenuhi ). Sehingga sumbu pertama letaknya
tegak lurus ( syarat tambahan pertama telah dipenuhi ). Bila garis mendatar
diafragma tidak tegak lurus pada sumnbu pertama, garis mendatar a a diafragma
akan miring. Titik potong garis bidik dengan mistar ditentukan dengan
menentukan perbandingan antara x dan y lagi sedemikian rupa sehingga dua
angka perbandingan harus mempunyai jumlah yang sama dengan 10, supaya x
dinyatakan dalam mm bila suatu garis pada mistar adalah 1 cm penentuan x dan y
akan lebih mudah dilakukan, bila garis

a a diafragma mendatar sehingga

perbandingan itu dicari akan dapat harga x yang sama. Berlainan dengan keadaan
dimana selalu diambil titik potong dua garis diafragma sendiri baris a a garis
diafragma mendatar, bila letak tegak lurus dengan gelembung nivo ditengah
tengah penentuan tempat titik potong dua garis diafragma yang merupakan titik
potong garis bidik dan mistar, maka lebih mudah dikerjakan dan jalannya
pekerjaan dengan sendirinya akan lebih cepat.

posisi gelembung nivo tidak tepat ditengah

GRUP PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2014


GROUP : II

posisi gelembung nivo tepat ditengah

WATERPASS 1

Posisi gelembung nivo yang salah

posisi gelembung nivo yang benar

B.Membuat garis mendatar Diafragma harus tegak lurus pada sumbu pertama
Tempatkan nivo sejajar dengan dua skrup penyetel dan mengeser
gelembung ketengah tengah dengan kedua skrup penyetel diputar, putar nivo 90o
dan mengeser gelembung ketengah m tengah dengan penyetel ke tiga. Karena
garis arah nivo teleh dibuat tegak lurus dengan sumbu pertama, maka dengan
tegak lurusnya sumbu pertama pada dua jurusan yang mendatar sumbu pertama
menjadi tegak lurus. Arahkan teropong kesatu titik tertentu dan tempatkan titik itu
pada ujung kiri garis mendatar diafragma, goyangkan sekarang teropong dengan
sumbu pertama sebagai sumbu putar. Bila garis mendatar diafragma telah tegak
lurus pada sumbu jadi mendatar, maka didalam teropong titik akan bergerak diatas
garis mendatar dan setelah tiba disebelah kanan, titik akan berhimpit dengan
ujung kanan garis datar diafragma. Bila garis mendatar diafragma belum mendatar
jadi belum tegak lurus pada sumbu pertama yang letaknya tegak lurus, maka
setelah tiba di sebelah kanan titik tidak berhimpit dengan ujung kanan garis
mendatar diafragma tetapi tiba dititk P.

Putar sekarang seluruh diafragma sedemikian sehingga jarak Pa 1 menjadi


yang berarti bahwa ujung kanan garis mendatar diafragma menjadi a 2 a2 yang
letaknya mendatar. Ulangi pekerjaan ini pada pemutaran teropong dengan sumbu
pertama sebagai sumbu putar, tidak bergerak diatas garis mendatar diafragma itu.

GRUP PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2014


GROUP : II

WATERPASS 1

C. Persiapan pengukuran dengan alat Waterpass


Sebelum peraktek kelapangan dilakukan terlebih dahulu peninjauan lokasi
yang akan diukur dan mengetahuitujuan dari pada pengukuran tersebut. dan
selanjutnya membuat sket-sket yang berhubungan dengan pekerjaan yang
diinginkan. Sehingga sket tersebut merupakan dasar sementara untuk pekerjaan
selanjutnya. Setelah itu periksa alat yang akan dipergunakan apakah alat tersebut
dalam keadaan baik atau tidak baik.
D.

