Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Menurut Hasibuan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

Menurut Hasibuan (2010), diskusi adalah suatu proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara

verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar-menukar informasi, mempertahankan pendapat, atau pemecahan masalah.

Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atu menyusun berbagai alternative pemecahan atas suatu masalah (Hasibuan, 1985). C.Jenis-JenisDiskusi Jenis-jenis diskusi menurut Hasibuan (2010) yaitu : 1) Wholegroup Kelas merupakan satu kelompok diskusi. Whole group yang ideal apabila jumlah anggota tidak lebih dari 15 orang. 2) Buzz gruop Satu kelompok besar dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, terdiri atas 4-5 orang. Tempat diatur agar siswa dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan mudah. Diskusi diadakan di tengah pelajaran atau di akhir pelajaran dengan maksud menajamkan kerangka bahan pelajaran, memperjelas bahan pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan.

Hasil belajar yang diharapkan ialah agar segenap individu membandingkan persepsinya yang mungkin berbeda-beda tentang bahan pelajaran,

membandingkan interpretasi dan informasi yang diperoleh masing-masing. Dengan demikian masing-masing individu dapat saling memperbaiki

pengertian, persepsi, informasi, interpretasi sehingga dapat dihindarkan kekeliruan-kekeliruan. 3) Panel Suatu kelompok kecil, biasanya3-6 orang, mendiskusikan satu subjek tertentu, duduk dalam suatu susunan semi melingkar, dipimpin oleh seorang moderator. Panel ini secara fisik dapat berhadapan dengan audience, dapat juga secara tidak langsung (misalnya panel di televisi). Pada suatu panel yang murni, audience tidak ikut serta dalam diskusi. 4) Sundicate group Suatu kelompok (kelas) dibagi menjadi beberapa kelompok klecil terdiri dari 3-6 orang. Masing-masing kelompok kecil melaksanakan tugas tertentu. Guru menjelaskan garis besarnya problema kepada kelas; ia menggambarkan aspek-aspek masalah, kemudian tiap-tiap kelompok (syndicate) diberi tugas untuk mempelajari suatu aspek tertentu. Guru menyediakan referensi atau sumber-sumber informasi lain.

Setiap sindikat bersidang sendiri-sendiri atau membaca bahan, berdiskusi, dan menyusun laporan yang berupa kesimpulan sindikat. Tiap laporan dibawa ke siding pleno untuk didiskusikan lebih lanjut. 5) Brain Storming group Kelompok menyumbangkan ide-ide baru tanpa dinilai segera. Setiap anggota kelompok mengeluarkan pendapatnya. Hasil belajar yang diharapkan ialah agar anggota kelompok belajar menghargai pendapat orang lain,

menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri dalam mengembangkan ide-ide yang ditemukannya yang dianggap benar. 6) Simposium Beberapa orang membahas tentang berbnagai aspek dari suatu subjek tertentu, dan membacakan di muka peserta symposium secara singkat (5-20 menit). Kemudian diikuti dengan sanggahan dan pertanyaan dari para penyanggah, dan juga dari pendengar. Bahasan dan sanggahan itu selanjutnya dirumuskan oleh panitia perumus sebagai hasil simposium. 7) Informal debate Kelas dibagi menjadi dua tim yang agak sama besarnya, dan mendiskusikan subjek yang cocok untuk diperdebatkan tanpa memperhatikan peraturan perdebatan normal. Bahan yang cocok untuk diperdebatkan ialah yang bersifat problematic, bukan yang bersifat aktual. 8) Colloquium Seseorang atau beberapa orang manusia sumber menjawab pertanyaan dari audience. Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa atau mahasiswa menginterviu manusia sumber, selanjutnya mengundang pertanyaan lain atau tambahan dari siswa atau mahasiswa lain. Hasil belajar yang diharapkan ialah para siswa atau mahasiswa akan memperoleh pengetahuan dari tangan pertama. 9) Fish Bowl

Beberapa orang peserta dipimpin oleh seorang ketua mengadakan suatu diskusi untuk mengambil suatu keputusan. Tempat duduk diatur merupakan setengah lingkaran dengan dua atau tiga kursi kosong menghadap peserta diskusi. Kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok diskusi, seolah-olah melihat ikan yang berada dalam sebuah mangkuk (fish bowl). Sedang kelompok diskusi berdiskusi, kelompok pendengar yang ingin menyumbangkan pikiran dapat masuk duduk di kursi kosong. Apabila ketua diskusi mempersilakan berbicara, ia dapat langsung berbicara, dan

meninggalkan kursi setelah selesai berbicara.

