Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Tathbiq

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 24

TEKNIK MENJAWAB

PERTANYAAN TAHLILUL LAFDZI

A. PERTANYAAN : Kalimat apa?


➢ Cara menjawab :
1. Mengetahui terlebih dahulu pengertian
dan tanda – tanda masing – masing
kalimat.
2. Memperhatikan tanda – tanda yang ada
pada kalimat di tempat yang di tanyakan
maupun ditempat lain.
3. Menjawab sesuai dengan tanda – tanda
yang ada. Bila terdapat tanda kalimat isim
maka kalimat itu adalah kalimat isim, bila
terdapat tanda- tanda kalimat fi’il maka
kalimat itu adalah kalimat fi’il dan bila
tidak ditemui tanda kalimat isim maupun
kalimat fi’il maka kalimat itu adalah
kalimat huruf.
4. Bila ditanyakan alasanya, maka jawablah
dengan menyebutkan pengertiannya
dengan mengganti kata “ kalimat yang “
dengan “ Karena “.
5. Bila ditanyakan tanda yang ada, maka
sebutkanlah tandanya.
6. Perhatikan tabel dibawah ini :

1
MACAM-MACAM KALIMAT
KALIMAT PENGERTIAN TANDA
- Tanwin
- Al ( ‫) ال‬
Kalimat yang dapat menunjukkan - I’rob jer
ISIM arti dengan sendirinya tanpa - Huruf jer
bersamaan dengan zaman - idlofah
- Isnad ilaih
- Nida’
Kalimat yang dapat menunjukkan dapat dimasuki : ,‫ س‬,‫قد‬
FI’IL arti dengan sendirinya dan .‫ سرف‬. ta’ ta’nissakinah, ta’
bersamaan dengan zaman fa’il. Nun taukid
Kalimat yang tidak dapat
Tidak ada-nya tanda-tanda
menunjukkan arti dengan
HURUF kalimat isim dan kalimat
sendirinya kecuali bersamaan
huruf
dengan kalimat yang lain

PEMBAGIAN KALIMAT FI’IL

FI’IL PENGERTIAN TANDA


Kalimat yang menunjukkan arti Dapat dimasuki :
MADLI pekerjaan dan bersamaan dengan ‫قد‬, ta’ fail, ta’ ta’nits sakinah,
zaman lampau ( madli )
Kalimat yang menunjukkan arti - Huruf mudloro’ah
pekerjaan dan bersamaan dengan - Dapat dimasuki:
MUDLORI’
zaman kini ( hal ) dan akan datang ( ‫ سرف‬,‫ س‬,‫ قد‬, ‫لم‬
istiqbal )
Kalimat yang menunjukkan arti - Menunjukkan atri
tuntutan untuk melakukan tuntutan
AMAR
pekerjaan pada zaman yang akan - Dapat dimasuki ya’
datang ( istiqbal ) mu’annats mukhothobah

2
B. PERTANYAAN : Mu’rob apa mabni?
➢ Cara menjawab :
1. Mengetahui terlebih dahulu kalimat apa
saja yang mabni dan apa saja yang mu’rob
beserta alasanya.
2. Menjawab pertanyaan sesuai dengan
hukumnya masing – masing.
3. Bila ditanyakan alasanya, maka jawablah
dengan menyebutkan alasannya dengan
mengganti kata “ bila “ dengan “ Karena “.
4. Perhatikan tabel dibawah ini :
KALIMAT HUKUM ALASAN
Bila tidak serupa dengan kalimat huruf
MU’ROB
dengan keserupaan yang dekat
ISIM
Biala serupa dengan kalimat huruf dengan
MABNI
keserupaan yang dekat
Bila tidak bertemu dengan dlomir wawu
MABNI FATAH
jama’ dan dlomir rofa’ mutaharrik
FI’IL MADLI
MABNI DLOM Bila bertemu dengan dlomir wawu jama’
MABNI SUKUN Bila bertemu dengan dlomir rofa’ mutaharrik
Bila tidak bertemu dengan nun taukid dan
MU’ROB
nun jama’ innats
FI’IL MUDLORI’
MABNI FATAH Bila bertemu dengan nun taukid
MABNI SUKUN Bila bertemu dengan naun jama’ innats
Bila shohih akhir dan tidak bertemu dlomir
MABNI SUKUN
alif tatsniyah dan wawu jama’
MABNI
Bila bertemu dengan dlomir alif tattsniyah
MEMBUANG
FI’IL AMAR dan wawu jama’
NUN
MABNI
MEMBUANG Bila berupa fi’il mu’tal akhir
HURUF ILAT
HURUF MABNI Hukum asalnya memang mabni