Lembaran Rumus Yang Dipakai Dalam Perhitungan W1


1) Perhitungan Beda Tinggi (elevasi)
Rumus : Elevasi titik n = Titik BM di A + h (A-B)
h (n-m) = Tinggi Alat di A BT titik
2) Perhitungan Jarak Optis (d)
Rumus : d = (Ba Bb) x 100

Jarak Optis (d)

3) Kontrol Benang Tengah (Bt)

Rumus :Bt =

BA BB
2

GRUP PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2014


GROUP : II

WATERPASS 1

VII. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Membuat

situasi

daerah,

lapangan

atau

areal

yang

akan

dilakukanpercobaan.
2. Menentukan dua titik patok untuk tempat berdirinya alat yaitu A dan B.
3. Menentukan 6 titik disekeliling pesawat waterpass.
4. Mendirikan statif lalu mengunci sekrup pengunci setelan kepala
statifdiatursedatar mungkin, keadaan kaki kira-kira membentuk segitiga
sama kaki, lalu kaki statif diinjak ketanah hingga kaki statif kokoh.
5. Memasang unting-unting pada pengunci pesawat kira-kira 0,5 cm 1 cm
dari titik agar diketahui secara kasar bahwa pesawat berada pada titik yang
telah ditentukan.
6. Lalu instrumen penyipat datar dipasang diatas statif sekrup pengunci
dikuncikan sekedarnya, supaya pesawat mudah di geser saat disetel.
7. Sekrup pengunci pesawat dikencangkan dengan

hati-hati

supaya

kedudukan pesawat tidak berubah lagi.


8. Mengatur teropong sejajar dengan dua sekrup pengatur penyetel nivo,
(Sekrup A dan B) kemudian sekrup pengunci dikecangkan.
9. Sumbu pertama harus vertical.
10. Garis bidik teropong harus sejajar garis nivo.
11. Benang mendatar diafragma tegak lurus sumbu pertama.
12. Setelah pesawat memenuhi syarat diatas maka pengukuran sudah dapat
dimulainamun terlebih dahulu baak ukur kita letakkan tegak lurus pada
patok-patok yang telah ditentukan.
13. Membidik teropong mulai dari titik yang pertama, baca : Ba, Bt, Bb.Pada
waktu melakukan pembacaan baak ukur dilakukan pengontrolan bacaan.
Kemudian pindah ketitik 2 ,membaca kembali nilai-nilai Ba, Bt, Bb.
14. Demikian seterusnya sampai titik 6.
15. Pindahkan alat untuk penempatan kedua.
16. Pesawat disetel kembali untuk siap dioprasikan
17. Membidik teropong pada salah satu titik ( titik 7 ) pada pengukuran kedua
ini.
18. Arahkan pesawat pada titik 7 kemudian melakukan pembacaan, demikian
seterusnya sampai titk 12.
19. Melaporkan hasil praktikum pada dosen pembimbing apakah hasil
pengukuran dilapangan sama dengan teori.

GRUP PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2014


GROUP : II

WATERPASS 1

GRUP PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2014


GROUP : II

WATERPASS 1

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH


INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN (ITM)
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jalan Gedung Arca No. 52 Medan 20217 Telp (061)7363771

TABEL PERCOBAAN W1
ALAT

: WATERPASS 1

TANGGAL : 17 NOVEMBER 2014


TEMPAT
ALAT

TITIK
BIDIK

PEMBACAAN
SUDUT
BA

A
(1.50)

B
(1.38)

GROUP : II

1.640

1.678

1.630

1.725

1.650

1.760

2.265

1.410

1.307

1.342

10

1.369

11

1.295

12

1.455

BT
1.56

BB
1.50

5
1.58

0
1.48

0
1,53

1
1.39

0
1.56

0
1.40

5
1.45

0
1.24

0
1.53

9
1.36

0
1.84

0
1.42

1.37

1.34

6
1.26

5
1.21

1
1.27

5
1.20

5
1.26

4
1.16

9
1.25

7
1.21

5
1.38

0
1.30

Group : II

GRUP PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2014


GROUP : II

JARAK
PEGAS
(m)