D.

Langkah-Langkah

Penggunaan

Metode

Diskusi

Langkah-langkah yang harus dipahami dan dijadikan pedoman menuntun diskusi 1. a) b) ada Menurut Apakah Soal-soal dua Team masalah penting pendapat Didaktik atau perihal terdapat yaitu Metodik yang dalam : (1989): dihadapi? masalah itu?

manakah

c) Kemungkinan-kemingkinan jawaban yang bagaimanakah dapat dirumuskan oleh kelompok diskusi terhadap suatu masalah?

d) Hal apakah dan yang manakah telah diterima oleh suara terbanyak sebagai persetujuan? e) f) 2. Menurut Tindakan Siapakah Hasibuan apakah yang yang (1985) dan sudah direncanakan? melaksanakannnya? Sastrawijaya (1988):

a) Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya. Dapat pula pokok masalah yang akan didiskusikan itu ditentukan bersama-sama oleh guru dan siswa. Yang penting, judul atau masalah yang akan didiskusikan harus dirumuskan sejelas-jelasnya agar dapat dipahami dengan baik oleh siswa. b) Dengan pimpinan guru, para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, pelapor), mengatur tempat duduk, ruangan, sarana, sebagainya. Pimpinan diskusi sebaiknya berada di tangan siswa 1) 2) 3) 4) Tugas a) b) c) Dapat bertindak pimpinan Pengatur Pengatur Penengah dan Lebih memahami dan yang masalah disenangi Lancar tegas, diskusi dan "lalu penyimpul adil, antara pengarah lintas" berbagai dan yang oleh akan : didiskusikan teman-temannya berbicara demokratis lain : diskusi pembicaraan pendapat

"Berwibawa"

c) Para siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing, sedangkan guru berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain ( kalau ada lebih dari satu kelompok), menjaga ketertiban, serta memberikan dorongan dan bantuan agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif, dan agar diskusi lancar. Setiap anggota hendaknya tahu persis yang akan didiskusikan dan bagaimana caranya berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam suasana bebas,

setiap anggota tahu bahwa mereka mempunyai hak biocara yang sama d) Kemudian tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil tersebut ditanggapi oleh semua siswa, terurama dari kelompok lain. Guru memberi ulasan atau penjelasan terhadap laporan tersebut.

e) Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, dan guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari setiap kelompok.

E.

Kegunaan

Metode

Diskusi

Menurut Hasibuan (1985), diskusi sebagai metode mengajar lebih cocok dan diperlukan 1) apabila berbagai kita kemampuan (guru) yang ada hendak pada : siswa

Memanfaatkan

2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan kemampuannya 3) 4) Mendapatkan balikan dari siswa siswa, apakah tujuan telah tercapai kritis

Membantu

belajar

berpikir

5) Membantu siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-temannya (orang lain)

6) Membantu siswa memyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah yang "dilihat", baik dari pengalaman sendiri maupun dari pelajaran sekolah 7) F. Mengembangkan Keuntungan motivasi Dan untuk Kelebihan belajar lebih lanjut Diskusi

Metode

Menurut Team Didaktik Metodik (1989), mengajar dengan mempergunakan metode i. Mempertinggi diskusi partisipasi siswa berarti secara secara : individual.

ii.

Mempertinggi

partisipasi

kelas

sebagai

keseluruhan.

Menurut Staton (1978), kelebihan metode diskusi dari metode-metode lainnya ialah, bahwa diskusi ini memberikan dorongan kepada setiap anggota kelompok untuk berbuat secara konstruktiv, berpikir kreatif terhadap suatu subyek, dan menyumbangkan pengalaman dan keahliannya yang berguna itu untuk kepentingan bersama-sama.

Menurut Team Didaktik Metodik (1989), kelemahan dari metode diskusi : 1) 2) 1. Sulit Sulit bagi bagi guru untuk meramlakan mengatur ( arah penyelesaian berpikir method diskusi. ilmiah )

siswa

untuk

secara

Metode

Diskusi

Discussion

Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation ).

Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk : 1. 2. Mendorong Mendorong siswa siswa mengekspresikan berpikir pendapatnya secara kritis. bebas

3. Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan masalah bersama.

4. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan Kelebihan masalah metode berdsarkan diskusi pertimbangan sebagai yang seksama. :

berikut

1. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai

jalan 2. Menyadarkan ank didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.

3. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi. (Syaiful Kelemahan a. b. c. tidak Peserta Dapat Bahri metode dapat dipakai diskusi dalam Djamarah, sebagai kelompok informasi yang berikut yang yang suka 2000) : besar. terbatas. berbicara.

diskusi dikuasai

mendapat oleh

orang-orang

d. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Syaiful Bahri Djamarah,2000)

2.1. 2.1.1.

Kedudukan Pengertian

IPS Ilmu

di

SD Sosial

Sesuai dengan sebutannya sebagai ilmu, ilmu soial itu tekannanya kepada keilmuan yang berkenaan denagn kehidupan masyarakt atau kehidupan sosial. Oleh karena itu Ilmu sosial ini secara khusus di pelajari dan dikembankan Berkenaan denagn ditingkat ilmu Sosial ini, pendidikan Norma Mackenzie tinggi. (1975)

mengemukakan bahwa ilmu sosial adalah semua bidang ilmu yang berkenaan denagn manusia dalam konteks sosialnya atau dengan kata lain adalah semua bidang ilmu yang mempelajarai manusia sebagai anggota masyarakat. Aspek aspek kehidupan manusia sebagia anggota masyarakat aspek aspek aspek aspek aspek norma, aspek antar antara hubungan aspek kebutuhan peraturan dan dan lain manusia meliputi dalam : kelompok kejiwaan materi hokum kenegaraan kebudayaan kesejahteraan komunikasi dan kesejahteraan alam sosial lingkungan

pemerintahan aspek aspek aspek kebijaksanaan

hubungan

manusia

dengan

aspek

pengelolaan,

pengurusan, aspek

pengaturan

dan

lain

lain

pendidikan aspek Pengetahuan yang Sosial lainnya. (IPS)

dan

aspek

Ilmu

2.1.2.

Pengertian

IPS seperti halnya IPA, Matematika, Bahasa Indonesia merupakan bidang studi. Dengan demikian IPS sebagai bidang studi memiliki garapan yang dipelajari cukup luas. Bidang garapannya itu melputi gejala gejala dan masalah kehidupan manusia di masyarakat.

IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan.

Sifat IPS sama dengan studi sosial yang praktis, interdisipliner dan diajarkan mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. IPS yang diajarkan pada pendidikan dasar dan menengah, menjadi dasar pengantar bagi mempelajari IPS / Studi Sosial ataupun ilmu Sosial di Perguruan Tinggi. Bahkan dalam kerangka kerjanya dapat saling melengkapi. Hasil penelaahan IPS dapat dimanfaatkan oleh ilmu sosial, dan sebaliknya hasil kajian ilmu sosial, dapat dimanfaatkan oleh IPS.

Dengan demikian antara ilmu sosial, studi sosial dan ilmu pengetahuan sosial ternyata terdapat kaitan satu sama lainnya, sehingga terdapat persamaan Keterikatan Materi IPS dan dengan materi Pelajaran perbedaan. lainnya.

2.2.

Peran

IPS

di

SD

Pemberian materi di SD diberikan oleh guru berdasarkan kurikulum pendidikan. Kurikulum pendidikan IPS di SD di Indonesia sudah terjadi beberapa perubahan, dinataranya kurikulum IPS SD tahun 1964, 1968, 1975, 1984, 1986, 1994, 2004, 2007.