3
KESERUPAAN KALIMAT ISIM DENGAN KALIMAT
HURUF (SYIBEH)
NO SYIBEH PENGERTIAN CONTOH
1. WADL’I Sama – sama kurang dari tiga huruf Isim dlomir
Sama – sama mengandung makna Isim isyaroh,
2. MA’NAWI
tertentu syartat, istifham
3. NIYABI Sama – sama menggantikan lafadz lain Isim fi’il
Sama -sama buruh pada lafadz lain Isim maushul
4. IFTIQORI
untuk menjelaskan ma’nanya

C. PERTANYAAN : Apa i’robnya / dibaca apa?


➢ Cara menjawab :
1. Mengetahui terlebih dahulu apa saja
kedudukan kalimat isim (tarkiban) yang
masuk pada kategori marfu’, manshub
maupun majrur. Dan penyebab fi’il
mudlore’ marfu’, manshub atau majzum
2. Menjawab dengan marfu’ (dibaca rofa’),
manshub (dibaca Nashob), Majrur (dibaca
jer) atau majzum (dibaca jazm).
3. Jika ditanyakan alasannya, maka jawablah
dengan menyebutkan kedudukan kalimat
isim dalam kalam yang bersangkutan
dengan ungkapan: “karena menjadi
…….....”. bila berupa fi’il mudlore’, maka
berikan alasannya dengan mengganti kata
“jika” menjadi “karena”
4. Perhatikan tabel dibawah ini :

4
ISIM MU’ROB DAN KEDUDUKANNYA DALAM KALIMAT
( TARKIBAN )
STATUS I’ROB TARKIBAN
- MUBTADA’
- KHOBAR
- FA’IL
- NAIBUL FAIL
MARFU’
- ISIMNYA KANA & SDR-NYA
- KHOBARNYA INNA & SDR-NYA
- TAWABI’ PADA MARFU’ ( na’at, athof, taukid dan badal
)
- MAF’UL BIH
- MASDAR ( maf’ul muthlaq )
- DLOROF ( maf’ul fih )
- HAL
- TAMYIZ
- KHOBARNYA KANA & SDR-NYA
MANSHUB - ISIMNYA INNA & SDR-NYA
- ISIMNYA LA
- MUNADA
- MAF’UL MA’AH
- MAF’UL LI ‘AJLIH
- TAWABI’ PADA MANSHUB ( na’at, athof, taukid dan
badal )
- MAJRUR BI HARFIL JAR
- MUDLOF ILAIH
MAJRUR
- TAWABI’ PADA MAJRUR ( na’at, athof, taukid dan
badal )

I’ROBNYA FI’IL MUDLORE’


STATUS I’ROB ALASAN
MARFU’ Jika sunyi dari amil nawashib dan jawazim
Manshub Jika kemasukan amil nawashib
Majzum Jika kemasukan amil jawazim

5
D. PERTANYAAN : Tanda i’robnya apa?
➢ Cara menjawab :
1. Mengetahui terlebih dahulu semua alamat
(tanda i’rob) beserta tempatnya masing –
masing.
2. Mendeteksi kategori/ nama kalimat
tersebut. Perhatikan kolom “tempat”
3. Menjawab tanda i’rob dari kalimat yang
ditanyakan dengan benar.
4. Bila ditanyakan alasanya, maka jawablah
sesuai dengan tempatnya dengan
ungkapan “karena berupa ....”
5. Bila ditanyakan pengertiannya maka
jawablah dengan benar sesuai dengan
pengertiannya. Lihatlah tabel “AL
MU’ROBAT”
6. Perhatikan tabel dibawah ini :

6
ALAMAT / TANDA I’ROB

I’ROB TANDA TEMPAT


- Isim mufrod
- Jama’ taksir
- Jama’ mu’annats salim
DLOMMAH
- Fi’il mudlori’ yang akhirnya tidak
bertemu sesuatu (bukan af’alul
ROFA’ khomsah)
- Jama’ mudzakkar salim
WAWU
- Asma’us sittah
ALIF - Isim tatsniyah
TETAPNYA NUN - Af’alul khomsah
- Isim mufrod
- Jama’ taksir
FATHAH - Fi’il mudlori’ yang akhirnya tidak
bertemu sesuatu (bukan af’alul
khomsah)
NASHOB
ALIF - Asma’us sittah
KASROH - Jama’ mu’annats salim
- Isim tatsniyah
YA’
- Jama’ mudzakkar salim
MEMBUANG NUN - Af’alul khomsah
- Isim mufrod munshorif
KASROH - Jama’ taksir munshorif
- Jama’ muannats salim
JER - Isim tatsniyah
YA’ - Jama’ mudzakkar salim
- Asma’us sittah
FATHAH - Isim ghoiru munshorif
SUKUN - Fi’il mudlori’ shohihul akhir
MEMBUANG HURUF
JAZEM - Fi’il mudlori’ mu’tal akhir
ILAT
MEMBUANG NUN - Af’alul khomsah