SUDUT
HORIZONTAL

13,90

1550

19,34

1460

26,32

1570

32,50

1480

40,10

1550

46,00

1490

84,00

590

6,50

1460

9,20

850

13,80

2000

20,20

1910

8,50

2960

15,00

1080

Medan, 24 November 2014


Dosen Pembimbing

WATERPASS 1

Ir. Syahlan Nasution, M.si

GRUP PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2014


GROUP : II

WATERPASS 1

PENENTUAN BEDA TINGGI


a) h (A-n) = Tinggi Alat di A Benang Tengah titik n
Tempat Alat Di A
Dik Tinggi Alat Titik A = 1.50 m
A-1 = Tinggi Alat Titik A Bt 1

Tempat Alat Di B
Dik Tinggi alat Titik B = 1.38 m
B-7 = Tinggi Alat Titik B Bt 7

= 1.50 1.570

= 1.38 1.376

= - 0.070 ( titik 1 )

= + 0,004 ( titik 7 )

A-2 = Tinggi Alat Titik A Bt 2

B-8 = Tinggi Alat Titik B Bt 8

= 1.50 1.579

= 1.38 1.261

= - 0.079 ( titik 2 )

= + 0,119 ( titik 8 )

A-3 = Tinggi Alat Titik A Bt 3

B-9 = Tinggi Alat Titik B Bt 9

= 1.50 1.510

= 1.38 1.275

= - 0.010 ( titik 3 )

= + 0,105 ( titik 9 )

A-4 = Tinggi Alat Titik A Bt 4

B-10 = Tinggi Alat Titik B Bt 10

= 1.50 1.562

= 1.38 1.269

= - 0.062 ( titik 4 )

= + 0.111 ( titik 10 )

A-5 = Tinggi Alat Titik A Bt 5

B-11 = Tinggi Alat Titik B Bt 11

= 1.50 1.449

= 1.38 1.255

= + 0,051 (titik 5)

= + 0.125 ( titik 11 )

A-6 = Tinggi Alat Titik A Bt 6

B-12 = Tinggi Alat Titik B Bt 12

= 1.50 1.560

= 1.38 1.38

= - 0.060 ( titik 6 )

= + 0,000 ( titik 12)

A-B = Tinggi Alat Titik A Bt B


= 1.50 1.642
= - 0.142 ( titik B )

GRUP PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2014


GROUP : II

WATERPASS 1

PENENTUAN DAN PERHITUNGAN ELEVASI


b) Elevasi titik n = Titik BM di A + h (A-n)
Elevasi Titik Di A
Elevasi Di Titik A (BM) = +0.00 ( m )
Elevasi Di Titik 1

= Elevasi Titik A + A-1


= 0.00 + (- 0,070)
= - 0,070 m

Elevasi Di Titik 2

= Elevasi Titik A + A-2


= 0.00 + (- 0.079)
= - 0.079 m

Elevasi Di Titik 3

= Elevasi Titik A + A-3


= 0.00 + (- 0.010)
= - 0.010 m

Elevasi Di Titik 4

= Elevasi Titik A + A-4


= 0.00 + (- 0.062)
= - 0.062 m

Elevasi Di Titik 5

= Elevasi Titik A + A-5


= 0.00 + 0,051
= + 0.051 m

Elevasi Di Titik 6

= E levasi Titik A + A-6


= 0.00 + (- 0.060)
= - 0.060 m

Elevasi Di Titik B

= Elevasi Titik A + A-B


= 0.00 + (- 0.142)
= - 0.142 m

Tempat Titik Di B
Elevasi Di Titik 7

= Elevasi Titik A + B-7


= - 0.142 + (0,004)
= - 0. 138 m

Elevasi Di Titik 8

= Elevasi Titik A + B-8


= - 0.142 + (0,119)
= - 0.023 m

Elevasi Di Titik 9

= Elevasi Titik A + B-9


= - 0.142 + (0.105)
= - 0.037 m

Elevasi Di Titik 10 = Elevasi Titik A + B-10


= - 0.142 + (0.111)
= - 0.031 m

GRUP PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2014


GROUP : II

WATERPASS 1

Elevasi Di Titik 11 = Elevasi Titik A + B-11


= - 0.142 + (0.125)
= - 0.017 m
Elevasi Di Titik 12 = Elevasi Titik A + B-12
= - 0.142 + (0.000)
= - 0.142 m
PERHITUNGAN JARAK OPTIS (d)