Dari tiap-tipa perubahan itu mengalami peningkatan bagaimana seorang guru menyampaikan kepada anak didiknya di SD. Contohnya, materi kurikulum IPS 1994 di tata secra lebih terpadu dan lebih sederhana dari pada materi kurikulum IPS 1986 dan kurikulum IPS 1975 yang masih tampak berdiri sendiri. Pada kurikulum IPS 1994 guru dituntut untuk bisa mengembangkan materi-materi yang akan disampaikan, sedangkan pada kurikulum sebelumnya seorang lebih mengacu pada metri-materi yang ada pada Ruang 1. 2. 3. 4. 5. lungkup Sistem Manusia, Perilaku Waktu, Sistem pengetahuan sosial tempat, ekonomi keterlanjutan, berbangsa sosial dan dan dan dan dan buku. meliputi: budaya lingkungan kesejahteraan perubahan bernegara.

Standar kompetensi mata pelajaran pengetahuan sosial SD dan MI adalah kompetensi pembelajaran yang harus dikuasai siswa sosial, setelah antar melalui lain proses :

pengetahuan

1. Kemapuan memahami identitas diri dan keluraga dalam rangka berinteraksi di lingkungan rumah.

2. Kemampuan dalam menerapkan hak dan kewajiban, sikap saling menghormati dan hidup hemat dalam keluraga serta memelihara lingkungan. 3. kemampuan memahami kronologis peristiwa penting dalm keluraga, kedudukan dalam keluraga serta hak dan kewajiban dalam lingkungan masyarakat. 4. Kemapuan memahami keragaman suku bangsa dan budaya,

perkembangan teknologi, persebarab SDA,sosila,dan aktivitasnya dalam jula beli, menghargai peninggalan di lingkungan setempat dan sikap kepahlawanan dan patroitisme, serta hak dan kewajiban warga negara. 5. Kemapuan memahami keragaman kemampuan alam sosial, budaya, dan kegiatan ekonomi di Indonesia serta memahami, menghargai, dan melestarikan sejarah perjalanan bangsa Indonesia .

6. Kemampuan memahami peran masyarakat, sebagai potensi bangsa dalam mempertahankan kemerdekaan, kegitan ekonomi negara Indonesia dan negara tetangga, kenampakkan alam dunia, dan kedudukan masyarakat sebagi potensi bangsa dalam melaksanakan hak azasi manusia dan nilai-nilai pancasila.

Dalam pelaksanaannya kurikulum 2004 ini terdapat sejumlah ramburambu yang harus diperhatikan yaitu: (1) Dokumen standar kompetensi mata pelajaran Pengetahuan Sosial merupakan salah satu pedoman bagi pengembangan kurikulum di daerah untuk menyusun silabus. (2) Pengorganisasian materi menggunakan pendekatan kemasyarakatan yang

meluas (expanding community approach) yakni dimulai dari hal-hal yang terdekat dengan siswa (keluraga) ke hal-hal yang lebih jauh (global).(3) Pembelajaran dalam mata pelajaran Pengetahuna Sosila menggunakan pendekatan terpadu (integrated aspproach) dan pendekatan belajar kontekstual untuk mengembangkan dan menngkatkan kecerdasan, sikap, serta keterampilan sosia;. Pendekata tersebut diwujudkan anmtara lain melalui penggunaan metode inkuiri, eksploratif, dan pemecahan masalah. Metode metode pembelajaran tersebut dapat dilaksanakan secara bervariasi di dalam atau di luar kelas dengan memperhatikan ketersediaan sumber-sumber belajar.(4) Dalam Pembelajaran Pengetahuan sosial perlu diikuti dengan paraktik belajar pengetahuan Sosila. Praktek belajar ini merupakan suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk memabnatu siswa agar memahami fakta, peristiwa, konsep dan generalisasi melalui paraktik belajar secara empirik, yang disebut paraktik kesadaran lingkungan.(5) menggunakan Dalam berbagai pembelajaran media yang Pengetahuan mempunyai Sosila potensial dapat untuk

menambah wawasa dalam konteks belajar serta meningkatkan hasila belajar. Slide, film, radio, televisi, dan komputer yang dilengakapi dengan CD-Room dan hubungan internet dapat dimanpaatkan untuk mengakses berbagai iNformasi tentang isu lokal, nasional dan global.(6) Penilaian berbasis kelas dala mata pelajaran pengetahuan sosial diarahkan untuk mengukur pencapain indicator hasil belajar. Selainpenilain tertulis (pencil and paper test) dapat juga menggunakan model penilaian berdasarkan perbuatan (performance based assesment), penugasan (project), produk