7
AL MU’ROBAT

NO KALIMAT PENGERTIAN
Isim Yang menunjukkan arti tunggal. bukan
1. ISIM MUFROD tatsniyah, bukan jama’, atau diserupakan dengan
keduanya, serta bukan asma’us sittah
Isim yang menunjukkan arti dua yang mendapat
2. ISIM TATSNIYAH tambahan alif-nun ketika rofa’ dan ya’-nun ketika
nashob dan jer
Isim yang menunjukkan arti banyak dan berubah
3. JAMA’ TAKSIR
dari bentuk mufrodnya
Isim yang menunjukkan arti laki-laki banyak yang
JAMA’ MUDZAKKAR mendapatkan tambahan wawu-nun ketika rofa’
4.
SALIM dan ya’-nun ketika nashob dan jer serta selamat
dari bentuk mufrodnya
JAMA’ MU’ANNATS Isim yang menunjukkan arti perempuan banyak
5.
SALIM yang mendapat tambahan alif-ta’
Setiap isim mufrod yang akhirnya berupa huruf
ASMA’UL
6. illat yang layak dijadikan alamat i’rob. Yaitu lafadz
KHOMSAH/ SITTAH
‫أب‬, ‫أخ‬, ‫حم‬, ‫فو‬, ‫ ذو‬dan ‫هن‬
Setiap fi’il mudlori’ yang bertemu dengan dlomir
7. AF’ALUL KHOMSAH alif tatsniyah, wawu jama’ dan ya’ muannats
mukhotobah

8
E. PERTANYAAN : Mutashorrif apa jamid?
➢ Cara menjawab :
1. Mengetahui mana kalimat yang mutashorrif
(bisa di-tashrif istilahi) dan mana yang Jamid
(tidak bisa di-tashrif istilahi)
2. Bisa men-tashrif istilahi dan lughowi dengan
benar.
3. Jika ditanya sighot atau waqi’nya maka
jawablah dengan benar.
4. Jika ditanya bagaimana tashifnya baik lughowi
maupun istilahi, maka tashriflah dengan
benar.
5. Perhatikan tabel berikut

No TASHRIF ISTILAHI (SIGHOT)

1. Fi’il madli
2. Fi’il mudlore’
3. Masdar ghoiru mim
4. Masdar mim
5. Isim fa’il
6. Isim maf’ul
7. Fi’il amar
8. Fi’il nahi
9. Dhorof zaman
10. Dhorof makan
11. Isim alat

9
No TASSHRIF LUGHOWI (WAQI’)
1. Mufrod mudzakkar gho’ib
2. Tatsniyah mudzakar ghoib
3. Jama’ mudzakkar ghoib
4. Mufrod mu’annats ghoibah
5. Tatsniyah mu’annats ghoibah
6. Jama’ mu’annats gho’ibah
7. Mufrod mudzakkar mukhottob
8. Tatsniyah mudzakar mukhottob
9. Jama’ mudzakkar mukhottob
10. Mufrod mu’annats mukhottobah
11. Tatsniyah mu’annats mukhottobah
12. Jama’ mu’annats mukhottobah
13. Mutakallim wahdah
14. Mutakallim ma’al ghoir/ mu’adlom nafsah

