5 Jenis Metodologi Pembelajaran Yang Sering Digunakan
5 Jenis Metodologi Pembelajaran Yang Sering Digunakan
5 Jenis Metodologi Pembelajaran Yang Sering Digunakan
Sering Digunakan
Posted on March 16, 2022 by adminlp2m
0
Metodologi pembelajaran merupakan cara cara dalam melakukan aktivitas antara pendidik
dan peserta didik ketika berinteraksi dalam proses belajar. Pendidik perlu mengetahui dan
mempelajari metode pengajaran agar dapat menyampaikan materi dan dimengerti dengan
baik oleh peserta didik.
Sebelum seorang dosen menggunakan suatu metode dalam proses pembelajaran, maka
seorang guru harus mengetahui dahulu beberapa faktor yang harus dijadikan dasar
pertimbangan dalam pemilihan sebuah metode pembelajaran, yaitu:
Metode ini mampu digunakan untuk mengatasi kelangkaan literatur atau sumber rujukan
informasi karena daya beli siswa yang diluar jangkauan. Namun metode ini juga memiliki
beberapa kelemahan dan kelebihan.
Siswa merasa takut bila guru kurang dapat mendorong siswa untuk berani dengan
menciptakan suasana yang tidak tegang.
Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan mudah
dipahami siswa.
Sering membuang banyak waktu.
Kurangnya waktu untuk memberikan pertanyaan kepada seluruh siswa.
Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang cukup efektif sebab membantu para siswa
untuk memperoleh jawaban dengan mengamati suatu proses atau peristiwa tertentu.
Menghindari verbalisme.
Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari.
Proses pengajaran lebih menarik.
Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan
kenyataan dan mencoba melakukannya sendiri.
Metode Diskusi berbentuk tukar menukar informasi, pendapat dan unsur-unsur pengalaman
secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian yang sama, lebih jelas dan lebih
teliti tentang sesuatu atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama.
Merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan, prakarya dan terobosan
baru dalam pemecahan masalah.
Mengembangkan sikap saling menghargai pendapat orang lain.
Memperluas wawasan.
Membina untuk terbiasa musyawarah dalam memecahkan suatu masalah.
Baca juga: Ingin Kreatif dalam Menulis Karya, Berikut Cara dan Prosesnya!
Kurangnya fasilitas.
Perlu perencanaan yang matang.
Perlu koordinasi agar tidak tumpah tindih waktu.
Mengabaikan unsur studi.
Kesulitan mengatur siswa yang banyak.
Responsi
Responsi adalah kegiatan pembelajaran terstruktur pada program pendidikan akademik di
perguruan tinggi yang dibimbing oleh dosen atau asisten dosen dengan tujuan untuk
meningkatkan pemahaman materi kuliah melalui latihan soal, diskusi, atau kegiatan lainnya.
Kegiatan pembelajaran responsi bertujuan untuk melatih kemampuan dalam memecahkan
soal dan masalah teknis yang belum dikuasai oleh mahasiswa. Ketentuan teknis pelaksanaan
responsi diatur oleh masing-masing perguruan tinggi.
Selain itu, kegiatan ini juga memberikan berbagai manfaat bagi mahasiswa, antara lain:
memfasilitasi pengembangan kemampuan mahasiswa dalam memecahkan masalah mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan kuliah, membantu proses asimilasi materi kuliah, dan
menyediakan pengalaman belajar yang akan membantu mahasiswa dalam menghadapi ujian,
baik Ujian Tengah Semester (UTS) maupun Ujian Akhir Semester (UAS).