(priduct) atau (portofolio).(7) alokasi waktu tiap hasil belajar dapat diorganisasikan guru sesuia dengan alokasi yang diperlukan.(8) Urutan indikator dalam kurikulum 2004 dapat disesuiakan dengan kebutuhan. Demikian uraian IPS di sekolah Dasar, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir dan telah melaksanakan dua macam kurikulum SD yakni kurikulum 1994 dan 2004.

Berdasarkan masukan dari lapangan pelaksanaan, kurikulum 2004 ynag dikenal Kurikulum Berbasis kompetensi (KBK), belum sepenuhnya diterapkan di semua kelas, kelas II da VI masih menggunakan kurikulum 1994. Menurut Informasi dari beberapa guru SD yang telah melaksanakan KBK, masih dirasakan adanya berbagai kendala seperti terbatasnya buku sumber; pendekatan pembelajaran yang masih menggunakan cara konvesional dengan metode yang monoton, sehinnga siswa sulit dibawa untuk ber-inkuiri, ber-disdcoveri dan ber-eksplorasi dalam proses

pembelajaran. Namun dengan tekad dan semangat yang kuat dari guru sebagai ujung tombak pembelajaran, dalam kurun waktu relatif singkat akan adapat menerapkan pelaksanaan KBK ini sesuai rambu-rambu yang telah dikemukakan di atas.

Kedudukan Pendidikan IPS di Indonesia Saat Ini IPS merupakan mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, tatanegara dan sejarah (kurikulum, 1994) yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalm kehidupan sehari hari, tetapi kenyataan dilapangan berbeda dengan yang diharapkan, IPS dalam kehidupan, baik kalangan siswa maupun orang tua dianggap sesuatu yang tidak membanggakan, contoh lain : IPS hanya sebagai hapalan belaka sehingga bosan, tidak dapat menggunakan alat alat kongkrit (fasif), tidak menjamin, sehingga yang amsuk IPS dianggap orang orang yang gagal, padahal tidak demikina eksistensi IPS dalam membentuk kepribadian dan mengasah kecerdsan siswa. Seorang guru SD yang kreatif dapat dilihat pada saat mengajar pelajaran IPS.Tidak selamanya materi IPS dapat diceritakan dan dihafalkan, melainkan harus menggunakan nalar dan intelegensi yang tinggi seperti belajar tentang geologi, geomorfologi, kosmografi.Tanpa berfikir yang rasional dan nalar yang tinggi sangat sulit mengerti tentang bahan kajian tersebut.Tidak hanya pelajaran eksak yang menjadi tolak ukur kecerdasan siswa pelajaran IPS pun dapat dijadikan tolak ukur, karena siswa yang cerdaslah yang dapat menelaah, menganalisa, dan mengambil suatu kesimpulan terhadap suatu peristiwa sosial yang terjadi di masyarakat. Memandang perlunya pendidikan IPS bagi setiap warga negara Apresiasi terhadap social studies (pendidikan IPS) terus bertambah dari berbagai negara, terutama di Amerika, Inggris, dan berbagai negara di Eropa, dan baru berkembang ke berbagai negara di Australia dan Asia termasuk Indonesia.

1.

2.

3.

4.

5. 6.