10
F. PERTANYAAN PENGEMBANGAN
TARKIBAN TA’RIF MACAM/ SYARAT KETENTUAN
1. Wajib rofa’
2. Harus ma’rifat. Tapi boleh nakiroh bila
Macam: ada musawwigh
MUBTADA Isim yang dibaca rofa’
1. Dlohir 3. Yang asal berada sebelum khobar.
’ yang sunyi dari amil lafdzi
2. Dlomir Terkadang boleh setelahnya bahkan
terkadang wajib
4. Boleh dibuang bila ada dalil
1. Wajib rofa
2. Nakiroh, baik jamid maupun musytaq
3. Harus mencocoki lafadnya mubtada’
Macam: dalam segi mufrod tatsniyah, jama’,
Isim yang dibaca rofa’
1. Mufrod mu’annats dan mudzakkarnya
KHOBAR yang menyempurnakan
2. Ghoiru 4. Yang asal letaknya setelah mubtada’.
faidahnya mubtada’
mufrod Terkadang mendahuluinya secara
jawaz dan wajib
5. Boleh dibuang jika ada dalil
6. Boleh ta’addud
1. Wajib rofa’
2. Tidak boleh dibuang karena ma’mul
umdah
Macam: 3. Tidak boleh mendahului fi’ilnya
Isim yang dibaca rofa’
FA’IL yang jatuh setelah fi’il
1. Dhohir 4. Fi’ilnya harus selalu mufrod jika fail
2. Dlomir isim dhohir
5. Fi’ilnya dimu’annatskan jika fa’il
muannats
6. Fi’ilnya boleh dibuang jika ma’lum
Isim yang dibaca rofa’ Macam:
NAIBUL yang menempati tempat 1. Dhohir
1. sama dengan hukum yang ada pada
FA’IL fa’il
fa’il ketika fa’il dibuang 2. dlomir
1. wajib nashob
2. boleh dibuang bila ada dalil
Isim yang dibca nashob Macam:
MAF’UL yang kehjatuhan 1. dhohir
3. fi’ilnya boleh dibuang bila ada dalil
BIH 4. yang asal letaknya setelah fa’il.
pekerjaan fa’il 2. dlomir
Terkadang mendahului fa’il, bahkan
mendahului fi’ilnya
Masdar fudlah yang
MAF’UL dibaca nashob yang Macam: 1. Wajib nasab
MUTHLAQ mentaukidi, menjelaskan 1. Lafdzi 2. Amilnnya boleh dibuang bila ada
tingkah dan bilangan 2. Ma’nawi qorinah
(masdar) amilnya
1. Semua isim zaman secara muthlaq bisa
dinashobkan menjadi dhorof
2. Isim makan bisa dinashobkan menjadi
Isim yang dibaca nashob
MAF’UL yang disebutkan untuk Macam;
dhorof jika mubham, muqoddir dan
musytaq
FIH menjelaskan waktu atau 1. Zaman
3. Isim makan musytaq bisa dinashobkan
tempat terjadinya 2. Makan
( dhorof ) pekerjaan
menjadi dhorof jika musytaq dari
masdar amiilnya
4. Isim makan yang tidak memenuhi
syarat harus dijerkan dengan huruf jer
Isim yang dibaca nashob Syarat; 1. Boleh nashob, boleh juga jer bagi yang
MAF’UL LI yang disebutkan untuk 1. Masdar qolbi memenuhi syarat nashob
‘AJLIH menjelaskan sebab 2. Harus tunggal 2. Harus dijerkan bila tidak memenuhi
terjadnya pekerjaan waktu dengan syarat-syarat nashob

11
amilnya 3. Boleh mendahului amilnya
3. Harus tunggal
fa’il dengan
amilnya
1. Wajib nashob menjadi maf’ul ma’ah
Syarat; jika tidak mungkin diathofkan
1. Fudlah 2. Wajib athof jika tidak memenuhi
Isim yang diaca nashob
MAF’UL 2. Jatuh setelah syarat maf’ul ma’ah
yang berada setelah
MA’AH jumlah 3. Lebih baik nashob jika diathofkan ada
wawu ma’iyah
3. Jatuh setelah kelemahan
wawu ma’iyah 4. Lebih baik athof jika diathofkan tidak
ada kelemahan
1. Harus nakiroh
Macam; 2. Berupa isim jamid. Kadang ada yang
Isim yang dibaca nashob
1. Dzat musytaq
TAMYIZ yang menjelaskan dzat
2. Nisbat 3. Jatuh setelah sempurnanya kalam (
atau nisbat yang samar
jumlah )
4. Tidak boleh mendahului amilnya
1. Berupa sifat muntaqilah
Isim yag dibaca nashob 2. Berupa isim nakiroh
yang disebutkan untuk 3. Berupa isim musytaq
HAL menjelaskan tingkah/ 4. Jatuh setelah sempunanya kalam (
keadaan yang samar jumlah )
5. Shohibul hal harus ma’rifat
1. Dimabnikan menurut alamat rofa’nya
jika berupa mufrod alam dan nakiroh
maqshudah
Macam;
2. Dibaca nashob jika berupa nakiroh
1. Mufrod alam
ghoiru maqshudah, mudlof dan syibhu
2. Nakiroh
mudlof
Isim yang dibaca nashob maqshudah
3. Mempunyai 6 wajah jika berupa isim
MUNADA yang jatuh setelah huruf 3. Nakiroh
mudlof pada ya’ mutakallim
nida’ ghoiru
4. Mempunyai 10 wajah jika yang mudlof
maqshudah
pada ya’ mutakallim berupa lafadz AB
4. Mudlof
dan UM
5. Syibhu mudlof
5. Mempunyai 2 wajah jika berupa isim
yang mudlof pada isim yang mudlof
pada ya’ mutakallim
- MUSTATSNA BI ILLA
1. Wajib nashob bila bertempat pada
kalam tamm mujab
2. Boleh badal atau nashob bila berada
pada kalam tam manfi
3. Sesuai kebutuhan amil bila berada
pada kalam manfi naqish
Isim yang dibaca nashob
- MUSTATSNA BI GHOIRU SIWA
yang jatuh setelah adat
1. Muttashil 1. Dijerkan menjadi mudlof ilaih
MUSTATSNA istitsna’ yang dikeluarkan
2. Munqothi’ 2. Ghoiru dan Siwa dii’robi seperti
dari hukum lafadz
mustatsna bi iilla
sebelumnya
- Mustatsna bi khola, ‘ada & hasya
Boleh jer menjadi mudlof ilaih dan
boleh nashob menjadi maf’ul bih