Rumus : d = (Ba Bb) x 100

dA 1 = (Ba Bb) x 100

dB-7 = (Ba Bb) x 100

= (1.640 1.500) x 100

= (1.410 1.345) x 100

= 14.00 m

= 6.50 m

dA-2 = (Ba Bb) x 100

dB-8 = (Ba Bb) x 100

= (1.678 1.481) x 100

= (1.307 1.215) x 100

= 19.70 m

= 9.20 m

dA 3 = (Ba Bb) x 100

dB-9 = (Ba Bb) x 100

= (1.630 1.390) x 100

= (1.342 1.204) x 100

= 24.00 m

= 13.80 m

dA 4 = ( Ba Bb) x 100

dB-10 = (Ba Bb) x 100

= (1.725 1.400) x 100

= (1.369 1.167) x 100

= 32.50 m

= 20.20 m

dA-5 = (Ba Bb) x 100

dB-11 = (Ba Bb) x 100

= (1.650 1.249) x 100

= (1.295 1.210) x 100

= 40.10 m

= 8.50 m

dA-6 = (Ba Bb) x 100

dB-12 = (Ba Bb) x 100

= (1.760 1.360) x 100

= (1.455 1.305) x 100

= 46.00 m

= 15.00 m

dA-B = (Ba Bb)

x 100

= (2.265 1.425) x 100


= 84.00 m

GRUP PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2014


GROUP : II

WATERPASS 1

KOREKSI KONTROL BENANG TENGAH

Benang Tengah

Ba+Bb
2

GRUP PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2014


GROUP : II

Titik 1.

BA = 1.640 m
BT = 1.565 m

BT =

1.640+1.500
=1.570 m
2

BT =

1.678+1.481
=1.579 m
2

BT =

1.630+1.390
=1.510 m
2

BT =

1.725+1.400
=1.562m
2

BT =

1.650+1.450
=1.449m
2

BT =

1.760+1.360
=1.560 m
2

BT =

2.265+1.425
=1.845m
2

BB = 1.500 m
Titik 2.

BA = 1.678 m
BT = 1.580 m
BB = 1.481 m

Titik 3.

BA = 1.630 m
BT = 1.530 m
BB = 1.390 m

Titik 4.

BA = 1.725 m
BT = 1.565 m
BB = 1.400 m

Titik 5.

BA = 1.650 m
BT = 1.450 m
BB = 1.249 m

Titik 6.

BA = 1.760 m
BT = 1.530 m
BB = 1.360 m

Titik B.

BA = 2.265 m
BT = 1.845 m
BB = 1.425 m

Tempat Alat di B :
Titik 7.

BA = 1.410 m
BT = 1.376 m

BT =

1.410+1.345
=1.377 m
2

BT =

1.307+ 1.259
=1.261m
2

BT =

1.342+1.204
=1.273 m
2

BT =

1.369+1.167
=1.268 m
2

BT =

1.295+1.210
=1.252m
2

BT =

1.572+1.171
=1.380 m
2

BB = 1.345 m
Titik 8.

BA = 1.307 m
BT = 1.261 m
BB = 1.259 m

Titik 9.

BA = 1.342 m
BT = 1.275 m
BB = 1.204 m

Titik 10. BA = 1.369 m


BT = 1.269 m
BB = 1.167 m
Titik 11. BA = 1.295 m
BT = 1.255 m
BB = 1.210 m
Titik 12. BA = 1.455 m
BT = 1.380 m
BB = 1.305 m

PERHITUNGAN WATERPASS I
Tempat
&
Posisi
Tinggi Bidik
alat
A
1
2
A
(1,50)

3
4
5
6
B
7
8

B
(1,38)

9
10
11
12

Pembacaan Baak
Ukur
BA

BT

BB

Jara
k
Optis

1.64
0
1.67
8
1.63
0
1725
1.65
0
1.76
0
2.26
5
1.41
0
1.30
7
1.34
2
1.36
9
1.29
5
1.45
5