Prof. Dr. Said Hamid Hasan, M.A., guru besar Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) UPI Bandung, mensinyalir + 60% guru PIPS di Indonesia tidak berlatar belakang pendidikan IPS. Sinyalemen ini dikemukakannya pada saat Seminar Nasional dan Musyawaroh Daerah I Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial Indonesia (HISPISI) Jawa Barat, di Bandung (31 Oktober 2002). Atas dasar ini, tidaklah berlebihan kiranya apabila dalam kenyataan hidup di masyarakat, mata pelajaran IPS dalam pandangan orang tua siswa menempati kedudukan "kelas dua" dibandingkan dengan posisi IPA, demikian penegasan Prof. Dr. Nursid Sumaatmadja, dalam momentum seminar yang sama. Sementara itu, pakar PIPS lainnya (seperti Prof. Nu`man Somantri, M.Sc.Ed, Prof. Dr. Azis Wahab, M.A., dan Prof. Dr. Suwarma Al Muchtar, S.H. M.Pd.) mengungkapkan, bahwa proses pembelajaran IPS di tingkat persekolahan mengandung beberapa kelemahan seperti: Kurang memperhatikan perubahan-perubahan dalam tujuan, fungsi , dan peran PIPS di sekolah Tujuan pembelajaran kurang jelas dan tidak tegas (not purposeful). Posisi, peran, dan hubungan fungsional dengan bidang studi lainnya terabaikan Informasi faktual lebih bertumpu pada buku paket yang out of date dan kurang mendayagunakan sumbr-sumber lainnya. Lemahnya transfer informasi konsep ilmu-ilmu sosial Out put PIPS tidak memberi tambahan daya dan tidak pula mengandung kekuatan (not empowering and not powerful). Guru tidak dapat meyakinkan siswa untuk belajar PIPS lebih bergairan dan bersungguh-sungguh Siswa tidak dibelajarkan untuk membangun konseptualisasi yang mandiri. Guru lebih mendominasi siswa (teacher centered) Kadar pembelajaran yang rendah, kebutuhan belajar siswa tidak terlayani. Belum membiasakan pengalaman nilai-nilai kehidupan demokrasi sosial kemasyarakatan dengan melibatkan siswa dan seluruh komunitas sekolah dalam berbagai aktivitas kelas dan sekolah Dalam pertemuan kelas tidak menggagendakan setting lokal, nasional, dan global, khususnya berkaitan dengan struktur sistem sosial dan perilaku kemasyarakatan. PIPS yang diajarkan di sekolah-sekolah di Indonesia pada prinsipnya identik dengan studi sosial (social studies) yang diajarkan di sekolah-sekolah di luar negeri, terutama di Amerika Serikat, tetapi isinya (content) disesuaikan dengan kondisi Indonesia (Sanusi, 1998; Somantri, 2001). Berkenaan dengan PIPS yang diajarkan di level pendidikan dasar, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1994) menerangkan bahwa PIPS adalah mata pelajaran yang

1. 2. 3. 4.

1. 2. 3. 4.

mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian pokok geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, tata negara, dan sejarah. Perbedaan antara ilmu-ilmu sosial dan PIPS, menurut Frasser and West (1993), terletak pada "systematically structured bodies of scholarly content and psychologically structures selection of instructional content". Kedudukan konsep ilmu, teknologi dan kemasyarakatan semakin penting dalam era masyarakat modern yang banyak menimbulkan masalah-masalah kompleks. Kenyataan ini akan semakin dirasakan apabila dalam penjelasanya memberi informasi lebih jauh bahwa pemecahan masalah-masalah tersebut menghendaki adanya kedudukan dari berbagai disiplin ilmu. IPS sebagai mata pelajaran di lembaga pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis. Hal ini terbukti dengan banyak ide atau pemikiran dari para ahli seperti Robert E. Yager yang memasukkan ilmu, teknologi dan masyarakat (ITM) baik sebagai bidang penerapan dan hubungan, kreativitas dan sikap, maupun konsep dan proses. Remy (1990) mengemukakan konsep ITM memberikan konstribusi secara langsung terhadap misi pokok IPS, khususnya dalam mempersiapkan warga negara yang: Memahami ilmu pengetahuan di masyarakat. Pengambilan keputusan warga negara. Membuat hubungan antar pengetahuan. Mengingatkan generasi pada sejarah bangsa-bangsa beradab. Melalui suatu studi "Project Synthesis", Noris Harms mengembangkan tujuan IPS untuk pendidikan sebagai berikut: IPS untuk memenuhi kebutuhan pribadi individu. IPS untuk memecahkan persoalan-persoalan kemasyarakatan masa kini. IPS Untuk membantu dalam memilih karir. IPS untuk mempersiapkan studi lanjutan.

http://long-visit.blogspot.com/2012/07/perkembangan-pendidikanilmu.html

Anda mungkin juga menyukai