- Mustatsna bi laisa dan la yakunu


dibaca nashob menjadi khobarnya
laisa / la yakunu

12
1. Na’at haqiqi mengikuti man’utnya
dalam segi i’rob, nakiroh / ma’rifah,
mu’annats / mudzakkar dan mufrod /
Lafadz yang mengikuti tatsniyah / jama’nya
pada lafad sebelumya 1. Naat haqiqi 2. Na’at sababi mengikuti man’utnya
NA’AT dengan menjelaskan 2. Na’at sababi dalam segi i’rob dan nakroh /
sifatnya ma’rifatnya
3. Na’at sababi harus selalu mufrod
meskipun man’ut atau isim dlohir yang
dirofa’kanya bukan mufrod
1. Athof bayan harus berupa isim jamid
Lafadz yang engikuti
1. Athof nasaq yang tidak bisa ditakwil musytaq
ATHOF lafadz sebelumya dalam
2. Athof bayan 2. Semua athof bayan booleh dijadikan
segi i’rob
badal
1. Taukid llafdi adalah dengan
mengulangi lafadz mu’akkad
2. Taukid ma’nawi adalah dengan
menggunakan lafadz nafsun, ‘ainun,
kullun dan ajma’u
1. Taukid lafdzi
Lafadz yang menguatkan 3. Taukid ma’nawi harus mengandung
TAUKID pada lafadz sebelumnya
2. Taukid
dlomir yang sesuai dengan mmu’akkad
ma’nawi
4. Lafadz nafsun & ‘ainun bila
mu’akkadnya mufrod maka harus
mufrod. Bila tatsniyah atau jama’ maka
harus dijama’kan mengikuti wazan
‫اَفْ ُع ُل‬
1. Badal kul min
Lafadz yang ikut pada
kul
lafadz sebelumnya tanpa
2. Badal ba’d Badal harus mengikuti mubdal minhu
BADAL adanya perantara dan
min kul dalam segi i’robnya
dijadikan sebagai maksud
3. Badal isytimal
sebuah hukum
4. Badal gholath

AWAMIL
➢ AMIL MA’NAWI
1. AMIL MA’NAWI TAJARRUD : Amil yang merofa’kan
fi’il mudlori’ karena spinya dari amil nawashib dan
amil jawazim
2. AMIL MA’NAWI IBTIDA’ : Amil yang merofa’kan
mubtada’ karena menjadi permulaan kalam

➢ AMIL LAFDZI
1. HURUF JER, yaitu: ‫من‬, ‫الى‬, ‫عن‬, ‫على‬, ‫في‬, ba’, lam, kaf,
‫حتى‬, ‫مد‬, ‫مند‬, ‫رب‬, dan huruf-huruf qosam (wawu, ba,
dan ta’)

