BA 18P02690 5e4df77f24791
BA 18P02690 5e4df77f24791
BA 18P02690 5e4df77f24791
A. Stratifikasi Sosial
Definisi sistematik antara lain dikemukakan oleh Sorokin bahwa pelapisan sosial
merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat
(hierarkis). Perwujudannya adalah adanya lapisan-lapisan di dalam masyarakat, ada lapisan
yang tinggi dan ada lapisan-lapisan di bawahnya. Setiap lapisan tersebut disebut strata
sosial. Pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam klas-klas secara bertingkat
(hierarchis). Di mana perwujudannya adalah lapisan-lapisan atau klas-klas tinggi, sedang
34
ataupun klas-klas yang rendah. Bouman dan Weber menggunakan istilah tingkatan atau
dalam bahasa belanda disebut stand yaitu golongan manusia yang ditandai dengan suatu cara
hidup dalam kesadaran akan beberapa hak istimewa tertentu dan menurut gengsi
kemasyarakatan. Dasar atau inti, sehingga dapat terjadi lapisan-lapisan dalam masyarakat ada
beberapa sebab antara lain:
• Tidak ada keseimbangan dalam pembagian hak-hak dan kewajiban-kewajiban
• Kurang terpenuhinya kebutuhan daripada manusia
• Adanya kekuatan-kekuatan sosial dan pengaruhnya di antara anggota masyarakat
36
Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang
tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang
berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan misalnya
dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan seterusnya.
38
dalam hidupnya. Sistem perlapisan sosial tersebut akan memudahkan pemecahan masalah
yang timbul dalam masyarakat.
Adanya perlapisan masyarakat dalam konteks keruangan global, misalnya adanya
negara maju dan negara berkembang diperlukan organisasi masyarakat dunia, dan/atau
regional, misalnya PBB.,ASEAN, APHC dan lain-lain. Permasalahan yang terjadi antara dua
Negara, misalnya konflik Indonesia-Malaysia mengenai perbatasan, yang menyangkut
kepemilikan P. Sipadan dan Ligitan. Masalah ini diselesaikan lewat organisasi dunia PBB.
D.Struktur Sosial
Struktur sosial dipahami sebagai suatu bangunan sosial yang terdiri dari berbagai
unsur pembentuk masyarakat. Unsur-unsur tersebul saling berhubungan satu dengan yang
lain dan fungsional. Artinya kalau terjadi perubahan salah satu unsur-unsur yang lain akan
mengalami perubahan juga. Unsur pembentuk masyarakat dapat berupa manusia atau
individu yang ada sebagai anggota masyarakat, tempat tinggal atau suatu lingkungan kawasan
yang menjadi tempat dimana masyarakat itu berada dan juga kebudayaan serta nilai dan
norma yang mengatur kehidupan bersama tersebut. Tiap unsur tersebut akan membentuk
sistem atau pola hubungan yang menjadi roh dari struktur tersebut sekaligus menunjukan
dinamika sosial yang terjadi didalamnya. Hubungan antar individu menghasilakan pola-pola
hubungan yang ada, dalam bentuk status dan peran masing-masing. Hubungan antara
individu dan kelompok akan memunculkan proses sosialisasi dan juga pola interaksi yang
ada. Sementara hubungan antara manusia dengan lingkungannya akan menimbulkan
kebudayaan baik yang bersifat material maupun kebudayaan material. Pola
hubungan-hubungan yang terjadi dari berbagai unsur kehidupan masyarakat ini akan menjadi
ciri dari masyarakat mercka sendiri yang mungkin berbeda dengan masyarakat lainnya.
Koentjaraningrat (1983:175) menjelaskan bahwa struktur sosial adalah kerangka yang
dapat menggambarkan kaitan berbagai unsur dalam masyarakat. Sementara itu Soeleman B.
Taneko (1983:12) menjelaskan bahwa struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-
unsur sosial yang pokok yakni kaidah-kaidah sosial, lembaga-lernbaga sosial, kelompok-
kelompok sosial serta lapisan-lapisan sosial. Jika struktur sosial diibaratkan sebagai sebuah
gedung bertingkat tiga, dan atap gedung tersebut adalah kebudayaan masyarakatnya. maka
atap tersebut tidak saja sebagai atap bangunan gedung paling atas, melainkan juga atap bagi
lantai dua dan lantai satu juga. Bangunan sosial ini dapat kokoh berdiri karena adanya pola
hubungan sosial yang terjadi di dalamnya. Pola tersebut adalah hubungan individu dengan
individu, hubungan individu dengan kelompok dan hubungan kelompok dengan kelompok
39
yang ada. Pola hubungan ini akan berlangsung di bawah norma dan nilai yang mereka
sepakati bersama. Misalnya dalam bangunan gedung di atas, pintu dan jendela memiliki
fungsi yang berbeda, pintu dan jendela sebagai norma yang mengatur perilaku penghuninya.
Jika dia memasuki ruangan tertentu dalam gedung tersebut mereka akan menggunakan pintu
sebagai jalan mereka memasuki ruangan dan bukan melalui jendela. Walaupun jendela dekat
dengan posisi berdiri seseorang yang akan memasuki ruangan.dan mereka bisa memasuki
ruangan melalui jendela, akan letapi hal ini tidak lazim atau tidak sesuai dengan peraturan
atau nilai dan norma yang ada dalam masyarakat.
Demensi Struktural ada dua macam yaitu demensi vertical dan demensi horizontal.
Demensi vertical akan melihat masyarakat secara bertingkat. Jika itu bangunan gedung di
atas adalah tembok dengan lantai-lantainya dengan tangga sebagai penghubung antara lantai
yang ada. Sebagai kenyataan sosial dcrnensi vertical akan nampak pada stratifikasi
sosial,kelas sosial dan status sosial dalam masyarakat.
40
pekerjaan di dasarkan kepada nilai kemanusiaan yang sama yaitu bekerja untuk pemenuhan
nafkah bagi diri dan keluarga. Jenis pekerjaan yang ada dapat berbeda, tetapi hakekatnva
adalah sama dalam memenuhi nilai kemanusiaan tersebut. Timbul demensi vertical manakala
orang membandingkan pekerjaaan tersebut dari beberapa aspek, seperti penghasilanya yang
diperoleh, sifat pekerjaannya kasar atau halus; membutuhkan banyak tenaga atau banyak
pikiran. Pandangan demikian akan menyebabkan pekerjaan sebagai unsur deferensiasi sosial
memiliki demensi vertical.
Contoh pekerjaaan sebagai Pegawai Negeri Sipil akan lebih dihargai dari pada pekerjaan
sebagai petani demikian juga pekerjaan yang sama misalnya pegawai negeri akan
dibedakan berdasarkan jabatan yang dimiliki. Misalnya staff akan berbeda penghargaanya
dengan kepala bangunan.
41