1.570
1.579
1.510
1.562
1.449
1.560
1.845
1.377
1.261
1.273
1.268
1.252
1.380

1.50
0
1.48
1
1.39
0
1.40
0
1.24
9
1.36
0
1.42
5
1.34
5
1.21
5
1.20
4
1.16
7
1.21
0
1.30
5

Beda Tinggi

Elevas
i (M)

14.00

0.070

- 0.070

19.70

0.079

- 0.079

24.00

0.010

- 0.010

32.50

0.062

- 0.062

40.10

0.05
1

0.051

46.00

0.060

- 0.060

84.00

0.142

- 0.142

6.50

0.00
4

- 0.138

9.70

0.119

- 0.023

13.80

0.10
5

- 0.037

20.20

0.111

- 0.031

8.50
15.00

0.12
5
0,00
0

Ket

- 0.017
- 0.142

Medan, 24 November 2014


Dosen Pembimbing

Ir. Syahlan Nasution, M.si

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Dalam pengukuran terdapat kesalahan kesalahan yang terjadi dari
kesalahan itu terlihat jelas dari hasil kontrol perhitungan , misalnya :
a)

Kesalahan praktikan yang kurang melindungi waterpass dari panas


sinar matahari, sehingga mengakibatkan kesalahan membaca benang. Dengan
demikian kami mengambil kesimpulan bahwa data yang diperoleh dari
lapangan masih terdapat beberapa data yang tidak sesuai dengan data yang
diperoleh dari hasil perhitungan.

b) Kesalahan pembacaan benang tengah di A-3, dan A-6 disebabkan kekeliruan si


pembaca
c) Perbedaan nilai juga terjadi pada hasil jarak pegas berdasarkan pengukuran di
lapangan dengan hasil perhitungan melalui data yang ada seperti pada A-1 dan
A-2, dan yang sangat berbeda adalah pada hasil A-3
B. Saran
-

Kepada praktikan sebaiknya mendengar dan memperhatikan


dengan seksama, seperti langkah langkah penjelasan dan arahan yang
diberikan oleh dosen pembimbing sebelum melaksanakan praktek.

Sebaiknya memeriksa alat terlebih dahulu sebelum dipergunakan dilokasi


praktek dan dikontrol dengan cermat alat tersebut, untuk menghindari
timbulnya kesalahan pada alat sewaktu praktek, yang dapat mengakibatkan
hasil pengukuran dilapangan tidak sesuai atau menyimpang dari hasil
perhitungan supaya tidak terjadi hal seperti tersebut diatas atau timbul
kesalahan kesalahan yang diakibatkan oleh alat itu sendiri.
Untuk menghindari besarnya nilai persentase beda jarak, kita dapat
melakukan pengukuran antar titik dengan jarak yang pendek tetapi jarak
tersebut harus efisien (tidak terlalu pendek), sehingga waktu yang dibutuhkan
untuk mengumpulkan data yang diperlukan tidak terlalu lama.
KESIMPULAN BEDA JARAK
Perbedaan jarak titik dilapangan dengan jarak titik analisa data dapat
diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu :

Pembacaan benang kurang teliti didalam membaca benang pada alat


waterpass.

Para praktikan kurang teliti mengukur jarak pegas.

Tingkat elastisitas bahan meter gulung. Dimana persentase beda jarak antar
titik berbanding linier terhadap tingkat elastisitas bahan meter gulung,
sehingga semakin elastis bahan meter gulung maka semakin besar pula
persentase beda jarak antar titik dilapangan dengan jarak titik setelah
dianalisa melalui data yang ada.

Keadaan kontur jalan diantara dua titik dilapangan juga mempengaruhi nilai
jarak pegas, seperti : polisi tidur, kemiringan jalan, jalan yang bergelombang,
dsb. Sedangkan pengukuran jarak melalui waterpass adalah berdasarkan garis
lurus.

Anda mungkin juga menyukai