13
2. FI’IL. beramal merofa’kan fa’il dan naibul fa’il.
Menashobkan maf’ul bih, masdar, maf’ul lah, hal
dsb.
3. ISIM YANG BISA BERAMAL SEPERTI FI’IL, yaitu :
masdar, isim fa’il, isim maf’ul, isim tafdlil, sifat
musyabihat.
4. MUBTADA’ beramal merofa’kan khobar
5. AMIL NAWASHIB : amil yang menashoban fi’il
mudlori’. Yaitu: ‫أن‬, ‫لن‬, ‫إذن‬, ‫كي‬, lam ‫كي‬, lam juhud, ‫حتى‬,
fa’ jawab, wawu sababiyah/ jawab
6. AMIL JAWAZIM : Amil yang men-jazm-kan fi’il
mudlori’. Yaitu: ‫لم‬, ‫لما‬, ‫ألم‬, ‫ألما‬, lam amr, lam du’a, ‫ال‬
nahi, ‫ ال‬du’a, ‫إن‬, ‫ َمن‬, ‫ما‬, ‫مهما‬, ‫إذما‬, ‫أي‬, ‫متى‬, ‫أيان‬, ‫أين‬, ‫حيثما‬,
‫كيفما‬, ‫( إذا‬khusus dalam syi’ir)
7. AMIL NAWASIKH : amil yang masuk dan merusak
susunan mubtada’ dan khobar (jumlah Ismiyah)
❖ ‫ كان‬dan saudara – saudaranya
• Beramal merofa’kan mubtada’ sebagai
isimnya dan menashobkan khobar
sebagai khobarnya
• Beramal tanpa syarat : ‫كان‬, ‫امسى‬, ‫اسبح‬,
‫اضحى‬, ‫ظل‬, ‫بات‬, ‫ صار‬dan ‫ليس‬
• Bermal dengan syarat didahului oleh nafy
atau syibhunnafy : ‫زال‬, ‫فتئ‬, ‫ برح‬dan ‫انفك‬
• Beramal debgan syarat didahului oleh ‫ما‬
masdariyah dhorfiyah : ‫دام‬
• Khobarnya boleh berada diantara amil –
amil ini dan isimnya
• Khobarnya boleh mendahului amil –amil
ini kecuali ‫ليس‬
• Semua lafad yang ditashrif dari amil –
amil ini bisa beramal sebagaimana fi’il
madlinya

14
• Amil –amil ini bisa berlaku tamm kecuali
‫زال‬, ‫ فتئ‬dan ‫ليس‬
• ‫ كان‬bisa diperlakukan ziadah bila
menggunakan sighot madli dan berada di
tengah kalam
• ‫ كان‬dan isimnya boleh dibuang
menyisakan khobarnya bila berada
setelah ‫ لو‬dan ‫ إن‬syarthiyyah
• Nun pada ‫ يكون‬boleh dibuang ketika jazm
bila setelahnya bukan sukun dan tidak
bertemu dengan dlomir muttashil mahal
nashob
❖ huruf – huruf yang diserupakan dengan ‫ليس‬,
yaitu: ‫ ما‬,‫ ال‬,‫ إن‬dan ‫الت‬
• beramal seperti ‫ & كان‬sdrnya
• ‫ ما‬nafiyah hijaziyah beramal seperti ‫ليس‬
dengan syarat:
- Tdak bersamaan dengan ‫إن‬
- Khobarnya tidak bersama ‫إال‬
- Ma’mul khobarnya tidak
mendahului isimnya kecuali bila
ma’mul khobarnya berupa dhorof
atau jar majrur
• ‫ ال‬nafiyah hijaziyah beramal dengan
syarat-syarat diatas ditambah satu syarat
lagi yaitu isim dan khobarnya harus
nakiroh
• ‫ إن‬nafiyah beramal dengan syarat-syarat
sama dengan ‫ ما‬nafiyah baik isimnya
nakiroh maupun ma’rifat
• ‫ الت‬beramal dengan syarat
- Isim dan khobarnya berupa lafadz
‫حين‬

15
- Salah satu dari isim dan khobarnya
harus dibuang
❖ af’alul muqorobah
• untuk menunjukkan ma’na qorbil khobar
(dekatnya khobar), yaitu: ‫كاد‬, ‫كرب‬ َ dan
‫أوشك‬
• untuk menunjukkan ma’na roja’il khobar
(mengharapkan terjadinya khobar),
yaitu: ‫عسى‬, ‫ حرى‬dan ‫اخلولق‬
• untuk menunjukkan ma’na syuru’ fil
khobar (memulai melakukan khobar),
yaiyu: ‫طفق‬, ‫علق‬, ‫أنشأ‬, ‫ أخذ‬dan ‫جعل‬
• fi’il-fi’il diatas beramal seperti ‫ كان‬dengan
syarat:
1. khobarnya berupa fi’il mudlori’ yang
diakhirkan dan merofa’kan pada
dlomir yang kembali pada isimya
fi’il-fi’il diatas
2. khobarnya ‫ حرى‬dan ‫ اخلولق‬harus
bersama ‫أن‬
3. khobarnya af’alus syuru’ tidak boeh
bersamaan ‫أن‬
• khobarnya ‫ عسى‬dan ‫ اوشك‬yang banyak
adalah bersama ‫أن‬
• khobarnya ‫ كاد‬dan ‫ كرب‬yang banyak
adalah tidak bersama ‫أن‬
❖ ‫ إن‬dan Saudara-saudaranya, yaitu: ‫أن‬, ‫كأن‬, ‫لكن‬, ‫ليت‬
dan ‫لعل‬
• Beramal menashobkan mubtada’ sebagai
isimnya dan merofa’kan khobar sebagai
khobarnya
• Khobarnya ‫ إن‬dan Saudara-saudaranya
tidak boleh mendahuluinya

16
• Khobarnya ‫ إن‬dan Saudara-saudaranya
tidak boleh berada diantaranya dan
isimnya kecuali bila berupa dlorof atau
jej majrur
• Hamzahnya ‫ إن‬dikasroh bila:
 Berda di permulaan kalam
 Berada setelah ‫ أال‬yang menjadi
permulaan kalam
 Berada setelah ‫حيث‬
 Berada seteah qosam (sumpah)
 Berada setelah lafad yang musytaq
dari masdar qoul (menjadi isi
ucapan)
 Khobarnya dimasuki lam ibtida’

• Hamzahnya ‫ أن‬difathah bila dia dan


isimya bisa dita’wil masdar. spt
 Menjadi fail
 Menjadi naibul fail
 Menjadi maf’ul
 Menjadi mubtada’
 Menjadi khobarnya isim ma’na yang
tidak musytaq dari masdar qoul
 Dimasuki huruf jar
• Hamzahnya ‫ أن \ إن‬boleh kasroh dan
fathah bila:
 Berada setelah fa’ jawab
 Berada setelah ‫ إذا‬fuja’iyah
 Menjadi Ta’lil

• Lam ibtida’ hanya bisa masuk setelah ‫إن‬


pada empat tempat:

17
1. Pada khobarnya, dengan syarat
khobarnya diakhirkan dan mutsbat
(tadak dinafikan)
2. Pada isimnya, dengan syarat isimnya
diakhirkan mendahulukan khobar
3. Pada dlomir fashl
4. Pada ma’mul khobarnya, dengan
syarat ma’mul khobarnya mendahului
khobar
• bila ‫ ما‬zaidah masuka pada ‫ & إن‬sdrya
maka amalnya batal kecuali ‫ليت‬, maka
boleh beramal dan tidak
• ْ maka sedikit
Bila ‫ إن‬ditahfif menjadi ‫إن‬,
sekali yang beramal. Dan bila tidak
beramal, maka khobarnya harus bersama
lam ibtida’
• Bila ‫ أن‬ditahfif menjadi ‫أن‬, ْ maka tetap
beramal dan isimnya harus berupa
dlomir sya’n yang dibuang serta
khobarnya harus berupa jumlah
• ْ
Bila ‫ كأن‬di tahfif menjadi ‫كأن‬, maka tetap
beramal dan yang banyak isimnya
dibuang
• ْ
Bila ‫ لكن‬ditahfif menjadi ‫لكن‬, maka wajib
tidak beramal

❖ ‫ ال‬linafyil jinsi
• Beramal seperti ‫ إن‬dengan syarat:
- Isim dan khobarnya berupa isim
nakiroh
- Isimnya bersambung/ tidak terpisah
darinya

18
• Bila isimnya berupa mudlof atau syibhul
mudlof, maka isimnya dibaca nashob
• Bila isimnya mufrod (bukan mudlof atau
sibhul mudlof), maka dimabnikan
menurut alamat nashobnya
• Bila ‫ ال‬diulang, maka isim nakiroh yang
pertama boleh mabni fatah dan rofa’
• Bila isimnya ‫ ال‬yang pertama mabni fatah,
maka isimnya ‫ ال‬yang kedua boleh wajah
tiga yaitu: fathah, nashob dan rofa’
• Bila isimnya ‫ ال‬yang pertama dibaca rofa’,
maka isimnya ‫ ال‬yang kedua boleh wajah
dua yaitu rofa’ dan fatah
• Bila isimya ‫ ال‬diathofkan pada yang kedua
tanpa mengulangi ‫ال‬, maka isim nakiroh
yang pertama wajib mabni fatah dan isim
nakiroh yang kedua boleh rofa’ dan
nashob
• Bila isimnya ‫ ال‬yang mufrod dina’ati
dengan na’at mufrod dan antara na’at
dan man’ut tidak ada pemisah, maka
na’atnya boleh fathah, nashob dan rofa’
• Bila antara na’at dan man’ut terpisah
atau na’atnya bukan mufrod, maka boleh
nashob dan rofa’
• Bila khobarnya ‫ ال‬tidak bisa diketahui
tanpa disebutkan maka khobarnya harus
diebutkan. Dan bila bisa diketahui tanpa
disebutkan maka yang banyak berlaku
adalah dibuang
• Bila isimnya ‫ ال‬berupa isim ma’rifat atau ‫ال‬
terpisah dengan isimnya, maka ‫ ال‬tidak

19
beramal dan jumlah setelahnya menjadi
mubtada’ - khobar serta ‫ ال‬wajib diulang.

❖ ‫ ظن‬dan saudara –saudaranya


• Afalul Qulub: ‫ظننت‬, ‫حسِبت‬, ‫خلت‬, ‫زعمت‬, ‫رأيت‬,
‫علمت‬, ‫جعلت‬, ‫حجوت‬, َ‫عددت‬, ْ‫( هب‬mengunakan
sighot Amr), ‫وجدت‬, ‫ألفيت‬, ‫ دريت‬dan
‫(تعلم‬sighot amr menggunakan ma’nanya
‫)إعلَم‬
• Af’alut tashyir (menjadikan): ‫جعل‬, ‫رد‬, ‫إتخذ‬,
‫ صير‬dan ‫َب‬ َ ‫وه‬.
َ
• Fi’il-fi’il diatas Beramal menashobkan
mubtada’ dan khobar menjadi maf’ulnya
setelah terlebih dahulu mendatangkang
fa’ilnya
• fi’il-fi’il diatas mempunyai tiga hukum:
- I’mal (beramal) terjadi disemua fi’il
diatas
- Ilgho’ (batalnya amal dalam lafadz
dan mahalnya), karena lemahnya
pengamalan sebab berada ditengah
atau diakhir
- Ta’liq (batalnya amal dalam lafadz
bukan dalam mahalnya), karena
kemasukan lafad yang selalu
menjadi permulaan kalam seperti:
lam ibtida’, ‫ ما‬nafiyah, ‫ ال‬nafiyah, in
nafiyah, hamzah istifham dan salah
satu maf’ulnya berupa isim istifham,
• Semua af’alut tashyir dan af’alul qulub
yang jamid (‫ هب‬dan ‫ )تعلم‬tidak bisa
dimasuki hukum ilhgo’ dan ta’liq

20
• Semua lafadz yang ditashrif dari ‫ ظن‬dan
SDRnya bisa beramal kecuali ‫هب‬, ‫تعلم‬
(keduanya menetapi sighot amr) dan ‫وهب‬
(menetapi sighot madli)
• Diperbolehkan membuang kedua maf’ul
atau salah satunya bila ada dalil
• ‫ سمع‬menurut imam Akhfas bisa beramal
seperti ‫ ظن‬bila maf’ulnya yang kedua
berupa jumlah yang didengar. Sedangkan
menurut Jumhur ulama’, ‫ سمع‬muta’addi
satu maf’ul, bila maf’ulnya ma’rifat maka
jumlah setelahnya menjadi hal dan bila
nakiroh maka jumlah setelahnya menjai
na’at

GHOIRU MUNSHORIF
Kalimat isim yang mu’rob dihukumi goiru
munshorif (tidak menerima tanwin) bila mempunyai
kesama’an dengan kalimat fi’il dalm hal sama-sama
mempunyai dua ilat yang salah satunya kembali pada lafadz
dan yang lain kembali pada ma’na atau mempunyai satu ilat
yang kembali pada lafadz dan ma’na sekaligus.

➢ Illat yang kembali pada ma’na


1. Alamiyah
2. Washfiyah

➢ Illat yang kembali pada lafadz


1. Wazan fi’il
2. Adal

21
3. Ta’nits bil ma’na atau bit Ta’
4. Tarkib mazji
5. Ziyadah Alif Nun
6. ‘Ajam

➢ Satu illat yang kembali pada lafadz dan ma’na


1. Jama’ muntahal jumu’
2. Ta’nits bil Alif

➢ Alamiyah bisa mencegah kemunshorifan isim bila


bersama:
1. Wazan fi’il
2. Adal taqdiri
3. Ta’nits bil ma’na atau bit ta’
4. Tarkib mazji
5. Ziyadah alif nun
6. Ajam
➢ Washfiyah bisa mencegah kemunshorifan isim bila
bersama:
1. Wazan fi’il
2. Adal haqiqi
3. Ziyadah alif nun

22
CATATAN

23
24

Anda mungkin juga menyukai