Discovery Learning
Ada pun langkah kerja model pembelajaran Discovery Learning:
1. Pemberian rangsangan (stimulation)
2. Pernyataan/Identifikasi masalah (problem statement)
3. Pengumpulan data (data collection)
4. Pengolahan data (data processing)
5. Pembuktian (verification)
6. Menarik simpulan/generalisasi (generalization)
Self-Directed Learning
Berikut definisi dan pengertian kemandirian belajar atau self-directed learning dari beberapa
sumber buku:
1. Menurut Knowles (1975), self-directed learning adalah suatu proses dimana seseorang memiliki inisiatif,
dengan atau tanpa bantuan orang lain untuk menganalisis kebutuhan belajarnya sendiri, merumuskan tujuan
belajarnya sendiri, mengidentifikasi sumber-sumber belajar, memilih dan melaksanakan strategi belajar
yang sesuai serta mengevaluasi hasil belajarnya sendiri.
2. Menurut Merriam (2004), self-directed learning adalah proses belajar dimana siswa membuat inisiatif
sendiri dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dari pengalaman belajarnya yang diambil dari
berbagai sumber atau literatur.
3. Menurut Gibbons (2002), self-directed learning adalah usaha yang dilakukan seorang siswa untuk
meningkatkan pengetahuan, keahlian, prestasi terkait orientasi pengembangkan diri dimana individu
menggunakan banyak metode dalam banyak situasi serta waktu yang dilakukan secara relatif mandiri.
4. Menurut Huda (2013), self-directed learning adalah kondisi dimana pembelajar memiliki kontrol
sepenuhnya dalam proses pembuatan keputusan terkait dengan pembelajarannya sendiri dan menerima
tanggung jawab utuh atasnya, meskipun nantinya mereka membutuhkan bantuan dan nasihat dari seorang
guru.
5. Menurut Rachmawati dkk (2010), self-directed learning adalah metode pembelajaran yang bersifat fleksibel
namun tetap berorientasi pada planning, monitoring, dan evaluating bergantung pada kemampuan siswa
dalam mengelola pembelajaran sesuai dengan otonomi yang dimilikinya.
Pembelajaran PjBL perlu mengangkat masalah riil yang terjadi di masyarakat, karena tujuan dari PjBL
adalah mengkoneksikan pengetahuan yang diperoleh siswa di kelas untuk diaplikasikan di dunia nyata dengan
membuat solusi atas permasalahan-permasalahan yang ada – dimana siswa juga berperan sebagai profesi-profesi
yang ada di dunia nyata, seperti dokter, peneliti lingkungan, ahli energi, insinyur, dll. Selain itu, PjBL harus
mampu memberikan value/nilai/manfaat kepada masyarakat sekitar/dunia nyata, dimana hal ini adalah esensi
utama dari tujuan pendidikan.
Kegiatan belajar yang dialami oleh siswa akan sangat bermakna dalam kehidupannya, dimana mereka
akan selalu mengingat point-point penting dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Selain itu, aliran
pembelajaran dengan metode saintifik seperti yang ada pada PjBL akan memberikan keterampilan bagaimana
menjadi pembelajaran seumur hidup bagi para siswa, dan pengetahuan ini akan sangat bermanfaat untuk dapat
bertahan dalam kompetisi di dalam era ekonomi yang berbasis pengetahuan.
Ada 5 bentuk aktivitas pengalaman belajar siswa dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik:
1. Mengamati (observing)
Pengalaman belajar ‘mengamati’ dilakukan siswa melalui kegiatan pengamatan langsung dengan indra
(membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton dan sebagainya dengan atau tanpa alat.
2. Menanya (questioning)
Bentuk kegiatan belajar ‘menanya’ adalah membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, diskusi
informasi.
3. Mengumpulkan informasi/mencoba (experimenting)
Bentuk kegiatan ‘mengumpulkan informasi/mencoba’ antara lain mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi,
mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks,
mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/
menambahi/mengembangkan.
4. Menalar/mengasosiasi (associating)
Menalar/mengasosiasi merupakan kegiatan siswa mengolah informasi yang sudah dikumpulkan,
menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau menghubungkan
fenomena/informasi yang terkait dalam rangka menemukansuatu pola, dan menyimpulkan.
5. Mengkomunikasikan (communicating)
Pengalaman belajar siswa yang tak kalah penting dalam pembelajaran saintifik adalah menyajikan laporan
dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan meliputi
proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan.